Anda di halaman 1dari 7

YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA – BALI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi, Profesi Ners, dan Profesi Bidan
Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Bungkulan Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja - Bali
Telp : (0362) 3435033 Web : stikesbuleleng.ac.id email : stikesbuleleng@gmail.com

NAMA : NI KADEK DIAH AYU OKTARINA


NIM : 23089014022
UJIAN TENGAH SEMESTER
BAHASA INDONESIA

1. Apakah yang dimaksud dengan laras ilmiah?


2. Sebutkan perbedaan antara ragam Bahasa dan laras Bahasa!
3. Apa saja jenis dan bentuk penyajian lisan?
4. Pengertian daftar rujukan dan berikan contohnya!
5. Cara penulisan Daftar Pustaka yang benar adalah?
6. Perbedaan daftar rujukan dengan daftar Pustaka adalah…
7. Apakah keterkaitan antara topik dengan tesis/karya tulis ilmiah?
8. Sebutkan jenis dan bentuk penyajian lisan?
9. Metode apa saja yang digunakan dalam penyajian lisan?
10. Apa saja hambatan yang ditemukan dalam penyajian lisan?
SELAMAT MENGERJAKAN

JAWABAN!!!
1. Laras ilmiah adalah pendekatan atau metode yang digunakan dalam penelitian atau
pengembangan ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip metode ilmiah, seperti
observasi, eksperimen, analisis data, dan pemahaman teori untuk mencapai hasil yang
objektif dan sahih. Laras ilmiah berfokus pada keakuratan, keberulangan, dan
pengujian teori atau hipotesis dalam konteks penelitian ilmiah.
2. Perbedaan antara ragam bahasa dan laras bahasa adalah bahwa ragam bahasa merujuk
pada variasi bahasa berdasarkan faktor geografis, sosial, atau budaya, sementara laras
bahasa merujuk pada penyesuaian bahasa berdasarkan situasi atau konteks komunikasi,
seperti bahasa formal, informal, resmi, atau sehari-hari. Dalam banyak kasus, laras
bahasa dapat berubah dalam satu ragam bahasa tertentu, tergantung pada situasi dan
audience, sementara ragam bahasa adalah variasi bahasa yang lebih besar dan khas
dalam suatu komunitas atau wilayah tertentu.
3. Jenis dan bentuk penyajian lisan dapat mencakup:
a. Pidato: Penyampaian pidato atau ceramah secara lisan dalam berbagai konteks,
seperti politik, akademik, atau publik.
b. Wawancara: Proses tanya-jawab antara pewawancara dan responden untuk
mendapatkan informasi atau pandangan tertentu.
c. Presentasi: Penyampaian informasi atau materi secara lisan di depan audiens,
seringkali menggunakan alat bantu visual.
d. Diskusi: Pertukaran ide dan pandangan dalam percakapan kelompok atau forum
diskusi.
e. Debat: Pertukaran argumentasi antara dua pihak yang memiliki posisi berlawanan
dalam upaya untuk memenangkan argumen.
f. Kuliah: Penyampaian materi ajar oleh seorang guru atau dosen kepada siswa atau
mahasiswa dalam konteks pendidikan.
g. Cerita lisan: Penceritaan kisah atau legenda secara lisan, seringkali digunakan
untuk melestarikan budaya dan tradisi.
h. Pemberian instruksi atau petunjuk lisan: Penyampaian petunjuk atau instruksi
secara lisan, seperti dalam pelatihan atau pekerjaan.
i. Telepon: Komunikasi lisan melalui telepon, baik untuk tujuan pribadi maupun
bisnis.
4. Daftar rujukan adalah daftar yang mencantumkan sumber-sumber atau referensi yang
digunakan dalam suatu karya tulis, penelitian, atau laporan. Daftar ini membantu
pembaca atau peneliti untuk melacak dan memeriksa sumber-sumber yang digunakan
dalam penyusunan karya tersebut.
Contoh daftar rujukan:
a. Buku: Nama penulis, judul buku, penerbit, tahun terbit, dan halaman yang dikutip.
Contoh: Smith, John. "The History of Art." Penerbit A, 2005, hlm. 25-40.
b. Jurnal Ilmiah: Nama penulis, judul artikel, judul jurnal, volume, nomor, tahun
terbit, halaman. Contoh: Johnson, Mary. "Effects of Climate Change on
Biodiversity." Jurnal Lingkungan, vol. 10, no. 3, 2018, hlm. 45-60.
c. Sumber Online: Nama penulis (jika ada), judul artikel atau halaman web, URL,
tanggal akses. Contoh: "Panduan Menulis Daftar Rujukan."
www.contohwebsite.com/panduan-dftar-rujukan, diakses pada 10 Februari 2023.
d. Laporan Penelitian: Nama penulis, judul laporan, nomor laporan, lembaga, tahun
terbit. Contoh: Smith, Emily. "Studi Kualitas Udara di Kota ABC." Laporan
Penelitian No. 123, Badan Lingkungan, 2020.
e. Surat atau Komunikasi Pribadi: Nama pengirim, judul surat, tanggal. Contoh:
Smith, John. Surat kepada Penulis, 5 Mei 2022.
f. Konferensi atau Seminar: Nama penulis, judul presentasi, nama konferensi, lokasi,
tanggal, tahun. Contoh: Johnson, David. "Tren Terbaru dalam Teknologi
Komputer." Konferensi Teknologi 2022, Jakarta, 15-17 November 2022.
Daftar rujukan membantu menunjukkan sumber-sumber yang digunakan dalam
penelitian atau karya tulis dan memberikan pengakuan kepada penulis asli atau sumber
informasi yang relevan. Ini juga mendukung integritas akademik dan memungkinkan
pembaca untuk menggali lebih dalam ke dalam topik yang dibahas.
5. Cara penulisan Daftar Pustaka yang benar melibatkan beberapa aturan penting yang
harus diikuti sesuai dengan gaya penulisan yang digunakan. Berikut adalah panduan
umum untuk penulisan Daftar Pustaka yang benar:
a. Susun daftar pustaka secara alfabetis: Urutkan sumber-sumber dalam daftar
pustaka berdasarkan abjad penulis pertama atau judul jika tidak ada penulis.
Pastikan semua entri memiliki tanda kesalahan sesuai dengan aturan gaya
penulisan yang digunakan (APA, MLA, Chicago, dll.).
b. Format penulisan: Ikuti format penulisan yang sesuai dengan gaya penulisan yang
digunakan. Misalnya, dalam gaya APA, penulisan berbeda dengan gaya MLA atau
Chicago. Pastikan Anda tahu persis aturan-aturan gaya penulisan yang harus
diikuti.
c. Informasi penulis: Cantumkan nama penulis atau editor dalam urutan yang benar
sesuai dengan gaya penulisan. Sertakan nama lengkap, inisial, atau inisial tengah
jika ada. Jika tidak ada penulis, gunakan judul sebagai penggantinya.
d. Judul sumber: Cantumkan judul sumber dalam huruf miring atau cetak tebal sesuai
dengan gaya penulisan. Pastikan judul dikapitalkan sesuai aturan tertentu, seperti
mengkapitalkan kata-kata penting.
e. Informasi publikasi: Termasuk informasi seperti tahun terbit, judul buku (jika
relevan), nama jurnal, volume, nomor halaman, dan informasi penerbit (untuk
buku). Pastikan informasi ini diatur dengan benar sesuai dengan aturan gaya
penulisan yang digunakan.
f. URL (jika ada): Untuk sumber-sumber online, cantumkan URL lengkap dan
akurat. Namun, beberapa gaya penulisan mungkin tidak memerlukannya. Pastikan
untuk mengikuti pedoman yang berlaku.
g. Konsistensi: Pastikan semua entri dalam daftar pustaka Anda mengikuti aturan
yang sama dalam gaya penulisan yang Anda pilih. Jangan gunakan format yang
berbeda-beda di antara entri-entri Anda.
h. Rujukan dalam teks: Pastikan bahwa semua sumber yang tercantum dalam daftar
pustaka telah diacu dalam teks karya Anda, dan sebaliknya, setiap rujukan dalam
teks memiliki entri dalam daftar pustaka.
i. Telusuri sumber asli: Selalu cek sumber asli untuk memastikan keakuratan
informasi seperti nama penulis, judul, dan data publikasi.
j. Gunakan alat bantu penulisan: Banyak aplikasi dan perangkat lunak penulisan
menyediakan alat bantu penulisan yang memudahkan dalam menghasilkan daftar
pustaka yang benar sesuai dengan gaya penulisan yang digunakan.
Penting untuk selalu merujuk pada panduan gaya penulisan yang relevan (APA,
MLA, Chicago, dll.) untuk memastikan penulisan daftar pustaka yang benar sesuai
dengan aturan yang berlaku.
6. Perbedaan antara daftar rujukan (reference list) dan daftar pustaka (bibliography)
adalah sebagai berikut:
a. Isi dan Tujuan:
i. Daftar Rujukan: Daftar rujukan adalah daftar yang mencantumkan sumber-
sumber yang benar-benar diacu dalam teks karya. Ini mencakup sumber-
sumber yang digunakan dalam kutipan, referensi, atau kutipan langsung dalam
karya tertentu.
ii. Daftar Pustaka: Daftar pustaka adalah daftar yang mencantumkan semua
sumber yang dikonsultasikan atau dirujuk oleh penulis dalam rangka
mengembangkan pemahaman atau penelitian, termasuk yang mungkin tidak
diacu secara langsung dalam teks.
b. Isian dan Format:
i. Daftar Rujukan: Daftar rujukan biasanya hanya mencantumkan sumber-
sumber yang terkait langsung dengan konten karya. Ini harus mengikuti aturan
dan gaya penulisan yang konsisten dengan cara kutipan dalam teks karya.
ii. Daftar Pustaka: Daftar pustaka mencakup semua sumber yang digunakan
dalam penelitian atau karya, termasuk yang mungkin tidak diacu secara
langsung dalam teks. Format dan isian daftar pustaka mungkin lebih fleksibel
daripada daftar rujukan.
c. Konsistensi:
i. Daftar Rujukan: Daftar rujukan harus konsisten dengan kutipan dan referensi
yang ada dalam teks karya. Semua sumber yang diacu dalam teks harus
terdapat dalam daftar rujukan.
ii. Daftar Pustaka: Daftar pustaka dapat mencakup semua sumber yang relevan,
termasuk sumber yang hanya dirujuk secara singkat atau yang berhubungan
dengan pemahaman umum tentang topik.
d. Penggunaan dan Lingkup:
i. Daftar Rujukan: Biasanya digunakan dalam tulisan ilmiah, esai, artikel jurnal,
dan makalah penelitian untuk menyajikan sumber-sumber yang mendukung
klaim dan temuan penelitian.
ii. Daftar Pustaka: Digunakan dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam
buku, disertasi, dan karya yang lebih panjang untuk memberikan referensi
lengkap dari semua sumber yang relevan dalam riset atau eksplorasi topik.
Kesimpulannya, perbedaan utama antara daftar rujukan dan daftar pustaka
adalah dalam cakupan dan tujuannya. Daftar rujukan mencantumkan sumber yang
diacu secara langsung dalam teks, sedangkan daftar pustaka mencakup semua sumber
yang dikonsultasikan atau dirujuk dalam penelitian atau karya, bahkan jika mereka
tidak diacu langsung dalam teks.
7. Keterkaitan antara topik dengan tesis atau karya tulis ilmiah sangat penting, karena
topik akan menjadi dasar dari seluruh kerangka kerja dan argumen yang disajikan
dalam tesis atau karya tulis ilmiah. Berikut beberapa poin penting terkait keterkaitan
antara topik dan tesis/karya tulis ilmiah:
a. Rasionale Penelitian: Topik penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian dan
pemahaman yang lebih luas tentang bidang tersebut. Rasionale atau alasan
mengapa topik dipilih harus jelas dalam tesis atau karya tulis.
b. Pemilihan Metodologi: Topik akan memengaruhi pemilihan metode penelitian
yang digunakan. Setiap topik memerlukan pendekatan dan metodologi yang sesuai.
c. Pembatasan Ruang Lingkup: Topik yang terlalu luas dapat sulit untuk ditangani
dalam tesis. Oleh karena itu, perlu melakukan pembatasan ruang lingkup untuk
fokus pada aspek yang lebih terbatas dan relevan.
d. Perumusan Tesis: Topik akan membantu merumuskan tesis atau pertanyaan
penelitian yang spesifik yang akan dijawab dalam tesis atau karya tulis ilmiah.
e. Kerangka Teoretis: Topik akan mengarahkan pemilihan teori dan literatur yang
relevan yang akan digunakan dalam penelitian. Ini akan membantu membangun
kerangka teoretis.
f. Pengumpulan dan Analisis Data: Topik akan memengaruhi pengumpulan data dan
analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian. Ini harus konsisten dengan
topik.
g. Pembahasan dan Kesimpulan: Dalam pembahasan dan kesimpulan, topik akan
dipertimbangkan dalam konteks penelitian dan hasil yang ditemukan.
Jadi, topik adalah dasar dari keseluruhan tesis atau karya tulis ilmiah, dan
keterkaitannya harus terjaga dengan baik untuk memastikan konsistensi dan relevansi
dalam penelitian yang dilakukan.
8. Jenis dan bentuk penyajian lisan:
a. Pidato: Penyampaian pidato formal atau berbicara di depan publik untuk
mengkomunikasikan pesan atau pandangan tertentu.
b. Presentasi: Penyajian informasi atau materi dengan dukungan visual seperti slide
PowerPoint, grafik, dan diagram untuk menjelaskan topik kepada audiens.
c. Wawancara: Proses tanya-jawab antara pewawancara dan responden untuk
mendapatkan informasi atau pandangan tertentu.
d. Diskusi: Pertukaran ide dan pendapat antara dua atau lebih orang dalam lingkungan
informal atau formal.
e. Ceramah: Penyampaian informasi atau pandangan oleh seorang pembicara kepada
audiens, sering kali dalam konteks akademik atau pendidikan.
f. Debat: Pertandingan argumen antara dua pihak yang memiliki pandangan atau
posisi berlawanan tentang suatu topik.
g. Cerita Lisan: Penyampaian cerita atau narasi secara lisan untuk menghibur,
mengajar, atau melestarikan tradisi.
h. Pembicaraan Telepon: Komunikasi lisan melalui telepon untuk tujuan pribadi atau
bisnis.
i. Kursus atau Pelatihan: Penyajian materi pelatihan atau kursus kepada peserta untuk
meningkatkan pemahaman atau keterampilan mereka.
j. Bimbingan atau Konseling: Penyajian panduan, nasihat, atau dukungan secara lisan
kepada individu atau kelompok dalam konteks konseling atau bimbingan.
k. Presentasi Ilmiah: Penyampaian hasil penelitian atau pemahaman ilmiah kepada
audiens yang berminat.
l. Kuliah: Penyampaian materi ajar oleh guru atau dosen kepada siswa atau
mahasiswa dalam konteks pendidikan formal.
9. Metode yang digunakan dalam penyajian lisan meliputi pidato, dialog, presentasi
visual, drama, ceramah, wawancara, diskusi kelompok, dan berbagai bentuk
komunikasi lisan. Setiap metode memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda.
10. Hambatan dalam penyajian lisan:
a. Ketegangan dan Kegugupan
b. Kekurangan Persiapan
c. Kecemasan Publik
d. Masalah Artikulasi
e. Kebingungan dalam Struktur
f. Penggunaan Bahasa yang Tidak Tepat
g. Gangguan Suara
h. Gangguan Teknis
i. Ketidakpahaman Audiens
j. Waktu Terbatas
k. Gangguan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai