PELAYANAN KEFARMASIAN
Oleh:
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
Pelayanan
Kefarmasian tentang Ringkasan materi selama perkuliahan dari bab I sampai bab
V.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Allah SWT, Kedua orang tua, Bapak Prof. Almahdy, MS, Apt selaku
dosen pembimbing mata kuliah Pelayanan Kefarmasian dan segenap keluarga
besar serta kakak-kakak dan teman-teman calon apoteker angkatan IV Universitas
Andalas yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PHARMACEUTICAL CARE
1.1 Definisi
Pharmaceutical
centered
practice yang
mana
merupakan praktisi yang bertangung jawab terhadap kebutuhan terapi obat pasien
dan memegang tanggung jawab terhadap komitmen (Cipole dkk, 1998). Menurut
Linda Strand : Pharmaceutical care (PC) adalah sebuah praktek dimana praktikan
langsung mengambil tanggung jawab pengobatan pasien dan memegang
kebutuhan tanggung jawab untuk komitmen ini. Menurut American Society of
Hospital
Pharmacists
(1993),
asuhan
kefarmasian
(Pharmaceutical
Merawat Penyakit
2.
3.
4.
public
health didefinisikan
bahwa
apoteker
dapat
resolusi
dari
medication-related
problem
(MRP's)
DRP seperti : dosis terlalu besar/kecil, obat yang salah, obat tanpa indikasi, ADR,
IO, kegagalan menerima obat dll.
1.2 Tanggung Jawab Apoteker
Fungsi dari asuhan kefarmasian adalah (Heppler and strand, 1990) :
1.
2.
3.
Problem (DRP).
Mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dangan obat.
1.2.1. Drug Related Problem (DRP)
Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah bagian dari
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang menggambarkan suatu keadaan,
dimana profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya ketidaksesuaian
pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya (Hepler, 2003).
DRP dibagi menjadi 2 : actual dan potensial, DRP actual adalah masalah yang
terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll), dan DRP
potensial adalah masalah yang akan terjadi pada saat setelah penggunaan obat
(misalnya kerusakan hati, ginjal, dsb). Ada 8 jenis Drug Related Problem, yaitu :
1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication)
Ada indikasi penyakit/keluhan pasien yang belum ditangani dalam
resep tersebut, misalnya pasien mengeluh nyeri di persendian, sedang dalam
resep tersebut tidak ada obat untuk mengatasi masalah nyeri tersebut.
2. Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection)
Pemilihan obat dalam resep kurang tepat (salah obat) dan beresiko,
misalnya pasien demam dikasih antibiotik rifampisin, ini jelas pemilihan bat
salah. atau obat yang dipilih memiliki kontraindikasi atau perhatian (caution)
terhadap pasien.
4.
5.
6.
7.
penyakit pasien.
4. Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage)
Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil, sehingga
8.
9.
10.
11.
pasien,
misalnya
captopril
menyebabkan
batuk
yang
13.
Menetapkan kebutuhan terapi obat pasien sepanjang waktu, yang artinya (a)
semua kebutuhan terapi obat pasien digunakan sewajarnya dalam segala
kondisi, (b) Terapi obat oleh pasien adalah yang paling efektif, (c) Terapi obat
yang diterima oleh pasien adalah yang paling aman, dan (d) pasien sanggup
2.
3.
baik
untuk
diinginkan
These responsibilities are fulfilled by caring for each patient as an individual
in a way that benefits the patient, minimizes harm, and is honest, fair, and
5.
ethical.
Praktisi pharmaceutical care memenuhi tanggung jawab Klinis dengan cara
menemukan standar professional dan ethical behavior prescribed dalam
filsafat dari Praktik Asuhan Kefarmasian.
6.
7.
8.
Care plan
rasional
dijumpai
menggunakanPharmacotherap
(indikasi,efektifitas,keamanan,kepatuhan),
y Workup
identifikasi DRP.
the patient
Mempertimbangkan alternative terapi
Edukasi pasien
Menetapkan jadwal secara tepat dan sesuai
Follow-up
evaluation
Menetapkan bukti klinis/ lab
evaluation
yang diperlukan
Menilai pasien untuk DRP
terbaru
penyebabnya
Jadwalkan evaluasi selanjutnya Sediakan perawatan lanjutan
BAB II
GUIDE TO GOOD PRESCRIBING A PRACTICAL MANUAL
Kesalahan terapi (medication errors) sering terjadi di praktek umum
maupunrumah sakit. Kesalahan yang terjadi bisa karena peresepan yang salah, dan
itu terjadikarena kesalahan dalam proses pengambilan keputusan. Setiap langkah
mulai pengumpulan data pasien (anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan
pemeriksaan penunjang lainnya) berperan penting untuk pemilihan obat dan
akhirnya penulisanresep yang tepat. Kesalahan pemilihan jenis obat, dosis, cara
Health
Organization
(WHO)
sejak
tahun
90an
telah
adalah
permintaan
tertulis
dari
dokter
kepada
keperluan
klinik,
dosis
sesuaidengan
kebutuhan
pasien,
10
KASUS
DIAGNOSA
pasien 1
Pasien 1 :
Man , 54 tahun . Mengeluh sakit
tenggorokan yang parah . Tidak
lainnya
Pasien 2 :
pasien 2
darah
nya
menegaskan
hasil
tes
adalah
gejala
dari
minggu lalu.
Pasien 3 :
pasien 3
sakit
tenggorokan
lainnya
pemalu
dan
Dia
tidak
keluhannya itu.
hubungannya
dengan
tenggorokannya .
Pasien 4 :
pasien 4
menyebutkan
bahwa
ia mungkin
disebabkan
oleh
tenggorokan
memecahkan
tidak
akan
masalahnya,
tapi
12
5. Mulai pengobatan
13
Setelah sampai pada kesimpulan dan keputusan tentang obat yang paling
cocok untuk pasien dan kasus yang kita hadapi, maka langkah berikut adalah
memulai pengobatan dengan menuliskan resep yang merupakan suatu
instruksi kepadaapoteker untuk menyediakan/menyiapkan obat yang
dibutuhkan pasien. Dalam matarantai pengobatan rasional, pasien pun berhak
mendapatkan informasi dari apoteker dan perawat (atau petugas kesehatan
yang bertanggung-jawab untuk hal itu) tentangobat, dosis, cara penggunaan,
efek samping, dll.
6. Penjelasan Tentang Obat, Cara Pakai, Peringatan.
Setelah resep ditulis, kita harus menjelaskan tentang berbagai hal kepada
pasien yaitu:
Efek obat: Efek utama obat yang menjadi dasar pilihan kita
untuk mengatasi permasalahan/diagnosis perlu dijelaskan kepada pasien,
14
badan
multi-disiplin
di
tingkat
nasional
yang
BAB III
PHARMACOVIGILANCE
3.1.
Defenisi
Definisi menurut WHO adalah serangkaian ilmu dan kegiatan yang
15
titik ini, kebanyakan obat hanya melewati tahap uji keamanan dan kemanjuran
yang singkat pada jumlah individu yang terbatas yang dipilih secara hati-hati.
Pada beberapa kasus, paling sedikit 500 orang, dan jarang yang lebih dari 5000
akan menerima produk yang akan dipasarkan.
Karena itu, untuk alasan yang bagus, bahwa obat baru yang masih butuh
pengembangan secara medis dimonitor untuk keefektifan dan keamanannya
setelah dipasarkan. Banyak informasi yang sangat dibutuhkan untuk penggunaan
obat tersebut pada populasi tertentu, khususnya pada anak-anak, wanita hamil, dan
lansia, dan mengenai kemanjuran dan keamanan pada penggunaan kronik,
khususnya dalam bentuk kombinasi dengan obat lain. Pengalaman membuktikan
bayak terjadi efek samping, interaksi ( dengan makanan dan obat lain) dan faktor
resiko lain yang tampak setelah obat tersebut dipasarkan.
3.2.
Tujuan Farmakovigilance
Tujuan
utama
dari
farmakovigilans
sendiri
ialah
menempatkan
penggunaan produk yang tepat untuk memastikan keamanan dan efikasi. Menurut
WHO,
tujuan
dari
meningkatkanperawatan
adanyaprogram
pasien
denganpenggunaanobat-obatan,
masyarakat
dengan
dan
dan
farmakovigilansadalah
keselamatanpasien
untuk
menyediakanhandal,
mendukung
informasi
dalam
untuk
kaitannya
programkesehatan
yang
seimbanguntuk
16
3.3.
Sumber Farmakovigilan
Sumber farmakovigilan adalah sistem pelaporan secara nasional akan
3.4.
3.5.
17
Alasan 1:
Keprihatinan kemanusiaan:
Tak cukup bukti keselamatan dari uji klinis
Percobaan pada hewan
Tahap 1-3 penelitian sebelum izin edar
Alasan 2:
Obat-obatan yang seharusnya untuk menyelamatkan nyawa.
Meninggal akibat penyakit ini kadang-kadang tidak dapat dihindari;
sekarat dari obat tidak dapat diterima. (Lepakhin V. Geneva 2005)
Alasan 3:
ADR (reaksi obat yang merugikan) yang mahal. Reaksi obat yang
merugikan
Alasan 4:
Mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan kepatuhan
Alasan 5:
Memastikan kepercayaan public, jika ada sesuatu yang bisa salah,
itu harus -
(hukum Murphy)
Alasan 6: Etika
Untuk mengetahui ada sesuatu yang berbahaya bagi orang lain yang
tidak tahu,
dan tidak memberitahu, itu tidak etis. Tidak melaporkan reaksi yang
tidak
diketahui yang serius itu tidak etis berlaku untuk semua orang.
Pasien
profesional kesehatan
produsen
pemerintah
3.6.
18
Pada
fase
ini
ditentukan
hubungan
dosis
dengan
efek
yang
obat.
Setelah
hasil
studi
IV
dievaluasi
masih
19
3.7.
20
3.8.
21
BAB IV
DEVELOPING PHARMACY PRACTICE
Seorang Apoteker harus bergerak dari belakang meja dan mulai melayani
masyarakat dengan menyediakan pelayanan bukan pil saja. Tidak ada masa
depan dalam tindakan yang hanya sekadar pengeluaran (produk/obat). Kegiatan
yang dapat dan akan diambil alih oleh internet, mesin, dan / atau teknisi yang
tidak terlatih. Fakta bahwa apoteker memiliki pelatihan akademik dan bertindak
sebagai profesional perawatan kesehatan menempatkanbeban kepada mereka
untuk lebih melayani masyarakat daripada yang mereka lakukan saat ini.
Pelayanan Kefarmasian atau Asuhan Kefarmasian adalah tugas dari
seorang tenaga kesehatan apoteker yang bertanggung jawab dalam hal yang
berkaitan dengan terapi obat pasien untuk mencapai tujuan dan hasil yang pasti
demi meningkatkan kualitas hidup pasien.
Empat prinsip utama yang telah muncul untuk memandu jaminan mutu
dalam pelayanan kesehatan:
1. Fokus pada klien / pasien
2. Fokus pada sistem dan proses
3. Fokus pada pengukuran
4. Fokus pada kerja sama tim
Apoteker klinis bekerja terutama di rumah sakit dan pengaturan perawatan
akut dan mengutamakan pasien-oriented daripada layanan produk-oriented.
Klasifikikasi Aktivitas Praktek Di Apotek
A. Memastikan terapi yang tepat dan hasil
o Memastikan farmakoterapi yang tepat
o Memastikan pemahaman / kepatuhan pasien terhadap terapinya atau
rencana perawatannya
o Pemantauan dan hasil pelaporan
B. Pemberian obat-obatan dan perangkat
o Pengolahan resep atau pemesanan obat
o Mempersiapkan produk farmasi
o Menghantarkan obat atau perangkat
C. Promosi Kesehatan dan pencegahan penyakit
o Menyampaikan layanan pencegahan klinis
22
sebagai berikut:
o Pemberi pelayanan: Apoteker menyediakan layanan kepedulian. Mereka
harus melihat praktek mereka sebagai terintegrasi dan terus-menerus dengan
orang-orang dari sistem perawatan kesehatan dan profesional kesehatan
lainnya. Jasa harus dari kualitas tertinggi.
o Pembuat keputusan: ketepatan, berkhasiat, penggunaan yang aman dan
hemat biaya sumber daya (misalnya, personel, obat-obatan, bahan kimia,
peralatan, prosedur, praktek) harus menjadi dasar kerja apoteker. Di tingkat
lokal dan nasional, apoteker berperan dalam menetapkan kebijakan obatobatan. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi,
mensintesis. Data dan informasi dan memutus saja yang paling tepat
tindakan.
o Manager: Apoteker harus mampu mengelola sumber daya (manusia, fisik
dan keuangan) dan informasi secara efektif; mereka juga harus nyaman
diperintah oleh orang lain, apakah dengan majikan atau manajer / pemimpin
tim perawatan kesehatan. Terlebih lagi, informasi dan teknologi terkait akan
memberikan tantangan sebagai apoteker memikul tanggung jawab yang lebih
besar untuk berbagi informasi mengenai obat-obatan dan produk-produk
terkait dan memastikan kualitas mereka.
o Belajar seumur hidup: Tidak mungkin untuk memperoleh semua
pengetahuan di sekolah farmasi dan pengalaman yang diperlukan untuk
mengejar karir seumur hidup sebagai seorang apoteker. Konsep, prinsip
dan komitmen untuk belajar seumur hidup harus dimulai ketika
menghadiri sekolah farmasi dan harus didukung sepanjang karier apoteker.
23
Ilustrasi Kasus
KASUS I
Mrs W, seorang wanita 53 tahun telah memiliki gangguan asam terkait
gastrointestinal (GERD) didiagnosis dengan endoskopi. Mrs W memiliki riwayat
asma, hipertensi dan duodenum ulkus (DU). Terapi obat saat nya meliputi
amlodipine (10mg di pagi hari), salbutamol inhaler (dua puff yang diperlukan),
beclometasone inhaler (200mcg dua kali sehari), dan teofilin (300mg dua kali
sehari). Mrs W baru-baru ini telah mengalami H. pylori terapi eradikasi yg sukses,
yang telah dikonfirmasi oleh tes nafas karbon urea. Mrs W merokok 10 batang
sehari, memiliki indeks massa tubuh 35 dan tidak minum alkohol.
Identifikasi pola hidup, obat dan faktor penyakit pasien dibawah ini :
1. Faktor pola hidup
24
kelebihan kopi atau minuman lainnya seperti cola atau teh, yang akan
memperburuk GERD karena kandungan kafein mereka.
2. Faktor Obat
(bendrofluazide).
Theophylline juga mengurangi nada sfingter esofagus lebih rendah.
Tinjau manajemen asma. Jika sesuai, bisa berhenti teofilin tanpa
menambahkan terapi atau mengganti teofilin dengan obat lain seperti
salmeterol.
3. Faktor Penyakit
Diagnosis GERD mungkin telah tertutup oleh pengobatan jangka
panjang DU yang baru-baru ini disembuhkan oleh pemberantasan H.
KASUS II
Mrs P, berusia 74 tahun, baru-baru ini didiagnosis dengan penyakit
Parkinson. dia hanya kondisi medis yang tercantum adalah angina. Terapi obatnya
saat ini adalah sebagai berikut: gliseril trinitrat (GTN) 500mcg satu tablet
sublingually sesuai kebutuhan haloperidol 0.5mg kapsul satu kapsul tiga kali
sehari.
IDENTIFIKASI MASALAH OBAT KASUS 2
Jenis Masalah
1. butuh farmakoterapi tetapi tidak
1.
mendapatkannya-masalah
sebenarnya
2. butuh farmakoterapi tetapi tidak
mendapatkannya-masalah potensial
3. mendapat atau menerima obat
dengan
tidak
tepat
Deskripsi Masalah
indikasi profilaksis antiplatelet
indikasi-
aspirin
2.
penjelasan
dibutuhkan
untuk
25
masalah sebenarnya
4. mengalami ES-maslah potensial
penjelasan
untuk
yang
haloperidol.
dibutuhkan
Tidak
ada
dari
wawancara
pasien
4.
hentikan
haloperidol
dan
KASUS III
Mrs L, pasien 59 tahun, meminta untuk membeli ranitidin 'kekuatan tinggi'
untuk 'maag' nya. Dari catatan nya Anda perhatikan bahwa dia tidak memiliki
riwayat penyakit ulkus peptikum. Pembahasan lebih lanjut dengan Mrs L
mengungkapkan bahwa dia telah membeli ranitidin, yang memiliki pengaruh yang
kecil. Dia menghubungkan ini dengan kekuatan rendah
BAB V
FOOD/DRUG AND DRUG/NUTRIENT INTERACTIONS
Bagaimana untuk memahami interaksi obat dengan makanan/ obat dg
obat / nutrisi, penting untuk memahami bagaimana obat bekerja dalam tubuh. Ada
empat tahapan kerja obat untuk obat-obatan yang diambil oleh mulut:
Tahap 1. Obat larut ke dalam bentuk yang bisa digunakan di perut.
Tahap 2. Obat ini diserap ke dalam darah dan diangkut ke tempat
kerjanya.
Tahap 3. Tubuh merespon obat dan obat melakukan fungsi.
Tahap 4. Obat ini diekskresikan dari tubuh baik oleh ginjal, hati, atau
keduanya.
INTERAKSI MAKANAN/OBAT
27
Makanan dapat mengganggu tahapan kerja obat dalam beberapa cara. Efek
yang paling umum adalah untuk makanan untuk mengganggu penyerapan obat.
Hal ini dapat membuat obat kurang efektif karena kurang masuk ke dalam darah
dan ke lokasi aksi. Kedua, nutrisi atau bahan kimia lainnya dalam makanan dapat
mempengaruhi bagaimana obat yang digunakan dalam tubuh. Ketiga, ekskresi
obat dari tubuh dapat dipengaruhi oleh makanan, nutrisi, atau zat lain.
Dengan beberapa obat, sangat penting untuk menghindari makanan dan
obat-obatan bersama-sama karena makanan dapat membuat obat kurang efektif.
Untuk obat lain, mungkin baik untuk mengambil obat dengan makanan untuk
mencegah iritasi lambung.
a) Grapefruit Juice Dan Obat
Jus Grapefruit mengandung senyawa yang meningkatkan penyerapan
beberapa obat. Hal ini dapat meningkatkan efek mereka. Senyawa ini tidak
ditemukan dalam jus jeruk lainnya. Yang terbaik untuk tidak mengambil obat
dengan jus jeruk. Minum setidaknya dua jam dari ketika Anda minum obat.
Jika Anda sering minum jus jeruk, berbicara dengan apoteker atau dokter
sebelum mengubah rutinitas Anda.
Hal ini juga memungkinkan untuk obat untuk mengganggu status gizi
seseorang. Beberapa obat mengganggu penyerapan nutrisi. Obat lain
mempengaruhi penggunaan tubuh dan / atau ekskresi nutrisi, terutama vitamin
dan mineral. Jika gizi kurang tersedia untuk tubuh karena efek ini, hal ini
dapat menyebabkan kekurangan gizi.
b) Analgetik
Analgetik adalah obat yang menghilangkan rasa sakit. Analgesik seringkali
menyebabkan iritasi lambung. Ini adalah ide yang baik untuk mengambil
analgesik, seperti aspirin, dengan makanan. Sebuah perut penuh menurunkan
risiko iritasi lambung.
c) Antacid, Acid Blocker
Antasida menetralisir asam lambung, dan asam blocker mengurangi produksi
asam lambung. Penggunaan jangka panjang obat ini dapat menyebabkan
kekurangan gizi tertentu. Hal ini karena asam lambung yang penting dalam
pencernaan dan / atau penyerapan nutrisi. Orang tua menghasilkan asam
28
29
Untuk pasien dengan diabetes, obat ini dapat menyebabkan masalah dalam
mengontrol gula darah. Selain itu, licorice alami, ditemukan di beberapa
permen impor, menyebabkan retensi garam dan air. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
j) Obat Kanker
Agen antineoplastik digunakan untuk mengobati berbagai bentuk kanker. Obat
ini dapat mengiritasi sel-sel yang melapisi mulut, lambung, dan usus. Banyak
penyebab mual, muntah, dan / atau diare. Semua ini dapat mempengaruhi
status gizi.
k) Laxative
30
o) Inhibitor Mao
Obat ini mengurangi penggunaan tubuh dari senyawa yang disebut
monoamina. MAO inhibitor juga dapat bereaksi dengan tyramine (monoamine
a) ditemukan dalam makanan. Reaksi ini dapat menyebabkan kenaikan
berbahaya dalam tekanan darah. Jika tidak diobati, hal ini dapat menyebabkan
kematian. Beberapa makanan tua dan difermentasi yang tinggi tyramine.
Mereka harus dihindari oleh orang yang memakai inhibitor MAO. Beberapa
makanan ini:
Keju berusia
Brewer ragi, ekstrak ragi
31
Anggur chianti
Acar ikan herring
Kacang fava
Jika Anda tidak yakin apakah Anda mengambil inhibitor MOA, tanyakan
kepada dokter atau apoteker.
Interaksi
obat
apabila
makanan
yang
kita
makan
mempengaruhi kerja obat, kerja obat menjadi tidak efektif dan tidak tepat sasaran,
dapat menimbulkan efek samping yang lebih parah, dan dampak buruk lainnya.
Namun, tidak semua makanan yang kita konsumsi dapat mempengaruhi efektifitas
obat di dalam tubuh lho, hanya obat-obatan tertentu saja dan ini patut kita ketahui.
Makanya, terkadang ada obat yang diminum dua jam sebelum makan dan ada
yang diminum setelah makan.
Berikut ini ada beberapa contoh interaksi obat dan makanan tersebut
:Makanan yang mengandung kalsium, seperti susu dan produk olahannya
serta suplemen; zinc, magnesium, zat besi, dapat menghambat penyerapan
antibiotik. Antibiotik bila berikatan dengan zat-zat tersebut dapat membentuk
zat yang tidak larut dan tidak dapat diserap oleh tubuh. Akibatnya, obat
menjadi
tidak
manjur
dan
kesembuhan
menjadi lama.
resiko
32
tertentu
(seperti enoxacin,
Sayuran yang kaya vitamin K seperti brokoli, kubis, selada, bayam, dan
alpukat sebaiknya dihindari ketika sedang meminum obat anti koagulan
karena dapat mengurangi efektifas obat tersebut. Obat ini bekerja
mengencerkan darah, sedangkan vitamin K dapat membekukan darah
Konsumsi alkohol dengan obat anti histamin atau anti alergi (seperti obat
alergi, flu, dan batuk) dapat menambah rasa kantuk dan memperlambat
performa motoric dan mental. Selain itu juga, konsumsi alkohol yang
bersamaan dengan parasetamol dapat meningkatkan kerusakan hati dan
pendarahan lambung. Maka dari itu, sebaiknya hindari konsumsi makanan
yang mengandung alkohol berlebihan seperti tape ketan atau tape beras.OK
gan, gimana ne biar obat-obatan tetap manjur??. Nah,ketika mendapat resep
dari dokter ikuti petunjuknya dan tanyakan apa saja makanan dan minuman
yang dilarang, serta jangan lupa baca label pada kemasan obat-obatan. Untuk
lebih amannya konsumsi obat dengan air putih saja.
33
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong dkk, 2005, The contribution of community pharmacy to improving the
publics health, Report 3: An overview of evidence-base from 1990
2002 and recommendations for action.
Anonim. 1990. The Role of the Pharmacist in Health Care System
Bland, Sarah E. 1998. Pharmacotherapy Perspectives : Drug-Food Interactions.
Journal of the Pharmacy Society of Wisconsin.
Bobroff, Linda B, Ashley Lentz, dan R. Elaine Turner. Food/Drug and
Drug/Nutrient Interactions : What You Should Know About Your
Medications. University of Florida
Cipolle, Robert J. Linda M. Strand, dan Peter C. Morley. Pharmaceutical Care
Practice: The Clinician's Guide, 2nd Edition.
Couper, Mary R dan Shanthi Pal. The need for Pharmacovigilance : Quality
Assurance and Safety of Medicines. World Health Oganization.
Hepler and Strand , 1990, Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical
Care
Sudjaswadi, 2001, Farmasi, Farmasis, dan Farmasi Sosial (Pharmacy,
Pharmacist, and Social Pharmacy)
World Health Organitation, 2006, Developing pharmacy practice A focus on
patient care HANDBOOK 2006 EDITION. World Health Organitation.
34