Anda di halaman 1dari 2

KIE – Tugas Bu Elida

Skenario

Seorang janda berusia 65 tahun masuk rumah sakit akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Riwayar obat yang diresepkan oleh dokter meliputi Norvasc 10 mg (2x sehari), Metoprolol 50
mg (2x sehari), dan Furosemide 30 mg (perhari).

Setelah beberapa bulan, dia mulai mengalami rasa lelah yang semakin parah, pergerakan menjadi
lambat, perubahan sifat, dan tekanan darah yang tidak terkontrol. Pada saat tersebut, ia sempat
dirawat di rumah sakit karena merasakan sakit di dada dan berobat beberapa kali ke dokter
umum. Ia dirawat kembali sesaat setelah jatuh karena sakit kepala ringan.

Pada saat dilakukan rekonsiliasi pengobatan, pasien diketahui mengkonsumsi Navane


(thiothixene), antipsikotik, bukan Norvasc. Setelah penelusuran lebih lanjut, ternyata apoteker
salah memberikan obat kepada pasien padahal resep sudah tertulis dengan jelas (terbaca). Setelah
berhenti mengkonsumsi thiothixene, status klinis pasien semakin membaik.

Pertanyaan

1. Masalah kasus di atas?


Seorang wanita berusia 65 tahun dirawat karena hipertensi, dokter meresepkan
Norvasc dan resep tersebut dapat dibaca dengan jelas. Apoteker salah memberikan
obat, yang diberikan Navane (thiothixene), obat golongan antipsikotik, yang kemudian
menyebabkan pasien mengalami efek samping seperti rasa lelah yang semakin parah,
pergerakan menjadi lambat, perubahan sifat, dan tekanan darah yang tidak terkontro,
sakit kepala bahkan sampai pingsan. Setelah pasien berhenti mengkonsumsi thiothixene
kondisi kesehatannya perlahan membaik.

2. Apakah terdapat batasan atau hal yang menghalangi komunikasi pasien dengan tenaga
kesehatan professional? Apa itu?
3. Solusi apa yang dapat anda tawarkan untuk mengatasi halangan tersebut? Jangka pendek
& jangka panjang.
4. Apa yang dapat anda pelajari terkait peran dan tanggung jawab apoteker pada kasus
tersebut?
Apoteker berperan dalam meningkatkan keamanan pasien meliputi pemastian kelayakan
obat yang diresepkan, kesesuaian dosis dan bentuk sediaan, menjelaskan cara
penggunaan obat termasuk konseling kepada pasien, mencegah interaksi obat dengan
obat lain atau dengan makanan, menghindari terjadinya efek samping pada pasien.
Apoteker juga berperan melindungi pasien dari penyakit tambahan yang disebabkan
karena kesalahan terapi obat. Tanggung jawab apoteker sering kali mencakup mengawasi
perawatan pengobatan pasien dan memberi tahu tim tenaga kesehatan jika ditemukan
ketidaksesuaian. Maka dari itu, apoteker berkewajiban mengecek kembali obat yang
diambil untuk memastikan mereka tidak memberikan obat yang berpotensi berbahaya
kepada pasien. Apoteker juga mengecek ulang resep yang diberikan dokter untuk
memastikan sesuai dengan kondisi pasien. Pada dasarnya, apoteker bertugas menangkap
kesalahan orang lain sebelum kesalahan tersebut berdampak pada pasien. Namun,
kesalahan tetap saja bisa terjadi. Apabila sudah terjadi, maka apoteker dan tenaga
kesehatan lainnya harus segera menjelaskan dan meminta maaf kepada pasien ([ CITATION
Tar21 \l 1033 ]; (International Pharmaceutical Federation, 2020)).

5. Apa yang dapat anda pelajari mengenai peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan
lainnya pada kasus tersebut?
Selain apoteker, tenaga kesehatan lainnya dan institusi juga bertanggung jawab dan
memiliki peran untuk memastikan keselamatan pasien, meningkatkan hasil pengobatan,
dan mengurangi potensi kejadian buruk. . Contohnya perawat, saat pasien baru akan
pulang dari rumah sakit, perawat dapat mengidentifikasi kembali obat yang telah
diberikan oleh apoteker sesuai dengan resep untuk mencegah kesalahan sebelum obat
sampai ke tangan pasien. Apabila terlanjur terjadi kesalahan terapi pengobatan, maka
segeralah meminta maaf dan menjelaskan kepada pasien. The Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) mewajibkan institusi perawatan
kesehatan untuk segera menyelidiki, mengidentifikasi dan mengatasi setiap kejadian tak
terduga yang merugikan pasien. Dokter yang merawat bertugas memimpin untuk
menyampaikan kepada pasien dan keluarga pasien terkait kesalahan terapi atas nama
institusi. Institusi harus memastikan bahwa pasien yang dirugikan tidak dibebankan
dengan biaya tambahan; melakukan analisis akar penyebab; dan mengembangkan
rencana tindakan jika perlu (Rogers et al., 2008; Rodriguez, Storm and Burris, 2009;
Ahmed et al., 2019)

Reference :

Ahmed, Z. et al. (2019) ‘Medical errors: Healthcare professionals’ perspective at a tertiary


hospital in Kuwait’, PLoS ONE, 14(5), pp. 1–14. doi: 10.1371/journal.pone.0217023.
International Pharmaceutical Federation (2020) ‘Patient safety Pharmacists ’ role in “ Medication
without harm ” Colophon’.
Rodriguez, M. A., Storm, C. D. and Burris, H. A. (2009) ‘Medical errors: Physician and
institutional responsibilities’, Journal of Oncology Practice, 5(1), pp. 24–26. doi:
10.1200/JOP.0918502.
Rogers, A. E. et al. (2008) ‘Role of registered nurses in error prevention, discovery and
correction’, Quality and Safety in Health Care, 17(2), pp. 117–121. doi:
10.1136/qshc.2007.022699.

Anda mungkin juga menyukai