PHARMACEUTICAL CARE
OLEH:
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. Atas berkat lipahan rahmat dan hidayah-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh tanggungjawab yang besar. Tak
lupa pula salawat serta salam dihaturkan kepada baginda Muhammad SAW karena dari
perjuangan beliaulah semua ummat muslim dapat merasakan pengaruhnya hingga saat ini
terutama beliau banyak hal kesehatan. Dalam proses pembuatan makalah ini penulis telah
banyak belajar terkait tugas dan tanggujawab atau pekerjaan yang dilakukan oleh seorang tenaga
kefarmasian yang bertugas menjalankan program Pharmaceutical Care. Untuk itu penulis ingin
teman-teman atau para pembaca juga bisa mengambil dan mendapat manfaat dari sini. Makalah
Pharmaceutical Care ini telah penulis rangkum penjelasannya secara rinci didalam bab
pembahasan.
Disamping terselesaikannya makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan didalamnya oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik dari para pembaca
terutama Dosen pangampu mata kuliah ini, agar bisa menjadi salah satu batu loncatan bagi
03 Oktober 2019
Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN
pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil
yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian tidak hanya
melibatkan terapi obat tapi juga keputusan tentang penggunaan obat pada pasien. Termasuk
keputusan untuk tidak menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute
dan metoda pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada
pasien (American Society of Hospital Pharmacists, 1993). Masalah terkait obat (Drug-
sebagai setiap kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara nyata atau potensial terjadi
akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan. Suatu kejadian dapat disebut masalah
terkait obat bila pasien mengalami kejadian tidak diinginkan baik berupa keluhan medis atau
gejala dan ada hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat. PCNE mengidentifikasi
permasalahan yang terkait dengan obat, yaitu: (1) Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki/ROTD ,(2) masalah pemilihan obat, (3) masalah pemberian dosis obat, (4)
Sebuah penelitian tahun 2003 yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa
biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah terkait dengan obat diperkirakan mencapai
177,4 miliar dolar. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya juga menyatakan
bahwa masalah terkait dengan obat merupakan salah satu penyebab pasien di rawat di rumah
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
berorientasi kepada pasien. Meliputi semua aktifitas apoteker yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah terapi pasien terkait dengan obat. Praktek kefarmasian ini
meningkatkan kualitas hidup pasien Peran apoteker dalam asuhan kefarmasian di awal
proses terapi adalah menilai kebutuhan pasien. Di tengah proses terapi, memeriksa
kembali semua informasi dan memilih solusi terbaik untuk DRP (Drug Related Problem)
pasien. Di akhir proses terapi, menilai hasil intervensi sehingga didapatkan hasil optimal
dan kualitas hidup meningkat serta hasilnya memuaskan (keberhasilan terapi) (Rover et
al, 2003).
Network Europe (PCNE) didefinisikan sebagai setiap kejadian yang melibatkan terapi
obat yang secara nyata atau potensial terjadi akan mempengaruhi hasil terapi yang
diinginkan. Suatu kejadian dapat disebut masalah terkait obat bila pasien mengalami
kejadian tidak diinginkan baik berupa keluhan medis atau gejala dan ada hubungan antara
kejadian tersebut dengan terapi obat. PCNE mengidentifikasi permasalahan yang terkait
dengan obat, yaitu: (1) Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki/ROTD ,(2) masalah
pemilihan obat, (3) masalah pemberian dosis obat, (4) masalah pemberian/penggunaan
obat, (5) interaksi obat, (6) masalah lainnya.(Pharmaceutical Care Network Europe,2006)
b. Kasus-kasus Penting
Sebuah penelitian tahun 2003 yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa
biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah terkait dengan obat diperkirakan
juga menyatakan bahwa masalah terkait dengan obat merupakan salah satu penyebab
Ruang perawatan intensif (ICU) adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk
merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa
peralatan khusus. Pelayanan keperawatan intensif disediakan dan diberikan kepada pasien
dalam keadaan kegawatan dan kedaruratan yang perlu ditanggulangi dan diawasi secara
ketat, terus menerus serta tindakan segera, ditujukan Intervensi apoteker ..., Mayannaria
Simarmata, FMIPA UI, 2010 Universitas Indonesia 2 untuk observasi, perawatan dan
Dalam satu studi baru terungkap bahwa kesalahan pemberian obat suntik merupakan
masalah keamanan utama di ruang intensive care medicine. Kesalahan yang paling sering
terjadi adalah dikaitkan dengan salah dalam waktu pemberian obat, dan miss medication,
diikuti dengan dosis salah, obat salah dan rute yang salah (Valenti Andreas et al.,2009).
Sekitar 97% dari pasien yang dimonitor di ruang perawatan intensif rumah sakit
pendidikan Mesir dilaporkan dengan satu atau lebih masalah terkait obat. Rejimen dosis
yang tidak benar menunjukkan persentase tertinggi (27,971%) diikuti dengan duplikasi
perlu (2,1%), pengobatan yang tidak sesuai (1,131%) dan kontraindikasi (1,131%) (Sabry
Nirmen A, Farid Samar F, Abdel Aziz Emad,2009). Penelitian tentang efek dari
partisipasi apoteker pada ronde dokter dan kejadian efek yang merugikan dari obat
dilakukan pada ruang perawatan intensif rumah sakit umum Massachusetts di Boston
menunjukkan bahwa kehadiran apoteker pada saat ronde sebagai anggota tim di ruang
perawatan intensif menurunkan angka kejadian efek yang merugikan dari obat karena
kesalahan penentuan obat (Leape Lucian L et al., 1999). Intervensi apoteker dalam
mencegah terjadinya masalah terkait dengan obat akan mempengaruhi biaya kesehatan,
C.,2001).
Jumlah pasien yang masuk ruang perawatan intensif Rumah Sakit TNI Angkatan Laut
(Rumkital) Dr. Mintohardjo pada tahun 2009 adalah sebanyak 393 orang, dengan rata-
rata hari perawatan 3,28 hari. Penyakit stroke, infark miokard serta hipertensi adalah
merupakan diagnosa terbanyak pada pasien yang di rawat di ruang perawatan intensif ini.
Penelitian tentang intervensi apoteker terhadap masalah terkait obat telah dilakukan pada
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani rawat inap dan pada pasien anak rawat jalan
di Rumkital Dr. Mintohardjo. Masalah terkait obat yang paling banyak ditemui pada
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani rawat inap adalah over dosis (65,40%),
(Aritonang,Robert E., 2008). Masalah terkait obat yang paling banyak ditemui pada
pasien anak rawat jalan adalah dosis Intervensi apoteker ..., Mayannaria Simarmata,
FMIPA UI, 2010 Universitas Indonesia 3 terlalu rendah (28,81%), interval pemberian
tidak sesuai (15,90%) dan interaksi potensial (8,99%) (Pramono, Yudi.,2008). Pasien di
ruang perawatan intensif sering kali mendapat polifarmasi. Pemberian obat pasien
perawatan intensif rata-rata 9 obat. Hal ini menyebabkan kemungkinan besar terjadi
interaksi obat dan sebagian besar darinya relevan secara klinik. (Ray S, Bhattacharyya M,
c. Peran Apoteker
1) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
2) Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep
3) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep. Apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
1. Pelayanan resep.
a) Persyaratan administratif :
Informasi lainnya. 8
2. Penyiapan obat.
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian
lainnya.
harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan eduksi. Apoteker ikut
1) Pengertian
Informasi obat yang dijadikan sumber acuan mencakup setiap data atau pengetahuan
obat yang dijadikan fokus perhatian terdiri dari nama kimia, struktur dan sifat-sifat
mekanisme kerja, onset dan durasi, dosis rekomendasi dan jadwal pemberian (waktu
data uji klinik, data penggunaan obat, dan informasi lainnya. Pelaksanaan pelayanan
informasi obat merupakan kewajiban Apoteker yang diatur dalam Peraturan Menteri
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan
Apotek sebagai tempat Pelayanan Informasi Obat haruslah lengkap dan akurat
dalam penyediaan obat dan sesuai dengan standar penyediaan obat di apotek yaitu
meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA (Obat Wajib Apotek). Obat
bebas dan obat bebas terbatas merupakan obat yang memilki logo lingkaran
berwarna hijau dan lingkaran biru yang meliputi 12 obat penurun panas, batuk,
vitaman, sedangkan obat OWA meliputi obat oral kontrasepsi, obat saluran cerna,
obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem
dalam menentukan jenis dan jumlah obat yang ada di dalam apotek. Ketersediaan
apotek sekitarnya. Ketersediaan obat dalam suatu apotek meliputi variasi jenis, tipe
ukuran kemasan barang yang dijual, dan macam-macam dari suatu produk yang akan
suatu kemampuan untuk mencapai target secara cepat sesuai waktu yang ditentukan.
Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan
adalah target pelayanan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan
Secara teoritis pasien tidak ingin mengalami kesulitan atau membutuhkan waktu
lama dan antrian yang panjang untuk menunggu, tidak berdaya serta merasa
maka akan timbul rasa kepercayaan 13 pasien untuk kembali membeli obat di tempat
tersebut. Pada dasarnya manusia ingin kemudahan, begitu juga dengan mencari
pelayanan kesehatan, mereka suka pelayanan yang cepat mulai dari pendaftaran
PENUTUP
3.1. Simpulan
berorientasi kepada pasien. Di tengah proses terapi, memeriksa kembali semua informasi
dan memilih solusi terbaik untuk DRP (Drug Related Problem) pasien. Di akhir proses
terapi, menilai hasil intervensi sehingga didapatkan hasil optimal dan kualitas hidup
meningkat serta hasilnya memuaskan. Peran apoteker telah dijelaskan berdasarkan Peraturan