Disusun Oleh :
P17310223087
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillah kami ucapkan puji dan syukur kepada Allah
subhanahu Wata’ala. Alhamdulillah atas segala pertolongan, rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga kami sebagi penulis dapat menyelesaikan makalah Farmakologi yang berjudul
“Penggunaan obat-obatan high alert dalam praktik kebidanan dan keperawatan”. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam yang senantiasa menjadi sumber inspirasi
dan teladan terbaik untuk umat manusia.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas nilai mata kuliah
farmakologi. Pada mata kuliah Farmakologi, Selain itu juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Penggunaan obat-obatan high alert dalam praktik kebidanan dan
keperawatan” bagi para pembaca dan kami sebagai penulis.
Saya menyadari menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mohon untuk para dosen. selaku dosen pengampu dan para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kami kedepannya agar bisa memberikan makalah
yang baik dan benar .
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................7
PEMBAHASAN................................................................................................................7
2.6 Cara Tepat Pemberian Obat High Alert Dengan Prinsip 7 Benar.............................16
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................19
3.2 SARAN......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Penanganan untuk obat high alert yang paling efektif adalah dengan
meningkatkan sistem penyimpanan obat termasuk dengan memindahkan elektrolit
konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit perlu mengembangkan
kebijakan pengelolaan obat guna meningkatkan keamanan, insiden keselamatan pasien
terkait obat high alert. Seperti di instalasi gawat darurat (IGD) pemberian label sangat
penting untuk obat high alert guna mencegah pemberian yang tidak sesuai atau kurang
hati-hati (Depkes RI, 2017).
1.2 TUJUAN
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan meningkatkan pemahaman penulis
mengenai obat-obatan high alert dalam praktik kebidanan maupun
keperawatan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah
yang ada dan penyelesaian permasalahan dari latar belakang yang telah
diungkapkan sebelumnya, diantaranya :
a) Dapat memahami pengertian dari obat-obatan high alert dalam
lingkup kesehatan.
b) Dapat memahami ketepatan penyimpanan dan pemberian obat
high alert dalam praktik kebidanan dan keperawatan.
c) Mengetahui bahaya pemberian obat high alert.
d) Memperluas pengetahuan mengenai obat-obatan terkhusus
seperti obat high alert yang dinilai berdosis tinggi.
1.3 MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah yang ditinjau dari permasalahan yang terjadi, tujuan
dari makalah dan penyelesaian permasalahan dari latar belakang yang telah
diungkapkan sebelumnya, diantaranya :
a) Peneliti dapat mengetahui dan memperoleh wawasan serta pengetahuan
mengenai gambaran penyimpanan obat high alert dan bagaiamana
penyimpanannya.
5
b) Sebagai wawasan dan juga acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai Obat High Alert Medication (HAM).
6
BAB II
PEMBAHASAN
High alert medication merupakan obat yang perlu diawasi dan diwaspadai dalam
penggunaannya karena memiliki persentase tinggi dalam menimbulkan kesalahan/bahaya atau
kejadian (sentinel event) obat ini memiliki risiko tinggi yang tidak diinginkan dari obat itu
sendiri (adverse outcome) (Permenkes, 2016). Menurut Permenkes RI No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA ini masuk ke
dalam obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Obat yang tergolong dalam jenis high alert medication ada tiga, yaitu yang pertama obat
LASA/Look Alike Sound Alike merupakan obat yang memiliki kemasan dan pengucapannya
mirip. Kedua adalah obat dengan elektrolit konsentrasi tinggi beberapa contoh obat ini adalah
kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, magnesium sulfat dengan
konsetrasi 50 %, dan natrium klorida pekat 0,9%. Ketiga ialah obat sitostatika atau obat yang
digunakan untuk memperlambat atau membunuh sel kanker di tubuh. Sebuah rumah sakit
dengan IFRS perlu adanya pegembangkan kebijakan pengelolaan obat guna meningkatkan
keamanan terlebih pada obat yang perlu diwaspadai yakni high alert medication (Permenkes,
2016).
7
amlodipine 10 mg. Penyimapanan obat LASA/ Look Alike Sound Alike dapat disimpan
dalam cara seperti berikut (Singh, 2017):
a) Obat LASA tidak ditumpuk dengan obat lain
b) Obat LASA disimpan terpisah di dua baris dan kelompok II pada baris lain
guna mengindari medication error.
c) Obat LASA disimpan secara terpisah pada tempat obat atau kotak obat di ruang
darurat, bangsal, serta ruang operasi.
d) Adanya daftar nama obat LASA yang digantung di rak e) Daftar nama obat
LASA harus ada di bangsal/ unit dan jika bisa di ruang perawatan.
Penyimpanan obat LASA dapat menggunakan metode penulisan Tall Man Lattering guna
memfokuskan perbedaan pada suara atau tulisan yang sama. Penulisan Tall Man
Lattering berfungsi sebagai menyoroti tulisan yang berbeda dan mempermudah
membedakan nama obat mirip. Pengelompokkan pada obat LASA/Look Alike Sound
Alike berdasarkan kemasan mirip, nama obat sama namun kekuatan dosis yang beda, dan
ucapan mirip (Rusli, 2018).
a. Ucapan Mirip Beberapa obat yang dapat digolongkan dalam katagori ucapan mirip
dapat dilihat pada tabel berikut:
8
Sumber: Farmasi Klinik, 2018
c. Obat dengan nama yang sama tetapi kekuatan yang berbeda, dapat digolongkan dalam
kategori seperti obat pada tabel berikut:
Menurut Rusli (2018) penggunaan stiker pada obat LASA pada nama obat sama dengan dosis
berbeda ketika ada 3 obat maka untuk obat LASA kekuatan besar diberi stiker menggunakan
warna biru, obat LASA kekuatan sedang diberi stiker menggunakan warna kuning, dan obat
LASA kekuatan kecil diberi stiker menggunakan warna hijau. Ketika ada 2 obat dengan nama
sama dengan kekuatan mirip obat LASA dengan kekuatan besar diberi stiker menggunakan
warna biru dan obat LASA dengan kekuatan kecil diberi stiker menggunakan warna hijau.
9
(Ca2+) sedangkan Anion seperti klorida (Cl- ), bikarbonat (HCO3), fosfat (PO4 3- ), dan
sulfat (SO4 2- ) (Rusli, 2018).
Elektrolit konsentrasi tinggi (konsentrat/pekat) adalah sediaan obat yang
mengandung ion elektrolit yang sebelum digunakan terlebih dahulu diencerkan.
Penggunaan elektrolit konsentrat di rumah sakit sesuai standar operasional prosedur
penggunaan adalah:
a. Sebelum digunakan harus terlebih dahulu diencerkan.
b. Harus dicek berulang penggunaannya dengan orang yang berbeda.
c. Dibuang di tempat sampah khusus.
d. Disimpan di lemari terkunci dalam kotak hitam.
e. Diberikan label obat dengan kewaspadaan tinggi dan elektrolit konsentrat (Rusli,
2018)
Obat elektrolit konsentrat tinggi adalah obat yang memiliki keselamatan pasien
dengan risiko tinggi seperti Natrium klorida 0,9 %, kalium klorida 2 meq/ml, kalium
fosfat, dan magnesium sulfat pekat lebih dari 50%. Obat ini tidak disimpan pada
sembarang tempat, dalam unit atau ruang perawatanhanya untuk kegiatan klinis yang
penting. Jika kondisi obat elektrolit kosentrat tinggi disimpan pada ruang keperawatan
harus diberi adanya pengaman, adanya label, adanya daerah pembatas ketat guna terhidar
dari penatalaksana penggunaan obat yang tidak hati-hati. Elektrolit konsentrat dengan
konsentrasi tinggi sering menyebabkan terjadinya medication error, karena diberikan
secara tidak sengaja di unit pelayanan pasien atau pada keadaan darurat. Kesalahan
terjadi karena elektrolit konsentrat dengan konsentrasi tinggi yang tidak sengaja diberikan
secara langsung, padahal penggunaannya seharusnya diencerkan terlebih dahulu (Liana,
T., 2018). Penyimpanan obat elektrolit kosentrat tinggi mencakup (Permenkes, 2016):
a. Terdapat aturan/regulasi dari rumah sakit mengenai proses larangan penyimpanan
elektrolit konsentrat tinggi di tempat rawat inap kecuali pada saat yang dibutuhkan
secara klinik (penting) dan jika terpaksa harus disimpan di ruang rawat inap maka
harus diatur keamanannya guna menghindari kekeliruan.
b. Penyimpanan elektrolit konsentrat tinggi disimpan secara baik, tepat dan aman sesuai
dengan aturan.
10
c. Penyimpanan elektrolit konsentrat tinggi harus diberi label “High Alert” sesuai
dengan aturan/regulasi.
3. Obat Sitostatika
Sitostatika adalah kelompok obat (bersifat sitotoksik) yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker. Obat sitotoksik tidak hanya membunuh sel-sel
kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel yang membelah dengan cepat,
misalnya sel rambut, sumsum tulang belakang, kulit, mulut dan tenggorokan serta saluran
pencernaan. Obat ini termasuk obat-obat berbahaya, yaitu obat- obat yang mutagenik,
karsinogenik, dan teratogenik, dan atau menyebabkan kerusakan fertilisasi (Donadear,
Prawesti, Anna, 2012). Prinsip kerja pengobatan dengan kemoterapi adalah dengan
meracuni atau membunuh sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan
menghentikan pertumbuhannya agar tidak menyebar, atau untuk mengurangi gejala-
gejala yang disebabkan oleh kanker (Desen, 2011). Kemudian efek samping pada
perawat dan keluarga bila terjadi kontaminasi dengan obat sitostatika dapat melalui
beberapa mekanisme, yaitu dengan absorbsi spill(tumpahan/cipratan), aerosol ( terhirup),
ingesti (tertelan), dan sharp injuries (jarum). Terjadinya paparan pada kemoterapi akan
menyebabkan iritasi kulit, sakit tenggorokan, batuk, pusing reaksi alergi, diare, mual dan
muntah (Firmana, 2017). Eksposur kemoterapi dapat mempengaruhi sistem saraf yang
akan mengganggu sistem reproduksi dan membawa peningkatan resiko kanker darah
dimasa depan dan berbahaya untuk kesehatan perawat (Sarce, 2009).
Faktor resiko dari obat high alert adalah faktor penentu yang menentukan berapa
besar kemungkinan obat tersebut menimbulkan bahaya. Faktor resiko dari obat high alert
tidak hanya berkaitan dengan penandaan tetapi dapat pula berkaitan dengan obat high
alert yang memiliki nama dan pengucapan sama. Oleh karena itu staff rumah sakit
diajarkan untuk mencegah resiko tersebut dengan cara :
1) Menempatkan obat golongan Look Alike tidak secara alfabetis tetapi harus dijeda
dengan obat lain.
2) Terdapat daftar obat yang termasuk golongan Look Alike Sound Alike.
11
3) Tanda khusus berupa stiker berwarna untuk obat golongan Look Alike Sound Alike
yang mengingatkan petugas pada saat pengambilan obat (Safiri, Zazuli, & Dentiarianti,
2016).
Menurut Institute For Safe Medication Practice (ISMP) daftar High Alert Medication adalah
sebagai berikut :
12
2.5. Cara Tepat Penyimpanan Obat High Alert
13
bertujuan untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan memudahkan pencarian dan pengawasan
(Satibi, 2015).
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perbekalan farmasi (Depkes RI, 2008). Perbekalan farmasi adalah sediaan
farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi, dan
gas medis. Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien merupakan salah satu
aspek yang menentukan untuk suksenya program pengobatan secara rasional.
Pengelolaan perbekalan farmasi
rumah sakit mempunyai arti yang sangat penting karena untuk belanja perbekalan farmasi
sekitar 40-50% dari biaya keseluruhan rumah sakit (Satibi, 2015). Penyimpanan
perbekalan farmasi bertujuan untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan memudahkan
pencarian dang pengawasan. Standar penyimpanan obat yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Persyaratan gudang :
14
2) Ruang kering tidak lembab
4) Cahaya cukup
Firs Expired First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan
prioritas masa kadaluwarsa obat tersebut. Semakin dekat masa kadaluwarsa obat
tersebut maka semakin menjadi prioritas untuk digunakan. First In First Out
mekanisme penggunaan obat berdasarkan prioritas penggunaan obat berdasarkan
waktu kedatangan obat. Semakin awal kedatangan obat tersebut, maka semakin
menjadi prioritas untuk digunakan.
15
c. Pengaturan Tata Ruang
1) Kemudahan bergerak
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang dapat
ditata berdasarkan sistem :
(2) Arus U
(3) Arus L
2.6. Cara Tepat Pemberian Obat High Alert Dengan prinsip 7 Benar
1. Benar Pasien
Dapat di pastikan dengan melihat nama pada label obat dan mencocokkan dengan nama,
usia, dan jenis kelamin.
16
2. Benar Obat
Pastikan obat yang diberikan harus sesuai resep dokter yang merawat , dari nama obat,
bentuk dan warna, serta membaca label obat sampai 3 kali yaitu :
saat melihat kemasan obat,
saat menuangkan obat
sesudah menuangkan obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
apotek.
3.Benar Dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan instruksi dokter dan
catatan pemberian obat.
4. Benar Waktu Pemberian
Waktu pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan pemberian
obat , misalnya obat diberikan 2 kali sehari maka catatan pemberian obat akan tertera
waktu pemberian misalnya jam 6 pagi dan 6 sore. Perhatikan apakah obat diberikan
sebelum atau sesudah makan.
5. Benar Cara Pemberian Obat
Pastikan obat diberikan sesuai dengan cara yang diintruksikan dan periksa pada label cara
pemberian obat. Misalnya oral (melalui mulut) sublingual (dibawah lidah), inhalasi
(semprot aerosol) dll.
6. Benar Kadaluarsa Obat
Harus diperhatikan expire date/masa kadaluarsa obat yang akan diberikan. Biasanya pada
label botol obat tertera kapan obat tersebut kadaluarsa. Perhatikan perubahan warna (dari
bening menjadi keruh), tablet menjadi basah/bentuknya rusak.
7. Benar Dokumentasi
Catat tanggal, jam pemberian, nama obat, dosis, rute, tanda cek pada daftar terapi obat,
dan paraf di kolom yang tersedia. Tapi, kadang beda Rumah Sakit maka
beda juga caranya.
2.7. Cara Penggunaan Heparin
17
Heparin suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter. Suntikan heparin bisa diberikan melalui pembuluh darah vena
(intravena/IV) atau di bawah kulit (SC/subkutan). Jika Anda diresepkan heparin bentuk
gel atau salep, ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan sebelum menggunakannya. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa
berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Oleskan tipis-tipis pada area kulit yang
mengalami penggumpalan darah atau memar. Gunakan heparin gel atau salep pada jam
yang sama setiap hari agar efeknya maksimal. Jika lupa menggunakan heparin gel atau
salep, disarankan untuk segera menggunakannya bila jeda dengan jadwal penggunaan
berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan
dosis. Selama menjalani pengobatan dengan heparin, dokter akan menyarankan pasien
untuk melakukan pemeriksaan darah secara rutin, guna memantau efek pengenceran
darah dan efek samping yang mungkin terjadi. Simpan heparin di ruangan dengan suhu
kamar. Jangan menyimpannya di tempat yang lembap atau terkena paparan sinar
matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Heparin dengan Obat Lain
Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika heparin digunakan bersama
obat-obatan tertentu:
Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan warfarin,
antiplatelet, asam salisilat, OAINS, dextran, atau obat golongan fibrinolitik,
seperti alteplase Penurunan efektivitas heparin jika digunakan dengan
nitrogliserin Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan dengan
ACE inhibitor atau penghambat reseptor angiotensin II (ARB)
Efek Samping dan Bahaya Heparin
18
5. Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak
kunjung mereda atau semakin memburuk.
Segera temui dokter jika Anda mengalami efek samping serius, seperti:
1. Pembengkakan yang parah di tempat suntikan
2. Sering mimisan
3. Menstruasi yang berkepanjangan atau lebih banyak dari biasanya
4. Urine berwarna gelap
5. Feses berwarna hitam
6. Muntah berwarna hitam seperti ampas kopi
7. Sakit kepala atau pusing yang mengganggu
8. Gejala infeksi, yang ditandai dengan demam, mengigil, pilek, atau
mata berair
9. Nyeri tulang
Segera ke IGD jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping
yang lebih serius, seperti:
1. Batuk darah
2. Sesak napas, pusing, gelisah, dan berkeringat
3. Warna kulit berubah menjadi gelap atau kebiruan di tangan atau
kaki
4. Nyeri dada atau aritmia
5. Kebingungan
6. Mati rasa atau lemah pada satu sisi tubuh
7. Sulit berbicara
8. Gangguan penglihatan, terutama yang terjadi tiba-tiba
9. Rasa sakit yang hebat di perut, punggung bawah, atau
selangkangan
10. Pusing hingga terasa ingin pingsan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
19
High alert medication merupakan obat yang perlu diawasi dan diwaspadai dalam
penggunaannya karena memiliki persentase tinggi dalam menimbulkan kesalahan/bahaya
atau kejadian (sentinel event) obat ini memiliki risiko tinggi yang tidak diinginkan dari
obat itu sendiri (adverse outcome) (Permenkes, 2016). Menurut Permenkes RI No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, LASA ini
masuk ke dalam obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications), yaitu obat
yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Obat yang tergolong dalam jenis high alert medication ada tiga, yaitu yang
pertama obat LASA/Look Alike Sound Alike merupakan obat yang memiliki kemasan
dan pengucapannya mirip. Kedua adalah obat dengan elektrolit konsentrasi tinggi
beberapa contoh obat ini adalah kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium
fosfat, magnesium sulfat dengan konsetrasi 50 %, dan natrium klorida pekat 0,9%. Ketiga
ialah obat sitostatika atau obat yang digunakan untuk memperlambat atau membunuh sel
kanker di tubuh. Sebuah rumah sakit dengan IFRS perlu adanya pegembangkan kebijakan
pengelolaan obat guna meningkatkan keamanan terlebih pada obat yang perlu diwaspadai
yakni high alert medication (Permenkes, 2016).
Faktor resiko dari obat high alert adalah faktor penentu yang menentukan berapa
besar kemungkinan obat tersebut menimbulkan bahaya. Faktor resiko dari obat high alert
tidak hanya berkaitan dengan penandaan tetapi dapat pula berkaitan dengan obat high
alert yang memiliki nama dan pengucapan sama.
Keamanan juga merupakan faktor penting dan pertimbangan yang tepat harus
diberikan terhadap penyimpanan yang aman untuk senyawa beracun dan mudah menyala.
Obat luar harus disimpan terpisah dari obat dalam. Obat yang disimpan dalam satu lemari
pendingin mengandung barang lain selain obat harus disimpan dalam kompartemen yang
terpisah (Siregar, 2003). Adapun prinsip 7 benar pemberian obat.dan cara yang tepat
penggunaan obat high alert Heparin.
20
3.2 SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian
dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sofiani, I., & Sundari, S. (2016). Efektifitas Pelatihan High Alert Medication Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Petugas di RS KIA PKU Muhammadiyah Kotagede.
Medicoetcoilegal dan Manejemen Rumah Sakit, 5(2), 1-4.
Aprilia, N., Rachmah, R., & Yullyzar, Y. (2022). PRINSIP TUJUH BENAR
PEMBERIAN OBAT: SUATU STUDI KASUS. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 1(3).
22