Anda di halaman 1dari 25

PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV

RUMKITAL dr.R.OETOJO

PANDUAN
TATA LAKSANA OBAT-OBAT HIGH ALERT MEDICATION
(Obat yang Perlu Diwaspadai) dan NORUM / LASA

RUMKITAL dr. R OETOJO LANTAMAL XIV


SORONG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
mengabadikan diri dalam karya kemanusiaan bagi sesama manusia yang menderita
tanpa membedakan suku, bangsa dan status sosialnya. Sesuai dengan VISI dan
MISI Rumkital dr. R Oetojo yang bertekad untuk menjadikan rumah sakit terbaik
dalam pelayanan, citra dan hasil dengan berpedoman pada kepuasan pelanggan
dan keselamatan pasien.
Penanganan obat High Alert Medications adalah suatu cara untuk petunjuk
tentang identifikasi, pengelolaan, pelaporan serta dokumentasi obat-obat yang
mempunyai risiko tinggi menyebabkan cedera pada pasien bila digunakan secara
salah. Panduan ini diharapkan sebagai acuan dalam pengelolaan obat – obat yang
perlu diwaspadai di unit-unit (Instalasi farmasi, ruang perawatan, IGD, ruang
operasi, kamar bersalin) Rumkital dr. R Oetojo, yang diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan dan panduan bagi staf rumah sakit dalam memberikan pelayanan.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam
kepada kelompok penyusun panduan ini yang dengan dedikasi tinggi rela
menyumbangkan waktu, tenaga dan pemikiran demi tersusunnya panduan ini.
Semoga usaha ini dapat menunjang bagi kemajuan dan peningkatan mutu
pelayanan di Rumkital dr. R Oetojo. Kami juga menyadari penyusunan Panduan ini
masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan.

Sorong, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Keputusan Karumkital dr. R Oetojo tentang Tata laksana Obat-Obat Norum / Lasa
dan Obat High Alert
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
BAB I DEFINISI .............................................................................................................................. 1
A. Pengertian .................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................................. 3
A. Jenis Obat Yang Perlu Diwaspadai ............................................................... 4
B. Tempat Pelayanan yang Perlu Mewaspadai Penggunaan Obat ................... 5
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................................................ 11
A. Prosedur Kewaspadaan Obat di Instalasi Farmasi........................................ 11
B. Prosedur Kewaspadaan Obat di IGD dan Ruang Perawatan ....................... 16
C. Tata Laksana Obat – obat High Alert dan Elektrolit Pekat............................ 17
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................................. 22
Lampiran
PANGKALAN UTAMA TNI AL XIV Lampiran Keputusan Karumkital dr. R Oetojo
RUMKITAL dr. R OETOJO No. Surat: Kep/184/IV/2018
Tanggal 28 April 2018

BAB I
DEFINISI

A. Pengertian

1. High alert medication adalah petunjuk tentang identifikasi, pengelolaan,


pelaporan serta dokumentasi obat – obat yang mempunyai risiko tinggi
menyebabkan cedera pada pasien bila digunakan secara salah. Panduan ini
diharapkan sebagai acuan dalam pengelolaan obat – obat yang perlu
diwaspadai di unit – unit Rumkital dr. R Oetojo.

2. Obat – obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medications) adalah obat
– obat yang mempunyai risiko tinggi menyebabkan cedera pada pasien bila
digunakan secara salah yang daftarnya diperoleh dari hasil inventarisasi unit
pelayanan Rumkital dr. R Oetojo.

3. Double Check adalah pengecekan ketepatan pasien, nama obat,


dosis/kekuatan obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan
dokumentasi yang dilakukan oleh dua orang petugas, yang kemudian
didokumentasikan dengan membubuhkan tandatangan/paraf. Pada ruang
perawatan double check meliputi ketepatan pasien, nama obat,
dosis/kekuatan obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan
dokumentasi; untuk farmasi double check meliputi ketepatan pasien, nama
obat, dosis/kekuatan obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan
dokumentasi; sedangkan untuk unit lain selain ruang perawatan dan farmasi
meliputi ketepatan pasien, nama obat, dosis/kekuatan obat, dan dokumentasi
(Institut for safe Medication Practices).

4. NORUM / LASA ( Look Alike – Sound Alike ) adalah obat – obat yang memiliki
nama, rupa dan ucapan mirip yang perlu diwaspadai khusus agar tidak terjadi
kesalahan pengobatan (dispensing error) yang bisa menimbulkan cedera pada
pasien yang daftarnya diperoleh dari unit pelayanan Rumkital dr. R Oetojo.
5. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang Narkotika.

6. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.

7. Cairan Elektrolit Pekat adalah elektrolit yang dalam penggunaannya harus


dilakukan pengenceran terlebih dahulu
BAB II
RUANG LINGKUP

Hampir semua obat-obatan memiliki jangkauan pengamanan yang luas,


beberapa obat memiliki resiko tinggi yang berbahaya ketika kesalahan terjadi. Obat-
obat inilah yang termasuk dalam “HIGH ALERT MEDICINES” . Meskipun kesalahan
tidak sering terjadi pada obat ini dibandingkan obat lain, namun akibat yang mungkin
terjadi lebih membahayakan. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi karena
penggunaan obat dengan resiko tinggi sebaiknya dihindari dan dikurangi seminimal
mungkin.
Dua prinsip yang digunakan untuk mengamankan penggunaan obat berisiko :
1. Mengurangi atau menghilangkan kemungkinan error (contohnya
mengurangi jumlah obat beresiko tinggi yang disimpan rumah sakit;
mengurangi ketersediaan konsentrat dan volume dan menghilangkan obat
beresiko tinggi dari area klinik).
2. Meminimalkan konsekuensi error (contohnya error fatal yang terjadi ketika
melakukan pemberian ceftriaxone dan Cefotaxime yang tertukar karena
kemiripan Nama dan Bentuk).
Langkah – langkah di dalam penggunaan pengobatan yang ideal :
1. Dokter menuliskan obat ke dalam Resep .
2. Apoteker memverifikasi atau menskrining resep,
3. Apoteker mengecek kerja Asisten Apoteker.
4. Perawat menerima obat dan mengecek kembali laporan perawat terhadap
pengambilan obat.
5. Perawat memberikan obat ke pasien setelah mengecek nama pasien
terhadap pesanan obat, memberitahu pasien nama obat, dosis, dan
tujuan dengan melakukan double check.
6. Obat yang tidak digunakan dikembalikan ( obat retur ) ke bagian farmasi,
dimana apoteker mengecek kembali sesuai dengan pencatatan
pemakaian obat pasien.
Kunci perubahan konsep untuk menjaga obat beresiko tinggi :
1. Digunakan sistem Double Check.
2. Menggunakan differensiasi (contohnya mengidentifikasi produk mirip
nama dan bunyi/LASA, menggunakan nama generik yang tidak mirip
seperti yang terjadi pada nama merek).
3. Gudang obat yang baik (contohnya memisahkan obat-obat berpotensi
bahaya dengan produk yang bernama dan kemasan sama).
4. Tampilan produk baru (contohnya apoteker dan terapis sebaiknya
menginspeksi semua obat baru dan peralatan-peralatannya terhadap
adanya kemasan dan label yang buruk).
5. Standarisasi untuk memudahkan komunikasi pesanan (contohnya
meminimalkan pemesanan verbal dan penggunaan isyarat).
6. Akses terbatas (contohnya obat beresiko tinggi sebaiknya hanya disimpan
di tempat dimana apoteker yang hanya boleh mengakses).

A. Jenis Obat yang Perlu Diwaspadai


Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obat-
obat yang sering menyebabkan cedera pada pasien secara signifikan bila salah
digunakan. Obat-obat yang termasuk perlu diwaspadai antara lain obat yang
mempunyai indeks terapi sempit atau dari laporan insiden tinggi kesalahan
serius obat . Obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi :
1. Kelompok High Alert
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan
obat-obat yang sering menyebabkan cedera pada pasien secara signifikan
bila salah digunakan.Obat-obat yang termasuk perlu diwaspadai antara lain
obat yang mempunyai indeks terapi sempit atau dari laporan insiden tinggi
kesalahan serius obat . Daftar obat-obat tersebut dapat dilihat pada lampiran
1.
2. Kelompok obat LASA
Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike) dan kelompok
obat yang memiliki nama mirip (Sound-Alike). Daftar obat-obat yang memiliki
LASA dapat dilihat pada lampiran 2. Proses identifikasi obat-obat yang perlu
diwaspadai dan obat – obat yang memiliki LASA , diawali dari pengkajian /
analisis resep dan atau permintaan rutin dari unit – unit layanan Rumkital dr.
R Oetojo. Analisis resep dilakukan oleh apoteker yang meliputi persyaratan
administrasi (tanggal resep, nama penulis resep, nama pasien, umur / BB),
persyaratan farmasetika (bentuk sediaan, dosis), persyaratan farmasi klinik
(ESO potensial, interaksi potensial). Bila terdapat problema terkait obat
(PTO), maka apoteker akan mengklarifikasi kepada penulis resep. Tahap
selanjutnya dilakukan proses dispensing/peracikan obat yang meliputi
pengambilan obat, penulisan etiket dan penyerahan obat. Sebelum
diserahkan kepada pasien, dilakukan pengecekan ulang oleh checker. Saat
penyerahan obat, dilakukan KIE oleh apoteker atau petugas teknis
kefarmasian (asisten apoteker).
3. Elektrolit konsentrasi tinggi
4. Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang
Narkotika.
5. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.

B. Tempat Pelayanan yang Perlu Mewaspadai Penggunaan Obat


1. Apotek
a. Pengelola / Pelaksana
Apoteker Pengelola Apotek, tenaga teknis kefarmasian dan tenaga
administrasi harus mengetahui dan mampu melakukan talaksana obat – obat
yang perlu diwaspadai (high alert medication) dan obat yang memiliki nama,
rupa dan ucapan mirip (LASA). Tata laksana obat selalu mengacu kaidah
penataan obat yaitu alfabetis, FIFO, FEFO dan bentuk sediaan. Untuk
mengatasi dispensing error pada obat – obat yang masuk kategori tersebut,
pengelola harus mampu melakukan analisis resep meliputi persyaratan
adimistrasi, persyaratan farmasetika, persyaratan famasi klinik sebelum resep
tersebut diracik oleh tenaga teknis farmasi. Pada tahap akhir peracikan,
tenaga teknis kefarmasian yang bertugas sebagai checker selalu memeriksa
kembali kesesuaian antara resep dengan obat yang dikehendaki sebelum
diberikan kepada pasien. Kemudian saat penyerahan obat kepada pasien,
dilakukan pemberian KIE oleh apoteker/tenaga teknis kefarmasian.
b. Penyimpanan obat
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) harus diletakkan pada
tempat yang aksesnya minimal ditempatkan pada tempat khusus yang diberi
label jelas dan terpisah dengan obat lain. Untuk obat yang memiliki LASA,
tidak boleh diletakkan berdekatan. Obat berkategori LASA yang terletak pada
kelompok abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal dua obat non
ketegori LASA di antara atau di tengahnya. Selain itu obat kategori LASA
diberi stiker khusus yang membedakan dengan obat yang lain (lihat pada bab
dokumentasi). Obat Narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari
khusus terbuat dari bahan kayu yang kuat dan diberi tanda “HIGH ALERT”;
pintu terdiri dari dua bagian atas dan bawah. Serta berkunci ganda, bagian
atas dipergunakan untuk menyimpan persediaan narkotika, bagian bawah
dipergunakan untuk menyimpan psikotropika.
c. Dispensing obat
Kegiatan dispensing (peracikan) obat diawali dengan pengambilan obat
sesuai yang dikehendaki setelah dilakukan analisis resep. Nama, dosis,
frekuensi pemberian, waktu pemakaian,tanggal kadaluarsa, kondisi fisik obat
yang memiliki LASA atau high alert, Narkotika dan Psikotropika harus
diperiksa dengan teliti sebelum diberikan kepada checker.
d. Penyerahan obat
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan mengkonfimasi nama,
umur, tanggal lahir pasien disertai pemberian KIE berupa indikasi obat, aturan
pakai, efek samping obat secara umum, perhatian khusus.
2. IGD / Kamar Operasi
Terdapat obat-obat floor stock dan emergeny kit pada lemari obat.
Pengelolaaan obat dan pengendaliannya meliputi permintaan obat ke Apotek,
penyimpanan sesuai sifat dan jenis obat, pencatatan pemasukan/pengeluaran
obat menggunakan kartu stok, pemeriksaan berkala oleh petugas bagian
Farmasi.
a. Penanggung jawab / pelaksana
Dokter/perawat yang berdinas hendaknya memahami obat-obat yang
perlu diwaspadai dan memiliki LASA. Pengambilan dan penggunaan obat
yang akan diberikan ke pasien harus diperiksa kembali (recheck) nama,
kekuatan dosis, bentuk sediaan dan jumlah obat terkait dengan permintaan.
b. Penyimpanan obat
Tempat penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert)
diletakkan di tempat terpisah, diberi stiker berupa label high alert dengan
warna yang jelas. Untuk obat yang memiliki LASA, tidak boleh diletakkan
berdekatan. Obat berkategori LASA yang terletak pada kelompok abjad yang
sama, harus diselingi dengan minimal dua obat non ketegori LASA di antara
atau di tengahnya. Selain itu obat kategori LASA diberi stiker khusus berupa
label LASA yang membedakan dengan obat yang lain (lihat pada bab
dokumentasi). Penataan obat high alert dan LASA hendaknya sesuai kaidah
stabilitas obat, FIFO, FEFO dan bentuk sediaan.
c. Pemberian obat
Pemberian obat kepada pasien diawali dengan pemeriksaan bentuk
sediaan, tanggal kadaluarsa, kondisi fisik, nama obat, dosis obat, aturan
pakai, waktu pemberian, tanda LASA, melakukan konfirmasi nama, umur, dan
tanggal lahir pasien.
3. Ruang Rawat Inap
Obat-obat floor stock dan emergeny kit yang jenisnya tergantung dari
penyakit ruangan. Pengelolaaan obat dan pengendaliannya sama dengan
yang berada di UGD/Kamar Operasi.
a. Penanggung jawab / Pelaksana
Kepala ruangan dan perawat pelaksana harus mengetahui dan
memahami obat – obat yang diwaspadai dan memiliki LASA, ditandai dengan
label high alert dan LASA yang disesuaikan dengan jenis obat. Hendaknya
selalu dilakukan pemeriksaan ulang kebenaran obat sebelum
memberikannya kepada pasien.
b. Penyimpanan obat
Obat di simpan dalam lemari khusus obat dengan penandaan khusus
berupa label high alert dan LASA yang disesuaikan dengan jenis obat (lihat
pada bab dokumentasi). Tempat penyimpanan hendaknya jarang dilalui oleh
personel. Obat-obat tersebut harus dipisahkan dengan obat/alkes lain,
memiliki kartu stok yang harus selalu diisi pada saat penerimaan atau
pengambilan barang. Khusus obat high alert golongan elekrolit konsentrat
seperti KCl 7,46%, Mg Sulfat 20% dan 40%, Meylon tidak boleh disimpan di
ruang rawat inap. Untuk obat yang memiliki LASA, tidak boleh diletakkan
berdekatan. Obat berkategori LASA yang terletak pada kelompok abjad yang
sama, harus diselingi dengan minimal dua obat non ketegori LASA di antara
atau di tengahnya. Selain itu obat kategori LASA diberi stiker khusus yang
membedakan dengan obat yang lain.
c. Pemberian obat
Pemberian obat kepada pasien diawali dengan pemeriksaan bentuk
sediaan, tanggal kadaluarsa, kondisi fisik, nama obat, dosis obat, aturan
pakai, waktu pemberian, tanda LASA, melakukan konfirmasi nama, umur, dan
tanggal lahir pasien.
Daftar obat High Alert yang dikendalikan di Rumkital dr. R Oetojo Sorong

Kategori obat Nama Obat Alasan masuk Hight Alert


Elektrolit  KCl 7,46%  Potensial error dalam dosis, rute dan
konsentrat injeksi kecepatan pemberian secara iv
 Efek menimbulkan hiperkalemia,
Extrafasasi jaringan, Hyperglikemi
 TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk
diberikan secara IV BOLUS
 MgSO4  TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk
diberikan secara IV BOLUS

 Meylon  TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk


diberikan secara IV BOLUS

Narkotika Injeksi  Fentanyl Citrate®  Potensial error dalam perhitungan dosis


dan konsentrasi, serta potensial
menyebabkan depresi pernafasan.
Daftar Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM) / Look Alike Sound Alike
(LASA)

No NAMA OBAT MIRIP - SOUND ALIKE


1. AmoxICILLIN 500 MG AmpICILLIN 500 MG
2. ASAM mefenAMAT 500 MG ASAM traneksAMAT 500 MG
3. CiproFLOXACIN 500 MG LevoFLOXACIN 500 MG
4. METILprednisolon tab METILergometrin
5. ANTalgin 250 mg/ml ANTrain injeksi
7. EpHEDRIN injeksi EphiNEFRIN injeksi
8. DOBUTAMIN injeksi DOPAMIN injeksi
9. AmiTRIPTILINE aminoPHYLIN
10. AziTHROMYCIN EriTROMYCIN
11. METHYLprednisolon injeksi METHYLergometrin injeksi

12. OKSITETRASIKLIN SALEP mata OKSITETRASIKLIN SALEP kulit

13. GENTAMISIN SALEP kulit GENTAMISIN SALEP mata

No. RUPA OBAT MIRIP - LOOK ALIKE


1. Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg
2. Allopurinol 100 mg Allopurinol 300 mg
3. Atropin ampul Diphenhidramin ampul
4. Captopril 12,5 mg tablet Captopril 25 mg tablet
5. Ceftriaxone vial Cefotaxime vial
6. Ciprofloxacin infuse Metronidazole infuse
7. Clindamycin 100 mg kapsul Clindamycin 300 mg kapsul
8. Farbion injeksi Fendex injeksi
9. Furosemide 40 mg tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg tablet
10. Ibuprofen 200 mg Ibuprofen 400 mg
11. Meloxicam 7,5 mg tablet Meloxicam 15 mg tablet
12. Metilergometrin injeksi Oksitoksin injeksi
13. Ondansetron injeksi Ranitidine injeksi
14. Ringer laktat 500 ml Natrium klorida 0,9% 500 ml
BAB III
TATA LAKSANA

A. Prosedur Kewaspadaan Obat di Instalasi Farmasi


Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan
instruksi, mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan dan Distribusi
high alert medications
1. Seleksi High Alert Medications
a. Proses seleksi High Alert Medications dilakukan sesuai dengan
proses seleksi sediaan farmasi yang telah berjalan di rumah sakit,
sebagaimana tertulis dalam SPO seleksi obat
b. Pemilihan / seleksi obat dilakukan dan menjadi tanggung jawab
Panitia Farmasi dan Terapi
c. Pemilihan obat-obat harus mempertimbangkan adanya NORUM /
LASA supaya mengurangi resiko terjadinya medication errors
d. Membatasi daftar obat dengan macam-macam merk dalam
formularium
2. Pengadaan High Alert Medications
Menginfromasikan kepada semua petugas yang terlibat, mengenai
adanya daftar High Alert Medications di Rumkital dr. R Oetojo Sorong.
Pengadaan High Alert Medications di Rumkital dr. dr. R Oetojo Sorong
yaitu :
a. Pengadaan High Alert Medicationsdari unit pelayanan ke Seksi Obat
dan Perbekalan
b. Pengadaan High Alert Medicationsdari unit pelayanan ke Gudang
harus disertai dengan resep untuk mencegah terjadinya medication
errors.
Catatan :
a. Proses pengadaan High Alert Medications dilakukan sesuai dengan
proses pengadaan sediaan farmasi yang telah berjalan di Rumah
Sakit
b. Segera menginformasikan kepada unit terkait apabila terjadi
perubahan kemasan produk dan kekosongan obat serta penggantinya
sepengetahuan dokter yang memberikan terapi
c. Menghindari pemesanan High Alert Medications melalui verbal untuk
mencegah terjadinya kesalahan kecuali dalam kondisi emergency.
3. Penyimpanan dan Pelabelan
Dilakukan penyimpanan obat yang sudah aman dengan memperhatikan :
a. Obat — obat yang perlu diwaspadai harus diletakkan pada tempat yang
aksesnya minimal. Membatasi akses masuk ke dalam tempat
penyimpanan obat — obat kategori high alert.
b. Harus dipastikan stabilitas obat terkontrol sehingga kualitas obat tetap
terjaga
c. Harus dipastikan ketersediaan obat, cukup untuk kebutuhan pasien
d. Penyimpanan High Alert Medications dilakukan oleh semua staf Apotek
dan Gudang Farmasi, dan menjadi tanggung jawab Apoteker.
e. Semua High Alert Medications yang akan disimpan di Gudang harus
ditandai dengan label HIGH ALERT warna merah pada kardus /
kemasan obat dibagian yang bertuliskan nama obat, namun tidak
menutupi nama obat itu sendiri dan keterangan tambahan pada
kemasan obat. Memberi label High Alert pada obat yang disesuaikan
dengan jenisnya.
f. Semua petugas harus membaca label High Alert Medications (HAM)
sebelum menyimpan dan memastikan obat tersebut tersimpan pada
tempat yang tepat.
g. Obat – obat yang memiliki LASA / NORUM tidak diletakkan dalam 1 rak
/ disandingkan.
h. Petugas farmasi harus mencatat pemasukan dan pengeluaran obat ke
kartu stok.
i. Sesuai dengan PERMENKES RI No.28/MENKES/PER/I/1978 tentang
Narkotik, narkotika disimpan pada tempat khusus dan tidak
dipergunakan untuk menyimpan obat selain narkotika. Harus disimpan
dalam lemari terkunci yang terbagi dua, masing-masing untuk
persediaan (gudang) dan untuk keperluan sehari-hari.
j. Obat memiliki kategori LASA secara umum
1) Look Alike : Orange kecoklatan
2) Sound Alike : Biru terang

k. Obat memiliki kategori High Alert warna merah bertuliskan narkotika


dan psikotropika.

l. Elektrolit konsentrat dengan label obat High Alert dan penyimpanan


hanya berada di instalasi farmasi.

m. Suhu penyimpanan High Alert Medication disesuaikan dengan


keterangan yang tertera pada kemasan masing-masing kemasan
obat..
n. Penataan obat harus mengacu pada prinsip First In First Out (FIFO)
dan/atau First Expired First Out (FEFO).
4. Peresepan
a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert
medications.
b. Instruksi ini harus mencakup minimal :
1) Persyaratan adimistrasi meliputi kelengkapan resep berupa
tanggal resep, nama penulis resep, nama pasien, umur / BB,
Nomor RM, tanggal dan waktu instruksi dibuat..
2) Persyaratan farmasetika meliputi Nama obat (generik), bentuk
sediaan, dosis dan khasiat obat, rute pemberian, dan tanggal
pemberian setiap obat.
3) Persyaratan famasi klinik meliputi farmakoterapi, efek samping
obat potensial, interaksi obat potensial, Kecepatan dan atau
durasi pemberian obat.
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan
setiap High Alert Medications secara tertulis.
5. Peracikan obat
a. Apoteker / asisten apoteker menandai obat High Alert pada lembar
resep dengan centang merah (√ MERAH), obat narkotika garis merah
(MERAH), obat psikotropika garis bawah biru (BIRU).
b. Dilakukan pengambilan obat, penulisan etiket dan penyerahan obat
dengan memperhatikan kesesuaian permintaan resep dengan mengisi
kartu stok.
c. Petugas selalu melakukan pemeriksaan ulang (Double Check)
kebenaran obat pada saat pengambilan, penyiapan dan penggunaan
obat yang akan diberikan kepada pasien dengan prinsip 6 benar obat
(benar pasien, benar obat, dosis, rute, benar waktu dan benar
dokumentasi).
d. Mengecek tanggal kadaluarsa obat.
e. Bila terdapat problema terkait obat, apoteker akan mengklarifikasi
kepada penulis resep.
6. Persiapan Pemberian
Yang dimaksud dengan persiapan pemberian obat High Alert adalah
mengambil obat injeksi High Alert dari ampul / vial dan dimasukan dalam
spuit. Jika obat berupa serbuk, campur dahulu dengan cairan pelarut
sampai seluruh obat larut. Pada pemberian elektrolit konsentrat KCL,074
%, NaCl 3%, dan MgSO4 harus diencerkan terlebih dahulu dengan cairan
infuse yang sesuai.
Proses persiapan pemberian High Alert Medications harus
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :
a. Identifikasi dengan prinsip 6 benar pemberian obat (benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar cara pemberian obat, benar waktu,
benar dokumentasi)
b. Identifikasi dilakukan oleh dua orang (Administrasi dan Petugas
dispensing / TTK yang berbeda / double check)
7. Penyerahan obat
a. Memastikan ketepatan High alert Medications dengan melakukan
double check dengan teman sejawat meliputi identitas pasien (nama,
tanggal lahir / No. Rekam Medis), nama obat, indikasi, kekuatan dosis,
bentuk sediaan, cara pemberian, dan waktu pemberian. Tujuan
pelaksanaan double check terhadap High Alert Medications adalah
identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau double check
oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai orang kedua) sebelum
memberikan obat dengan tujuan meningkatkan keselamatan dan
akurasi. Double check diperlukan sebelum memberikan High Alert
Medications dan saat pelaporan pergantian jaga atau saat melakukan
transfer pasien. Pengecekan pertama dilakukan oleh petugas yang
menyiapkan obat, sedangkan pengecekan yang kedua dilakukan oleh
petugas yang akan memberikan obat kepada pasien (petugas
pengecekan yang pertama tidak boleh sama dengan petugas
pengecekan yang kedua) .
b. Sebelum memberikan obat, perawat mengecek identitas pasien
dengan menanyakan nama, tanggal lahir dan nomor rekam medik dan
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang dberikan,
dosis, dan indikasinya.
c. Kegiatan double check tersebut didokumentasikan dalam berkas rekam
medis (RM Pemberian Obat Injeksi) dengan tanda tangan kedua
perawat (perawat yang melakukan pengecekan dan yang memberikan
obat ke pasien).
d. Pada situasi emergency, dimana pelabelan dan prosedur double check
dapat menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak
negatif pada pasien, perawat atau dokter pertama-tama harus
menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar
bersifat emergency dan perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa
sehingga double check dapat ditunda.
8. Pemantauan Penggunaan obat High Alert
a. Kegiatan pemantauan penggunaan High Alert Medications dilakukan
oleh Apoteker.
b. Kegiatan pemantauan penggunaan High Alert Medications bertujuan
mengkaji efektifitas serta keamanan penggunaan obat pada pasien
rawat inap. Kegiatan tersebut juga termasuk pemantauan kejadian
potensial efek samping obat serta penatalaksanaan kejadian efek
samping obat..
c. Penatalaksanaan efek samping obat High Alert dilakukan dengan
melibatkan tenaga medis, farmasis, dan juga pihak terkait.
9. Pembuangan Ampul / Vial
Limbah ampul / vial High Alert Medications dibuang di wadah khusus
limbah ampul / vial.

B. Prosedur Kewaspadaan Obat di IGD dan Ruang Perawatan


1. Persiapan dan Penyimpanan
a. Petugas selalu melakukan pemeriksaan ulang (Double Check)
kebenaran obat pada saat pengambilan, penyiapan dan penggunaan
obat yang akan diberikan kepada pasien dengan prinsip 6 benar obat
(benar pasien, benar obat, benar dosis,benar rute, benar waktu dan
benar dokumentasi)
b. High Alert Medications yang terdapat di IGD dan Ruang Perawatan
Hanya tersimpan di dalam troli atau Emergency kit.
c. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan
dipisahkan dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika High Alert
Medications harus disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat
penyimpanan dengan diberikan label 'Peringatan: high alert
medications' pada tutup luar tempat penyimpanan.
d. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan High Alert
Medications, berikanlah pesan pengingat di tutup cabinet agar
pengasuh/perawat pasien menjadi waspada dan berhati-hati dengan
high alert medications. Setiap kotak/tempat yang berisi High Alert
Medications harus diberi label.
e. Infus intravena High Alert Medications harus diberikan label yang jelas
dengan menggunakan huruf/tulisan yang berbeda dengan sekitarnya..
2. Pemberian obat
a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check)
terhadap semua high alert medications sebelum diberikan kepada
pasien.
b. Pengecekan Ganda TerhadapHigh Alert Medications
1) Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau
pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai
orang kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan
meningkatkan keselamatan dan akurasi.
2) Kebijakan:
a) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan High
Alert Medications tertentu / spesifik dan disaat pelaporan
pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
b) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis
pasien atau pada catatan pemberian medikasi pasien..
c) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang
berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau
memberikan obat-obatan, antara lain : perawat, ahli farmasi,
dan dokter.
d) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang
berwenang, teknisi, atau perawat lainnya .
e) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan
ganda/verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-
kondisi seperti berikut :
(1) Setiap akan memberikan injeksi obat
(2) Untuk infus:
(a) Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
(b) Saat pemberian bolus
(c) Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
(d) Setiap terjadi perubahan dosis obat
f) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
instruksi dari dokter.

C. Tata Laksana Obat – obat High Alert dan Elektrolit Pekat


Elektrolit pekat meliputi sediaan
1. NaCl 3% 500 ml,
2. KCl 25 ML
3. Meylon 8,4 %
4. MgSO4
5. D 40%
Penyimpanan elektrolit pekat hanya di instalasi farmasi dan ruang
perawatan tidak diperbolehkan adanya stok elektrolit pekat kecuali Instalasi
Farmasi. Pelaksanaan kegiatan pelarutan obat elektrolit pekat oleh perawat
yang telah disosialisasikan cara persiapan dan pengenceran yang baik oleh
petugas Instalasi Farmasi yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan :
a. Periksa kelengkapan formulir permintaan pencampuran sediaan
steril meliputi : nama, nomor rekam medis, umur, berat badan
pasien, diagnosis, resep, tanda tangan dokter
b. Periksa identitas injeksi elektrolit pekat yang akan diencerkan
meliputi : nama obat, jumlah dan tanggal kadaluarsa.
c. Lakukan konfirmasi ulang.
d. Hitung dosis pencampuran injeksi elektrolit pekat yang akan dibuat
e. Pilih pelarut yang tepat dan hitung volume pelarut yang dibutuhkan
f. Siapkan penanda (label) untuk produk hasil pengenceran yang
meliputi : nama pasien, nomor rekam medis, identitas obat, tanggal
pengenceran dan tanggal kadaluarsa

2. Pengenceran :
a. Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan benar.
b. Kenakan alat pelindung diri, masker dan sarung tangan.
c. Lakukan disinfeksi pada sarung tangan dengan menyemprotkan
alkohol 70% dan tunggu hingga kering.
d. Lakukan disinfeksi pada area kerja dengan menggunakan
desinfektan alat
e. Usap bagian leher botol injeksi elektrolit pekat dengan alkohol 70%,
tunggu sampai kering.
f. Pegang Flas injeksi elektrolit pekat pada posisi kemiringan 45 0, buka
bagian atas botol dengan arah menjauhi petugas.
g. Pertahankan posisi tersebut selama 5 detik.
h. Pegang botol injeksi elektrolit pekat dengan kemiringan 45 0, ambil
isinya sesuai dengan volume yang diinginkan menggunakan spuit
steril dan segera tutup jarum spuit.
i. Untuk infus inravena, suntikkan larutan obat ke dalam botol infus
pada posisi 450 perlahan melalui dinding agar tidak berbuih dan
tercampur sempurna.
j. Kocok hasil pencampuran sampai obat tercampur sempurna.
k. Beri label identitas obat, identitas pasien, tanggal pengenceran dan
tanggal kadaluarsa pada infus atau spuit yang berisi elektrolit hasil
pengenceran
l. Setelah selesai letakkan sisa proses yang tidak terpakai ke kantong
sampah tertutup.
m. Berikan logo high alert pada botol infus.

3. Cara Pemberian Elektrolit Pekat


No. Jenis elektrolit Pelarut Cara pemberian
KCl 7,46% Nacl 0,9% - campur KCl konsentrat dalam infus dgn
Ringer benar sampai tercampur seluruhnya .
Laktat Setidaknya dibutuhkan 10 ml kali
membolak-balik infus untuk memastikan
pencampuran sudah merata.
Pencampuran yang kurang baik
menyebabkan potassium (K)
terkonsentrasi di dasar infus sehingga
seperti pemberian bolus.
- Infus KCl harus diberikan melalui
infusion pump sehingga kecepatannya
terkontrol. Tempat penyuntikan harus
terlihat jelas, untuk memudahkan
pemantauan adanya
phelibitis/ekstravasasi
- Meminta pasien melaporkan adanya
nyeri, stinging (sensasi
menyengat/pedas) atau kebocoran
kanula IV perifer. Jika salah satu dari hal
ini terjadi, maka infus harus dihentikan
dan dilakukan pengkajian terhadap
adanya kebocoran kanula, dan bila perlu
dilakukan penggantian kanula
- Tidak ada obat-obatan, termasuk
potassium, yang boleh ditambahkan
pada infus KCl yang sedang diberikan
NaCl 3% Nacl 0,9% - Pemberian Nacl 3% bersamaan dengan
Nacl 0,9%, dengan, dengan cara di
cabang dengan menggunakan triway
conector.
- Tempat penyuntikan harus terlihat jelas,
untuk memudahkan pemantauan adanya
phelibitis/ekstravasasi
- Meminta pasien melaporkan adanya
nyeri, stinging (sensasi
menyengat/pedas) atau kebocoran
kanula IV perifer. Jika salah satu dari hal
ini terjadi, maka infus harus dihentikan
dan dilakukan pengkajian terhadap
adanya kebocoran kanula, dan bila perlu
dilakukan penggantian kanula
MgSO4 Dextrose 5 - MgSo4 dilarutkan dalam larutan infuse
% Dextrose 5% atau Nacl 0,9% benar
Nacl 0,9 % sampai tercampur seluruhnya .
- Pada pemberian bolus tetap dilarutkan
dalam cairan Dextrose 5% atau Nacl
0,9%
- Tempat penyuntikan harus terlihat jelas,
untuk memudahkan pemantauan adanya
phelibitis/ekstravasasi
- Meminta pasien melaporkan adanya
nyeri, stinging (sensasi
menyengat/pedas) atau kebocoran
kanula IV perifer. Jika salah satu dari hal
ini terjadi, maka infus harus dihentikan
dan dilakukan pengkajian terhadap
adanya kebocoran kanula, dan bila perlu
dilakukan penggantian kanula
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir Observasi Pemberian High Alert Medications dan Elektrolit Pekat


2. Formulir Pemantauan Pelabelan High Alert Medications
3. Formulir Monitoring Penggunaan High Alert Medications
4. Efek samping yang terjadi didokumentasikan pada lembar MESO (Monitoring
Efek Samping Obat)
5. Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
diakibatkan oleh penggunaan High Alert Medications, baik kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel.
6. Pelaporan insiden akibat penggunaan High Alert Medications dikirim ke Kepala
Bidang Penunjang klinik (KaUr. Jangklin).

Sorong, 28 April 2018


Kepala Rumkital dr. R Oetojo

Dr. Fransiscus Tanuardus


Letkol Laut (K) NRP.12060/P

Anda mungkin juga menyukai