TIM FARMASI
RUMAH SAKIT CERIA
Jl. Jendral Sudirman No.10 Hamalau, Kandangan
No.telp (0517) 23865
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat
yang aman (medication safety). Hal ini diakibatkan penggunaan obat adalah salah satu
faktor penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan kematian.
Penelitian mengenai kejadian medication error telah banyak dilakukan dan terbukti
bahwa medication error dapat terjadi di berbagai tahap dalam proses penggunaan obat
mulai dari peresepan, dispensing oleh farmasi, pemberian kepada pasien dan
penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka kejadian prescribing error bervariasi
dari 1,5% sampai 15%. Potensi prescribing error yang berbahaya bagi pasien berkisar
antara 0,4% - 19,6%. Angka kejadian dispensing error juga bervariasi yaitu 2,1% -
15,2%. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat (administration
error) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS menemukan terjadinya kesalahan
sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian obat. Kesalahan yang paling banyak
terjadi adalah wrong time, ommission dan wrong dose, dan 7% dari kesalahan tersebut
potensial bermakna secara klinis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari obat
pada pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk mengurangi
risiko dan kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat panduan agar setiap profesi
dapat melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya sehingga mengurangi risiko
terjadinya medication error.
B. Pedoman Akreditasi
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan medication safety dalam setiap tahap pelayanan obat.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap tahap
manajemen dan penggunaan obat
b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medication error
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Definisi
4
C. Jenis-jenis Medication Error
Secara umum, medication error terdiri dari prescribing error, dispensing error dan
administration error. Tipe-tipe medication error dapat dilihat pada tabel 2.
6
Peresepan obat dengan dosis lebih rendah daripada yang direkomendasi
untuk kondisi klinis pasien
Peresepan obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis diprediksi
dapat mencapai kadar serum secara signifikan di atas rentang terapeutik yang
diinginkan
Menulis resep untuk obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis
diprediksi untuk mencapai kadar serum secara signifikan di bawah rentang
terapeutik yang diinginkan
Tidak mengubah dosis mengikuti hasil pemeriksaan kadar serum steady state
yang secara signifikan di luar rentang terapeutik
Meneruskan obat dalam keadaan terjadi adverse drug reaction secara klinis
signifikan
Peresepan 2 obat untuk indikasi yang sama ketika hanya 1 obat yang
diperlukan
Meresepkan obat yang tidak ada indikasinya pada pasien
Masalah farmasetika
Meresepkan obat untuk diberikan secara infus intravena dalam pelarut yang
inkompatibel dengan obat yang diresepkan
Meresepkan obat untuk diinfuskan melalui intravena perifer, dalam
konsentrasi lebih besar dari yang direkomendasikan untuk pemberian perifer
2. Kesalahan dalam penulisan peresepan
Gagal untuk mengkomunikasikan informasi yang penting
Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan
Menulis dengan tidak jelas / tidak terbaca
Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur yang tidak
terstandarisasi
Menulis instruksi obat yang ambigu
Meresepkan suatu tablet di mana tersedia lebih dari satu kekuatan obat
tersebut
Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan dengan
lebih dari satu rute
Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermitten, tanpa
menspesifikasi durasi penginfusan
Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep
Kesalahan transkripsi
Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat yang
digunakan pasien sebelum ke rumah sakit
Meneruskan kesalahan peresepan dari dokter praktek umum ketika menulis
obat pasien saat datang ke rumah sakit
7
Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar
obat pasien.
Menulis mg ketika mcg yang dimaksudkan
Menulis resep untuk dibawa pulang yang tanpa disengaja berbeda dengan
obat yang diresepkan di daftar obat pasien rawat inap
2. Dispensing Error
Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik bergantung pada
metode dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode
distribusi obat floor stock, semi floor stock, unit dose, menggunakan mesin otomatis,
metode distribusi injeksi yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb mempunyai
konsekuensi masing-masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang dapat terjadi.
Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :
- Salah obat
- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai
- Salah bentuk sediaan
- Salah jumlah
- Salah kekuatan/konsentrasi
b. Salah teknik persiapan :
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi
c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll
- Kesalahan saat proses transportasi
- Kesalahan penyerahan
3. Administration Error
8
Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat kepada pasien
yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada tahap pemberian
obat dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jenis-jenis Administration Error
Tipe Deskripsi
Ommission Gagal memberikan dosis obat kepada pasien sampai jadwal
error berikutnya
Wrong pasien Memberikan obat pada pasien yang salah
Wrong time Pemberian obat diluar dari interval waktu yang telah
error ditentukan
4. Compliance Error
Compliance error adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan ketaatan
pasien.
9
5. Monitoring Error
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
BAB III
TATA LAKSANA
Bila terjadi IKP medication error maka pelaporannya mengikuti alur pelaporan IKP
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan kemudian melakukan investigasi untuk
menentukan proses yang mengalami kegagalan dengan menggunakan form yang terlampir
Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu
aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan
farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem
pengendalian (misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan, aspek klinik meliputi skrining
permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan
pemberian informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik
sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko
tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat
keberadaannya melalui kegiatan farmasi klinik terbukti memiliki konstribusi besar
dalam menurunkan insiden/kesalahan.
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :
a. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan
dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat sesuai
formularium.
11
b. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai
peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi. Melakukan
evaluasi terhadap distributor mengenai transportasi yang aman, ketepatan waktu,
dan ketersediaan obat.
c. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan
pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
- Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike,sound-alike
medication names) secara terpisah.
- Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat menimbulkan
cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya:
menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin, insulin,
narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan agonis
adrenergik.
kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara
alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah
- Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
Menyimpan obat menurut abjad dan bentuk sediaan
Disesuaikan dengan suhu, kelembaban, dan pengaruh cahaya
- Obat narkotika, psikotropika, prekursor disimpan dalam lemari khusus terkunci
- Melakukan pemeriksaan berkala untuk penyimpanan obat yang benar dan
kadaluarsa
d. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error
melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.
- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor
rekam medik/ nomor resep,
- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.
12
- Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti:
Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi
sempit untuk keperluan perhitungan dosis.
Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda vital
dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).
- Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
- Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e-
prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
- Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan
itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta
benar, dengan mengaja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat
yang penting harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas
instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.
e. Dispensing
- Penyiapan yang aman
Menjamin proses peracikan yang aman
Menyediakan lingkungan yang mendukung penyiapan yang aman
Menyediakan informasi obat mengenai cara penyiapan yang aman
Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan yang aman
Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
- Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu pada
saat pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat
mengembalikan obat ke rak.
- Dispensing yang aman
13
Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat yang benar dengan
menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan dilakukan pemeriksaan
ulang oleh orang berbeda.
Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan
pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep
terhadap isi etiket. Mengedukasi petugas agar dapat memberikan informasi
obat kepada petugas bangsal
g. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah
- Tepat pasien
14
- Tepat indikasi
- Tepat waktu pemberian
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat label obat (aturan pakai)
- Tepat rute pemberian
SPO pelaporan medication error mengikuti pelaporan IKP yang berlaku di Rumah Sakit
Ceria Kandangan.
BAB V
PENUTUP
Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan pasien
yang aman, khususnya dalam rangka mencegah medication error. Panduan ini masih jauh dari
sempurna sehingga panduan akan ditinjau kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan
tuntutan layanan dan standar akreditasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21