Anda di halaman 1dari 27

`

PANDUAN
OBAT HIGH ALERT (high alert medications) DAN LASA/NORUM

DINAS KESEHATAN
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS
PARU
PROVINSI SUMATERA UTARA

2022
UPT RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PROVINSI SUMATERA UTARA
Jl. Asrama No. 18/ Gaperta Medan (20124) Email : uptrsk.paru@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Panduan Obat Hight Alert dan Lasa UPT.
Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara ini dapat tersusun.
Buku Panduan Obat Hight Alert dan Lasa UPT. Rumah Sakit Khusus Paru
Provinsi Sumatera Utara ini disusun dengan tujuan untuk menjadi Panduan bagi
Tenaga Kesehatan di UPT. Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara
dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pasien.
Kami menyadari bahwa Buku Panduan Obat Hight Alert dan Lasa di UPT.
Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara ini masih jauh dari sempurna
dan kami mengharapkan adanya masukan bagi penyempurnaan Buku Panduan
ini dikemudian hari.

Medan, September 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I. DEFINISI...............................................................................................
BAB II. RUANG LINGKUP...............................................................................
BAB III. TATA LAKSANA ................................................................................
A. Prosedur Kewaspadaan Obat di Farmasi ...................................................
B. Prosedur Kewaspadaan Obat di IGD dan Ruang Perawatan.....................
C. Tata Laksana Obat Hight Alert dan Elektrolit Pekat....................................6
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................................
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian

1. High alert medication adalah petunjuk tentang identifikasi, pengelolaan,


pelaporan serta dokumentasi obat – obat yang mempunyai risiko tinggi
menyebabkan cedera pada pasien bila digunakan secara salah. Panduan ini
diharapkan sebagai acuan dalam pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
di unit-unit UPT. RS Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara.
2. Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medications) adalah obat-obat
yang mempunyai risiko tinggi menyebabkan cedera pada pasien bila digunakan
secara salah yang daftarnya diperoleh dari hasil inventarisasi unit pelayanan
UPT. RS Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara.
3. Double Check adalah pengecekan ketepatan pasien, nama obat,
dosis/kekuatan obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan
dokumentasi yang dilakukan oleh dua orang petugas, yang kemudian
didokumentasikan dengan membubuhkan tandatangan/paraf. Pada ruang
perawatan double check meliputi ketepatan pasien, nama obat, dosis/kekuatan
obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan dokumentasi; untuk
farmasi double check meliputi ketepatan pasien, nama obat, dosis/kekuatan
obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan dokumentasi;
sedangkan untuk unit lain selain ruang perawatan dan farmasi meliputi
ketepatan pasien, nama obat, dosis/kekuatan obat, dan dokumentasi (Institut
for safe Medication Practices).
4. NORUM / LASA ( Look Alike – Sound Alike ) adalah obat – obat yang memiliki
nama, rupa dan ucapan mirip yang perlu diwaspadai khusus agar tidak terjadi
kesalahan pengobatan (dispensing error) yang bisa menimbulkan cedera pada
pasien yang daftarnya diperoleh dari unit pelayanan UPT. RS Khusus Paru
Provinsi Sumatera Utara.
5. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Narkotika.
6. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
7. Cairan Elektrolit Pekat adalah elektrolit yang dalam penggunaannya harus
dilakukan pengenceran terlebih dahulu
BAB II
RUANG LINGKUP

Hampir semua obat-obatan memiliki jangkauan pengamanan yang luas,


beberapa obat memiliki resiko tinggi yang berbahaya ketika kesalahan terjadi.
Obat- obat inilah yang termasuk dalam “HIGH ALERT MEDICINES” . Meskipun
kesalahan tidak sering terjadi pada obat ini dibandingkan obat lain, namun akibat
yang mungkin terjadi lebih membahayakan. Kesalahan-kesalahan yang dapat
terjadi karena penggunaan obat dengan resiko tinggi sebaiknya dihindari dan
dikurangi seminimal mungkin. Dua prinsip yang digunakan untuk mengamankan
penggunaan obat berisiko :
1. Mengurangi atau menghilangkan kemungkinan error (contohnya mengurangi
jumlah obat beresiko tinggi yang disimpan rumah sakit; mengurangi
ketersediaan konsentrat dan volume dan menghilangkan obat beresiko tinggi
dari area klinik).
2. Meminimalkan konsekuensi error (contohnya error fatal yang terjadi ketika
melakukan pemberian ceftriaxone dan Cefotaxime yang tertukar karena
kemiripan Nama dan Bentuk).
Langkah – langkah di dalam penggunaan pengobatan yang ideal :
1. Dokter menuliskan obat ke dalam Resep .
2. Apoteker memverifikasi atau menskrining resep,
3. Apoteker mengecek kerja Asisten Apoteker.
4. Perawat menerima obat dan mengecek kembali laporan perawat terhadap
pengambilan obat.
5. Perawat memberikan obat ke pasien setelah mengecek nama pasien terhadap
pesanan obat, memberitahu pasien nama obat, dosis, dan tujuan dengan
melakukan double check.
6. Obat yang tidak digunakan dikembalikan ( obat retur ) ke bagian farmasi,
dimana apoteker mengecek kembali sesuai dengan pencatatan pemakaian
obat pasien.

Kunci perubahan konsep untuk menjaga obat beresiko tinggi :


1. Digunakan sistem Double check
2. Menggunakan differensiasi (contohnya mengidentifikasi produk mirip nama
dan bunyi/LASA, menggunakan nama generik yang tidak mirip seperti yang
terjadi pada nama merek).
3. Gudang obat yang baik (contohnya memisahkan obat-obat berpotensi bahaya
dengan produk yang bernama dan kemasan sama).
4. Tampilan produk baru (contohnya apoteker dan terapis sebaiknya
menginspeksi semua obat baru dan peralatan-peralatannya terhadap adanya
kemasan dan label yang buruk).
5. Standarisasi untuk memudahkan komunikasi pesanan (contohnya
meminimalkan pemesanan verbal dan penggunaan isyarat).
6. Akses terbatas (contohnya obat beresiko tinggi sebaiknya hanya disimpan di
tempat dimana apoteker yang hanya boleh mengakses).

A. Jenis Obat yang Perlu Diwaspadai


Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obat-
obat yang sering menyebabkan cedera pada pasien secara signifikan bila salah
digunakan. Obat-obat yang termasuk perlu diwaspadai antara lain obat yang
mempunyai indeks terapi sempit atau dari laporan insiden tinggi kesalahan serius
obat . Obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi :
1. Kelompok High Alert
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obat-
obat yang sering menyebabkan cedera pada pasien secara signifikan bila salah
digunakan.Obat-obat yang termasuk perlu diwaspadai antara lain obat yang
mempunyai indeks terapi sempit atau dari laporan insiden tinggi kesalahan serius
obat . Daftar obat-obat tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Kelompok obat LASA
Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike) dan kelompok obat
yang memiliki nama mirip (Sound-Alike). Daftar obat-obat yang memiliki LASA
dapat dilihat pada lampiran 2. Proses identifikasi obat-obat yang perlu diwaspadai
dan obat – obat yang memiliki LASA , diawali dari pengkajian / analisis resep dan
atau permintaan rutin dari unit-unit layanan UPT. RS Khusus Paru Provinsi
Sumatera Utara. Analisis resep dilakukan oleh apoteker yang meliputi persyaratan
administrasi (tanggal resep, nama penulis resep, nama pasien, umur / BB),
persyaratan farmasetika (bentuk sediaan, dosis), persyaratan farmasi klinik (ESO
potensial, interaksi potensial). Bila terdapat problema terkait obat (PTO), maka
apoteker akan mengklarifikasi kepada penulis resep. Tahap selanjutnya dilakukan
proses dispensing/peracikan obat yang meliputi pengambilan obat, penulisan
etiket dan penyerahan obat. Sebelum diserahkan kepada pasien, dilakukan
pengecekan ulang oleh checker. Saat penyerahan obat, dilakukan KIE oleh
apoteker atau petugas teknis kefarmasian (asisten apoteker).
3. Elektrolit konsentrasi tinggi
4. Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Narkotika.
5. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

B. Tempat Pelayanan yang Perlu Mewaspadai Penggunaan Obat


1. Apotek
a. Pengelola / Pelaksana
b. Apoteker Pengelola Apotek, tenaga teknis kefarmasian dan tenaga
administrasi harus mengetahui dan mampu melakukan talaksana obat – obat
yang perlu diwaspadai (high alert medication) dan obat yang memiliki nama,
rupa dan ucapan mirip (LASA). Tata laksana obat selalu mengacu kaidah
penataan obat yaitu alfabetis, FIFO, FEFO dan bentuk sediaan. Untuk
mengatasi dispensing error pada obat – obat yang masuk kategori tersebut,
pengelola harus mampu melakukan analisis resep meliputi persyaratan
adimistrasi, persyaratan farmasetika, persyaratan famasi klinik sebelum
resep tersebut diracik oleh tenaga teknis farmasi. Pada tahap akhir
peracikan tenaga teknis kefarmasian yang bertugas sebagai checker selalu
memeriksa kembali kesesuaian antara resep dengan obat yang dikehendaki
sebelum diberikan kepada pasien. Kemudian saat penyerahan obat kepada
pasien, dilakukan pemberian KIE oleh apoteker/tenaga teknis kefarmasian
Penyimpanan obat
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) harus diletakkan pada tempat
yang aksesnya minimal ditempatkan pada tempat khusus yang diberi label jelas
dan terpisah dengan obat lain. Untuk obat yang memiliki LASA, tidak boleh
diletakkan berdekatan. Obat berkategori LASA yang terletak pada kelompok
abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal dua obat non ketegori LASA
di antara atau di tengahnya. Selain itu obat kategori LASA diberi stiker khusus
yang membedakan dengan obat yang lain (lihat pada bab dokumentasi). Obat
Narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus terbuat dari bahan
kayu yang kuat dan diberi tanda “HIGH ALERT”; pintu terdiri dari dua bagian
atas dan bawah. Serta berkunci ganda, bagian atas dipergunakan untuk
menyimpan persediaan narkotika, bagian bawah dipergunakan untuk
menyimpan psikotropika.
c. Dispensing obat
Kegiatan dispensing (peracikan) obat diawali dengan pengambilan obat
sesuai yang dikehendaki setelah dilakukan analisis resep. Nama, dosis,
frekuensi pemberian, waktu pemakaian,tanggal kadaluarsa, kondisi fisik obat
yang memiliki LASA atau high alert, Narkotika dan Psikotropika harus diperiksa
dengan teliti sebelum diberikan kepada checker.
d. Penyerahan obat
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan mengkonfimasi nama,
umur, tanggal lahir pasien disertai pemberian KIE berupa indikasi obat, aturan
pakai, efek samping obat secara umum, perhatian khusus.

2. IGD / Kamar Operasi


Terdapat obat-obat floor stock dan emergeny kit pada lemari obat.
Pengelolaaan obat dan pengendaliannya meliputi pemeriksaan secara berkala
oleh Unit Farmasi, penyimpanan sesuai sifat dan jenis obat, pencatatan
pemasukan/pengeluaran obat menggunakan kartu stok, pemeriksaan berkala
oleh petugas bagian Farmasi.
a. Penyimpanan obat
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) harus diletakkan pada tempat
yang aksesnya minimal ditempatkan pada tempat khusus yang diberi label jelas
dan terpisah dengan obat lain. Untuk obat yang memiliki LASA, tidak boleh
diletakkan berdekatan. Obat berkategori LASA yang terletak pada kelompok
abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal dua obat non ketegori LASA
di antara atau di tengahnya. Selain itu obat kategori LASA diberi stiker khusus
yang membedakan dengan obat yang lain (lihat pada bab dokumentasi). Obat
Narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus terbuat dari bahan
kayu yang kuat dan diberi tanda “HIGH ALERT”; pintu terdiri dari dua bagian
atas dan bawah. Serta berkunci ganda, bagian atas dipergunakan untuk
menyimpan persediaan narkotika, bagian bawah dipergunakan untuk
menyimpan psikotropika.
b. Dispensing obat
Kegiatan dispensing (peracikan) obat diawali dengan pengambilan obat
sesuai yang dikehendaki setelah dilakukan analisis resep. Nama, dosis,
frekuensi pemberian, waktu pemakaian,tanggal kadaluarsa, kondisi fisik obat
yang memiliki LASA atau high alert, Narkotika dan Psikotropika harus diperiksa
dengan teliti sebelum diberikan kepada checker.
c. Penyerahan obat
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan mengkonfimasi nama,
umur, tanggal lahir pasien disertai pemberian KIE berupa indikasi obat, aturan
pakai, efek samping obat secara umum, perhatian khusus.

3. Ruang Rawat Inap


Obat-obat floor stock dan emergeny kit yang jenisnya tergantung dari
penyakit ruangan. Pengelolaaan obat dan pengendaliannya sama dengan yang
berada di UGD/Kamar Operasi.
a. Penanggung jawab / Pelaksana
Kepala ruangan dan perawat pelaksana harus mengetahui dan memahami
obat – obat yang diwaspadai dan memiliki LASA, ditandai dengan label high
alert dan LASA yang disesuaikan dengan jenis obat. Hendaknya selalu
dilakukan pemeriksaan ulang kebenaran obat sebelum memberikannya
kepada pasien.
b. Penyimpanan obat
Obat di simpan dalam lemari khusus obat dengan penandaan khusus
berupa label high alert dan LASA yang disesuaikan dengan jenis obat (lihat
pada bab dokumentasi). Tempat penyimpanan hendaknya jarang dilalui
personel. Obat-obat tersebut harus dipisahkan dengan obat/alkes lain, memiliki
kartu stok yang harus selalu diisi pada saat penerimaan atau pengambilan
barang. Untuk obat yang memiliki LASA, tidak boleh diletakkan berdekatan.
Obat berkategori LASA yang terletak pada kelompok abjad yang sama, harus
diselingi dengan minimal dua obat non ketegori LASA di antara atau di
tengahnya. Selain itu obat kategori LASA diberi stiker khusus yang
membedakan dengan obat yang lain.
a. Pemberian obat
Pemberian obat kepada pasien diawali dengan pemeriksaan bentuk
sediaan, tanggal kadaluarsa, kondisi fisik, nama obat, dosis obat, aturan pakai,
waktu pemberian, tanda LASA, melakukan konfirmasi nama, umur, dan tanggal
lahir pasien.
Daftar Obat Hight Alert di UPT. RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara
N
NAMA OBAT GOLONGAN KEKUATAN SEDIAAN KEMASAN
O
1 Lidocain 2% Anti Aritmia Lidocain 2% Injeksi Ampul 2 ml

2 Epinephrine vasokontriksi Epinephrin 1 mg Injeksi ampul 1 ml

Atropine Sulfas
3 Atropine Sulfas Anti Kolinergik Injeksi ampul 1mg
0,25 mg
Norephinephrin
4 Norephinephrin Adrenalin Injeksi ampul 4 ml
1mg
5 Dobutamin Inotropik Dobutamin 50 mg Injeksi ampul 5ml
Antagonis
6 Nicardipin Nicardipin 1 mg Injeksi ampul 10 ml
Kalsum

7 Stesolid Benzodiazepine Diazepam 5 mg Supositoria Rectal Tube 2,5 ml

Isosorbide Isosorbide Dinitrat


8 Anti angina Tablet Tablet 5 Mg
Dinitrat 5mg

9 Glimepirid Anti Diabetes Glimepirid 2 mg Tablet Tablet 2mg

10 Metformin Anti Diabetes Metformin 500 mg Tablet Tablet 500 mg

Anti
11 Codein 10 mg tusif/analgetik Codein 10 mg Tablet Tablet 10 mg
Narkotika
Anti tusif/
12 Codein 20 mg analgetik Codein 20 mg Tablet tablet 20 mg
Narkotika
Codein an hidrat
11, 11 mg,
Anti
13 Codipront Fenitoloksamin Sirop Botol 60 ml
tusif/Narkotika
3,67 mg dalam 5
ml
Dopamin HCL 40
14 Dopamin Kardiovaskular Injeksi ampul 5ml
mg

PANDUAN OBAT HIGH ALERT DAN LASA


12
Daftar Obat Lasa Di UPT. RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Utara

Tulisan Mirip
NO NAMA OBAT
1 ASAM MEFENAMAT 500 MG ASAM TRANEKSAMAT 500 MG

Pengucapan Mirip
NO NAMA OBAT
1 NATRIUM DIKOLOFENAK NATRIUM BIKARBONAT
2 ASAM MEFENAMAT 500 MG ASAM TRANEKSAMAT 500 MG
3 ETHIONAMID LINEZOLID
4 NOREPHINEPRHIRIN EPINEPHRIN
5 DOBUTAMIN DOPAMIN

Kemasan Mirip
NO NAMA OBAT
1 ETIONAMID LINEZOLID
2 PAKET OAT LANJUTAN ANAK PAKET OAT LANJUTAN DEWASA
3 ASAM MEFENAMAT 500 MG CEFIXIM 100 MG
4 CODEIN 10 MG CODEIN 20 MG
5 SERETIDE 250MG SERETIDE 500 MG
6 DOBUTAMIN NICARDIPINE
7 GLIMEPIRID 2MG     RANITIDIN 150MG
8 DOBUTAMIN DOPAMIN

Bentuk Sediaan Mirip


NO NAMA OBAT
1 NATRIUM BIKARBONAT BEDAQUILIN
2 CODEIN 10 MG CODEIN 20 MG
3 ISONIAZID 100 MG ISONIAZID 300MG

Nama Sama Dosis Beda


NO NAMA OBAT
1 ISONIAZID 100 MG ISONIAZID 300MG
2 CODEIN 10 MG CODEIN 20MG
3 SERETIDE 250 MCG SERETIDE 500 MCG
4 SYMBICORT 160MG SYMBICORT 80 MCG
BAB III
TATA LAKSANA

A. Prosedur Kewaspadaan Obat di Instalasi Farmasi


Lakukan prosedur dengan aman dan hati-hati selama memberikan instruksi,
mempersiapkan, memberikan obat, dan menyimpan dan Distribusi high alert
medications
1. Seleksi High Alert Medications

a. Proses seleksi High Alert Medications dilakukan sesuai dengan proses


seleksi sediaan farmasi yang telah berjalan di rumah sakit, sebagaimana
tertulis dalam SPO seleksi obat

b. Pemilihan/seleksi obat dilakukan dan menjadi tanggung jawab Tim Farmasi


dan Terapi

c. Pemilihan obat-obat harus mempertimbangkan adanya NORUM / LASA


supaya mengurangi resiko terjadinya medication errors

d. Membatasi daftar obat dengan macam-macam merk dalam formularium

2. Pengadaan High Alert Medications

Menginfromasikan kepada semua petugas yang terlibat, mengenai adanya


daftar High Alert Medications di UPT. RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera
Utara. Pengadaan High Alert Medications di UPT. RS. Khusus Paru Provinsi
Sumatera Utara yaitu :
a. Pengadaan High Alert Medications dari unit Farmasi ke bagian pengadaan.

b. Pengadaan High Alert Medicationsdari unit pelayanan ke Gudang harus


disertai dengan resep untuk mencegah terjadinya medication errors.

Catatan :
a. Proses pengadaan High Alert Medications dilakukan sesuai dengan proses
pengadaan sediaan farmasi yang telah berjalan di Rumah Sakit

b. Segera menginformasikan kepada unit terkait apabila terjadi perubahan


kemasan produk dan kekosongan obat serta penggantinya sepengetahuan
dokter yang memberikan terapi

c. Menghindari pemesanan High Alert Medications melalui verbal untuk


mencegah terjadinya kesalahan kecuali dalam kondisi emergency

3. Penyimpanan dan Pelabelan


Dilakukan penyimpanan obat yang sudah aman dengan memperhatikan :
a. Obat — obat yang perlu diwaspadai harus diletakkan pada tempat yang
aksesnya minimal. Membatasi akses masuk ke dalam tempat penyimpanan
obat — obat kategori high alert.

b. Harus dipastikan stabilitas obat terkontrol sehingga kualitas obat tetap


terjaga

c. Harus dipastikan ketersediaan obat, cukup untuk kebutuhan pasien

d. Penyimpanan High Alert Medications dilakukan oleh semua staf Apotek


dan Gudang Farmasi, dan menjadi tanggung jawab Apoteker.

e. Semua High Alert Medications yang akan disimpan di Gudang harus ditandai
dengan label HIGH ALERT warna merah pada kardus/kemasan obat
dibagian yang bertuliskan nama obat, namun tidak menutupi nama obat itu
sendiri dan keterangan tambahan pada kemasan obat. Memberi label High
Alert pada obat yang disesuaikan dengan jenisnya.

f. Semua petugas harus membaca label High Alert Medications (HAM)


sebelum menyimpan dan memastikan obat tersebut tersimpan pada tempat
yang tepat.

g. Obat-obat yang memiliki LASA/NORUM tidak diletakkan dalam 1


rak/disandingkan.

h. Petugas farmasi harus mencatat pemasukan dan pengeluaran obat ke kartu


stok.

i. Sesuai dengan PERMENKES RI No.28/MENKES/PER/I/1978 tentang


Narkotik, narkotika disimpan pada tempat khusus dan tidak dipergunakan
untuk menyimpan obat selain narkotika. Harus disimpan dalam lemari
terkunci.
j. Obat memiliki kategori LASA secara umum

LASA LASA LASA

LASA LASA LASA

k. Obat memiliki kategori High Alert warna merah

l. Elektrolit konsentrat dengan label obat High Alert dan penyimpanan hanya
berada di instalasi farmasi.

m. Suhu penyimpanan High Alert Medication disesuaikan dengan keterangan


yang tertera pada kemasan masing-masing kemasan obat..
n. Penataan obat harus mengacu pada prinsip First In First Out (FIFO)
dan/atau First Expired First Out (FEFO).
4. Peresepan

a. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert


medications.

b. Instruksi ini harus mencakup minimal :

 Persyaratan adimistrasi meliputi kelengkapan resep berupa tanggal resep,


nama penulis resep, nama pasien, umur / BB, Nomor RM, tanggal dan
waktu instruksi dibuat..
 Persyaratan farmasetika meliputi Nama obat (generik), bentuk sediaan,
dosis dan khasiat obat, rute pemberian, dan tanggal pemberian setiap
obat.
 Persyaratan famasi klinik meliputi farmakoterapi, efek samping obat
potensial, interaksi obat potensial, Kecepatan dan atau durasi pemberian
obat.
c. Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap
High Alert Medications secara tertulis.

5. Peyiapan Obat obat

a. Apoteker / asisten apoteker menandai obat High Alert pada lembar resep
dengan centang merah (√ MERAH), obat narkotika garis merah (MERAH),

b. Dilakukan pengambilan obat, penulisan etiket dan penyerahan obat dengan


memperhatikan kesesuaian permintaan resep dengan mengisi kartu stok.

c. Petugas selalu melakukan pemeriksaan ulang (Double Check) kebenaran


obat pada saat pengambilan, penyiapan dan penggunaan obat yang akan
diberikan kepada pasien dengan prinsip 6 benar obat (benar pasien, benar
obat, dosis, rute, benar waktu dan benar dokumentasi).

d. Mengecek tanggal kadaluarsa obat.

e. Bila terdapat problema terkait obat, apoteker akan mengklarifikasi kepada


penulis resep.

6. Persiapan Pemberian
Yang dimaksud dengan persiapan pemberian obat High Alert adalah
mengambil obat injeksi High Alert dari ampul/vial dan dimasukan dalam spuit.
Jika obat berupa serbuk, campur dahulu dengan cairan pelarut sampai
seluruh obat larut. Pada pemberian elektrolit konsentrat harus diencerkan
terlebih dahulu dengan cairan infus yang sesuai. Proses persiapan
pemberian High Alert Medications harus mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu :
a. Identifikasi dengan prinsip 6 benar pemberian obat (benar pasien, benar
obat, benar dosis, benar cara pemberian obat, benar waktu, benar
dokumentasi)

b. Identifikasi dilakukan oleh dua orang (Administrasi dan Petugas


dispensing/TTK yang berbeda/double check)

7. Penyerahan obat

a. Memastikan ketepatan High alert Medications dengan melakukan double


check dengan teman sejawat meliputi identitas pasien (nama, tanggal
lahir/No. Rekam Medis), nama obat, indikasi, kekuatan dosis, bentuk
sediaan, cara pemberian, dan waktu pemberian. Tujuan pelaksanaan double
check terhadap High Alert Medications adalah identifikasi obat-obatan yang
memerlukan verifikasi atau double check oleh petugas kesehatan lainnya
(sebagai orang kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan
meningkatkan keselamatan dan akurasi. Double check diperlukan sebelum
memberikan High Alert Medications dan saat pelaporan pergantian jaga atau
saat melakukan transfer pasien. Pengecekan pertama dilakukan oleh
petugas yang menyiapkan obat, sedangkan pengecekan yang kedua
dilakukan oleh petugas yang akan memberikan obat kepada pasien (petugas
pengecekan yang pertama tidak boleh sama dengan petugas pengecekan
yang kedua) .

b. Sebelum memberikan obat, petugas mengecek identitas pasien dengan


menanyakan nama, tanggal lahir dan nomor rekam medik dan
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang dberikan, dosis,
dan indikasinya.
c. Kegiatan double check tersebut didokumentasikan dalam berkas rekam
medis (RM Pemberian Obat Injeksi) dengan tanda tangan kedua perawat
(perawat yang melakukan pengecekan dan yang memberikan obat ke
pasien).

d. Pada situasi emergency, dimana pelabelan dan prosedur double check


dapat menghambat / menunda penatalaksanaan dan berdampak negatif
pada pasien, perawat atau dokter pertama-tama harus menentukan dan
memastikan bahwa kondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergency dan
perlu ditatalaksana segera sedemikian rupa sehingga double check dapat
ditunda.

8. Pemantauan Penggunaan obat High Alert


a. Kegiatan pemantauan penggunaan High Alert Medications dilakukan oleh
Apoteker.

b. Kegiatan pemantauan penggunaan High Alert Medications bertujuan


mengkaji efektifitas serta keamanan penggunaan obat pada pasien rawat
inap. Kegiatan tersebut juga termasuk pemantauan kejadian potensial efek
samping obat serta penatalaksanaan kejadian efek samping obat..

c. Penatalaksanaan efek samping obat High Alert dilakukan dengan


melibatkan tenaga medis, farmasis, dan juga pihak terkait.

9. Pembuangan Ampul/Vial

Limbah ampul/vial High Alert Medications dibuang di wadah khusus limbah


infeksius.

B. Prosedur Kewaspadaan Obat di IGD dan Ruang Perawatan


1. Persiapan dan Penyimpanan

a. Petugas selalu melakukan pemeriksaan ulang (Double Check) kebenaran


obat pada saat pengambilan, penyiapan dan penggunaan obat yang akan
diberikan kepada pasien dengan prinsip 6 benar obat (benar pasien, benar
obat, benar dosis,benar rute, benar waktu dan benar dokumentasi)

b. High Alert Medications yang terdapat di IGD dan Ruang Perawatan Hanya
tersimpan di dalam troli atau Emergency kit.

c. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan
dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika High Alert Medications harus
disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan dengan
diberikan label 'Peringatan: high alert medications' pada tutup luar tempat
penyimpanan.

d. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan High Alert


Medications, berikanlah pesan pengingat di tutup cabinet agar
pengasuh/perawat pasien menjadi waspada dan berhati-hati dengan high
alert medications. Setiap kotak/tempat yang berisi High Alert Medications
harus diberi label.

e. Infus intravena High Alert Medications harus diberikan label yang jelas
dengan menggunakan huruf/tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.

2. Pemberian obat

a. Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda (double-check)


terhadap semua high alert medications sebelum diberikan kepada pasien.
b. Pengecekan Ganda TerhadapHigh Alert Medications

1) Tujuan: identifikasi obat-obatan yang memerlukan verifikasi atau


pengecekan ganda oleh petugas kesehatan lainnya (sebagai orang
kedua) sebelum memberikan obat dengan tujuan meningkatkan
keselamatan dan akurasi.

2) Kebijakan:

a) Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan High Alert


Medications tertentu/spesifik dan disaat pelaporan pergantian jaga
atau saat melakukan transfer pasien.

b) Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau
pada catatan pemberian medikasi pasien..
c) Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang
untuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-
obatan, antara lain : perawat, ahli farmasi, dan dokter.

d) Pengecekan kedua akan dilakukan oleh petugas yang berwenang,


teknisi, atau perawat lainnya .

e) Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/verifikasi


oleh orang kedua dilakukan pada kondisi- kondisi seperti berikut :

 Setiap akan memberikan injeksi obat

 Untuk infus:

- Saat terdapat perubahan konsentrasi obat

- Saat pemberian bolus

- Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien

- Setiap terjadi perubahan dosis obat

f) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi


dari dokter.

C. Tata Laksana Obat-obat High Alert dan Elektrolit Pekat


Penyimpanan elektrolit pekat hanya di instalasi farmasi dan ruang
perawatan tidak diperbolehkan adanya stok elektrolit pekat kecuali Instalasi
Farmasi. Pelaksanaan kegiatan pelarutan obat elektrolit pekat oleh perawat yang
telah disosialisasikan cara persiapan dan pengenceran yang baik oleh petugas
Instalasi Farmasi yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan :

a. Periksa kelengkapan formulir permintaan pencampuran sediaan steril


meliputi : nama, nomor rekam medis, umur, berat badan pasien, diagnosis,
resep, tanda tangan dokter

b. Periksa identitas injeksi elektrolit pekat yang akan diencerkan meliputi :


nama obat, jumlah dan tanggal kadaluarsa.

c. Lakukan konfirmasi ulang.


d. Hitung dosis pencampuran injeksi elektrolit pekat yang akan dibuat

e. Pilih pelarut yang tepat dan hitung volume pelarut yang dibutuhkan

f. Siapkan penanda (label) untuk produk hasil pengenceran yang meliputi :


nama pasien, nomor rekam medis, identitas obat, tanggal pengenceran dan
tanggal kadaluarsa

2. Pengenceran :

a. Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan benar.

b. Kenakan alat pelindung diri, masker dan sarung tangan.

c. Lakukan disinfeksi pada sarung tangan dengan menyemprotkan alkohol


70% dan tunggu hingga kering.

d. Lakukan disinfeksi pada area kerja dengan menggunakan desinfektan

e. Usap bagian leher botol injeksi elektrolit pekat dengan alkohol 70%, tunggu
sampai kering.

f. Pegang Flas injeksi elektrolit pekat pada posisi kemiringan 450, buka bagian
atas botol dengan arah menjauhi petugas.

g. Pertahankan posisi tersebut selama 5 detik.

h. Pegang botol injeksi elektrolit pekat dengan kemiringan 45 0, ambil isinya


sesuai dengan volume yang diinginkan menggunakan spuit steril dan segera
tutup jarum spuit.

i. Untuk infus inravena, suntikkan larutan obat ke dalam botol infus pada posisi
450 perlahan melalui dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.

j. Kocok hasil pencampuran sampai obat tercampur sempurna.

k. Beri label identitas obat, identitas pasien, tanggal pengenceran dan tanggal
kadaluarsa pada infus atau spuit yang berisi elektrolit hasil pengenceran

l. Setelah selesai letakkan sisa proses yang tidak terpakai ke kantong sampah
tertutup.

m. Berikan logo high alert pada botol infus.


BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir Observasi Pemberian High Alert Medications dan Elektrolit Pekat

2. Formulir Pemantauan Pelabelan High Alert Medications

3. Formulir Monitoring Penggunaan High Alert Medications

4. Efek samping yang terjadi didokumentasikan pada lembar MESO (Monitoring


Efek Samping Obat)

5. Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang


diakibatkan oleh penggunaan High Alert Medications, baik kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel.

6. Pelaporan insiden akibat penggunaan High Alert Medications dikirim ke Kepala


Bidang Penunjang klinik (KaUr. Jangklin).
BAB V
PENUTUP

Dengan disusunnya panduan obat Hight Alert dan LASA ini maka
diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh staf farmasi dalam melakukan
pelayanan farmasi di rumah sakit. Pengelolaan perbekalan farmasi yang baik,
efektif dan efisien akan mendorong penggunaan obat yang rasional di rumah
sakit. Pengelolaan perbekalan farmasi yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pengobatan. Dengan terlaksananya pengelolaan obat yang
baik akan dapat berkontribusi terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit.

Medan, September 2022

Kepala UPT. Rumah Sakit


Khusus Paru Provinsi Sumatera
Utara

dr. Jefri Suska Pembina IV/a


NIP. 196804142007011044

Anda mungkin juga menyukai