Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/Per/III/2011 tentang keselamatan pasien pada sasaran keselamatan pasien (SKP
III), yaitu peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai , maka RS Kusta dr Rivai
Abdullah Palembang harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien,
terutama pada obat-obatan yang perlu diwaspadai. Obat-obat ini perlu diwaspadai karena
memiliki resiko tinggi menyebabkan kerugian yang bermakna pada pasien apabila terjadi
kesalahan penggunaan.
Kesalahan obat adalah salah satu masalah penyelenggaraan kesehatan yang
sangat bermakna, dan sering kali sebenarnya dapat dicegah. Sasaran keselamatan
pasien, dan peningkatan keamanan obat yang pelu diwaspadai, merupakan kunci standar
peningkatan mutu rumah sakit dalam hal mengelola obat obat kewaspadaan tinggi (High
Alert Medication).
Termasuk di dalam kelompok obat High Alert adalah :
 Elektrolit pekat (larutan konsentrat), yaitu elektrolit dengan kadar/konsentrasi tertentu,
yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius.
Contoh : Larutan KCl 7,46% dan NaCl 3%
 Obat narkotika, yaitu obat-obatan yang sering menyebabkan terjadinya
ketergantungan.
 Obat Anestesi umum, yaitu obat-obatan yang resiko menimbulkan sedasi berat dan
dalam (resiko jatuh).
 Obat Antidiabetik, yaitu obat - obatan yang resiko menimbulkan hipoglikemia.
 Obat Antikoagulan , yaitu obat-obatan resiko menimbulkan pendarahan.
 Obat muscle relaxant , yaitu obat-obatan yang resiko menimbulkan kelumpuhan otot.
 Obat anti aritmia, adrenergik agonis, adrenergik antagonis, yaitu obat-obatan yang
mempengaruhi kerja jantung.
 Obat psikotropika.

II. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit/fasilitas kesehatan lainnya mengenai
kebijakan manajemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori
High Alert Medications (obat-obatan dalam pengawasan).

1
2. Mencegah kesalahan pemberian obat akibat nama obat yang membingungkan
(Look Alike Sound Alike Drugs)/ LASA.
3. Mengurangi atau menghilangkan kejadian kesalahan pemberian elektrolit
konsentrat. Elektrolit konsentrat hanya disimpan di bagian farmasi, tidak di ruang
rawat, kecuali pada area tertentu sesuai kebutuhan.
4. Mengurangi resiko Medication Error akibat obat-obat atau cairan lain dalam
kontainer yang tidak berlabel.
5. Meningkatkan kewaspadaan akan High Alert Medication sehingga meningkatkan
keselamatan pasien.
6. Memberikan pelayanan kesehatan kualitas tinggi dan meminimalisasikan
terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi resiko terhadap
pasien.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup untuk obat-obat High Alert :


 Obat-obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, seperti
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip/ LASA (Look Alike Sound alike).
 Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication), merupakan obat yang
sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat
yang beresiko tinggi menyebabkan terjadinya dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome)

3
BAB III
TATA LAKSANA

Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan unsur utama yang harus


diberikan dalam pelayanan kefarmasian. Untuk mewujudkan hal tersebut instalasi farmasi
harus memenuhi standar yang telah ditetapkan dan terus melakukan pengembangan dan
evaluasi.
Oleh karena itu peningkatan kewaspadaan dan keamanan terhadap obat perlu
ditingkatkan terutama untuk obat High Alert yaitu obat-obatan yang sering menyebabkan
terjadinya kesalahan serius (sentinel event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat yang terlihat mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip : NORUM atau Look Alike Sound Alike (LASA), dan
larutan/elektrolit konsentrat.
Salah satu program peningkatan keamanan obat adalah melalui peningkatan
pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai, yang mencakup pengadaan (procurement),
penyimpanan (storage), peresepan (prescribing), penyiapan (dispensing), pemberian
(administration) dan pemantauan (monitoring).

1. Pengadaan / Procurement (Perencanaan, Pengadaan)


a) Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi untuk obat-obat High Alert dilakukan
oleh Unit Perencanaan dan Distribusi yang langsung bertanggungjawab kepada
Kepala Instalasi Farmasi berupa kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, harga
perbekalan farmasi disesuaikan dengan anggaran dan hasil evaluasi dengan
metode konsumsi.
b) Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan barang
berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.
c) Pemasok yang dipilih harus memenuhi standar mutu oleh distributor yang ditunjuk
oleh pabrik/produsen/importir obat dan alat kesehatan.
d) Bilamana obat High Alert yang dibutuhkan tidak masuk dalam perencanaan /
adanya keterlambatan dari distributor maka pengadaan mengacu kepada SPO
pengadaan obat secara keseluruhan
e) Dilakukan evaluasi proses perencanaan setiap tahun .

2. Penerimaan

Penerimaan obat High Alert di gudang Instalasi Farmasi dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
4
 Panitia penerima barang memeriksa dan menerima sediaan farmasi,alkes dan
BMHP yang dikirim dari supplier/distributor sesuai dengan spesifikasi, jumlah dan
waktu penerimaan yang ditentukan.
 Panitia penerima barang menandatangani berita acara penerimaan sediaan
farmasi,alkes dan BMHP .
 Panitia penerima barang melakukan serah terima sediaan farmasi,alkes dan
BMHP kepada petugas gudang IFRS disertai dokumen penerimaan barang.
 Petugas gudang farmasi melakukan pemeriksaan kesesuaian sediaan farmasi,
alkes dan BMHP yang diterima dengan dokumen meliputi jumlah, kondisi,
kemasan , kekuatan sediaan, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
 Petugas gudang faramasi mencatat setiap sediaan farmasi,alkes dan BMHP yang
diterima.

3. Pelabelan

Obat-obat High Alert yang diterima terlebih dahulu harus diberi label High Alert
berwarna merah sebelum disimpan. Label untuk elektrolit konsentrasi tinggi sama
seperti label High Alert. Pelabelan dilakkukan oleh petugas gudang farmasi pada
kemasan primer dan pelabelan pada kemasan terkecil obat-obat high alert dilakukan
oelh petugas farmasi didepo (unit pelayanan).

Obat-obat termasuk golongan LASA yang diterima terlebih dahulu harus diberi label
LASA berwarna kuning sebelum disimpan. Pelabelan dilakukan oleh petugas Gudang
Farmasi pada luar kemasan penyimpanan.

Bila dalam satu kemasan terdapat 2 jenis obat LASA maka pada kemasan terkecil
diberikan label LASA.

4. Penyimpanan (Storage)
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan untuk menjamin mutunya.
Perbekalan farmasi disimpan di tempat penyimpanan yang sesuai baik di dalam
instalasi farmasi atau di luar instalasi farmasi dengan memperhatikan :
1) Kondisi yang sesuai untuk stabilitas obat High Alert dan LASA.
Diperhatikan faktor suhu, kelembaban, cahaya dan mudah tidaknya terbakar
2) Sistem penyimpanan menggunakan kategori :
a) FEFO (First Expired First Out)
b) FIFO (First In First Out)

5
3) Dilakukan monitoring suhu dan kelembaban untuk menjamin mutu perbekalan
farmasi.

Untuk sediaan obat High Alert :


Obat High Alert : Rak Penyimpanan terpisah dari obat lain dengan penandaan
selotip berwarna merah serta akses terbatas. Diberi label High Alert berwarna merah
dengan tulisan putih pada penyimpanan untuk High Alert Medication sesuai dengan
label yang telah disiapkan, baik pada kemasan primer maupun sekunder. Setiap
tenaga kesehatan harus mengetahui cara penanganan obat High Alert.
Elektrolit pekat : hanya disimpan di instalasi farmasi dan troli emergensi di ruang
rawat.
Obat Narkotika dan Psikotropika : disimpan di lemari khusus dengan dua kunci
yang berbeda . Ada apoteker penanggungjawab kunci lemari yang diserah terimakan
setiap pergantian shift.
Obat-obat LASA/NORUM : Ditempatkan tidak berdekatan satu sama lain, diselingi
oleh minimal 1 (satu) obat non LASA. Diberi label LASA dengan warna dasar kuning
dan tulisan hitam, baik pada kemasan primer maupun sekunder.

5. Peresepan
1. Batasan penulisan resep High Alert:
 Obat-obat anestesi hanya boleh diresepkan oleh Dokter Spesialis Anestesi
 Obat Narkotika dan Psikotropika hanya boleh diresepkan oleh dokter spesialis
yang berkompeten
 Elektrolit Pekat hanya boleh diresepkan oleh dokter spesialis atau dokter
umum yang sudah berkonsultasi dengan dokter spesialis.
2. Penulis resep obat High Alert harus melakukan penyelarasan obat (Medication
Reconciliation) sebelum menulis resep. Penyelarasan obat adalah
membandingkan antara daftar obat yang pernah dan sedang digunakan oleh
pasien dan obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya
terapi suatu obat.
3. Penulis resep obat High Alert harus memperhatikan kemungkinan adanya kontra
indikasi, interaksi obat dan reaksi alergi.
4. Terapi obat High Alert untuk pasien rawat inap dituliskan dalam lembar resep
pasien dan disimpan didalam rekam medik pasien.
5. Penulisan obat high alert harus jelas dan dapat dibaca, dan tidak boleh disingkat.

6
6. Penulisan resep obat high alert harus lengkap, memenuhi hal-hal sebagai berikut
a) Identifikasi pasien :
 Nama pasien (minimal 2 kata)
 Tanggal lahir
 Nomor rekam medis
b) Perintah pemberian :

 Nama dan paraf dokter

 Tanggal resep
 Nama ruang pelayanan
 Jumlah sediaan (untuk obat pulang)
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Dosis
 Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian)
c) Penulisan nama generik dan nama dagang :

 Nama obat high alert untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama
Generik
 Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium Rumah
Sakit.
 Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis /bahan obat dan
jumlah bahan obat (untuk bahan padat : mikrogram, miligram, gram dan
untuk cairan : tetes, mililiter, liter).
 Memastikan ada tidaknya riwayat alergi obat High Alert.
 Pencampuran beberapa obat jadi tidak dianjurkan, kecuali sediaan dalam
bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif.
7. Pasien diberikan pejelasan terhadap efek yang tidak diharapkan yang mungkin
terjadi akibat penggunaan obat High Alert.
8. Perubahan terhadap resep yang telah diterima oleh Apoteker harus diganti
resep baru.
9. Resep obat High Alert yang tidak memenuhi kelengkapan yang ditetapkan,
tidak akan dilayani oleh farmasi.
10. Jika resep obat High Alert tidak terbaca atau tidak jelas, maka apoteker/
Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK) yang memerima resep untuk dilakukan
klarifikasi.
11. Instruksi lisan (verbal order) untuk obat high alert tidak diperbolehkan kecuali
dalam kondisi emergensi dan tetap harus diverifikasi read-back dan tulisan
nama obat harus dieja per huruf.

7
12. Setiap obat high alert yang diresepkan harus disesuaikan dengan yang
tercantum di dalam Form Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.

6. Penyiapan
1. Yang dimaksud dengan penyiapan obat high alert adalah proses dimulai dari
resep diterima oleh Apoteker /TTK sampai dengan obat diterima oleh perawat di
ruang rawat untuk diberikan kepada pasien rawat inap atau sampai dengan obat
diterima oleh pasien/keluarga pasien rawat jalan dengan jaminan obat yang
diberikan tepat dan bermutu baik.
2. Apoteker/TTK harus melakukan telaah (review) terhadap reses obat high alert
yang meliputi :
a) Tepatan obat, dosis, frekuensi & rute pemberian
b) Duplikasi terapeutik
c) Alergi Obat
d) Interaksi obat
e) Variasi Pemakaian
f) Berat Badan
g) Kontra indikasi
Kesesuaian dengan pedoman pelayanan/peraturan yang berlaku, dan
menghubungi dokter penulis resep jika ditemukan ketidakjelasan atau ketidak
sesuaian. Kajian tidak perlu dilakukan dalam keadaan emergensi, di ruang
operasi dan tindakan intervensi diagnostik. Dalam melakukan telaah resep
harus berdasarkan referensi atau literatur yang sahih.
3. Apoteker/TTK diberi akses ke data pasien yang diperlukan untuk melakukan
kajian resep obat high alert.
4. Penyiapan obat high alert harus dilakukan di tempat yang bersih dan aman
sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian
5. Petugas yang menyiapkan obat hig alert steril harus mendapatkan pelatihan
tekhnik aseptik.
6. Obat elektrolit pekat haraus diberikan label atau etiket yang jelas.
7. Setiap obat yang telah disiapkan harus diberi label mengacu pada standar
penulisan etiket yang benar dan nama obat harus dicantumkan
8. Penyiapan obat harus dipastikan akurat mengikuti standar operasional
penyiapan obat one day one doses dispensing, standar prosedur operasional
sistem resep perorangan dan standar prosedur operasional peracikan obat.
9. Obat narkotika harus menggunakan resep asli dan menyertakan fotocopy
identitas diri.

8
10. Obat psikotropika harus menggunakan resep asli
11. Setiap obat High Alert digaris bawahi dengan tinta merah pada lembar resep
12. Obat diserahkan kepada perawat (untuk pasien rawat inap) dan pasien (untuk
pasien rawat jalan) disertai dengan informasi yang memadai
13. Untuk pasien rawat inap :
Sebelum perawat memberikan obat High Alert kepada pasien, maka perawat lain
harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen.
 kesesuaian antara obat dengan rekam medis/instruksi dokter
 Ketepatan perhitungan dosis obat
 Identitas pasien.
14. Sebelum petugas farmasi menyerahkan obat High Alert kepada perawat dan
sebelum perawat menyerahkan obat High Alert ke pasien, maka harus dilakukan
pengecekan (double check) terlebih dahulu yang meliputi 7 B, yaitu :
o Benar obat
o Benar waktu dan frekuensi pemberian
o Benar dosis
o Benar rute pemberian
o Benar identitas pasien
o Benar informasi
o Benar dokumentasi
15. Untuk obat High Alert infus harus diperhatikan :
 Ketepatan kecepatan pompa infus
 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat di setiap ujung jalur
selang
 Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan
kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat High Alert.
16. Pengenceran elektrolit pekat (KCl) hanya dilakukan di instalasi farmasi.

7. Pemberian
1. Yang berhak memberikan obat high alert kepada pasien adalah dokter /perawat
atau Apoteker/TTK yang sudah memiliki kompetensi dan mempunyai surat izin
praktek
2. Pemberian obat ke pasien harus sesuai prosedur pemberian Sediaan farmasi,
alkes dan BMHP.
3. Pada pemberian obat secara infus, label nama obat high alert ditempelkan pada
botol infus atau syringe pump. Apabila obat yag diberikan lebih dari satu maka
label nama obat ditempelkan pada setiap syringe pump dan setiap ujung jalur
9
selang.
4. Obat yang akan diberikan kepada pasien harus di verifikasi oleh perawat/dokter
dan Apoteker/TTK mengenai kesesuaiannya dengan resep meliputi identitas
pasien, nama obat, waktu dan frekuensi pemberian, dosis dan rute pemberian
5. Untuk rawat inap pemberian sediaan farmasi, alkes dan BMHP pasien
dilakukan dengan sistem distribusi One Day Dose Dispensing yaitu dikemas per
hari dan diberikan kepada pasien melalui perawat, sehingga penyimpanan obat
high alert berlabel merah tidak dipisahkan dengan perbekalan farmasi lainnya,
tetapi tetap harus dilabel stiker high alert pada perkemasan terkecil
6. Untuk obat elektrolit konsentrat bila terdapat diruang rawat harus
diperuntukkannya jelas dan diberi label yang jelas
7. Serah terima obat antar perawat/dokter/TTK dan pemberian obat kepada pasien
harus dilakukan double check disertai informasi tentang adanya obat hgh alert
8. Mutu obat yang diberikan kepada pasien harus dipastikan baik dengan diperiksa
secara visual
9. Pasien dipastikan tidak memiliki riwayat alergi dan kontra indikasi dengan obat
high alert yang diberikan
10. Pemberian obat High Alert harus dicatat di form catatan pemberian obat, dengan
ditandai paraf oleh 2 orang petugas medis.
11. Penggunaan obat high alert secara mandiri oleh pasien harus mendapatkan
edukasi oleh dokter/perawat atau apoteker/TTK terlebih dahulu dan dipantau
oleh perawat.

8. Pemantauan
1. Pemantauan secara klinis
a. Pemantauan efek terapi tidak diharapkan dari obat high alert harus
dilakukan pada setiap pasien
b. Pemantauan efek samping obat high alert perlu didokumentasikan dalam
formulir monitoring efek samping obat dan dicatat dalam rekam medik
c. Efek samping yang harus dilaporkan ke Panitia Farmasi dan Terapi adalah
yang berat, fatal, meningggalakan gejala sisa sesuai standar prosedur
operasional monitoring dan pelaporan efek samping obat
d. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat high alert dikoordinasikan
oleh Panitia Farmasi dan Terapi RSKRA.
e. Petugas pelaksan pemantauan dan pelaporan efek samping obat high alert
adalah dokter, perawat, apoteker di ruangrawat/poliklinik.
f. Panitia Farmasi dan Terapi melaporkan hasil evaluasi ESO ke Panitia Mutu
dan Keselamatan Pasien RSKRA dan menyebarluaskan ke seluruh

10
SMF/instalasi/unit pelayanan di RSKRA sebagai umpan balik edukasi.

2. Pemantauan pengelolaan
a. Pemantauan terus menerus harus dilakukan terhadap penyimpan dan
pelabelan obat high alert di setiap tempat penyimpan obat
b. Pemantauan terhadap penyimpan meliputi :
 Kesesuaian suhu kestabilan
 Tata letak berdasarkan FEFO, FIFO
 Bentuk sediaan
 Kelembaban
 Konsistensi pelabelan
 Lokasi penympan yang tidak mudah diakses
c. Pemantauan distribusi meliputi :
 Penulisan resep yang jelas dan sesuai kaidah penulisan resep High
Alert dan LASA yang benar.
 Pemberian etiket dan label lengkap dan jelas.
 Serah terima antar dokter/ perawat dan TTK dengan double check.
 Pemberian kepada pasien dengan double check.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

Obat-obat High Alert disimpan di tempat terpisah sesuai dengan prosedur


penyimpanan obat-obat High Alert (BAB III : Tata Laksana)
Identifikasi obat-obat High Alert bisa dilakukan dengan memberikan penandaan untuk
obat-obat High Alert :

HIGH ALERT Tulisan High Alert berwarna putih

DOUBLE CHEK
Dasar berwarna merah
IF RSKRA

LAS Tulisan LASA berwarna hitam

AIF Dasar berwarna kuning

RSKRA
IF RSKRA

12
A. Daftar Obat yang Perlu Diwaspadai yang ada di lingkungan RS Kusta dr Rivai
Abdullah Palembang (terlampir)

Keterangan Fokus penanganan dan perhatian


Resiko menimbulkan kejadian1. Lakukan double check
sentinel (kematian) 2. Hanya disimpan di tempat tertentu
Resiko menimbulkan sedasi3. Baca dengan benar instruksi
berat dan dalam (Resiko jatuh) penggunaan obat
Resiko menimbulkan hipoglikemi 4. Hanya diresepkan oleh dokter
Resiko menimbulkan berwenang
ketergantungan dan
penyalahgunaan
Resiko menimbulkan
kelumpuhan otot
Resiko pendarahan
Resiko mempengaruhi kerja
jantung
Resiko mempengaruhi sistem
saraf otak

B. Daftar Obat-obat LASA/NORUM RS Kusta dr Rivai Abdullah Palembang


(terlampir)

13
C. Alur Penyimpanan Obat High Alert

Mulai

Distributor / Unit Perencanaan dan


Distribusi

Pengiriman obat kategori High Alert.

1. Distributor Instalasi Farmasi Unit perencanaan dan


distribusi melalui tim penerima barang medis
2. Unit perencanaan dan distribusi Unit pelayanan
3. Unit pelayanan Ruang Rawat inap

Petugas
Menerima dengan melakukan pemeriksaan kebenaran Double check
1. Nama obat High Alert
2. Jumlah obat High Alert
3. Tanggal kadaluarsa obat High Alert
4. Kondisi fisik obat High Alert
5. Kondisi penyimpanan khusus obat High Alert (jika dipersyaratkan)

tidak
sesuai

ya

Petugas
Pencatatan stok obat High Alert yang diterima
Pencatatan dilakukan oleh petugas dalam sistem informasi
rumah sakit (SIRS) dan kartu stok obat High Alert sebagai
penambahan jumlah.

Petugas
Penyimpanan obat dengan metode FEFO dan FIFO pada tempat khusus yang
sesuai berdasarkan spesifikasi obat
1. Disimpan pada suhu dingin yaitu 2-8 oc ( lemari pendingin / refrigerator )
2. Disimpan pada suhu ruangan yaitu 25oc lemari yang telah diberikan penanda
khusus
3. Memenuhi kriteria LASA ( Look Alike Sound Alike) diletakkan secara terpisah
dengan memberikan s elingan 1 (dua) obat non kategori LASA diantaranya

Selesai

14
`

15

Anda mungkin juga menyukai