Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI DAFTAR HIGH ALERT MEDICATION

DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DISUSUN OLEH:
Desi Mujiastuti (200070600011002)
Nashinta Lakmi Putri (200070600011012)
Eki Mayuka T (200070600011021)
Inas Okti Anggita Sari (200070600011026)
Rizcha Anastasia Widodo (200070600011010)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan aspek manajemen rumah sakit yang
penting.Tujuan pengelolaan obat yang baik di rumah sakit adalah agar obat yang
diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup dan terjamin untuk mendukung
pelayanan bermutu (Permenkes, 2016).Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan
yang berhubungan langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Pelayanan kefarmasian di rumah
sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit yang
berorientasi pada keselamatan pasien untuk melindungi pasien dari penggunaan obat
yang tidak rasional.Salah satu pelayanan kefarmasian adalah dalam hal pengelolaan obat
high alert yaitu obatobatan yang perlu diwaspadai. Obat high alert adalah obat yang
sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel event), obat berisiko tinggi yang
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan pengucapannya terdengar mirip atau Look Alike Sound Alike
(Permenkes, 2016)
Obat high alert merupakan kelompok obat-obatan yang dalam proses penanganan
dan penyimpanannya masih sering diabaikan. Akibat yang dapat ditimbulkan jika proses
pengelolaan obat high alert ini tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan
meningkatnya insiden Adverse Drug Events/ADEs, Medication Errors/MEs, dan Adverse
Drug Reaction / ADR yang dapat membahayakan pasien, bahkan dapat berujung
kematian (Permenkes, 2014). Kebijakan high alert medication sesuai dengan sasaran
keselamatan pasien yang mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari
WHO Patient Safety (2007) yang juga digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan Joint Commission Innternational (JCI).
Sasaran keselamatan pasien merupakan salah satu standar yang harus diterapkan di
semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Dalam banyak kasus insiden terkait keselamatan pasien, seperti tidak diberikannya label
high alert dan LASA pada obat high alert dan LASA yang dikarenakan kurangnya SDM
dan kepatuhannya dalam menjalankan SOP, serta SDM yang kurang memahami standar
patient safety yang ada, yang menyebabkan masih banyaknya kesalahan pemberian obat
dan berakibat sentinel event. Berdasarkan insiden-insiden tersebut maka JCI memiliki
standar yang menyebutkan bahwa setiap rumah sakit harus mengembangkan sendiri
daftar obat high alert, memiliki proses pengelolaan high alert, dan melaksanakan proses
tersebut. Daftar obat high alert harus selalu diupdate, diketahui oleh staf klinik, dan
dilengkapi dengan strategi pengurangan resiko yang lebih efektif, sehingga dapat
meminimalkan kesalahan penggunaan obat high alert (JCAHO, 2001)
Pada proses penyimpanan masih ada obat LASA yang letaknya saling berjajar
atau berdekatan satu sama lain,yang seharusnya aturan penyimpanan obat LASAyang
benar disekat atau diberi jarak oleh satu atau dua obat ditengahtengahnya.Selain itu masih
ditemukan obathigh alert yang masih belum disimpan dilemari khusus, karena kurangnya
lemari khusus untuk menyimpan obat-obatan high alert, dan masih terdapat obat LASA
yang belum diberi label LASA.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan pengamatan penyimpanan
obat high alert medication agar pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan dan kebijakan
standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit UMM terkait keselamatan pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam pengamatan ini yakni :
a. Apa saja jenis obat High Alert dan LASA DI GUDANG FARMASI Rumah Sakit
UMM?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini yakni :
b. Mengetahui jenis obat High Alert dan LASA DI GUDANG FARMASI Rumah Sakit
UMM?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian obat High Alert dan LASA
High alert medication (HAM) atau obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat
yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat
yang beresiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (Permenkes
2011).
Obat high alert adalah obat yang perlu diwaspadai dan memiliki risiko
membahayakan bila digunakan secara tidak tepat. Obat ini sering menyebabkan
kesalahan serius dan berisiko tinggi hingga mengakibatkan reaksi obat yang tidak
diinginkan. Kelompok obat high alert diantaranya obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip,elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat),obat sitostatika.
Cara untuk meminimalisir kesalahan penggunaan obat high alert adalah
dengan meningkatkan sistem pengelolaan obat, membuat kebijakan untuk
menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai, mengidentifikasi area yang
membutuhkan elektrolit konsentrat,memberikan label pada obat high alert
(Permenkes,2016).
2.2 Jenis obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena berdampak serius
pada keselamatan pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
Obat High Alert mencakup (Permenkes,2016):
a. Obat risiko tinggi, yaitu sediaan farmasi dengan zat aktif yang akan
menimbulkan kematian atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error) dalam
penggunaannya (contoh: insulin, heparin atau kemoterapeutik).
b. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA)
c. Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi sama atau
lebih dari 2 mEq/ml, kalium fosfat, natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi 50% atau lebih
d. Elektrolit konsentrasi tertentu, contoh: kalium klorida dengan konsentrasi 1
mEq/ml, magnesium sulfat 20% dan 40%.
2.3 Bahaya Obat High Alert dan LASA
High alert juga didefinisikan oleh The Institute For Healthcare
Improvement (IHI) sebagai obat yang kemungkinan besar menyebabkan
bahaya ketika digunakan. The Joint Commission menggambarkan high alert
sebagai obat yang memiliki resiko tinggi menyebabkan bahaya ketika misuse.
Resiko yang tinggi dari obat high alert ini dapat menyebabkan
komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dikarenakan adanya dosis
terapeutik dan keamanan yang sempit sehingga menyebabkan insiden yang
tinggi untuk terjadi kesalahan (John Dempsey Hospital, 2008).
Cara yang paling efektif untuk mengurangi dan mengeliminasi terjadinya kejadian
tersebut yaitu dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obatan yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi. Rumah sakit dapat secara kolaboratif untuk mengembangkan suatu kebijakan
untuk membuat daftar obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data rumah sakit.
Kebijakan ini juga dapat mengidentifikasi daerah mana saja yang membutuhkan elktrolit
konsentrat, seperti Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar operasi, serta pemberian
label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut
sehingga dapat membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang
hati-hati (DepKes, 2008).

2.4 Cara penyimpanan obat High Alert dan LASA


Menurut Standart Praktik Apoteker Indonesia Tahun 2013 (IAI,2013) terdapat
Standart Prosedur Operasional (SPO) dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan obat
yang perlu diperhatikan secara khusus (High Alert Medication) yaitu sebagai berikut :

1. Obat – obat Narkotik dan Psikotropika.


a. Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropika di dalam almari khusus terkunci
dan kunci dipegang oleh seorang penanggung jawab.Petugas memeriksa nama dan
komposisi obat yang akan diberi label High Alert.
b. Terdapat kartu stock di dalam almari untuk memantau jumlah pemasukan dan
pengeluaran obat.
2. Obat Kemoterapi
a. Penyimpanan obat-obat kemoterapidi dalam almari terkunci sesuai dengan sifat
obat.
b. Kartu stock digunakan untuk memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat.
c. Obat-obat keras atau obat parenteral.
a. Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan kestabilan jenis masing - masing obat,
disesuaikan dengan suhu penyimpanan apakah pada suhu kamar atau lemari
pendingin.
b. Kartu stock digunakan untuk memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat.
3. Obat Elektrolit Konsentrat.
a. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan dengan
keselamatan pasien, misalnya natrium Klorida lebih pekat dari 0,9%, Magnesium
Sulfat 20% dan 40% dan Natrium Bikarbonat.
b. Obat elektrolit konsentrat disimpan dan diberi label yang jelas dengan
menggunakan huruf balok dengan warna yang menyolok.
c. Penyimpanan obat elektrolit konsentrat pada unit pelayanan harus diberi label yang
jelas dan tempat penyimpanan terpisah dari obat-obat lain.
4. Obat Look Alike Sound Alike (LASA) atau NORUM
a. Mencegah bunyi nama obat yang kedengarannya sama tetapi berbeda dalam
penggunaannya.
b. Obat disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya, terpisah atau diantara dengan
satu item atau obat lain
c. Kotak penyimpanan diberi label dengan tulisan obat yang jelas dengan menampilkan
kandungan aktif dari obat tersebut dan diberikan label penanda LASA/NORUM.
d. Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf yang tampaknya sama dengan
obat yang mirip, misalnya ePINEFrin dan efeDRIN.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Daftar Obat HAM
No Nama Obat HAM Kandungan Golongan
1 Amiodaron HCl Amiodaron HCl Anti aritmia III A
50mg/ml
2 Atropine sulfat Atropine Sulfat Antikolinergik
0,25mg/ml
3 Calcium Glukonat Calcium Gluconat Elektrolit konsentrat
95mg/ml
4 Dobutamin Dobutamin Agen inotropic
250mg/ml
5 Epinephrine Epinephrine 0,1% Agonis adrenergik
6 Lidocaine HCl Lidocaine HCl 2% Antiaritmia I, anastesi
7 Nicardipine Nicardipine HCl Vasodilator
1mg/ml
8 Norepinephrine Norepinephrine Agonis adrenergik
4mg/4ml
9 Phenytoin sodium Phenytoin Sodium Antikonvulsi
50mg/ml
10 Diviti Fondaparinux Antikoagulan
Sodium
2,5mg/0,5ml
11 Fargoxin Digoxin 0,25mg/ml Antiaritmia V
12 Inviclot Heparin Sodium Antikoagulan
5000IU/ml
13 Lidodex Lidocain HCl 5% Antiaritmia I, anastesi
14 KTM-100 Ketamine HCl Anastesi
100mg/ml
15 Lovenox 0,6 Enoxaparin sodium Antikoagulan
60mg/0,6ml
16 Nosorbid Isosorbide Dinitrat Vasodilator
1mg/ml
17 Nupovel Propofol 10mg/ml Anastesi
18 Pehacain Lidocaine HCl Antiaritmia, anastesi
2mg/ml,
Epinephrine
0,0125mg/ml
19 Vasodrin Epinephrine HCl Agonis adrenergik
50mg/ml
20 Otsu KCL 7.46 KCl 7,46% Elektrolit pekat
21 Otsu D40 Dextrosa 40% Elektrolit pekat
22 Otsu MgSO4 20 MgSO4 20% Elektrolit pekat
23 Otsu MgSO4 40 MgSO4 40% Elektrolit pekat
24 Otsu Meylon 84 Sodium Bicarbonate Elektrolit pekat
8,4%

3.2 Daftar Obat LASA


3.2.1 Sound a like
1 ketoROLAC ketoPROFEN
2 Ofloxacin LEVOfloxacin, CIPROfloxacin, MOXIfloxacin
3 NIFEDipine NICARdipine
4 PIROxicam MELOxicam
5 SPIRAmycin CLINDAmycin
6 Omeprazole ESOmeprazole
7 DEXAmethasone DESOXImethasone
8 AZIthromycin ERYthromycine
9 ceftAZIDIME ceftiZOXIme
10 diphenhydrAMINE dimenhydriNATE
11 DIAzepam LORAzepam
12 borraginol S borraginol N
13 pumpiSEL pumpiTOR
14 ONDANsentron GRANIsentron
15 Epinephrine NORepinephrine
16 OMOvell OSTOvell
17 Becom-C becom-ZET

3.2.2 Look alike


No Nama Obat LASA Gambar
1 Phytomenadion Phytomenadion
2mg/1ml 10mg/1ml

2 Tranexamic acid Tranexamic acid 50mg


100mg /ml /ml

3 Amikasin sulfat Amikasin sulfat 500 mg/2


250mg/2ml ml

4 Fenofibrat 100mg Fenofibrat 300 mg

5 Etoricoxib 90mg Etoricoxib 90 mg


6 Candesartan 8 mg Candesartan 8 mg

7 Glimepiride 2 mg Glimepiride 2 mg

8 Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg

9 Acarbose 100 mg Acarbose 50 mg

10 Epexol syrup Epexol drops


11 Amoxsan syrup kering Amoxsan drops

12 Peptovell Ranivel

13 Santagesik syrup Sporetik dry syrup

14 Lapicef 125 Latropril


15 Claneksi Claneksi forte

16 Meloxicam 15 mg Meloxicam 7.5 mg

17 Symbicort 120 doses Symbicort 60 doses

18 Herbesser CD 100 Herbesser CD 200


19 Depakote Depakote ER

20 Valsartan 80 mg Valsartan 160 mg

21 Cendo mydriatil 0,5% Cendo mydriatil 1%

22 Borraginol S Borraginol S
23 Ondansetron 4mg/2ml Ondansetron 8mg/4ml

24 Santagesik injeksi Neurosanbe injeksi

25 ODR 4 ODR 8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Obat-obatan high alert merupakan obat-obatan yang perlu diwaspadai karena
penggunaan yang salah dapat menyebabkan cedera yang serius. Sedangkan obat-obatan
LASA penyimpanannya perlu diperhatikan karena memiliki penampakan dan bunyi yang
mirip sehingga rentan untuk terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Terdapat berbagai
macam obat-obatan High Alert dan LASA yang terdapat di RSU UMM. Pada Gudang
Farmasi RSU UMM, obat-obatan high alert disimpan dalam rak yang berbeda dan
diberikan label high alert double check pada kemasan sekunder untuk meningkatkan
kewaspadaan petugas, sedangkan obat-obatan LASA disimpan dengan diberikan jarak
antar obat dengan bunyi yang mirip serta diberikan stiker LASA pada kemasan sekunder
dan kotak penyimpanan.
4.2 Saran
Obat dengan dengan bunyi yang mirip selain diberi jarak pada penyimpanannya
sebaiknya diberi label dengan metode Tallman lettering
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

John Dempsey Hospital, Departement of Pharmacy. 2008. High Alert Medications.


Dalam: Pharmacy practice manual. Connecticut: University of Connecticut Health
Center.

Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO). 2001.Highalert


medications and patient safety. Int J Qual Health Care.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Permenkes RI. Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai