DISUSUN OLEH :
ANGKATAN LVII
UNIVERSITAS SURABAYA
Analisis Kefarmasian
Pada pasien (Systemic Lupus Erythematosus) Pasien IRNA 1 Penyakit Dalam
Ruang 23i
Oleh :
2019
i
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
ii
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR ISI
iii
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
iv
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
khususnya estrogen menjadi pencetus penyakit SLE. Namun, hingga saat ini
belum diketahui secara pasti peran hormon yang menjadi penyebab besarnya
prevalensi SLE pada perempuan pada periode tertentu (Kemenkes, 2017).
1.1.3 Gejala SLE
Gejalanya awal kerap mirip dengan penyakit lain sehingga sulit untuk
didiagnosis. Gejala Lupus sangat beragam. Ada yang ringan dan ada yang bahkan
mengancam jiwa. Gejala Lupus yang paling sering muncul dari semua pasien
tanpa memandang jenis kelamin adalah:
a. Keletihan, sakit kepala, nyeri atau bengkak sendi, demam
b. Anemia (baik karena jumlah sel darah merah/haemoglobin kurang, atau
karena volume darahnya kurang)
c. Nyeri di dada ketika menarik nafas panjang
d. Ruam kemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu
e. Sensitif terhadap cahaya atau cahaya matahari
f. Rambut rontok sampai kebotakan (alopecia)
g. Pendarahan yang tidak biasa
h. Jari-jari berubah pucat atau kebiruan ketika dingin (fenomena Raynaud)
i. Sariawan di mulut atau koreng di hidung
Seseorang dikatakan menderita SLE, jika memenuhi 4 dari 11 kriteria SLE
menurut berikut, (Kasjmir, 2011):
1. Artritis/ nyeri sendi
2. ANA diatas titer normal
3. Bercak Malar/ Butterfly Rash
4. Sensitif terhadap sinar matahari (timbul bercak setelah terkena sinar UV A dan
B)
5. Bercak Diskoid
6. Terjadi satu kelainan darah : Anemia hemolitik; Leukosit < 4.000/ mm3;
Limfosit < 1.500/ mm3; Trombosit < 100.000/ mm3
7. Kelainan ginjal proteinuria > 0,5 g per 24 jam
8. Terjadinya pleuritis ataupun perikarditis
9. Terjadi kelainan neurologi baik konvulsi ataupun psikologis
10. Terjadi Ulser di rongga mulut
2
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
11. Adanya salah satu kelainan imunologi: Sel Lupus Erythematosus (LE) positif;
Anti ds- Deoxyribonucleat Acid (DNA) diatas titer normal; Anti Sm (Smith)
diatas titer normal; Tes serologi sifilis positif palsu
3
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
4
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
5
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
6
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
7
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
8
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
dosis tinggi selama periode yang lama, dan harus dimonitor aktifitas dari
penyakitnya untuk menurunkan dosisnya bila memungkinkan. Efek samping dari
kortikosteroid adalah penipisan tulang dan kulit, infeksi, diabetes, wajah
membengkak, katarak, dan kematian (nekrosis) dari persendian yang besar
(Kasjmir, 2011).
9
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
10
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
4. Cytotoxic
Obat-obat sitotoksik ini adalah siklofosfamid (agen pengalkilasi) dan
azathioprine (antimetabolit). Obat sitotoksik ini biasanya digunakan dalam
kombinasi dengan kortikosteroid, telah menjadi andalan terapi imunosupresif.
Terapi sitotoksik kombinasi dengan kortikosteroid, memungkinkan dosis
steroid yang lebih rendah dan meningkatkan hasil terapi dibandingkan dengan
steroid tunggal.Namun, terapi sitotoksik harus dimonitor efek sampingnya,
dan respon maksimum 6 bulan atau lebih pada beberapa pasien.
11
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
12
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
13
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
14
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Keterlibatan ginjal dalam SLE berasal dari deposisi CIC dalam jaringan
ginjal. Deposisi CIC dalam jaringan ginjal mengaktifkan komplemen klasik, jalur
makrofag, dan neutrofil dari pengikatan reseptor Fc permukaan fagosit dan
kompleks imunoglobulin. Protein sistem pelengkap C1q berikatan dengan daerah
Fc IgG (khususnya IgG1 dan IgG3) atau IgM yang ada dalam endapan IC untuk
meningkatkan aktivasi neutrofil. Aktivasi jalur komplemen klasik mengarah pada
pembentukan protein sistem komplemen kemoattraktan (C3a dan C5a), yang juga
menginduksi rekrutmen neutrofil. Aktivasi dan rekrutmen neutrofil lokal memicu
pelepasan spesies oksigen reaktif (ROS), produksi sitokin proinflamasi, dan
amplifikasi respon imun dan inflamasi pada jaringan ginjal. Sitokin proinflamasi
dan profibrotik [terutama interleukin-4 (IL-4), transforming growth factor-beta
(TGF-beta), tumor necrosis factor (TNF), dan interferon gamma (IFN-gamma)]
menginduksi berbagai tingkat cedera podocyte, proliferasi sel epitel mesangial,
endotel, dan parietal, meningkatkan sintesis dan deposisi matriks ekstraseluler,
dan gangguan ginjal (Pinheiro., et al. 2018).
15
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
16
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
- AZA ( 1-2
mg/kg/hari) minimal
6 bulan
17
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
- MMF ( 3
g/hari)(Atau AZA)
dengan
kortikosteroid seperti
diatas. Bila tidak
18
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
- Penyakit yang
moderat
terapi.
19
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
akibat inflamasi kronik,merupakan jenis yang paling sering (60 – 80%). Anemia
ini bersifat normositik normokrom dengan jumlah retikulosit yang relatif rendah.
Walaupun kadar serum iron dapat rendah namun penyimpanan besi di sumsum
tulang cukup adekuat dan konsentrasi feritin serum meningkat. Bila tidak terjadi
gejala yang berhubungan dengan anemia ( mis: sesak nafas saat beraktifitas,
mudah lelah) atau insufisiensi renal, anemia penyakiit kronik tidak memerlukan
pengobatan khusus. Tidak cukupnya persediaan EPO pada progenitor
hematopoetik dan meningkatnya resistensi sel-sel terhadap EPO adalah
penyebab utama anemia penyakit kronik pada SLE. Rendahnya produksi EPO
akibat aksi inhibisi sitokin seperti interleukin 1 alpha (IL-1α), IL-6, tumor
necrosing factor- alpha (TNF-α), interferon -alpha (IFN-α), interferon- beta
(IFNβ), interferon gamma (IFN-γ), dan transforming growth factor-beta (TGF-
β).
2) Anemia hemolitik autoimun
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) ditandai dengan peningkatan
retikulosit, kadar haptoglobin yang rendah, peningkatan bilirubin indirek, dan tes
20
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Coomb positif. Anemia ini ditemukan pada 10% penderita SLE. AIHA respon
terhadap pemberian steroid ( Prednison 1mg/kg/hari pada 75-96% pasien).
AIHA dibagi menjadi dua kelompok yaitu warm antibody type (WA-AIHA)
yang diperantarai oleh antibodi yang bereaksi dengan antigen sel darah merah
pada suhu 370C dan hemolisis pada suhu 37oC. Yang kedua adalah cold
antibody type (CA-AHA yang dipereantari oleh IgM suatu complemen -fixing
antibody dan mengikat sel darah merah pada suhu 40C dan hemolisis pada 370C.
SLE berhubungan dengan WA-AIHA.
21
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
22
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB II
PROFIL PASIEN
23
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Data Tanggal
Ruam + + + + + + +
Mual muntah ++
Sesak +++ +
26
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
27
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
28
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
29
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
30
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
31
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
• Retikulosit 0,1278
absolut
• Retikulosit 0,5 – 2,5 4,70 % Retikulositosis: Retikulosit (eritrosit yang
belum matang) yang tinggi dalam darah
menjadi penyebab rendahnya eritrosit dan
menjadi data pendukung adanya anemia
hemolitik.
LED 2-30 mm/jam 115
FAAL GINJAL
Ureum 16,6 – 48,5 mg/dL 27,2
Kreatinin <1,2 mg/dL 0,36
AUTOIMMUNE
IgG Positiv >20 IU/ml >200,0 IgG dan IgM menunjukan hasil positif,
0 artinya bahwa terjadi infeksi yang
IgM Positif >20 IU/ml 73,80 menyebabkan munculnya antibody IgG dan
IgM, dalam hal ini adalah SLE.
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa 104 99
(POCT)
32
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Tgl
Nama Obat Rute Aturan Pakai 16/10
17/10 18/10 19/10 20/10 21/10 22/10
(IGD)
Infus NS
IV 500cc + + + + + + +
500cc/24jam
O2 nasal canulla Nasal Canulla 2-4 lpm +
Pulse
IV 500mg + + +
Metilprednisolon
Metilprednisolon PO 3x16mg + + + +
Lansoprazol PO 1x30mg + + + + + + +
Klorokuin PO 1x250mg + + + + + + +
Kalk PO 3x500mg + + + + + + +
Paracetamol PO 3x500mg + + + + + +
Azathioprine PO 2x50mg + + + + +
33
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Pemeriksaan Rute: IV
penunjang: Nyeri Interaksi obat (-)
sendi (+) dengan
intensitas nyeri 3. DRP: terdapat efek samping potensial yaitu
hipertensi, hiperglikemia, dan resiko
34
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
35
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
36
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
37
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
38
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diketahui data pasien yaitu Nn.DT berusia 19 tahun masuk
rumah sakit (MRS) pada tanggal 16 Oktober 2019 dengan keluhan nyeri sendi di
seluruh tubuh, sakit perut, sesak, demam, lemas, dan kaku pada kaki kanan dan
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Tanda-tanda vital yang diukur yaitu suhu tubuh
36oC, nadi 113 kali per menit dan respiratori rate (RR) 20 kali per menit. Pasien
memiliki riwayat penyakit positive (+) SLE sejak satu tahun yang lalu, dengan
riwayat pengobatan diantaranya yaitu Metylprednisolon PO 2x8mg, klorokuin PO
1x25mg, callos PO 3x500mg, dan vit B complex PO. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi. Pasien MRS dengan diagnosis utama SLE derajat berat mex
SLEDAI 20, dengan penyakit penyerta Lupus Nefritis dan Anemia normositik
nomokrom.
Berdasarkan problem medik utama yaitu SLE derajat berat mex SLEDAI
20 pasien mengalami keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Nilai mex SLEDAI 20
didapatkan dari perhitungan berikut ini :
Deskripsi Bobot
Gangguan ginjal 6
-
Gangguan neurologis
Vaskulitis (ulserasi) 4
Hemolisis trombistopenia (hb<12 g/dl) 3
(retikulosit >3%)
Artritis 2
3
Myositis (nyeri dan lemah otot proximal)
Gangguan mukokutaneus 2
Serositis (nyeri pleura) -
Demam -
Leukopenia limfopeni -
TOTAL 20
39
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Berdasarkan total max sledai yang didapatkan dengan nilai 20, maka
pasien tergolong SLE derajat berat (severe). Penatalaksanaan terapi untuk SLE
derajat berat yaitu metylprednisolon (MP), azathioprine (AZA), siklofosfamid
(CYC), dan Rituximab (RTX), (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011).
Pada tanggal 16-18 Oktober, terapi pertama yang digunakan pasien adalah
golongan hidroklorokuin (HCQ) yaitu Klorokuin PO 1x250 mg. Pasien
mengeluhkan nyeri pada sendi dan gejala inflamasi (ruam pada kulit) disertai hasil
laboratorium IgG > 200 IU/ml dan IgM 73,80 IU ml. Pada kasus ini, terapi
Kloroquin diindikasikan sebagai imunosupresan Kloroquin adalah obat
lisosomatropik alkali yang akan terakumulasi dalam lisosom dimana akan
menghambat beberapa fungsi penting dengan meningkatkan pH. Ini dapat
menghambat toll-like-receptor, akumulasi fragmen nukleat dalam lisosom,
degradasi autophagic dan dapat menghambat pengikatan beta-2 glikoprotein
menjadi fosfolipid sehingga menghambat respon imun pada pasien SLE. Dosis
yang diberikan telah sesuai dengan dosis lazim yaitu 125-250 mg/hari.
Berdasarkan keluhan pasien maka diperlukan monitoring efek terapi yaitu nyeri
40
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
pada sendi dan ruam pada kulit berkurang, serta monitoring efek samping yaitu
gangguan pencernaan, pandangan kabur serta gangguan pendengaran. Dengan
demikian maka rekomendasi terapi dapat dilanjutkan.
Terapi kedua yang digunakan yaitu pulse methylprednisolon 500 mg
selama 3 hari. Penggunaan pulse methylprednisolon diindikasikan untuk pasien
lupus nefritis WHO kelas III, IV atau V dengan progresivitas penyakit dan juga
gangguan hematologi (Trombositopenia refrakter berat dengan perdarahan,
anemia hematologi). Pasien mengeluhkan nyeri skala 3 pada seluruh sendi disertai
nilai tekanan darah 117/69 mmHg dan data laboratorium diantaranya gula darah
104 mg/dl, IgG > 200 IU/ml, IgM 73,80 IU/ml, LED 115 mm/jam. Terapi
diindikasikan sebagai imunosupresan dengan mekanisme menekan sistem imun
tubuh, sehingga tubuh tidak melepas mediator inflamasi yang memicu terjadinya
perburukan peradangan. Dosis yang diberikan yaitu 500 mg secara IV pulse
selama 1 jam selama 3 hari berturut-turut. Methylprednisolone merupakan
kortikosteroid yang memiliki efek samping potensial kenaikan tekanan darah dan
hiperglikemia. Kortikosteroid akan meningkatkan produksi glukosa endogen, serta
meningkatkan gluconeogenesis di hepar akibat peningkatan counterregulatory
hormones seperti glucagon dan epinefrin. Selain itu kortikosteroid dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah melalui efek mineralokortikoid yaitu
dengan meningkatkan retensi natrium dan air di ginjal dan ekspansi volume
plasma sehingga meningkatkan tekanan darah. Selama pulse methylprednisolone
dilakukan perlu pemantauan tekanan darah dan glukosa darah tiap 15 menit
selama pulse berlangsung untuk monitoring efek samping. Hasil rata-rata
pengukuran nilai tekanan darah 115/65 mmHg, dan gula darah 104 mg/dl.
Berdasarkan keluhan pasien maka diperlukan monitoring efek terapi dengan skala
nyeri <3 dan gejala inflamasi berkurang, serta monitoring efek samping tekanan
darah tinggi terkontrol (<140/90 mmHg). Penggunaan terapi pulse
methylprednisolone memiliki efek samping potensial defisiensi kalsium sehingga
hanya dapat diberikan selama 3 hari pertama. Selanjutnya dilakukan tappering
down disertai penggantian dengan terapi ketiga yaitu metyhlprednisolon PO 3x16
mg dengan monitoring tekanan darah dan gula darah, karena memiliki efek
potensial hipertensi dan hiperglikemia. Pemilihan dosis metylprednisolon PO
41
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
42
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pasien MRS dengan diagnose SLE derajat berat mex SLEDAI 20, Lupus
Nefritis, dan Anemia normositik normokrom.
2. Pasien KRS dengan status SLE derajat berat mex SLEDAI 16
3. Terapi yang diberikan efektif
4. Pasien tetap minum metilprednisolon PO 3x16 mg, kalk PO 3x500 mg,
klorokuin PO 1x250 mg
SARAN
1. Pasien rutin mengkonsumsi metilprednisolon PO 3x16 mg, kalk PO 3x500
mg, klorokuin PO 1x250 mg
2. Menyarankan tetap menjalani kontrol ke Rumah Sakit
ASUHAN KEFARMASIAN
2. Terdapat efek samping potensial pada Disarankan monitoring tekanan darah dan
penggunaan Metilprednisolon yaitu kadar gula darah secara rutin.
hipertensi, hiperglikemia, dan resiko Terapi Kalk 3x500 mg tetap dilanjutkan untuk
osteoporosis pada penggunaan jangka mencegah resiko osteoporosis.
panjang dan mega dose.
43
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
Antonis F., et al. 2019. Update of the EULAR Recommendations for The
Management of Systemic Lupus Erythematosus. Ann Rheum Dis: first
published as 10.1136/annrheumdis-2019-215089 on 29 March 2019.
Downloaded from http://ard.bmj.com/ on October 20, 2019 by guest, p.
736–745.
BNF. 2018. British National Formulary 74th Edition. BMJ Publishing Group:
London.
44
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Mok C.C, Lau C.S. 2003. Pathogenesis of Systemic Lupus Erythematosus. p. 481-
490 http://jcp.bmj.com/J Clin Pathol: first published as
10.1136/jcp.56.7.481 on 1 July 2003.
45
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR SINGKATAN
46
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
47
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
LAPORAN KLINIS
PRAKTIK KERJA PROFESI
APOTEKER ANGKATAN LVI
UNIVERSITAS SURABAYA
DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 2, Klojen, Kota Malang
(07 Oktobber – 29 November 2019)
Oleh :
i
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR ISI
KASUS 2 ............................................................................................................... iv
1. ADHF .................................................................................................................. 1
ii
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
iii
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
iv
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Patofisiologi
1
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
pertukaran karbon dioksida dengan oksigen. Darah yang sudah dipenuhi oksigen
lalu dipompakan masuk ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri, yang
selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Agar darah mengalir dengan tepat, jantung memiliki katup. Katup yang
membantu aliran darah dari atrium ke ventrikel adalah katup mitral dan trikuspid.
Sedangkan, katup yang berfungsi mengendalikan aliran darah yang meninggalkan
jantung adalah katup aorta dan katup pulmonalis. Keempat katup tersebut menjaga
darah terus bergerak maju ke satu arah. Katup akan menutup dengan cepat agar
darah tidak berbalik ke arah yang berlawanan
1.3 Tatalaksana
2
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
3
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
4
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
5
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah
serangan jantung dan kerusakan pada otot jantung (Glassman & Shapiro, 2014).
CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan
penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan
penurunan aliran darah ke jantung (Glassman & Shapiro, 2014 ).
2.2 Etiologi
Penyebab utama dari CAD adalah terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis
adalah pengerasan pada dinding arteri. Aterosklerosis ditandai dengan adanya
penimbunan lemak, kolesterol, di lapisan intima arteri. Timbunan ini dinamakan
ateroma atau plak. Walaupun pengetahuan tentang kejadian etiologi tidak lengkap,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab untuk
perkembangan aterosklerosis. Ada beberapa faktor resiko yang mengakibatkan
terjadinya CAD (Hemingway & Marmot, 2015) yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Yaitu faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah, yang meliputi:
1. Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki biasanya risiko meningkat setelah umur 45 tahun sedangkan
pada wanita umur 55 tahun.
2. Jenis Kelamin
Aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.
Wanita agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini karena dilindungi
oleh hormon estrogen, namun setelah menopause sama rentannya dengan
pria.
3. Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis dibanding
orang kulit putih.
4. Riwayat Keluarga CAD
6
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
7
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
5. Obesitas
Obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan standar.
Obesitas akan meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
6. Inaktifitas Fisik
Inaktifitas fisik akan meningkatkan risiko aterosklerosis. Dengan latihan
fisik akan meningkatkan HDL dan aktivitas fibrinolisis.
7. Stres dan Pola Tingkah Laku
Stres akan merangsang Hiperaktivitas HPA yang dapat mempercepat
terjadinya CAD. Peningkatan kadar kortisol menyebabkan ateroklerosis,
hipertensi, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah dan merangsang
kemotaksis (Januzzi dkk, 2014).
2.3 Patofisiologi
8
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
3. DIABETES MELITUS
3.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel- sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
9
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
3.2 Etiologi
Tabel 1.1 Gejala dan faktor risiko diabetes mellitus (saikat et al, 2016)
Fitur Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe 2
Tanda dan Tiba-tiba dan dramatis, Poliuria, polidipsia,
gejalanya kehausan abnormal dan mulut polifagia, hiperglikemia,
kering, sering buang air kecil, glikosuria, infeksi yang
kelelahan hebat, sering, disfungsi seksual,
hiperglikemia, lapar teratur, kulit kering/gatal,
kehilangan berat badan, kelelahan.
penyembuhan luka lambat,
infeksi berulang,
penglihatan kabur,
10
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
komponen susu sapi dan faktor hidup yang tidak sehat, diet,
gizi lainnya, gaya hidup, berat aktivitas fisik, resistensi
badan, pertumbuhan, genetic. insulin, riwayat keluarga,
lingkungan intrauterin,
riwayat GDM, merokok,
peningkatan asupan
alkohol, hipertensi, profil
lipid abnormal, riwayat
penyakit pembuluh darah,
riwayat melahirkan bayi
yang sangat sehat
(kelebihan berat badan),
toksemia, sindrom ovarium
polikistik, depresi
11
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
3.4 Patofisiologi
Pada kedua tipe DM, terjadi defisiensi insulin. Jika pada DM tipe 1, defisiensi
insulin disebabkan karena proses autoimun, pada DM tipe 2 disebabkan beberapa
faktor, yaitu berkurangnya massa sel β pankreas, kadar asam lemak yang tinggi
(lipotoksisitas), hiperglikemi kronik, amilin, kelelahan sel β pankreas dan factor
genetik (Corwin, 1996). Berkurangnya massa sel β pankreas banyak terjadi pada
penderita DM tipe 2. Pada studi post-mortemtelah dilaporkan terjadi pengurangan
sel β pankreas sebanyak 40-60%. Hiperglikemi kronik selalu diikuti dengan
menurunnya respons sekresi dankerja insulin. Hal ini disebabkan akibat terjadi
gangguan pada hidrolisis membrane eprospoinositida yang mengakibatkan
penurunan konsentrasi diasilgliserol dan inositofosfat dalam sel β dan pada
akhirnya mengurangi sekresi insulin. Hiperglikemi kronik menyebabkan
resistensi insulin sebagai akibatdownregulationdari sistem transport glukosa
dengan adanya konversi fruktosa-6-fosfat menjadi glukosamin-6-fosfat yang
menurunkan sensitivitas insulin di perifer(Corwin, 1996).
Resistensi insulin banyak ditemukan pada penderita DM tipe 2. Resistensi
insulin terjadi bila kemampuan insulin untuk meningkatkan ambilan dan disposal
glukosa di jaringan perifer (otot dan jaringan adiposa) terganggu atau kadar
insulin normal menghasilkan efek biologis yang kurang dari normal. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan resistensi insulin antara lain, obesitas, diet,
kurang gerak badan, hiperglikemi kronik, dan faktor genetik (Funk&Feingold,
1995)
12
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
13
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
14
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
- Metformin
- Sulfonilurea
- Glinid
- Tiazolidinedione
4. Bila obat monoterapi tidak bisa mencapai target HbA1C dalam waktu 3
bulan maka terapi ditingkatkan menjadi kombinasi 2 macam obat, yang
terdiri dari obat yang diberikan pada lini pertama di tambah dangan obat
lain yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda.
6. Bila dengan kombinasi 2 macam obat tidak mencapai target kendali dan
jika target HbA 1c tidak tercapai setelah 3 bulan, pertimbangkan satu dari
lima opsi pengobatan yang dikombinasikan dengan metformin: SU, TZD,
DPP-4 i, GLP-1 RA, atau insulin basal.
7. Bila dengan kombinasi 3 macam obat masih belum mencapai target maka
langkah berikutnya adalah pengobatan Insulin basal plus/bolus atau
premix.
8. Bila penderita datang dalam keadaan awal HbA1C ≥10.0% atau Glukosa
darah sewaktu ≥ 300 mg/dl dengan gejala metabolik, maka pengobatan
langsung dengan a. metformin + insulin basal ± insulin prandial atau b.
metformin + insulin basal + GLP-1 RA.
15
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
b. Streptococcus pneumoniae
c. Streptococcus viridans
d. Staphylococcus aureus
e. Pseudomonas aeruginosa
f. Steptococcus hemolyticus
g. Enterobacter
16
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
17
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
4.4 Patofisiologi
18
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
19
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB II
PROFIL PASIEN
Nama: Tn. YS
Umur: 61 tahun
TB/BB: 172cm/50 kg
MRS: 15 Oktober 2019
KRS : 21 Oktober 2019
Keluhan Utama : keringat dingin, Dada nyeri sampai tulang belakang, Mual,
Badan rasanya pegal-pegal, batuk kurang lebih selama 2
minggu, kaki bengkak
Alergi : tidak ada
Riwayat Pengobatan : Ramipril, simvastatin, Furosemuid, Clopidogrel,
amoxicilin, spironolacton, brilinta, concor, ASA,
novorapid, levemir.
Obat Yang Digunakan Saat Ini : Noverapid 4 unit, levemir 16 Unit
Riwayat Kesehatan : Penyakit Jantung, Diabetes Militus, Batuk
Riwayat Operasi : Pasang ring pada jantung (januari 2019)
Kebiasaan : Olahraga ( lari pagi dan sepedaan)
Tanda- Tanda Vital
Parameter Nilai Tanggal
Norma 15 16 17 18 19 20 21
l
Suhu 36- 36 36,5 36 36 36 36,5 36,
(°C) 37 5
Nadi
85- 83 90 89 92 83 80 91
(x/men
80
it)
RR
20 24 20 20 20 20 22 20
(x/menit
)
TD 120/ 105/ 98/ 139 110/ 144/ 110/ 112/
(mmHg) 80 75 62 /87 80 86 70 81
SPO2 95- 97 97 97 98 96 95 97
(%) 100
20
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Tanda-Tanda Klinis
Parameter Tanggal
15 1 17 1 1 20 21
6 8 9
Nyeri dada - - - - - - -
Bengka
- - - - - - -
k pada
kaki
Sesak nafas
+ - - - - + -
Batuk + + + + - - -
Tes laboratorium
Parameter Nilai Normal Nilai Hasil
+ = < 1,0
Troponin 0,10
- = > 1,0
CKMB 7-25 2,5
SGOT 11-41 27
SGPT 10,41 17
Albumin 3,5-5,0 3,56
Kolestrol total <100 90
TG <150 63
HDL >50 30
LDL <100 61
GDA <200 105
Eosinofil (%) 0-4 2,2
Basofil (%) 0-1 0,8
Neutrofil (%) 51-67 74,4
Limfosit (%) 25-33 10,08
Monosit (%) 2-5 11,8
Eusinofil
3
Absolut
0,13
(10 /µL)
Basofil Absolut
3 0,05
(10 /µL)
Neutrofil Absolut
3 0,40
(10 /µL)
Limfosit Absolut
3 0,64
(10 /µL)
21
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Monosit Absolut
3 0,16-1 0,70
(10 /µL)
Immatur Granulosit
0,30
(%)
Immature
3 Granulosit
0,02
(10 /µL)
Pasien (detik) 9,4-11,3 12,10
Kontrol (detik) 10,6
INR (detik) <1,5 1,18
APPT
Pasien (detik) 24,6-30,6 28,00
Kontrol (detik) 24,9 28,02
Hemoglobin (g/dL) 11,4-15,1 10,90
3
Eritrosit (10 /µL) 4,0-5,5 3,82
3
Leukosit (10 /µL) 4,7-11,3 5,92
Hematokrit (%) 38-42 31,30
3
Trombosit (10 /µL) 142-424 181
MCV (fL) 80-93 81,90
MCH (pg) 27-31 28,90
MCHC (g/dL) 32-36 34,80
RDW (%) 11,5-14,5 13,30
PDW (fL) 9-13 10,8
MPV (fL) 7,2-11,1 9,9
P-LCR (%) 15,0-25,0 23,4
PCT (%) 0,150-0,400 0,18
BC IV >- √ √
1000cc/ja
m
Drip ISDN IV 1 ml/jam √
Furosemid IV 3x 40 mg √ √ √ √ 2x40
mg
Furosemid PO 1x 40 mg √ √
22
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Lanzoprazole IV 1 x 30 mg √ √ √ √ √ √ √
Levemir SC 1x 12 u √ √ √ 16 u 16 u 16 u 18 U
Novorapid SC 3x 4 u √ √ √ √ √ √ √
ASA PO 1 x 80 mg √ √ √ √ √ √ √
Brilinta PO 1 x 90 mg √ √ √ √ √ √ √
Captopril PO 3x25 √ √ √ √ 3x
37,5
mg
Ramipril PO 1x 10 mg √ √
Simvastatin PO 1 x 20 mg √ √ √ √
Atorvastatin PO 1 x 40 mg √ √ √
Diazepam PO 0-0-20 √ √ √ √ Stop
Laxadin PO 1x C1 √ √ √ √ Stop
ISDN PO 3 x 10 mg √ √ √ √ √ √
Bisoprolol PO 1x 1,25 √ √
Spironolactone PO 0-25-0 √ √ √ √ √ √ √
NAC PO 3x200mg √ √ √ √
Ceftiaxon IV 1 x 1 gr √ √
23
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB III
PEMBAHASAN
Tn. Y berusia 61 tahun dengan tingi badan 72 cm dan berat badan 50 kg. Mask
rumah sakit pada tanggal 5 oktober 2019 dengan keluhan utama keringat dingin,
Dada nyeri sampai tulang belakang, Mual, Badan rasanya pegal-pegal, batuk
kurang lebih selama 2 minggu, kaki bengkak, tidak alergi makanan dan obat apa-
apa. Riwayat pengobatan pasien : Ramipril, simvastatin, Furosemuid, Clopidogrel,
amoxicilin, spironolacton, brilinta, concor, ASA, novorapid, levemir. Obat yang
dilanjutkan dari riwayat pengobatan adalah Noverapid 4 unit, dan levemir 16 unit.
Riwayat kesehatan: Penyakit jantung, DM, batuk. Pada bulan januari 2019
melakukan tindakan oprasi pasang ring. Aktivitas yang biasa dilakukan rutin adala
berolaraga seperti lari pagi dan bersepeda.
24
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Tanda-Tanda Klinis
Parameter Tanggal
15 1 17 1 1 20 21
6 8 9
Nyeri dada - - - - - - -
Bengka
- - - - - - -
k pada
kaki
Sesak nafas
+ - - - - + -
Batuk + + + + - - -
Tes laboratorium
Parameter Nilai Normal Nilai Hasil
+ = < 1,0
Troponin 0,10
- = > 1,0
CKMB 7-25 2,5
SGOT 11-41 27
SGPT 10,41 17
Albumin 3,5-5,0 3,56
Kolestrol total <100 90
TG <150 63
HDL >50 30
LDL <100 61
GDA <200 105
Eosinofil (%) 0-4 2,2
Basofil (%) 0-1 0,8
Neutrofil (%) 51-67 74,4
Limfosit (%) 25-33 10,08
Monosit (%) 2-5 11,8
Eusinofil
3
Absolut
0,13
(10 /µL)
Basofil Absolut
3 0,05
(10 /µL)
Neutrofil Absolut
3 0,40
(10 /µL)
Limfosit Absolut
3 0,64
(10 /µL)
Monosit Absolut 0,16-1 0,70
25
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
3
(10 /µL)
Immatur Granulosit
0,30
(%)
Immature
3 Granulosit
0,02
(10 /µL)
Pasien (detik) 9,4-11,3 12,10
Kontrol (detik) 10,6
INR (detik) <1,5 1,18
APPT
Pasien (detik) 24,6-30,6 28,00
Kontrol (detik) 24,9 28,02
Hemoglobin (g/dL) 11,4-15,1 10,90
3
Eritrosit (10 /µL) 4,0-5,5 3,82
3
Leukosit (10 /µL) 4,7-11,3 5,92
Hematokrit (%) 38-42 31,30
3
Trombosit (10 /µL) 142-424 181
MCV (fL) 80-93 81,90
MCH (pg) 27-31 28,90
MCHC (g/dL) 32-36 34,80
RDW (%) 11,5-14,5 13,30
PDW (fL) 9-13 10,8
MPV (fL) 7,2-11,1 9,9
P-LCR (%) 15,0-25,0 23,4
PCT (%) 0,150-0,400 0,18
BC IV >- √ √
1000cc/ja
m
Drip ISDN IV 1 ml/jam √
Furosemid IV 3x 40 mg √ √ √ √ 2x40
mg
Furosemid PO 1x 40 mg √ √
26
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Lanzoprazole IV 1 x 30 mg √ √ √ √ √ √ √
Levemir SC 1x 12 u √ √ √ 16 u 16 u 16 u 18 U
Novorapid SC 3x 4 u √ √ √ √ √ √ √
ASA PO 1 x 80 mg √ √ √ √ √ √ √
Brilinta PO 1 x 90 mg √ √ √ √ √ √ √
Captopril PO 3x25 √ √ √ √ 3x
37,5
mg
Ramipril PO 1x 10 mg √ √
Simvastatin PO 1 x 20 mg √ √ √ √
Atorvastatin PO 1 x 40 mg √ √ √
Diazepam PO 0-0-20 √ √ √ √ Stop
Laxadin PO 1x C1 √ √ √ √ Stop
ISDN PO 3 x 10 mg √ √ √ √ √ √
Bisoprolol PO 1x 1,25 √ √
Spironolactone PO 0-25-0 √ √ √ √ √ √ √
NAC PO 3x200mg √ √ √ √
Ceftiaxon IV 1 x 1 gr √ √
27
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
28
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
29
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
30
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Melakukan control rutin cek lab lengkap dan konsul ke poli jantung
2. Selalu kontrol tekanan darah
3. Melakukan tes gula darah
31
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
Martin K .,et al, 2017, Comunity Accuired Pneumonia in Adults, Disch Arztebl
Int Journal Vol 114 (49)
RSUD Dr Saiful Anwar Malang, 2018, Panduan Penggunaan Antimikroba
Profilaksis dan Terapi Edisi III
PDPI, 2003, Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di
Indonesia
Charles F L., et al, 2009, Drug Information Handbook Ed 17.
American Diabetes Association, (2012); (2017); (2018), Standards of Medical
Carein Diabetes 2018.
Diabetes Mellitus and Oral Health. United State of America : John Wiley &
Sons. Davey , Petrick.2006. At a Glance Medicine.Jakarta : Erlangga
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes
Mellitus. Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik.
Freinkel Norbert. 2018. The Journal of Clinical and Applied Research and
Education, Standards of medical care in diabetes. Unites State of America :
American Diabetes Association.
Perkeni, 2015 Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
DiIndonesia,Perkeni.
Ramasamy Ravichandran and Ann Marie Schmidt. 2014. Diabetes Mellitus and
Oral Health. United State of America : John Wiley & Sons.
32
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
LAMPIRAN
Analisa Kefarmasian(SOAP)
33
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
34
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
35
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
36
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
37
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
38
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
39
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
40
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
41
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Tabel DRP
permasalahan akibat intervensi
Aspirin + Ticagrelor Meningkatkan efek Monitoring tanda-tanda
samping potensial yaitu pendarahan (mimisan,
Bleeding gusi berdarah, feses
berdarah)
42
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Study Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Asuhan Kefarmasian
2. KIE
a. Aspirin 80 mg diminum 1tab pada malam hari
b. Brilinta 90mg diminum 2x 1 tab tiap 12 jam
Penggunaan dual antiplatelet selama 1 tahun kemudian dilakukan
pengecekan tanda-tanda pendarahan bila tidak ada dapat digunakan single
antiplatelet
c. Atorvastatin 40 mg diminum 1 tab pada malam hari
d. Ramipril 10mg diminum 1 x 1 tab
e. Bisoprolol 1,25mg diminum 1 tab pada pagi hari
f. Spironolacton 30 mg diminum 1 tab pada siang hari
Meredakan edema pada kaki bagian kiri
g. ISDN 10 mg diminum 3 x 1 tab tiap 8 jam
h. NAC 200 mg diminum 3 x 1 tab tiap 8 jam
Untuk mengencerkan dahak yang kental dan dapat dikeluarkan pada saat
batuk
i. Cefadroxil 500 mg diminum 2 x 1 kapsul tiap 12 jam
Untuk pengibatan pneumonia cap, digunakan selama 1-2 minggu
j. Inj. Levemir 1 x 18 unit pada malam hari
k. Inj. Novorapid 3 x 4 unit
Untuk mengontril gula darah pasien, dan hati-hati terhadap efek samping
hipoglikemia, segera makan yang manis jika merasakan pusing/lemas
3. Non Farmakologi
a. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur
b. Meningkatkan aktivitas fisik paling tidak berjalan 30 menit/hari
43
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
LAPORAN KLINIS
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
ANGKATAN LVII
UNIVERSITAS SURABAYA
DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 2, Klojen, Kota Malang
(7 OKTOBER – 29 NOVEMBER 2019)
Analisis Kefarmasian Pada Pasien Peritonitis Generalisata
Pasien IRNA II Ruang 17
Oleh :
2019
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
0
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR ISI
ii
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Apendisitis
1.1.1 Definisi Apendisitis
Apendisitis merupakan salah satu penyakit akut abdomen dimana terjadi
inflamasi pada apendiks. Apendisitis sering terjadi baik pada anak - anak maupun
pada orang dewasa. Insiden tertinggi apendisitis pada laki-laki adalah pada umur 10-
14 tahun dengan angka kejadian 27,6% kasus per 10.000 populasi. Insiden tertinggi
untuk perempuan yaitu pada usia 15-19 tahun dengan angka kejadian 20,5% kasus
per 10.000 populasi, dan insiden terendah terjadi pada bayi. Apendisitis dapat
diklasifikasikan menjadi apendisitis akut dan kronik. Dimana apendisitis akut jauh
lebih sering dijumpai dari pada apendisitis kronik (Zulfikar et al, 2015)
Apendisitis akut adalah peradangan akibat infeksi mikroorganisme yang
masuk ke lapisan submucosa apendiks dan akhirnya melibatkan seluruh lapisan
dindingnya. Peradangan akut dapat menimbulkan sumbatan lumen apendiks,
sehingga menyebabkan bendungan darah vena dan penutupan arteri. Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangren bagian ujung atau tempat sumbatan yang terjadi.
Komplikasi perforasi dapat terjadi, sehingga infeksi menyebar ke jaringan lokal
seperti usus halus, atau menimbulkan peritonitis generalisata (Festiawan et al., 2014).
Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan ultrasonography (USG). Pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam salah satu kriteria pada skor alvarado untuk penegakkan diagnosis
apendisitis. Suhu tubuh < 37°C didapatkan pada pasien apendisitis tanpa komplikasi
dan pada kasus perforasi terdapat demam tinggi dengan rata-rata 38,3°C. Kadar
leukosit secara signifikan lebih tinggi pada kasus perforasi dibandingkan dengan
tanpa perforasi. Leukositosis pada pasien apendisitis akut dapat mencapai 10.000 -
1
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
18.000 sel/mm3 dan jika > 18.000 sel/mm3 maka umumnya terjadi peritonitis akibat
perforasi (Widya & Sabir, 2014).
2
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
1.2 Peritonitis
1.2.1 Definisi Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi
aseptik pada selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan
jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut bagian dalam. Peritonitis
dapat diklasifikasikan menjadi peritonitis primer, peritonitis sekunder. Peritonitis
primer disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah dan kelenjar getah bening
di peritoneum dan sering dikaitkan dengan penyakit sirosis hepatis. Peritonitis
sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari traktus
gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi (Japanesa
et al, 2016).
3
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
4
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
5
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
6
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
umumnya hadir dengan polimikroba aerob dan anaerob bakteri. Peritonitis sekunder
ditandai oleh kultur positif dengan kombinasi bakteri berikut: E Coli, Streptococcus,
Enterobacter spp, Klebsiella spp, enterococci, Pseudomona aeruginosa, Proteus spp,
Staphylococci aurous. Dalam kasus peritonitis moderat atau yang didapat masyarakat
penggunaan monoterapi cukup. Terapi lini pertama mungkin berbeda dari satu
lembaga ke lembaga lainnya, dan mungkin termasuk obat anti - anaerob seperti
metronidazol atau clindamicina, dikombinasikan dengan aminoglikida dalam kasus-
kasus tertentu (gentamisin atau amikacyn), ciprofloxacyn dan sefalosporin generasi
ketiga atau keempat (ceftriaxone atau sefotaksim). Pada kasus yang parah dan pasien
yang memiliki risiko tinggi infeksi nosokomial, penulis menggunakan monoterapi
awal dengan piperasilin - tazobactam, atau tipe karbapenem (imipenem atau
meropenem). Alternatifnya adalah penggunaan sefalosporin dan metronidazol
generasi keempat (Ordoñez & Puyana, 2006).
Penatalaksanaan terapi untuk Appendicitis Acute Perforata adalah dengan
pemberian IV cairan (cairan kristaloid dan elektrolit), antibiotic spektrum luas, dan
IV analgesic opioid (Skipworth, 2007).
•Fluid resuscitation is initially with crystalloids (i.v), the volume being dependent on the degree of
shock and dehydration. Electrolyte (especially potassium) replacement may be required.
Fluid •Correct shock, if present, with 20 mL/kg normal saline as a rapid IV bolus. If the child is not in shock
Resuscitation but is dehydrated, give 10-20 mL/kg half-strength normal saline plus 5% glucose over 20 minutes.
•Give antibiotics once the diagnosis is established: Ampicillin (25-50 mg/kg IM or IV four times a day),
Gentamicin (7,5 mg/kg IM or IV once a day), and Metronidazole (10 mg/kg three times a day).
Antibiotics
•Opiate analgesia (i.v) and an appropriate antiemetic will be required. Morphine IV continuous
infusion (as required) and/or Acetminophen as needed for pain/fever.
Analgesa
7
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB 2
PROFIL PASIEN
Tanggal
Data
28/10/19 29/10/19 30/10/19 31/10/19 01/11/19
Nyeri √ √ √ - -
Demam √ √ - -
Mual - - - - -
Muntah - - - - -
Flatus - - - √ √
8
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
9
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
terjadinya
hipokalemia
Chlorida / Cl 98-106 103 105 106
mmol/l
10
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Komposisi : MESO :
KN3B : Na 50 meq, K 20 Monitoring
meq, Cl 50 meq, laktat 20 kadar
meq, Glukosa 27 g potassium dan
D5 ½ NS : Na 77 meq, Cl kadar natrium
77 meq, dextrose 50 g,
(NaCl 4,5 g)
Indikasi :
Hipokalemia dan
Hiponatremi, rumatan
untuk kasus kasus pasca
operasi
ESO :
Hipernatremi,
hyperkalemia
11
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
ESO : Rekomendasi
Diare, Oral candidiasis, DRP :
Stevens Johnson Syndrome Cefazoline
tidak perlu
DRP : diberikan
Dalam kondisi ini pasien
tidak memerlukan AB
sebagai profilaksis
28/10/19 Demam Suhu : 36,8°C Inj. Gentamicin 2 dd 40 METO :
naik turun WBC : 18,50 mg Suhu : 36-
10³/μL 37°C
HR : Dosis Literatur : WBC : 4,3-
90x/menit 2,5 mg/kg / 8 jam (BNF 10,3 10³/μL
RR : For Children P. 312) HR : 80-
24x/menit 2-2,5 mg/kg (PPAM, 85x/menit
29/10/19 Suhu : 37,5°C 2019) RR :
HR : 1-2,5 mg/kg / 8-12 jam 20x/menit
92x/menit (DIH ed 17)
RR :
22x/menit Indikasi :Sebagai MESO :
antibiotik empiris Monitoring
Nephrotoxicity
30/10/19 Suhu : 36,5°C Mekanisme : dengan cara
HR : Menghambat sintesis mengecek faal
98x/menit protein bakteri dengan ginjal (Ureum
RR : mengikat sub unit ribosom dan creatinin)
18x/menit 30s dan 50s yang
mengaibatkan kerusakan
12
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
13
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Mekanisme :
Menurunkan sintesis
prostaglandin dengan
menghambat COX 1 dan
COX 2 dan menstimulasi
sekresi beta endorpin dari
pituitary hipotalamus (The
2014 guidelines for post-
operative pain
management)
ESO :
Drowsiness, gastric
discomfort and nausea
28/10/19 Nyeri post VAS : - MOKET (Morphine 5 METO :
op mg + Ketamin 25 mg) Monitoring
1cc/24 jam skala nyeri
(Pemberian terapi hanya (<3)
menghabiskan dari OK)
MESO :
Dosis Literatur : *Morfin :
0,15-1,0 mg/kgBB mual, muntah,
sedasi,
konstipasi
14
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Indikasi : *Ketamin :
Sebagai analgesi post op mual, muntah,
halusinasi
Mekanisme :
*Morfin : Mengikat
reseptor opiat di SSP
sehingga dapat
menyebabkan penghambat
jalur nyeri, mengubah
persepsi dan respons
terhadap rasa sakit
*Ketamin: Merilis
katekolamin endogen
(epineprin, norepineprin)
yang dapat menjaga
tekanan darah dan detak
jantung
ESO :
*Morfin : mual, muntah,
sedasi, konstipasi
*Ketamin : mual, muntah,
halusinasi
28/10/19 Mual (-) - Inj Omeprazole 1 dd 40 METO :
s/d Muntah (-) mg ~ inj Omeprazole 1 Monitoring
01/11/19 dd 30 mg stress ucer (-)
Mual (-)
Dosis Literatur : Muntah (-)
Dosis awal 500 mcg/kg
sekali setiap hari, maks
perdosis 20 mg, meningkat MESO :
jika perlu 2 mg/kg sekali Diare,
sehari, maks perdosis Flatulance
40mg (BNF For Children
P. 58)
Rekomendasi
Indikasi : DRP :
Sebagai profilaksis stress Dosis
ulcer diturunkan
menjadi 1 dd
12,5 – 20 mg
15
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Mekanisme :
Meningkatkan H+/K+
untuk mengubah ATPase
dalam sel-sel parietal
lambung dan menghasilkan
penekan sekresi asam
lambung
ESO :
Diare, flatulance
DRP :
Dosis Omeprazole
melebihi dosis lazim
29/10/19 - K: 2,78 IVFD KCl 25 meq METO :
mmol/l Potassium/ K :
Dosis Literatur : 3,5-5 mmol/l
0,5-1 meq/kg/dose
(DIH ed 17) MESO :
Monitoring
Indikasi: kadar kalium
Sebagai terapi hipokalemia
Mekanisme :
Memoderasi kinerja saraf
dan otot melalui regulasi
potensial tindakan eksitasi
ESO:
Hiperkalemia
30/10/19 Nyeri (+) VAS : - Tramadol 100 mg/24 jam METO :
(k/p) Monitoring
skala nyeri
Dosis Literatur : (<3)
100 mg, kemudian 50 mg
setiap MESO :
10-20 menit jika Konstipasi
diperlukan
hingga total maks. 250mg
(BNF For Children P. 287)
16
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Indikasi :
Sebagai analgesik post op
Mekanisme :
Berikatan dengan reseptor
opiate dalam SPP yang
menyebabkan
penghambatan nyeri,
mengubah persepsi dan
respons terhadap
rasa sakit dan juga
menghambat reuptake
norepinefrin dan
serotonin yang juga dapat
memodifikasi jalur nyeri.
ESO :
Konstipasi
ESO :
GI problem and allergic skin
reaction
17
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien An. MZA berusia 5 tahun dengan berat badan (BB) 25
kg masuk rumah sakit (MRS) pada tanggal 27 Oktober 2019 dengan keluhan nyeri
seluruh perut, mual, muntah, dan demam sejak ± 3 hari yang lalu. Tanda-tanda vital
yang diukur yaitu suhu tubuh 36,8°C, nadi 90 kali per menit, respiratory rate (RR) 24
kali per menit, dan tekanan darah 95/40 mmHg. Pasien tidak memiliki riwayat
kesehatan, alergi, maupun pengobatan. Pasien MRS dengan diagnosis utama
Peritonitis Generalisata et causa Appendicitis Acute Perforata.
Pada tanggal 28 Oktober 2019, pasien mengeluhkan demam yang naik turun
paska operasi disertai dengan nilai WBC 18,50 × 103/µL. Terapi pertama yang
digunakan pasien adalah injeksi Cefazoline 2 dd 500 mg, injeksi Gentamycin 2 dd 40
mg, dan injeksi Metronidazole 3 dd 250 mg. Berdasarkan PPAM RSSA tahun 2018,
penggunaan antibiotik untuk bedah anak dengan indikasi Peritonitis adalah
Cefazoline, Gentamycin, dan Metronidazole sebagai antibiotik profilaksis, sehingga
penggunaan obat-obat tersebut telah sesuai dengan literatur. Terapi injeksi Cefazoline
diindikasikan sebagai antibiotik profilaksis pra-operasi yang digunakan 8 jam
sebelum operasi. Pada kasus ini, pasien sudah mengalami perforfasi pada saat MRS
dan segera dilakukan operasi Appendectomy perlaparotomy, sehingga Cefazoline
sebagai profilaksis untuk pencegahan infeksi pra-operasi tidak dibutuhkan. Terapi
injeksi Gentamisin dan Metronidazol diindikasikan sebagai antibiotik empirik dalam
mencegah terjadinya infeksi. Gentamicin merupakan antibiotik golongan
aminoglikosida yang aktif terhadap kuman bakteri gram negatif aerob dan
metronidazol merupakan antibiotik yang aktif terhadap bakteri anaerob (Gunawan et
al, 2016). Pada kasus appendisitis, bakteri anaerob dan gram negatif dalam appendiks
ikut berperan sebagai salah satu penyebabnya, sehingga kedua antibiotik tersebut
merupakan pilihan yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi pada appendisitis
18
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
(Salari, 2012). Dosis yang diberikan telah sesuai dengan dosis lazim, yaitu
Gentamisin 25-62,5 mg setiap 8-12 jam dan Metronidazol 187,5-375 mg setiap 6-8
jam (BNF for Children, 2018). Berdasarkan keluhan pasien, maka perlu dilakukan
monitoring efek terapi yaitu tidak adanya demam dilihat dari suhu tubuh berkisar 36-
37°C dan nilai WBC 4,3-5,5 × 103/µL, serta monitoring efek samping konstipasi dan
diare. Dengan demikian, maka rekomendasi terapi dapat dilanjutkan hingga 4-7 hari.
Pada tanggal 28 Oktober 2019, pasien juga mengeluhkan nyeri paska operasi,
sehingga diberikan injeksi Metamizole 3 dd 500 mg dan injeksi kombinasi Morphine-
Ketamin 1 cc/24 jam. Berdasarkan Guidelines Post-operative Pain Management tahun
2014, terapi analgesik paska operasi yang biasa digunakan adalah Metamizole,
Parasetamol, dan penambahan PCA (Patient-Controlled Analgesia) seperti Morfin
dan Tramadol yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas analgesik. Pada kasus
ini, pasien diberikan injeksi kombinasi Morphine-Ketamin yang merupakan terapi
analgesik paska operasi yang apabila dikombinasikan dapat mengurangi efek samping
dari masing-masing obat, seperti mual dan muntah, memberikan efek analgesic
superior untuk paska operasi, dan memberikan efek hemat opioid, dimana diketahui
bahwa Ketamin dapat menurunkan kebutuhan opioid hingga 50% (Setiawan et al,
2014). Terapi ini didapat dari ruang operasi, sehingga penggunaannya dibangsal
hanya untuk menghabiskan obat dari ruang operasi. Berdasarkan keluhan pasien,
maka perlu dilakukan monitoring efek terapi dengan skala nyeri <3 dan monitoring
efek samping kantuk dan rasa tidak nyaman di abdomen.
Pada tanggal 30 Oktober 2019, pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi
sehingga diresepkan injeksi Tramadol 100 mg/24 jam bila perlu. Penggunaan
Tramadol pada anak usia dibawah 12 tahun dikontraindikasikan, karena dapat
menyebabkan respiratory depression, sehingga untuk penggunaan Tramadol tidak
disarankan (Rodieux F et al, 2018). Pasien juga diberikan obat analgesik untuk nyeri
paska operasi seperti Parasetamol dengan dosis 3 dd 250 mg sebagai obat KRS pada
tanggal 1 November 2019.
19
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Pada tanggal 29 Oktober 2019, pasien diberikan IVFD KCl 25 mEq untuk
memenuhi kebutuhan kalium yang berdasarkan hasil laboratorium masih dibawah
batas nilai normal, yaitu 2,70 mmol/L. Pada kondisi sepsis, perlu dilakukan
monitoring tekanan vena karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari
lumen usus ke dalam rongga peritonial dan menurunkan cairan kedalam ruang
20
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
vaskular (Skipworth, 2007). Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis lazim,
yaitu 12,5-25 mEq (DIH Ed 17th). Kemudian pasien diberikan IVFD D5 ½ NS pada
hari berikutnya untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasien.
21
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
ASUHAN KEFARMASIAN
22
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
BAB 4
4.1 KESIMPULAN
1. Pemberian dan pemilihan terapi bertujuan untuk mengurangi keluhan dan gejala
pada pasien serta meningkatkan kualitias hidup pasien. Dari keluhan pasien
dengan terapi yang diberikan sudah sesuai.
2. Pasien MRS dengan diagnosis Peritonitis Generalisata et causa Appendict Acute
Perforata
3. Pasien KRS dengan diagnosis Peritonitis Post Appendectomy Perlaparotomy
4. Terdapat DRP (Drug Releated Problem) pada penggunaan terapi yang diperoleh
pasien :
- Antibiotik Cefazolin tidak perlu diberikan, karena pada kondisi ini pasien
tidak memerlukan terapi antibiotik sebagai profilaksis
- Penggunaan terapi injeksi omeprazole melebihi dosis lazim, disarankan
untuk adjusted dose (0,8mg/kgBB → 0,8mg x 25kg = 20 mg)
5. Pada saat KRS pasien memperoleh terapi peroral, yaitu paracetamol dengan
aturan pakai 3 dd 250 mg bila nyeri
4.2 SARAN
23
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
BNF, 2018, British National Formulary 74th Edition, BMJ Publishing Group,
London.
Gunawan SG, Setiabudy R, editors. 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta:
FKUI.
Mustafa, Jayaram Menon, RK. Muniandy, J. Sieman, AM. Sharifa, EM. Illzam. 2015.
Pathophysiology, Clinical manifestation and Diagnosis of Peritonitis. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences Volume 14. Malaysia: Faculty of
Medicine and Health Sciences, University Malaysia Sabah
Ordoñez, Juan Carlos Puyana. 2006. Management of Peritonitis in the Critically Ill
Patient. Colombia: Universidad del Valle
Puspitadewi, Nur Frhanah, Abdul Mughni. 2018. Analisis Faktor-Faktor Risiko Yang
Mempengaruhi Mortalitas Pada Pasien Complicated Intra Abdominal
Infections. E-Jurnal Kedokteran Volume 7 No. 2. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
24
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Program Studi Profesi Apoteker Angkatan LVII Universitas Surabaya
Tahun 2019
Setiawan, irvan et al. 2014. Perbandingan Pemulihan Bising Usus Pada Pasien.
Sinaga, Wina et al. 2013. Splanchnic Hypoperfusion and Enteral Feeding. Jakarta:
University of Indonesia.
Stollman, Neil, Metz David C. 2005. Pathophysiology and prophylaxis of stress ulcer
in intensive care unit patients.
Windy, M. Sabir. 2016. Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar Leukosit dan
Platelet Distribution Width (PDW) Pada Apendisitis Akut dan Apendisitis
Perforasi di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2014. Sulawesi
Tengah: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Taduloka.
Zulfikar, Prihwanto Budi, Wiratmo. 2013. Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus
Bedah Apendiks di Instalasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan volume 3 No. 1 Jember: Fakultas Farmasi Jember.
Halaman 45
25
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
DISUSUN OLEH
1
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Stroke
Stroke merupakan penyebab kematian kedua di dunia dan merupakan
penyebab kematian ketiga di Amerika serikat, dibawah penyakit kardiovaskular
dan kanker (Ivanov et al., 2015). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur.
Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun
keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar
(0,2%). Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%)
dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan data 10 besar penyakit
terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill
untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke (Kemenkes, 2013).
Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko
yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,
dislipidemia, dan merokok, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
antara lain usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga (Fagan and Hess, 2014).
2
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
a. Stroke Pendarahan
Stroke perdarahan meliputi perdarahan subarachnoid, perdarahan
intrasebral, hematoma subdural. Perdarahan subarachnoid terjadi bila
darah memasuki area subarachnoid (tempat cairan serebrospinal) baik
karena trauma, pecahnya aneurisma intrakranial, maupun pecahnya
arterivenosa yang cacat. Sebaliknya, stroke iskemik terjadi bila
pembuluh darah pecah dalam parenkim otak, menyebabkan
pembentukan hematoma. Jenis perdarahan ini sangat sering dikaitkan
3
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
b. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan (trombotik atau embolik)
pembuluh darah arteri otak. Penyumbatan pembuluh darah dapat
mengganggu aliran darah ke bagian tertentu di otak, sehingga terjadi
defisit neurologis yang disebabkan oleh hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh bagian otak tersebut (Winkler, 2008).
1.1.3 Patofisiologi
Aliran darah serebral normal rata-rata 50 ml/100 g per menit, dan ini
dipertahankan melalui tekanan darah (rata-rata tekanan arteri dari 50 sampai 150
mmHg) oleh proses yang disebut autoregulasi cerebral. Pembuluh darah otak
melebar dan menyempit sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah, tetapi
4
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
proses ini dapat terganggu oleh aterosklerosis, hipertensi kronis, dan cedera akut
seperti stroke. Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memicu kekakuan
dinding pembuluh darah kecil yaitu mikroangiopati. Hipertensi juga akan memicu
munculnya timbunan plak pada pembuluh darah besar. Timbunan plak akan
menyempitkan lumen pembuluh darah. Kemudian, ketika terjadi stres dapat
mengakibatkan pecahnya plak, paparan kolagen, agregasi platelet, dan
pembentukan bekuan. Bekuan menyebabkan oklusi lokal kemudian terjadi emboli
sampai menuju pembuluh darah dalam otak. Hasil akhir dari trombus dan emboli
adalah oklusi arteri, penurunan aliran darah otak dan menyebabkan iskemik
(Fagan and Hess, 2014).
Ketika aliran darah lokal otak menurun dibawah 20 mL/ 100 g per menit,
iskemia dapat terjadi dan ketika pengurangan lebih lanjut dibawah 12 mL/ 100 g
per menit bertahan, kerusakan permanen otak terjadi yang disebut infark.
Penurunan dalam penyediaan nutrisi ke sel iskemik menyebabkan berkurangnya
fosfat seperti Adenosine Triphosphate (ATP) yang diperlukan untuk menjaga
ketahanan membran. Selanjutnya, kalsium ekstraseluler terakumulasi dan pada
saat yang bersamaan, natrium dan air tertahan menyebabkan sel mengembang dan
lisis. Ketidakseimbangan elektrolit juga menyebabkan depolarisasi sel dan
masuknya kalsium ke dalam sel. Peningkatan kalsium intraseluler mengakibatkan
aktivasi lipase, protease, dan endonukleat dan pelepasan asam lemak bebas dari
membran fosfolipid. Depolarisasi neuron mengakibatkan pengeluaran asam amino
seperti glutamate dan aspartat yang menyebabkan kerusakan saraf ketika
dikeluarkan secara berlebihan. Akumulasi dari asam lemak bebas, termasuk asam
arachidonat menyebabkan pembentukan prostaglandin, leukotrin dan radikal
bebas. Meningkatnya produksi radikal bebas menyebabkan terjadinya asidosis
intraseluler. Peristiwa ini terjadi dalam waktu 2 sampai 3 jam dari onset iskemi
dan berkontribusi pada kematian sel. Target untuk intervensi dalam proses
patofisiologis setelah iskemia serebral termasuk masuknya sel – sel inflamasi aktif
dan inisiasi apoptosis atau sel mati dapat mengganggu pemulihan dan perbaikan
jaringan otak (Fagan and Hess, 2014).
5
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
pasien tanpa AF. Kejadian stroke yang didasari oleh AF sering diikuti
dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kemampuan
fungsi daripada stroke karena penyebab yang lain. Risiko stroke karena
AF meningkat jika disertai dengan beberapa faktor lain, yaitu jika disertai
usia >65 tahun, hipertensi, diabetes melitus, gagal jantung, atau riwayat
stroke sebelumnya (Gage et al., 2004).
Diabetes Mellitus
Orang dengan diabetes mellitus lebih rentan terhadap aterosklerosis dan
peningkatan prevalensi proaterogenik, terutama hipertensi dan lipid darah
yang abnormal. Pada tahun 2007 sekitar 17,9 juta atau 5,9% orang
Amerika menderita diabetes. Berdasarkan studi case control pada pasien
stroke dan studi epidemiologi prospektif telah menginformasikan bahwa
diabetes dapat meningkatkan risiko stroke iskemik dengan risiko relatif
mulai dari 1,8 kali lipat menjadi hampir 6 kali lipat. Berdasarkan data dari
Center for Disease Control and Prevention 1997-2003 menunjukkan
bahwa prevalensi stroke berdasarkan usia sekitar 9% stroke terjadi pada
pasien dengan penyakit diabetes pada usia lebih dari 35 tahun (Goldstein
et al., 2011).
b. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan
riwayat keluarga (Fagan and Hess, 2014).
Usia
Siapa pun tidak akan pernah bisa menaklukkan usia. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa usia itu kuasa Tuhan. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa 2/3 serangan stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun.
Meskipun demikian, bukan berarti usia muda atau produktif akan terbebas
dari serangan stroke (Wiwit, 2010).
Jenis Kelamin
Penelitian menunjukkan bahwa pria lebih banyak terkena stroke daripada
wanita, yaitu mencapai kisaran 1,25 kali lebih tinggi. Namun anehnya,
justru lebih banyak wanita yang meninggal dunia karena stroke. Hal ini
disebabkan pria umumnya terkena serangan stroke pada usia muda.
7
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
Sedangkan, para wanita justru sebaliknya, yaitu saat usianya sudah tinggi
(tua) (Wiwit, 2010).
Riwayat Keluarga
Terdapat dugaan bahwa stroke dengan garis keturunan salingberkaitan.
Dalam hal ini, hipertensi, diabetes, dan cacat pada pembuluh darah
menjadi faktor genetik yang berperan. Cadasil, yaitu suatu cacatpada
pembuluh darah dimungkinkan merupakan faktor genetik yang paling
berpengaruh. Selain itu, gaya hidup dan pola makan dalam keluarga yang
sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah juga meningkatkan resiko
stroke (Wiwit, 2010).
1.1.5 Manifestasi Klinis Stroke
Manifestasi klinis yang terjadi antara lain mengalami kelemahan pada satu
sisi tubuh, ketidakmampuan untuk berbicara, kehilangan penglihatan,
vertigo dan sakit kepala (Wells, 2015). Gambaran klinis stroke tergantung
pada area otak yang mengalami iskemik (Sjahrir et al., 2011).
1.1.6 Penatalaksanaan Stroke Umum
Tabel 1.1 Klasifikasi Peringkat Bukti (Level of Evidence)
(PERDOSSI, 2011)
8
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
12
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
13
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
15
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
b. jika gelisah lakukan terapi psikologi, kalau perlu berikan minor dan
mayor tranquilizer seperti benzodiazepine short acting atau propofol
bias digunakan.
c. Analgesik dan antimuntah sesuai indikasi.
d. Berikan H2 antagonis, apabila ada indikasi (perdarahan lambung).
e. Hati-hati dalam menggerakkan, penyedotan lender, atau memandikan
pasien karena dapat mempengaruhi TTIK.
f. Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernafasan stabil.
g. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan
kateterisasi intermiten.
h. Pemeriksaan penunjang lanjutan seperti pemerikssan laboratorium,
MRI, Dupleks Carotid Sonography, Transcranial Doppler, TTE, TEE,
dan lain-lain sesuai dengan indikasi.
i. Rehabilitasi.
j. Edukasi.
k. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah sakit).
1.1.7 Kedaruratan Medik Stroke Akut
Sebagian besar (70-94%) pasien stroke akut mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik >140 mmHg. Penelitian di Indonesia didapatkan kejadian
hipertensi pada pasien stroke akut sekitar 73,9%. Sebesar 22,5- 27,6% diantaranya
mengalami peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg (BASC: Blood
Preassure in Acute Stroke Collaboration 201; IST: International Stroke Trial
2002).
Banyak studi menunjukkan adanya hubungan berbentuk kurva U (U-
shaped relationship) (U-shaped relationship) antara hipertensi pada stroke akut
(iskemik maupun hemoragik) dengan kematian dan kecacatan. Hubungan tersebut
menunjukkan bahwa tingginya tekanan darah pada level tertentu berkaitan dengan
tingginya kematian dan kecacatan.
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan
rutin tidak dianjurkan, karena kemungkinan dapat memperburuk keluarga
neurologis. Pada sebagian besar pasien, tekanan darah akan turun dengan
sendirinya dalam 24 jam pertama setelah awitan serangan stroke. Berbagai
16
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
A. Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila
tekanan darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic (TDD)
>120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi
trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan
TDD <110 mmHg (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). Selanjutnya,
tekanan darah harus dipantau hingga TDS <180 mmHg dan TDD <105 mmHg
selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan
adalah labetalol, nitropaste, nitroprusid, nikardipin, atau diltiazem intravena.
B. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut (AHA/ASA, Class IIb, Level
of evidence C), apabila TDS >200 mmHg atau Mean Arterial Preassure
(MAP) >150 mmHg, tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat
antihipertensi intravena secara kontiniu dengan pemantauan tekanan darah
setiap 5 menit.
C. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala dan
tanda peningkatan tekanan intracranial, dilakukan pemantauan tekanan
intracranial. Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat
antihipertensi intravena secara kontinu atau intermiten dengan pemantauan
tekanan perfusi serebral ≥60 mmHg.
D. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan
tanda peningkatan tekanan intracranial, tekanan darah diturunkan secara hati-
hati dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau
intermitten dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP
110 mmHg atau tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010,
penurunan TDS hingga 140 mmHg masih diperbolehkan. (AHA/ASA, Class
IIa, Level of evidence B).
E. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220 mmHg,
penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup aman
17
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
(AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). Setelah kraniotomi, target MAP
adalah 100mmHg.
F. Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan tekanan darah
pada penderita stroke perdarahan intraserebral.
G. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta (labetalol
dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena,
digunakan dalam upaya diatas.
H. Hidralasin dan nitroprusid sebaiknya tidak digunakan karena mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, meskipun bukan kontraindikasi mutlak.
I. Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah harus dipantau
dan dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk
mencegah resiko terjadinya stroke iskemik sesudah PSA serta perdarahan
ulang (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). Untuk mencegah terjadinya
perdarahan subaraknoid berulang, pada pasien stroke perdarahan subaraknoid
akut, tekanan darah diturunkan hingga TDS 140-160 mmHg. Sedangkan TDS
160-180 mmHg sering digunakan sebagai target TDS dalam mencegah resiko
terjadinya vasospasme, namun hal ini bersifat individual, tergantung pada usia
pasien, berat ringannya kemungkinan vasospasme dan komorbiditas
kardiovaskular.
J. Calcium Channel Blocker (nimodipin) telah diakui dalam berbagai panduan
penatalaksanaan PSA karena dapat memperbaiki keluaran fungsional pasien
apabila vasospasme serebral telah terjadi. Pandangan akhir-akhir ini
menyatakan bahwa hal ini terkait dengan efek neuroprotektif dari nimodipin.
K. Terapi hiperdinamik dengan ekspansi volume, dan induksi hipertensi dapat
dilakukan dalam penatalksanaan vasospasme serebral pada PSA aneurismal
(AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B), tetapi target rentang tekanan
darah belum jelas.
L. Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga
lebih rendah dari target di atas pada kondisi tertentu yang mengancam target
organ lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal
ginjal akut dan ensefalopati hipertensif. Target penurunan tersebut adalah 15-
25% pada jam pertama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama.
18
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
19
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
20
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
11. Tindakan endarterektomi carotid pada stroke iskemik akut akut dapat
mengakibatkan risiko serius dan keluaran yang tidak menyenangkan.
Tindakan endovascular belum menunjukkan hasil yang bermanfaat,
sehingga tidak dianjurkan (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C).
12. Pemakaian obat-obatan neuroprotektor belum menunjukkan hasil yang
efekif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan (AHA/ASA, Class III,
Level of evidence A). Namun, citicolin sampai saat ini masih memberikan
manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada stroke iskemik akut
dengan dosis 2x1000 mg intravena 3 hari dan dilanjutkan dengan oral
2x1000 mg selama 3 minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS
(International Citicholin Trial in Acute Stroke, ongoing). Selain itu, pada
penelitian yang dilakukan oleh PERDOSSI secara multisenter, pemberian
Plasmin oral 3x500 mg pada 66 pasien di 6 rumah sakit pendidikan di
Indonesia menunjukkan efek positif pada penderita strke akut berupa
perbaikan motoric, score MRS dan Barthel index.
13. Cerebral venous sinus thrombosis (CVST)
Diagnosa CVST tetap sulit. Faktor risiko yang mendasari baru diketahui
sebesar 80%. Beberapa faktor risiko sering dijumpai bersamaan. Penelitian
The International Study On Cerebral Vein And Dural Sinus Thrombosis
(ISCVT) mendapatkan 10 faktor risiko terbanyak, antara lain kontrasepsi
oral (54,3%), trombofilia (34,1%), masa nifas (13,8%), infeksi dapat
berupa infeksi SSP, infeksi organ-organ wajah, dan infeksi lainnya
(12,3%), gangguan hematologi seperti anemia, trombositemia, polisitemia
(12%), obat-obatan (7,5%), keganasan (7,4%), kehamilan (6,3%),
presipitasi mekanik termasuk cedera kepala (4,5%), dan vaskulitis (3%).
Penatalaksanaan CVST diberikan secara komprehensif, yaitu dengan
terapi antitrombotik, terapi simptomatik, dan terapi penyakit dasar.
Pemberian terapi UFH atau LMWH direkomendasikan untuk diberikan,
walaupun terdapat infark hemoragik (AHA/ASA, Class IIa, Level of
evidence B). Terapi dilanjutkan dengan antikoagulan oral diberikan
selama 3-6 bulan, diikuti dengan terapi antiplatelet (AHA/ASA, Class IIa,
Level of evidence C).
21
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
22
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
23
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
24
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
25
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
26
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
1.2.3 Etiologi
1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,
resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas
dan lain-lain (Nafrialdi, 2009). Pada sebagian besar pasien, kenaikan
berat badan yang berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki
peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien
hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada
berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang
berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena
hipertensi primer (Guyton, 2008).
27
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder
yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan 11 hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003). Hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa
penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan
sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
1.2.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC untuk pasien dewasa berdasarkan rata-
rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan
klinis (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai
normal tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik
(TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
mengidentifikasikan pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat
ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage)
hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diterapi obat (JNC VIII,
2016).
28
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah
terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120
mmHg, dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi
(American Diabetes Association, 2018). Pada hipertensi emergensi, tekanan darah
meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit-
jam) untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Contoh gangguan organ target
akut antara lain, encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut
disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil dan
eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan (Depkes 2006).
29
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan
30
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
oleh oklusi 24 fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen
dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Stroke dapat
timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).
2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga, hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan
risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian 25 yang menuju ke
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh
karena penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)
(Chung, 1995). Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih
besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang
intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps
yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta
kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa
31
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
1. Non Farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1,
tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi (Perki, 2016).
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak pustaka adalah :
32
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran dan
memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya mengontrol tekanan darah
(Depkes, 2006b ).
e. Berhenti merokok
2. Terapi Farmakologis
Dalam Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular
(PERKI, 2015), dijelaskan secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi
dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan
tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang
perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping,
yaitu :
33
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
35
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
36
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang
dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan saluran urin.
37
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
38
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
BAB II
PROFIL PASIEN
2.1 Biografi Pasien
Profil Pasien
Nama / usia NG
Usia 51 th
Berat Badan -
Tinggi Badan -
Alamat Jl Cemara Udang RT 2/4 Batu
Diagnose awal CVA ICH SC D Vol 77 CC OH-2 + IVH + HT ST. II
39
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
Data Tanggal
8/11 9/11 10/11 11/11 12/11 13/11 14/11
GCS 235 235 235 235 225 235 324
Demam +
Muntah +
Hematuria +
40
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
Tanggal
Parameter Normal Satuan
3/11 10/11
Kekeruhan Keruh Keruh
Warna Coklat Kuning
PH 4,5-8 6 5,5
Berat jenis 1,005-1,030 1,025 >1,030
Glukosa Negatif - -
Protein Negatif 2+ 2+
Keton Negatif - -
Bilirubin Negatif - -
Urobilinogen <17 µmol/L 16 3,2
Nitrit Negatif + -
Leukosit Negatif 2+ 2+
Darah Negatif 3+ 3+
10x
41
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
NILAI
DATA LAB SATUAN 01/11 H2
NORMAL
PH 7,35-7,45 7,34
HB g/dL 13,4
NILAI
DATA LAB SATUAN 4/11 10/11
NORMAL
NILAI
DATA LAB SATUAN 01/11 10/11
NORMAL
42
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
NILAI
DATA LAB SATUAN 1/11 H2
NORMAL
NILAI
DATA LAB SATUAN 01/11 H2
NORMAL
HbA1c 5,7 %
43
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
No OBAT RUTE DOSIS (01/11) (02/11) (03/11) (04/11) (05/11) (06/11) (07/11)
1 O2 NC 2-4 lpm V V NRBM V V V V
8lpm
2 IVFD NaCl 0,9% IV 20 tpn V V V V V V V
3 Citicoline IV 2 dd 250 mg V V V V V V V
4 Omeprazol IV 1 dd 40 mg V V V V V V V
5 Antrain IV 3 dd 1 g V V V Prn prn prn V
6 Metoklopramid IV 3 dd 10 mg V V V Prn prn prn prn
7 Drip Nicardipin IV 5-15 mg/jam V V V - V V V
44
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
No OBAT RUTE DOSIS (08/11) (09/11) (10/11) (11/11) (12/11) (13/11) (14/11)
1 O2 NC 2-4 lpm V V V V V V V
2 IVFD NaCl 0,9% IV 20 tpn V V V V V V V
3 Citicoline IV 2 dd 250 mg V V V V V V V
4 Omeprazol IV 1 dd 40 mg V V V V V V V
5 Antrain IV 3 dd 1 g V V V V V V V
6 Metoklopramid IV 3 dd 10 mg prn prn prn prn prn prn V
7 Drip Nicardipin IV 5-15 mg/jam - V V V V - -
45
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
BAB III
PEMBAHASAN
Ny.NG adalah pasien rujukan dari Rumah Sakit Batu pada tanggal 31
Oktober 2019. Keluhan utama pasien adalah penurunan kesadaran, lemah pada
setengah bagian tubuh sebelah kanan, bicara pelo disertai muntah dan pusing
berputar. Riwayat penyakit Hipertensi dengan tidak terkontrol dan Riwayat
penyakit pada keluarga disangkal. Baru terdiagnosa CVA ICH dan IVH saat di RS
Batu dan langsung dirujuk pada tanggal 31 Oktober 2019.
47
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
48
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
osmotik menjadi lebih tinggi di jaringan yang menarik cairan dari pembuluh darah
ke jaringan otak yang menyebabkan edema otak lebih berat.
Kemudian pada tanggal 1/11 – 14/11 pasien diberikan terapi acetazolamid
3x250 mg peroral. Terapi ini diberikan dengan tujuan untuk diuresis pada kondisi
ICH dengan volume darah yang keluar banyak sehingga diberikan duo diuretik.
Acetazolamid merupakan inhibitor karbonat anhidrase yang sangat menekan
reabsorpsi HCO3- di tubulus proksimal. Sedangkan pembentukan cairan
serebrospinal oleh pleksus koroidesus melibatkan sekresi HCO3-.. sehingga
apabila sekresi HCO3- berlebih, maka akan menyebabkan menumpuknya cairan
serebrospinal sehingga menyebabkan terjadinya tekanan inrakranial.
Asetazolamid sendiri merupakan inhibitor karbonat anhidrase, yang mana obat ini
efektif untuk mengurangi tekanan intrakranial.
Pasien diberikan amlodipin 1x10 mg dan valsarta 1x80mg pada tanggal
4/11-12/11, tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan darah pasien yang masih
tinggi. Kedua terapi tersebut juga merupakan terapi lini pertama pada kondisi
hipertensi kelas 2. Dalam Kasus ini pasien yang awalnya diberikan terapi
golongan CCB yaitu amlodipin 1x10 mg (long acting) kemudian diganti dengan
nifedipin 3x10mg PO (short acting) pada tanggal 13/11 dengan alasan
penggantian dari obat kerja panjang menjadi kerja pendek adalah karena pasien
membutuhkan penurunan tekanan darah lebih cepat dengan penurunan yang
signifikan
Pada diagnosis penyakit ISK pasien diberikan terapi pengobatan antibiotik
fluoroquinilon dimana obat ini merupakan lini utama untuk bakteri gram (-) yakni
bakteri yang biasanya penyebab ISK antara lain Escherichia coli. Pada tanggal 4
november hingga tanggal 7 november pasien diberikan siprofloksasin sebagai
antibiotik empiris untuk penyakit ISK. Pada tanggal 8 November terapi
pengobatan siprofloksasin diganti menjadi levofloksasin karena melihat dari hasil
Lab kultur bakteri dimana hasil kulturnya yakni biakan urin Entercoccus faeculis
dan spesifik terhadap antibiotik antara lain Ampicillin, Benzilpenicillin dan
Levofloxacin. Hasil kultur tersebut selanjutnya mengacu kepada PPAM RSUD
Saiful anwar, dimana rekomendasi antibiotik lini utama untuk ISK adalah
Levofloxacin.
49
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
50
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
DAFTAR PUSTAKA
Alhazani. proton pump inhibitor versus histamine-2 receptor antagonist for stress
ulcer prophylaxis in critically ill patients: a systematic review and meta-
analysis. journal of Critical Care Medication. 2013. 41(3):693-705.
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson,
P.A.,Kradjan, W.A., 2013, Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics
The Clinical Use of Drugs, 10th ed., Lippincott Williams & Wilkins,
Pennsylvania, United States of America.
Audebert, H., Michaela M. Rott, MD; Thomas Eck, MD; Roman L. Haberl, MD.
Systemic Inflammatory Response Depends on Initial Stroke Severity but Is
Attenuated by Successful Thrombolysis. Journal of Stroke. 2005. 2128-2133
Dennison-himmelfarb C., Handler J. and Lackland D.T., 2014, 2014
EvidenceBased Guideline for the Management of High Blood Pressure in
Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint
National Committee (JNC 8), , 1097, 1–14
Dewanto, G., Suwono, W.J., Riyanto B., Turana Y. 2009. Panduan Praktis
Diagnosis Dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Dipiro, J.T., 2017, Pharmacoterapy Handbook, 10th Edition, McGraw-Hill, New
York.
Geyer, James D. & Gomez, Camilo R. 2009. Stroke A Practical Approach.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer
Business. Page: 15.
Ghandorh, Hamza& Mackenzie, Justin & De Ribaupierre, Sandrine & Eagleson,
Roy. (2017). Development of Augmented Reality Training Simulator
Systems for Neurosurgery Using Model-Driven Software Engineering.
10.1109/CCECE.2017.7946843.
Hemophill et al; The ICH score: A simple, reliable grading scale for
intracerebralhemorrhage. Stroke 32 (4):891-7, 2001.
Kasper, D.L., Longo D.L., Jameson J.L., Fauci A.S., Hauser S.L. and Loscalzo J.
2012. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 18th ed., McGraw Hill
Companies, Inc., United States of America.
51
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
52
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
53
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
- - Omeprazol IV 1 dd 40 mg METO :
Indikasi : Pencegahan stress ulcer dan perlindungan lambung pada pasien Mual dan muntah (-)
Mekanisme kerja : menurunkan sekresi asam dalam sel parietal lambung
melalui penghambatan sistem enzim H+/K+ ATPase MESO : -
Dosis literatur: 20-40 mg/hari (DIH, 2009)
Efek samping : -
DRP : -
S (SUBYEKTIF) O (OBYEKTIF) A (ASSESMENT) P (PLAN)
54
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
55
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
56
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
57
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
58
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
HR : 104 x /
menit
13/11: 199/88
59
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
60
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
9/11: 160/90
10/11: 160/90
11/11: 184/74
12/11: 156/81
13/11: 199/88
14/11: 196/96
S (SUBYEKTIF) O (OBYEKTIF) A (ASSESMENT) P (PLAN)
61
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
11/11: 184/74
12/11: 156/81
13/11: 199/88
14/11: 196/96
S (SUBYEKTIF) O (OBYEKTIF) A (ASSESMENT) P (PLAN)
62
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
(SUBYEKTIF) (OBYEKTIF)
63
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
S O A (ASSESMENT) P (PLAN)
(SUBYEKTIF) (OBYEKTIF)
Batuk - N-Acetylcysteine METO :
Indikasi : Mukolitik Pasien dapat
Mekanisme : memecah benang mukoprotein dan mukopolisakarida mengeluarkan dahak
Dosis pustaka: 3x200mg
ES : Mual, muntah,diare MESO :
Efek samping mual
muntah, diare, pusing
dan tinitus
S (SUBYEKTIF) O (OBYEKTIF) A (ASSESMENT) P (PLAN)
64
Praktek Kerja Profesi Apoteker
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Periode 07 Oktober – 29 November 2019
65
LAPORAN KLINIS
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
ANGKATAN LVII
UNIVERSITAS SURABAYA
UNIVERSITAS WIDYA MANDALA
DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 2, Klojen, Kota Malang
(7 OKTOBER – 29 NOVEMBER 2019)
Analisis Kefarmasian
Pada pasien Ca Ovarium dengan Dysgerminoma
Pasien IRNA 3 Ruang 9
Oleh :
Bustanul Arifin
Ajeng Enggar S.P
Peronica Chrisna M.
Alfin Giovani
2019
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
II
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
1.1 Ovarium................................................................................ 1
III
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
LAMPIRAN........................................................................................................ 29
IV
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 OVARIUM
1.1.1 Anatomi Ovarium
1
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
1.1.2 Histologi Ovarium
Ovarium melekat pada ligamentum latum uteri melalui mesovarium (lipatan
peritoneum) dan bagian lainnya dari ovarium ke dinding uterus melalui ligamentum
ovarii propium (dinding uterus) (Eroschenko, 2017). Permukaan ovarium dilapisi oleh
satu lapisan sel, yaitu epitel germinal dan dibawahnya terdapat jaringan ikat tunika
albuginea. Lapisan berikutnya terdapat korteks yang cukup tebal dan medulla yang
banyak terdapat pembuluh darah. Korteks dan medulla tidak memiliki batas yang jelas
dan kedua bagian ini tampak menyatu. Ovarium memiliki korpus luteum yang berasal
dari folikel yang mengalami ovulasi dan korpus albikans saat korpus luteum
berdegenerasi. Dalam tahap perkembangan (primordial, primer, sekunder, dan matur),
folikel ovarium mengalami proses degenerasi yang disebut atresia dan sel degeneratif
atretik ini kemudian akan dimakan oleh makrofag. Atresia folikel terjadi sebelum
lahir dan akan berlanjut ketika seorang wanita memasuki masa subur (diFiore, 2010).
2
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
sistem reproduksi wanita selain itu estrogen juga berfungsi untuk membentuk
karakteristik seks sekunder pada wanita serta berfungsi untuk pematangan dan
pembebasan ovum, membentuk karakter fisik sekunder wanita, dan transport sperma
dari vagina ke tempat pembuahan di tuba uterina, estrogen juga ikut berperan dalam
perkembangan payudara dalam antisipasi menyusui, (Sherwood, 2014). Sedangkan,
progesteron berperan dalam mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk
memelihara embrio dan kemudian janin serta berperan dalam kemampuan payudara
untuk menghasilkan susu (Sherwood, 2010).
3
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
lonjakan luteinizing hormon (LH) yang menginduksi ekspresi gen prostaglandin
sintase 2 (PGS-2), kemudian akan mengkodekan enzim yang aktivitasnya sangat
penting untuk ruptur folikel. Hal ini dapat mempengaruhi kerusakan DNA melalui
tekanan oksidatif pada cortical inclusion cysts (CIC) di ovarium, adanya kerusakan
berulang pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi menyebabkan perubahan pada
gen yang mengatur pembelahan sel ovarium sehingga terjadi pembelahan sel yang
berlebihan dan menimbulkan sel kanker (Fathalla, 2013).
1.2.3 Faktor Risiko Kanker Ovarium
1. Usia
Resiko kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur, kanker
ovarium jarang ditemukan pada wanita yang memiliki usia <40 tahun namun
pada usia ≥60 tahun dapat terjadi kanker ovarium, hal ini dikarenakan wanita
telah mengalami menopause sehingga ovarium seorang wanita berhenti
melepaskan telur dan dapat terjadi peningkatan paparan hormon, seperti
estrogen yang dapat meningkatkan risiko kanker rahim dan kanker payudara
serta adanya peningkatan jumlah ovulasi, yang dapat meningkatkan resiko
kanker ovarium.
2. Jumlah parietas
Jumlah parietas memiliki hubungan dengan penurunan angka kejadian kanker
ovarium ini disebabkan karena pada saat wanita mengalami kehamilan tidak
terjadi proses ovulasi sehingga menurunkan risiko terjadinya mutasi riwayat
keluarga akibat ovulasi yang terus menerus, selain itu pada saat kehamilan
terjadi perubahan hormonal sementara perubahan hormonal ini yang dapat
menginduksi apoptosis sel-sel pre malignan sel kanker (Guire et al., 2016).
Wanita yang memiliki anak memiliki faktor risiko 29% lebih rendah bila
dibandingkan dengan wanita nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan
dengan usia keahmilan leboh dari 28 minggu atau belum pernah melahirkan
janin yang mampu hidup diluar rahim) dan semakin angka penurunan risiko
tersebut semakin meningkat setiap kehamilan selanjutnya (Tsilidis et al.,
2012).
3. Obesitas
Obesitas dapat disebabkan karena peningkatan lemak tubuh merupakan lingkungan
yang tepat untuk perkembangan tumor selain itu peningkatan lemak tubuh
akan meningkatkan adhesi sel mesothelial tumor yang akan mengubah struktur
4
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
mesothelial tumor sehingga menyebabkan metastasis ke intraperitoneal (Bae et
al., 2014).
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga salah satu penentu terjadinya kanker ovarium pada anggota
keluarga yang lain. Terutama apabila ibu kandung yang menderita kanker
ovarium, maka 4 sampai 5% maka resiko kanker ovarium pada anggota
keluarga yang lain akan meningkat terutama pada anak perempuan kandung
tersebut.
5. Faktor genetik
Terjadi mutasi genetik BRCA1 dan BRCA2 dengan risiko 50% menyebabkan kanker
ovarium pada kelompok tertentu mekanisme kerjanya adalah berikatan dengan
protein RAD51 selama perbaikan untai ganda DNA, dimana gen ini
mengadakan perbaikan di dalam inti sel, rekombinasi ini menyesuaikan
dengan kromosom dari sel induk, sehingga
kerusakan pada gen ini menyebabkan tidak terdeteksinya kerusakan gen di dalam sel
dan sel yang mengalami mutasi tidak dapat diperbaiki sehingga tumbuh sel
yang bersifat ganas yang berpoliferasi menjadi jaringan kanker (Prawiroharjo,
2013).
5
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
sering berkemih ini dikarenakan apabila kanker ovarium telah menekan rektum atau
kandung kemih.
6
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
1. Benign (cystadenoma)
2. Borderline tumors (endometroid borderline tumor)
3. Malignant (mucinous adenocarcinoma)
c. Endometroid tumors
1. Benign (cystadenoma)
2. Borderline tumors (endometroid borderline tumor)
3. Malignant (endometroid adenocarcinoma)
d. Clear Cell Tumors
1. Benign
2. Borderline tumors
3. Malignant (clear cell adenocarcinoma)
e. Transitional cell tumors
1. Brenner tumor
2. Brenner tumor of borderline malignancy
3. Malignant Brenner tumor
4. Transitional cell carcinoma (non-Brenner type)
f. Epithelial-stromal
1. Adenocarcinoma
2. Carcinoma (mixed Mullerian tumor)
II. Sex Cord-Stromal Ovarium Tumors
a. Granulosa tumor
1. Fibromas
2. Fibrothecomas
3. Thecomas
b. Sertoli cell tumors
1. Cell Leydig tumor
c. Sex cord tumor with annular tubules
d. Gyandroblastoma
e. Steroid (lipid) cell tumors
III. Germ cell Ovarium Tumors
a. Teratoma
b. Monodermal
c. Dysgerminoma
d. Yolk sac tumor (endodermal sinus tumor)
e. Mixed germ cell tumors
IV. Malignant, not otherwise specified
a. Metastatic cancer from non-ovarian primary
b. Colonic, appencieal
c. Gastric
d. Breast
7
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
BAB II
STUDI KASUS
2.1 Profil Pasien
RR (x/menit) 20 22 20 20
8
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
2.4 Data Laboratorium
Hematologi
Tanggal
Parameter Normal Satuan
31/10
NRBC % % 0,2
9
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Tanggal
Parameter Normal Satuan
31/10/2019
Ondansetron PO 3 x 8 mg √ (KRS)
Carboplatin Iv 1 x 532 mg √ //
Etoposide Iv 1 x 152 mg √ √ √
Bleomycin Im 1 x 15 mg √ //
NS Iv 0,9% √ √ √
Dexametason Iv 4 mg √ √ √
Furosemid Iv 10 mg √ //
Ondansetron iv 8 mg √ √ √
10
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
2.5.1 Protkol Kemoterapi
11
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
2.5.3 Perhitungan Dosis Carboplatin berdasakan AUC
12
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Dosis: 15 mg
13
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
14
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Dosis: 8 mg (iv)
15
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
16
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
2.7 Obat KRS (Keluar Rumah Sakit)
17
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Mekanisme :
18
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
2.10 Saran Terapi Non Farmakologi untuk Pasien Ca Ovarium pada saat rawat inap:
Mual dan muntah
1. Makan 5-6 porsi kecil per hari
2. Batasi paparan bau makanan dengan menghindari area persiapan makanan
3. Pilih makanan yang dingin dan ringan dengan sedikit bau
4. Hindari makanan berlemak dan berlemak tinggi
5. Konsumsi cairan di antara waktu makan, bukan dengan saat makan
6. Hindari / batasi lotion berbau kuat, sabun, parfum, udara penyegar
7. Minum obat mual seperti yang diresepkan
8. Minum obat pereda nyeri dengan biskuit atau makanan ringan
19
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, Pasien Ny. LA yang berusia 32 tahun dengan berat badan 54 kg
dan tinggi badan 157 cm MRS pada tanggal 1 November 2019 dengan diagnosa Ca
Ovarium post BSO (bilateral Salphingo Oophorectomy) Dysgerminoma. Pasien
hendak melakukan kemoterapi yang ke-IV yang dimana dalam 1 siklus kemoterapi
dilakukan sebanyak 6 kali kemoterapi dengan waktu 21 hari hingga 28 hari sesuai
dengan kondisi tiap pasien yang dikemoterapi. Pasien Ny, LA tidak mempunyai alergi
obat dan tidak mempunyai alergi makanan. Sebelumnya pasien telah mendapatkan
rejimen terapi kemoterapi yaitu BEP (Bleomycin, Etoposide dan Carboplatin),
Ondansetron, Asam folat dan Vitamin B.Complex. Setelah mendapatkan terapi
kemoterapi pasien KRS dengan membawa obat yaitu Ondansetron 3 x 8 mg, Asam
Folat 2 x 400 mcq dan Vitamin B. Complex 2 x 1 tab.
Berdasarkan problem medik pasien mengalami Ca Ovarium post BSO
Dysgerminoma. Ca ovarium post BSO Dysgerminoma merupakan kanker ovarium
yang terdapat pada sel telur yang tidak mengalami diferensiasi. Dysgerminoma adalah
sel tumor pada sel telur yang terjadi pada ovarium pada usia remaja hingga dewasa
muda. Tanda dan gejala umum dari dysgerminoma adalah nyeri perut / panggul (55 –
85 %), terdapat massa pada perut (35 %), demam (10 – 25 %) dan pendarahan vagina
(10 %) (Hazard, 2015). Prevalensi jenis kanker yang sering terjadi pada kanker
ovarium germ cell dapat dilihat pada gambar 3.1.
20
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Pasien MRS pada tanggal 1 November 2019 untuk melakukan kemoterapi dengan
rejimen terapi BEP untuk seri yang ke-IV. Pada hari pertama MRS pasien tidak
diberikan terapi, dikarenakan dari kondisi pasien yang tidak terdapat keluhan. Data
lab pasien tanggal 31 Oktober 2019 menunjukan nilai yang normal yaitu data lab
darah lengkap ; Hemoglobin = 11,50 g/dL (11,4 – 15,1), Eritrosit = 5,06 x 106 / µl
(4 – 5), Leukosit = 6,62 x 103 / µl (4,7 – 11,3), Hematokrit = 36,60 % (38 – 42) dan
Trombosit = 316 x 103 / µl (142 – 424). Pasien tidak diberikan terapi transfusi PRC
dikarenakan nilai Hb pasien normal. Secara umum kemoterapi mempunyai efek
samping yang dapat mempengaruhi kondisi pasien. Penggunaan obat kemoterapi
digunakan untuk membunuh sel-sel kanker namun karena obat kemoterapi termasuk
dalam obat sitotoksik yang dalam pemberiannya secara intra vena yang berarti obat
akan menyebar ke seluruh bagian tubuh, maka akan mempengaruhi sel sel normal
pada tubuh. Efek samping umum yang disebabkan oleh kemoterapi adalah
terganggunya pembentukan sel darah pada sumsum tulang, folikel rambut yang akan
menyebabkan alopecia dan terjadi efek mual dan muntah yang dapat dirasakan oleh
pasien (American Cancer Society, 2016). Oleh karena itu perlu dipertimbangan
kondisi klinis dan data lab pasien sebelum dilakukan proses kemoterapi pada pasien.
Pada tanggal 2 November 2019 pasien Ny. LA dilakukan kemoterapi dengan
rejimen pemberian BEP. Perhitungan dosis kemoterapi berdasarkan dari perhitungan
BSA (Body Surface Area) yaitu dengan rumus :
Berdasarkan rumus di atas maka untuk perhitungan BSA Ny. LA ada lah sebagai
berikut :
1,53 m2
Setelah hasil BSA di dapatkan maka akan dikalikan dengan dosis dari masing –
masing rejimen kemoterapi yang diberikan. Dengan melakukan perhitungan dosis
menggunakan BSA, maka akan secara umum dapat diasumsikan pasien kanker akan
menerima dosis obat kemoterapi dengan tingkat toksisitas yang dapat diterima oleh
21
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
pasien tanpa mengurangi efek dari obat kemoterapi tersebut (Mathijssen et al, 2007).
Dosis terapi bleomycin yang diberikan adalah 15 mg, dengan dosis dari literatur
0,25 – 0,5 unit/kgBB (lucy et al, 2009) dimana untuk perhitungan dosisnya adalah
sebagai berikut :
54 x (0,25 – 05) = 13,5 – 27 mg (dosis sesuai masuk dalam rentang)
Dosis terapi untuk etoposide dan carboplatin di dapatkan dari hasil perkalian dengan
BSA pasien yaitu dengan perhitungan sebagai berikut :
Dosis terapi etoposide yang diberikan 152 mg dan dosis etoposide berdasarkan
literatur adalah 50 – 100 mg/m2 (Boykaza et al, 2017).
Perhitungan dosis etoposide adalah 1,53 x (50 – 100) mg/m2 = 76,5 – 153 mg/m2
(dosis sesuai)
Dosis terapi carboplatin yang diberikan 532 mg dan dosis carboplatin berdasarkan
literatur adalah 300 – 360 mg/m2 (Lucy et al, 2009)
Perhitungan dosis carboplatin adalah 1,53 x (300 – 360 mg/m2) = 459 – 551 mg/m2
(dosis sesuai)
Ada pun protokol kemoterapi dengan rejimen terapi BEP adalah sebagai
berikut :
Hari ke-1
1. Infus dextrose 5% 1000 cc dalam 5 jam pasang dauer cateter + urobag
2. Paloxy 0,25 mg drip (diberikan 30 menit sebelum pemberian obat sitostatika)
dalam NS 500 cc
3. Injeksi furosemide 40 mg ib
4. Injeksi bleomycin 15 mg im (ditambah 0,5 cc Xylocain dan dioplos dengan
aquabides 8 cc)
5. NS sisa 250 cc + etoposide (42 tetes/menit)
6. Actoplatin 532 mg dalam infus NS 500 cc di drip 55 tetes/menit
7. Infus diganti dengan dextrose 5 % (40 tts/menit)
Hari ke-2
1. Infus diganti 500 cc
2. Injeksi Ondansetron 1 amp iv
3. Injeksi Dexamethasone 1 amp iv
4. Infus NS sisa 250 cc + etoposide 152 mg (55 tetes/menit)
5. Infus diganti dengan dextrose 5 % (40 tts/menit)
22
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Hari ke-3
1. Infus diganti 500 cc
2. Injeksi Ondansetron 1 amp iv
3. Injeksi Dexamethasone 1 amp iv
4. Infus NS sisa 250 cc + etoposide 152 mg (55 tetes/menit)
5. Infus diganti dengan dextrose 5 % (40 tts/menit)
Penatalaksanaan berdasarkan Union for International Cancer Control untuk
kanker ovarium germ cell menggunakan terapi BEP (Bleomycin, Etoposide dan
Cisplatin) namun karena efek toksisitas yang dihasilkan oleh cisplatin lebih besar
dari carboplatin, maka terapi digantikan dengan menggunakan carboplatin.
Cisplatin dan carboplatin memiliki profil toksisitas yang berbeda, cisplatin
mempunyai toksisitas tingkat mual, muntah, nefrotoksisitas, ototoksisitas yang
lebih tinggi dari pada carboplatin (Davila et al, 2014). Mekanisme kerja obat dari
bleomycin adalah menghambat pembentukan DNA, RNA dan sintesis protein
dalam fase G2 (BNF 74, 2017). Mekanisme kerja obat dari etoposide adalah
menghambat atau mengubah replikasi DNA, bekerja pada fase G2 (BCCA, 2014)
dan mekanisme kerja dari carboplatin adalah berikatan kovalen dengan DNA dan
akan membentuk ikatan silang dengan DNA (BCCA, 2014). Penggunaan
kombinasi dalam pengobatan kemoterapi bertujuan untuk mengurangi toksisitas
dari masing-masing obat kemoterapi. Penggunaan kombinasi obat kemoterapi
dengan mekanisme kerja yang berbeda akan meningkatkan kemungkinan sel
kanker akan dihilangkan karena obat yang bekerja di tempat yang berbeda akan
menghasilkan efek aditif dalam pengobatan. Selain itu penggunaan kombinasi
kemoterapi juga mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi pengobatan
(Eldridge, 2019).
Selain terapi rejimen kemoterapi yang diberikan, terdapat pengobatan lain
yang digunakan sebagai premedikasi sebelum pemberian obat kemoterapi antara
lain Ondansetron 8 mg dan Dexamethason 4 mg secara intra vena. Pemberian obat
kemoterapi akan menyebabkan efek samping potensial yaitu berupa mual dan
muntah pada pasien, oleh karena itu diberikan kombinasi anti emetik seperti
ondansetron dan dexamethasone untu membantu mengatasi efek samping dari
penggunaan kemoterapi. Berdasarkan Society of Clinical Oncology Clinical
Practice (2011) menyarankan untuk menggunakan anti emetic untuk mual dan
muntah seperti antagonis 5HT3, kortikosteroi dan antagonis reseptor NK-1.
23
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
Tingkat risiko mual dan muntah terkait kemoterapi dibagi menjadi empat bagian
yaitu risiko tinggi > 90%, risiko sedang 31-90%, risiko rendah 10-30% dan risiko
minimum > 10 %. Terapi kortikosteroid secara tunggal atau ondansetron tunggal
dapat digunakan untuk risiko tingkat mual muntah rendah, penggunaan kombinasi
kortikosteroid dan antagonis 5HT3 untuk risiko mual dan muntah sedang dan
dengan risiko mual lebih tinggi merekomendasikan kombinasi antagonis 5HT3,
Kortikosteroid dan antagonis reseptor NK1 (Arfiani et al, 2016). Mekanisme kerja
obat dari ondansetron adalah reseptor 5HT3 yang akan menghambat reseptor 5HT3
di saluran pencernaan dan di sistem saraf pusat (BNF 74, 2017). Mekanisme kerja
obat dari dexamethasone sebagai anti emetic adalah bekerja pada neurotransmitter
5HT3 dan pada protein reseptor NK1 NK2 (Chu et al, 2014). Penggunaan
furosemide 40 mg iv ditujukan untuk mengatasi efek samping dari penggunaan
bleomycin yaitu edema (Ge et al, 2014).
Hari ketiga 4 November 2019 pasien menjalankan kemoterapi dengan
pemberian rejimen terakhir yaitu etoposide setelah itu pasien KRS. Untuk obat
pulang pasien diberikan ondansetron 3 x 8 mg (po), asam folat 2x 400 mcq (po),
vitamin b.complex 2 x 1 tab (po). Tujuan untuk pemberian ondansetron adalah
untuk mengatasi efek samping potensial yang disebabkan oleh pemberian obat
kemoterapi yaitu mual dan muntah. Pemberian asam folat bertujuan untuk
mengatasi defisiensi asam folat dan untuk menjaga nilai Hb pasien agar tetap
direntang normal. Pemberian terapi vitamin b.complex bertujuan untuk membantu
dalam pemeliharaan jaringan tubuh pasien setelah dilakukan kemoterapi.
Mekanisme kerja dari asam folat yaitu pembentukan koenzim dalam sistem
metabolisme purin dan pirimidin yang diperlukan dalam proses eritropoiesis dan
merangsang produksi trombosit pada anemia defisiensi folat (Medscape, 2017).
Vitamin b. complex terdiri dari vitamin B1, B2, B6, B5 dan nicotinamide yang
mempunyai mekanisme kerja masing-masing seperti vitamin B1 akan membentuk
tiamin pirofosfat dengan menggabungkan adenosine trifosfat, koenzim esensial
dalam metabolisme karbohidrat, vitamin B2 dengan mekanisme kerja komponen
enzim flavoprotein, yang diperlkan untuk respirasi jaringan normal, berperan
dalam aktivasi piridoksin dan konversi triptfan menjadi niasin, vitamin B5
berperan dalam sintesis dan pemeliharaan koenzim A, vitamin B6 berperan dalam
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak, vit B12 berperan dalam sintesis
24
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
protein dan metabolisme karbohidrat dan nicotinamide yaitu koenzim yang
terlibat dalam produksi ATP.
Pada kasus ini terdapat drug related problem berkaitan dengan efek samping
potensial yang disebabkan oleh penggunaan obat kemoterapi yaitu mual dan
muntah. Saran terapi yang diberikan kepada pasien sudah sesuai untuk mengatasi
efek samping potensial yang terjadi pada pasien yaitu ondansetron 3 x 8 mg (po),
asam folat 2 x 400 mcq (po) dan asam folat 2 x 1 tab (po).
25
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Pengobatan kanker ovarium dengan regimen BEP (Bleomycin, Etoposide dan
Carboplatin) mempunyai efek samping terbesar yaitu mual dan muntah.
2. Cisplatin dan Carboplatin merupakan obat kemoterapi golongan analog
platinum, Namun carboplatin mempunyai toksisitas yang lebih rendah dari
cisplatin. Oleh karena itu lebih direkomendasikan penggunaan carboplatin
dalam pemberian terapi.
3. Penggunaan dexamethasone sebagai anti emetic dan dikombinasikan dengan
ondansetron terbukti akan meningkatkan efektivitas anti emetic
4.2 Saran
1. Untuk selalu rutin mengikuti kemoterapi sesuai jadwal yang telah ditentukan
2. Melakukan control rutin cek lab
3. Terapi Non Farmakologi untuk Pasien Ca Ovarium setelah Kemoterapi
a. Mengelola gaya hidup dengan banyak istirahat dan hindari bekerja secara
berlebihan
b. Dapatkan dan tetapkan berat badan yang sehat sesuai dengan BMI
c. Diet: gizi yang seimbang, konsumsi lebih banyak buah dan sayuran segar
yang sesuai seperti makan berbagai makanan sehat dari sumber nabati.
Batasi daging olahan dan daging merah. Makan 2 ½ cangkir atau lebih
sayuran dan buah per hari. Pilih biji-bijian utuh daripada biji-bijian
olahan.
26
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
Arfiani, R.F., Susilo, D.H., Suprapti, B. 2016. Comparison of the AntiEmetic
Effectiveness Between Granisetron and Dexamethason with Ondansetron and
Dexamethason in Acute-Phase Chemotheraphy Patients. Folia Medica Indonesiana.
Vol 52 No.3 : 185 – 192.
Allen, G. 2017. Managing Acute Pulmonary Oedema. Volume 40 : 2
Bernard, Richards S.G. 2018. Ovarian Germ Cell Tumour and Bleomycin- Induced
Lung Injury. Southern African Journal Gynecological Oncology. 10(2):30-33
Davila, R.S, Szabo, A, Lara, C.A, Williams, C.D, Kelley, M.J and W, J. 2016.
Cisplatin Versus Carboplatin Based Regimens for the Treatment of Patients with
Metastatic Lung Cancer. An Analysis of Veterans Health Administration Data.
Journal Thorac Oncol. 9(5) : 705 – 709.
Moore KL, Agur AMR. 2015. Essential clinical anatomy: text and atlas. Edisi ke-5.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Ge, V. Banakh, I. Tiruvoipati, R. Haji, K. 2014. Bleomycin – Induced Pulmonary
Toxicity and Treatment with Inflliximad : Acase Report. Wiley Clinical Case Report.
Moore, K dan Dalley, A. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Dialihbahasakan oleh
Hartanto H. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Simamora RPA, Hanriko R, Sari RDP. 2018. Hubungan usia, jumlah paritas, dan usia
menarche terhadap derajat histopatologi kanker ovarium di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung. Majoriti Unila. 7(2): 7-13.
Eroschenko, V. P., 2010, Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional, EGC,
Jakarta.
Eroschenko VP. 2017. Atlas of histology di Fiore with fungtional correlation. Edisi
ke-12. Moscow: Sans Tache.
Sherwood L. 2014. Human physiology from cells to systems. Edisi ke-8. Belmont,
CA: Brooks/cole.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology From Cells to Systems.7th Ed. Canada:
Yolanda Cossio.
Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology. Edisi ke-12. Hoboken, NJ: John
Wiley & Sons; 2010.
Canadian Cancer Society. 2017. Canadian cancer statistics. Toronto: Canadian Cancer.
Tersedia
27
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
dari:http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-type/ovarian/ovariancancer/?
region=on.
Fathalla mf. 2013. Incessant ovulation and ovarian cancer a hypothesis revisited. fvv
in obgyn. 5(4): 292-7.
Guire VMC, Hartge P, Liao LM, Sinha R, Bernstein L, Cancola AJ, et al. 2016. Parity
and oral contraceptive use in relation to ovarian cancer risk in older women. Cancer
Epidemiol Biomakers. 25(7): 1059-63.
Tsilidis KK, Leufkens AM, Van Duijnhoven FJ, Boshuizen HC, Siersema PD, Kunst
AE, Mouw T, Tjønneland A, Olsen A, Overvad K, Boutron-Ruault MC,
Clavel-Chapelon F,Morois S, Krogh V, Tumino R, Panico S, Polidoro S, Palli D,
Kaaks R, Teucher B, Pischon T, Trichopoulou A, Orfanos P, Goufa I, Peeters PH,
Skeie G, Braaten T, Rodríguez L, Lujan-Barroso L, Sánchez-Pérez MJ, Navarro C,
Barricarte A, Zackrisson S, Almquist M, Hallmans G, Palmqvist R, Khaw
KT,Wareham N, Gallo V, Jenab M, Riboli E, Bueno-de-Mesquita HB (2012),
Educational Level and Risk of Colorectal Cancer in EIC with Specific Reference to
Tumor Location, International Journal of Cancer,130(3),622-30.
Bae HS, Kim HJ, Hong JH, Lee JK, Lee NW, Song JW. 2014. Obesity and epithelial
ovarian cancer. Journal of ovarian research. 7(41): 1-8.
Abulmuthalib. 2013. Kelainan hematologik. Dalam: Prawirohardjo S, penyunting.
Ilmu kebidanan. Edisi ke-5. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
American Cancer Society. 2014. Cancer facts & figures. CA: A Cancer Journals of
Clinicians,63(1).
American Cancer Society. 2016. Chemotheraphy side Effects. Diakses pada tanggal
22 November 2019 .
https://www.cancer.org/treatment/treatments-and-side-effects/treatment-types/
chemotherapy/chemotherapy-side-effects.html
FIGO. 2014. Staging classification for cancer of the ovary, fallopian tube, and
peritoneum. International Journal of Gynecology and Obstetrics.124(2014)
Hazard, F.K.G. 2015. Ovarian Dysgerminoma Overview of Ovarian Cancer. Journal
Pediatric Surgical Pathology, Society for Pediatric Pathology.
28
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Program Study Profesi
Apoteker Angkatan LVII
Universitas Surabaya
Universitas Widya Mandala
Tahun 2019
LAMPIRAN
Pertanyaan saat presentasi
1. Fungsi pemberian lidokain pada protokol kemoterapi dengan rejimen BEP
(Bleomycin, Etoposide dan Carboplatin ?
Jawaban : Pemberian lidokain digunakan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat
pemberian Bleomycin. Pemilihan lidokain didasarkan karena lidokain
merupakan merupakan anestesi lokal yang mempunyai duration of action
yang singkat dan efek samping yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan
golongan lain.
5. Tingkatan keparahan mual dan muntah yang pasien rasakan dan bagaimana
tatalaksana anti emetik yang diberikan ?
Jawaban : untuk tingkat mual muntah rendah terapi anti emetik yang diberikan adalah
ondansetron atau dexamethasone, untuk tingkat mual muntah sedang terapi
anti emetik yang diberikan adalah kombinasi 5HT3 seperti ondansetron dan
dexamethasone. Untuk tingkat mual muntah yang tinggi terapi anti emetik
yang diberikan adalah kombinasi antara 5HT3, NK-1 dan dexamethasone.
29