Disusun oleh:
Putra Anugrah Sadewa 22010114210169
Ajeng Indraswari F. 22010114210170
Aulia Faris Akbar P. 22010114210171
Ginarsih Hutami 22010114210172
Arya Ady Nugroho 22010114210174
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan Oleh:
Pembimbing,
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
BAB 4. MASALAH...............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mengkaji faktor-faktor yang menmpengaruhi kejadian IMS pada WPS di
resosialisasi Sunan Kuning dan pasien Klinik Griya Asa
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menggali permasalahan terkait faktor pelayanan klinik IMS Griya ASA,
pengaruh lingkungan, peran mucikari dan pengurus resosialisasi, serta
perilaku WPS yang mempengaruhi kejadian IMS pada WPS di
resosialisasi Sunan Kuning dan pasien Klinik Griya Asa
2. Menyusun usulan pemecahan masalah terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian IMS pada WPS di resosialisasi Sunan Kuning dan
pasien Klinik Griya Asa
1.3 SASARAN
Sasaran kegiatan kali ini adalah petugas Klinik IMS Griya ASA serta
WPS, mucikari, dan pengurus resosialisasi yang berada di Resosialisasi Sunan
Kuning
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
kanker hati
Virus moluskum MOLUSKUM KONTAGIOSUM
kontagiosum Laki-laki & perempuan: papul multipel, diskret,
berumbilikasi di daerah genitalia atau generalisata
INFEKSI PROTOZOA TRIKOMONIASIS
Trichomonas vaginalis Laki-laki: uretritis non-gonokokus, seringkali
asimtomatik
Perempuan: vaginitis dengan duh tubuh yang banyak
dan berbusa, kelahiran prematur
Neonatus: bayi dengan berat badan lahir rendah
INFEKSI JAMUR KANDIDIASIS
Candida albicans Laki-laki: infeksi di daerah glans penis
Perempuan: vulvo-vaginitis dengan duh tubuh vagina
bergumpal, disertai rasa gatal & terbakar di daerah
vulva
INFESTASI PARASIT PEDIKULOSIS PUBIS
Phthirus pubis Laki-laki & perempuan: papul eritematosa,gatal,
terdapat kutu dan telur di rambut pubis
Sarcoptes scabiei SKABIES
Papul gatal, di tempat predileksi, terutama malam hari
lebih mudah terluka dibanding epitel dinding vagina, penggunaan pakaian dalam
atau handuk yang telah dipakai penderita, PMS.
2. Sifilis 6
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Treponema Pallidum.Bakteri ini masuk kedalam tubuh maniusia
melalui selaput lendir (vagina dan mulut) atau melalui kulit. Dalam
beberapa jam bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudin menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa
menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat
bawaan.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1 – 13 minggu setelah
terinfeksi; rata – rata 3 – 4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun –
tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun
kematian.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala – gejalanya. Diagnosa pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:
a. Tes penyaringan : VDRL (Veneral disease research laboratory ) atau
RPR (Rapid plasma reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan
dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena pada
beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
b. Pemeriksaan antibiotik terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan
ini lebih akurat. Salah satu dari tes ini adalah tes FTA –
ABS (fluorescent treponema antibody absorption), yang digunakan
untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
3. Kondiloma Akuminata6
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis, atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
11
4. HIV AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang dapat
menginfeksi, menurunkan dan merusak sistem kekebalan (imunitas) dalam
tubuh manusia. HIV terdapat pada darah, air susu ibu, cairan sperma, dan
cairan vagina orang yang terinfeksi.
Stadium paling lanjut dari infeksi HIV adalah AIDS. Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi HIV dan kelompok
12
risiko hubungan seks pervaginam tanpa kondom. Seks per oral berisiko
penularan HIV yang lebih rendah dibandingkan hubungan seks per vaginam
tanpa kondom maupun seks per anal. Kekerasan seksual secara umum
meningkatkan risiko penularan HIV karena tidak digunakan dan sering
terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi
HIV. Peningkatan risiko penularan HIV melalui hubungan seks sering
dikaitkan dengan beberapa kofaktor, diantaranya kofaktor biologis seperti
koinfeksi dengan IMS, viral load, stadium infeksi, sirkumsisi, maupun co-
faktor lain seperti intensitas aktivitas seksual yang tinggi dan kontak
langsung antara cairan tubuh yang mengandung HIV dengan luka terbuka di
dalam atau pada organ kelamin atau mulut. Risiko penularan HIV pada
penderita IMS umumnya dalam kisaran 1,5 - 5 kali lebih tinggi
dibandingkan tanpa IMS.
Diagnosis, Diagnosis HIV ditegakkan melalui anamnesis secara
keseluruhan, identifikasi adanya faktor risiko dan temuan klinis pada
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik HIV yang
sering digunakan yaitu ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay),
Western Blot, Rapid Test, dan PCR (Polymerase Chain Reaction). AIDS
didiagnosis dengan kriteria WHO berdasarkan gejala klinis yang terdiri dari
gejala mayor dan minor. Seseorang disebut sebagai penderita AIDS jika
hasil tesnya menunjukan HIV positif disertai minimal terdapat 2 gejala
mayor atau 1 gejala mayor dan 2 gejala minor. Gejala mayor meliputi berat
badan turun >10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung > 1 bulan,
demam berkepanjangan > 1 bulan, penurunan kesadaran dan demensia/HIV
ensefalopati. Gejala minor meliputi batuk menetap > 1 bulan, dermatitis
generalisata, Herpes Zooster multisegmental dan berulang, Kandidiasis
orofaringeal, dan lain-lain.
5. Herpes genitalis
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh
Herpes Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang
14
bisa ditemukan pada 1-25% pria dengan aktivitas seksual aktif. Pada wanita,
manifestasi klinis mungkin sama dengan gonorrhea, dan seringkali muncul
sebagai discharge endoservik mukopurulen. Namun, 70 % dari wanita
dengan aktivitas seksual aktif yang menderita klamidia, biasanya tidak
menunjukkan gejala.Infeksi yang terjadi selama kehamilan bisa
mengakibatkan ketuban pecah dini dan menyebabkan terjadinya kelahiran
prematur, serta dapat menyebabkan konjungtivitis dan radang paru pada
bayi baru lahir Infeksi klamidia bisa terjadi bersamaan dengan gonorrhea,
dan tetap bertahan walaupun gonorrhea telah sembuh.
Oleh karena servisitis yang disebabkan oleh gonokokus dan klamidia
sulit dibedakan secara klinis maka pengobatan untuk kedua mikroorganisme
ini dilakukan pada saat diagnosa pasti telah dilakukan. Namun pengobatan
terhadap gonorrhea tidak selalu dilakukan jika diagnosa penyakit
disebabkan C. trachomatis.10
d. Jangkauan
Klinik IMS Griya ASA terbuka bagi umum, tetapi pelayanannya lebih
difokuskan pada kelompok-kelompok risiko tinggi, seperti WPS, MSM, waria.
Pelayanan WPS dibagi menjadi WPS yang ada di resosialisasi Sunan Kuning dan
di luar resosialisasi Sunan Kuning. Program yang dilakukan untuk WPS di
resosialisasi Sunan Kuning adalah skrining IMS setiap 2 minggu sekali untuk
WPS yang berada di Gang IV – VI (Gang I – III menjadi tanggung jawab
Puskesmas Lebdosari). Sedangkan untuk WPS di luar resosialisasi dan kelompok
risiko tinggi yang lain pelayanan dilakukan dengan mobile clinic yang langsung
mendatangi di lokasi. Akan tetapi, dari data bulan Desember 2012, cakupan
pelayanan untuk WPS di luar resosialisasi hanya mencapai 16 %, sedangkan
cakupan untuk WPS di resosialisasi mencapai 99,33%. Pasangan risti belum
menjadi kelompok dampingan sendiri sehingga jumlah pasangan risti yang
melakukan skrining IMS masih sedikit. Padahal, mitra seksual yang menderita
19
IMS dan perilaku berisiko dari mitra seksual merupakan faktor risiko menderita
IMS, khususnya pada wanita.
e. Ketenagaan
Dua orang petugas PKBI (bidan)
Dua orang dokter yang merangkap sebagai CST
Satu orang analis/petugas laboratorium
Satu orang admin
Dua orang konselor
f. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Fisik
- Ruang registrasi
- Ruang pemeriksaan
- Ruang laboratorium
- Ruang konsultasi
2. Sarana Penunjang Medik
- Pemeriksaan Ginekologi : speculum, object glass, cotton applicator,
lampu sorot, kertas pH, handscoon
- Pemeriksaan laboratorium:
Alat
Mikroskop, oil emersi, object glass, spiritus, korek api, rak kaca slide,
tissue gulung, buku register laboratorium.
Material : Methylen blue, NaCl 0,9%, KOH 10%
g. Kegiatan Laboratorium
1. Whiff test
2. Wet mount test
3. KOH test
4. Methilen blue untuk GO
5. Tes serologi sifilis
20
h. Alur Pelayanan
Alur kegiatan skrining IMS di Griya ASA PKBI Kota Semarang adalah
sebagai berikut:
Hasil
Terapi / Konseling
Positif Negatif
VCT
Gambar 1. Alur kegiatan Skrining IMS
1. Nama : Ny. W
Alamat : Gang IV
Pengasuh : Bapak M
Alamat Asal : Juwana, Pati
Usia : 30 tahun
Status : Janda
Jumlah anak :1
Lama bekerja : 3 bulan
Pendidikan : Tamat SMP
Agama : Islam
2. Nama : Ny. D
Alamat : Gang V
Pengasuh : Ibu ML
Alamat Asal : Kabupaten Jepara
Usia : 24 tahun
Status : Kawin
Jumlah anak :1
Lama bekerja : 5 bulan
Pendidikan : Tamat SMP
Agama : Islam
3. Nama : Ny. AY
Alamat : Gang IV
Pengasuh : Ny. F
20
21
4. Nama : Ny. A
Alamat : gang V
Pengasuh : Ibu M
Alamat Asal : Gunung Kidul
Usia : 23 tahun
Status : Kawin
Jumlah anak :0
Lama bekerja : 2 tahun
Pendidikan : Tamat SMP
Agama : Islam
penularan IMS dan gejala yang timbul bila terinfeksi. Para WPS sering tidak sadar
bahwa dirinya terinfeksi penyakit menular seksual hingga saat skrining dilakukan.
Namun seluruh WPS tidak pernah mengobati sendiri apabila terinfeksi IMS di
luar obat yang diberikan griya ASA.
Semua responden melakukan skrining di klinik Griya Asa dan mengaku
melakukan skrining, 3 responden melakukan skrining secara rutin 2 minggu sekali
dan 1 responden melakukan skrining seminggu sekali. 1 dari 4 responden
melakukan skrining karena diperintah oleh pengurus Resosialisasi dan sisanya
atas kesadaran sendiri. Semua responden mengetahui manfaat skrining dan
menyatakan bahwa skrining tersebut sangat penting untuk mengetahui mereka
terinfeksi atau tidak.
Berdasarkan wawancara, 2 responden diketahui mengidap IMS pada bulan
Mei 2015 yaitu Ny.AY dan Ny.A. Responden menyatakan tidak merasakan
keluhan apapun. IMS ditemukan oleh petugas skrining. Penderita rutin kontrol
dan telah diobati dari klinik Griya Asa. 1 responden dinyatakan IMS yang
dideritanya membaik setelah dilakukan pengobatan sedangkan 1 responden masih
harus menjalani pengobatan dikarenakan masih terdapat IMS.
Berdasarkan informasi dari responden yang diwawancarai, tiga responden
memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Dua responden
yang terkena IMS tidak selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Pada seminggu terakhir Ny.AY terdapat riwayat tidak menggunakan kondom saat
berhubungan seksual, sedangkan Ny.A pada seminggu terakhir selalu
menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
c. Ruang Laboratorium :
Terdapat meja dan kursi, peralatan dan bahan untuk membuat preparat
pemeriksaan, satu buah mikroskop, peralatan pengecatan serta buku
catatan pemeriksaan
Alur Pelayanan
Alur kegiatan skrining IMS di Klinik IMS adalah sebagai berikut:
Hasil
Terapi / Konseling
Positif Negatif
VCT
3.3.4 Metode
Dalam melaksanakan kegiatan di klinik IMS Griya ASA telah terbentuk
SOP untuk pelayanan IMS beserta cara pengambilan dan pemeriksaan
spesimen. Petugas yang melaksanakan tindakan telah melakukan tugas
sesuai dengan SOP yang ada, yaitu:
Pelayanan IMS
Setelah dari ruang administrasi, pasien dipersilakan untuk ke ruang
pemeriksaan, petugas administrasi membawa baki berisi slide dan CM
pasien dan menyerahkan kepada petugas pemeriksaan.
1. Memperkenalkan diri pada pasien dan jelaskan posisi Anda di klinik IMS
2. Menganamnesa keluhan pasien dan mengisi CM
3. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan, adalah :
Tujuan pengambilan sediaan
Cara pengambilan sediaan
Berapa lama harus menunggu hasil
Pasien membuka pakaian dalamnya
Naik ke meja pemeriksaan
4. Setelah membuka pakaian dalam, minta pasien untuk naik ke meja
pemeriksaan, bimbing pasien untuk mendapatkan posisi yang baik dalam
melakukan pemeriksaan.
5. Tutupi bagian bawah tubuh pasien dengan selimut atau kain untuk
membuat pasien lebih nyaman.
6. Tenangkan pasien, beri dukungan, minta pasien untuk rileks dan petugas
memulai pemeriksaan fisik.
7) Catat hasil pemeriksaan pada catatan medis dan buku register laboratorium
IMS
8) Berikan lembar catatan medis pada ruangan konseling dan pengobatan
9) Interpretasi hasil:
Lekosit PMN Positif bila:
o Ditemukan ≥ 30 PMN/lpb (sampel secret wanita)
o Ditemukan ≥ 5 PMN/lpb (sampel secret uretra/pria)
Diplokokus Positif bila:
o Ditemukan ≥ 1 Diplokokus Intrasel/100 lpb
b. Pemeriksaan sediaan basah vagina
1) Teteskan 1 tetes NaCl 0,9 % pada salah satu hapusan, aduk dengan ujung
kaca penutup (cover glass)
2) Tutup menggunakan kaca penutup dengan menempelkan salah satu sisi
kaca penutup pada sediaan dan menutupnya secara perlahan.
3) Teteskan 1 tetes KOH 10 % pada hapusan yang lainnya, cium ada
tidaknya bau amis, aduk dengan kaca penutup (cover glass) kemudian
tutup dengan kaca penutup
4) Periksa sediaan NaCl terlebih dahulu dibawah mikroskop dengan lensa
objektif 10x dan 40x untuk melihat adanya Trichomonas vaginalis dan
Clue cell
5) Periksa sediaan KOH 10% dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
dan 40x untuk melihat adanya bentuk-bentuk Kandida
6) Masukan sediaan yang sudah diperiksa kedalam campuran hipocloride
0.5%
7) Tulis hasil pemeriksaan pada catatan medis dan buku register laboratorium
IMS
8) Berikan lembar catatan medis pada ruangan konseling dan pengobatan
9) Interpretasi hasil:
Trichomonas vaginalis Positif bilaDitemukan ≥ 1 T. vaginalis
(bentuk seperti layang-layang dan bergerak) pada sediaan NaCl 0.9%
31
Untuk pelayanan klinik mobile IMS dan VCT ditambahkan SOP sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
a. Tim klinik melakukan koordinasi dengan Behaviour Changes
Intervention (BCI) atau orang kunci lain untuk melakukan asesmen
lokasi dan menentukan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat
mobile klinik
b. Tim klinik dan tim BCI memilih waktu dan lokasi pelayanan sesuai
kriteria
i. Lokasi cukup dekat dengan kelompok sasaran
ii. Lokasi cukup aman dan layak bagi kelompok sasaran
iii. Mendapat ijin dari yang berwenang
c. Bersama-sama menentukan jadwal dan waktu pelayanan sedapat
mungkin disesuaikan dengan kelompok sasaran dan memastikan
bahwa mobile klinik dapat dilaksanakan
d. Satu minggu sebelum pelaksanaan tim melakukan konfirmasi
pelaksanaan mobile klinik kepada orang kunci atau pihak terkait di
lokasi
e. Jumlah klien minimal 10 orang
2. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan oleh petugas dilaksanakan sesuai standart
pelayanan yang ada, dengan catatan khusus:
a. Konselor VCT
Setiba di lokiasi konselor VCT mempersiapkan ruang konseling
senyaman mungkin dengan posisi konseling L.
b. Petugas laboratorium
32
3. Limbah Laboratorium
Setiap jenis limbah yang berasal dari laboratorium dikelompokkan
sebagai limbah berisiko tinggi. Limbah laboratorium dilakukan
dekontaminasi dengan hipoklorit sebelum keluar dari ruang
laboratorium selanjutnya ditangani secara prosedur pembuangan
limbah klinis. Cara penanganan terbaik untuk limbah medis adalah
36
41
BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap petugas Griya ASA, WPS,
dan pengurus resosialisasi pada tanggal 29 Mei 2015 – 5 Juni 2015, didapatkan
simpulan sebagai berikut:
1. Semua responden dengan IMS tidak mengetahui apabila dirinya terkena
IMS.
2. Terdapat 1 responden yang telah mendapatkan terapi, akan tetapi setelah
satu minggu masih menderita IMS.
3. Tidak terdapatnya kantong sampah berwarna kuning untuk limbah
infeksius dan boks kuning untuk limbah infeksius tajam.
Dan adapun pemecahan masalah yang diusulkan diantaranya adalah:
1. Penyuluhan mengenai tanda dan gejala IMS serta pencegahannya yang
disertai dengan pretest dan posttest.
2. Pemberian materi edukasi (misal poster / pamflet) di setiap wisma
mengenai tanda-tanda dan gejala IMS pada pria dan wanita.
3. Pengawasan kepatuhan skrining rutin bagi WPS yang dilakukan setiap 2
minggu sekali, khususnya kepada WPS yang terkena IMS.
4. Melakukan pengawasan terhadap jumlah kondom untuk memantau
penggunaan kondom oleh WPS, khususnya kepada WPS yang terkena
IMS.
5. Melakukan pengadaan kantong plastik berwarna kuning dan boks kuning
untuk membuang limbah infeksius.
43
44
6.2 SARAN
1. Kepada pihak-pihak yang terlibat untuk menjaga koordinasi yang telah ada
agar program skrining rutin dan pengobatan IMS dapat terus berjalan.
2. Kepada pihak Resosialisasi agar menambah media edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan WPS dan pelanggan mengenai tanda dan gejala
infeksi menular seksual dan bahayanya
3. Kepada pihak mucikari agar mampu melakukan pengawasan terhadap jumlah
kondom yang digunakan oleh WPS yang tinggal di asramanya.
45
DAFTAR PUSTAKA