BUNDELAN PRAKTIKUM K3
OLEH :
AK 1 D
KELOMPOK 2
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Penilaian Resiko
Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian resiko
meliputi :
Menentukan personil penilai
Penilai resiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh
petugas lain di luar perusahaan yang berkompeten baik dalam
pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan.
Menentukan objek atau bagian yang akan dinilai
Objek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian
atau departemen, jenis pekerjaan, objek, proses produksi dan
sebagainya. Penentuan objek sangat membantu dalam sistematima kerja
penilai.
Kunjungan atau inspeksi tempat kerja
Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalan melihat, mendengar dan
mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian
kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja,
teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.
Identifikasi potensi bahaya
Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di
tempat kerja, misalnya melalui : inspeksi atau survei tempat kerja rutin,
informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi,
laporan dari P2K3 (Panitia Pengawas Kesehatan dan Keselamatan
Kerja), supervisor atau keluhan pekerja, MSDS, dan sebagainya.
Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya
tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama
pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu resiko.
Mencari informasi atau data potensi bahaya
Upaya ini dapat dilakukan misalnya dengan mempelajari MSDS,
petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi yang relevan.
Analisis resiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana
tindakan untuk mengatasi resiko tersebut dibahas secara rinci dan
dicatat selengkap mungkin.
Evaluasi resiko
Memprediksi tingkat resiko melalui evaluasi yang akurat merupakan
langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian resiko.
Kualifikasi dan kuantifikasi resiko, dikembangkan dalam proses
tersebut. Konsultasi dan nasehat para ahli seringkali dibutuhkan pada
tahap analisis dan evaluasi resiko.
III. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum K3 ini antara
lain :
2. Cari tahu pekerjaan apa yang dilakukan dan bahan-bahan apa yang
digunakan. Selain itu amati dan cari tahu bagaimana kondisi bangunan
atau ruangan yang dipakai ataupun bahaya yang disebabkan oleh kondisi
bangunan.
Laboratorium PIK
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
laboratorium PIK memiliki resiko bahaya yang lebih tinggi daripada
laboratorium kimia fisika. Solusi yang diberikan yaitu :
Laboratorium PIK
Penataan kabel-kabel harus diperhatikan.
Pengadaan APAR.
Perbaikan pada langit-langit ruangan.
Kehati-hatian dalam bekerja.
VIII. SARAN
Untuk mahasiswa, saran yang diberikan adalah harus selalu mematuhi
SOP dan tata tertib yang ada di laboratorium, agar menjaga sikap ketika di
laboratorium.
Untuk pengelola laboratorium ada beberapa saran yang diberikan, yaitu :
Melengkapi semua keperluan laboratorium terutama perlengkapan K3
seperti APAR, P3K, APD, dan rambu-rambu yang diperlukan dan
penting untuk laboratorium.
Membuat SOP dan tata tertib yang tegas, agar setiap mahasiswa tau
batasan-batasan ketika berada di laboratorium.
Mengikuti pelatihan yabg berhubungan dengan tata kelola ruangan agar
ruangan lebih terkondisikan dengan baik.
Melakukan pelatihan singkat kepada mahasiswa yang menggunakan
laboratorium terkait dengan keadaan darurat, seperti pengarahan apa
yang dilakukan jika terjadi bencana seperti kecelakaan akibat tumpahan
bahan kimia atau kebakaran.
1. Untuk apa kita harus menentukan tingkat bahaya yang ada di dalam
laboratorium?
JAWABAN : Karena dengan menentukan level tingkat bahaya di laboratorium,
kita bisa mengidentifikasi bahaya yang ada di laboratorium sehingga kita bisa
melakukan perencanaan, pengendalian dan penanganan bahaya untuk
meminimalisir potensi bahaya yang akan terjadi.
3. Tuliskan contoh tanda bahaya pada suatu jenis bahan kimia serta jenis bahan
kimianya!
JAWABAN :
1. Oxidizing (Pengoksidasi)
Nama : Oxidizing
Lambang : O
Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran
dengan menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan
pereduksi.
Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.
Nama : Toxic
Lambang : T
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan
kematian bila tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak langsung dengan
kulit.
Contoh : Metanol, Benzena. Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika
dipaparkan terhadap organisme. Toksisitas dapat mengacu pada dampak
terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek
terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh
seperti hati (hepatotoksisitas).
3. Explosive (Mudah Meledak) simbol bahan kimia - mudah meledak
Nama : Explosive
Lambang : E
Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan
bunga api, gesekan atau benturan.
Tindakan : Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT). Simbol bahan kimia
selanjutnya adalah explosive (mudah meledak). Bahan peledak adalah material
yang tidak stabil secara kimia atau energikal, atau dapat menghasilkan
pengembangan mendadak dari bahan tersebut diikuti dengan penghasilan panas
dan perubahan besar pada tekanan (dan biasanya juga kilat atau suara besar)
yang biasa disebut ledakan.
Nama : Flammable
Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbakar dengan
api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api.
Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api.
Contoh : Minyak terpentin.
Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor. Keamanan indari
kontak bahan dengan udara.
Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan propane. Keamanan :
hindari kontak bahan dengan udara dan sumber api.
Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan
dari sumber api atau loncatan bunga api.
Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila
kena air atau api.
Nama : Irritant
Lambang : Xi
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2
7. Corrosive (Korosif)
Nama : Corrosive
Lambang : C
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat membuat kulit
mengelupas.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda benda
yang bersifat logam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)
X. DAFTAR PUSTAKA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum K3 ini antara
lain :
Nama & Kualitas Keperangkatan Harga Alat Kuantitas Bahan Dasar Sifat Alat Ukuran Bobot
Fungsi Alat Alat Alat Penyusun dan Bentuk
Mesin Baik,tidak Lengkap dan satu ±4.500.000 1 buah Aluminium dan Mudah Perpaduan ± 64 kg
penggiling terdapat set logam korslet dan balok dan
tebu, berfungsi cacat rusak trapesium
untuk
mendapatkan
cairan tebu
Mesin pemarut Terdapat Lengkap dan satu 00.000 1 buah Plastik dan logam Mudah Tabung dan ± 5 kg
kelapa, sedikit set korslet dan memiliki 4
berfungsi karat, tetapi rusak kaki
untuk alat masih penyangga
mendapatkan bisa dipakai serta
parutan kelapa penampung
tanpa melepas berbentuk ¼
tempurung bulatan
Oven, Baik dan Lengkap dan satu ±20.000.000 4 buah Aluminium dan Mudah Balok besar ± 88 kg
berfungsi layak pakai set besi korslet, dan 4 kaki
untuk mudah penyangga
pemanasan terbakar,
dan dan mudah
pengeringan terjadi
alat atau kecelakaan
media
Mesin Baik dan Lengkap dan satu .000.000 1 buah Aluminium dan Mudah Mesin ± 18 kg
penggiling layak pakai set logam terjadi berbentuk
tepung, kecelakaan balok dan
berfungsi ,mudah wadah
untuk rusak berbentuk
membuat segitiga
tepung
menjadi lebih
halus
Kulkas, Baik dan Lengkap dan satu .000.000 3 buah Stainless steel Mudah Balok besar ± 50 kg
berfungsi layak pakai set korslet
untuk
mendinginkan
bahan
Kompor,berfu Terdapat 3 Lengkap dan satu 00.000 8 buah Aluminium dan Mudah Persegi ± 3 kg
ngsi untuk buah yang set logam meledak panjang
memasak tak layak dan mudah
bahan atau pakai, dan 5 terbakar
memanaskan buah layak
bahan pakai
Tabel Penataan Alat
Jenis Alat Tingkat Sifat Alat Jumlah Kualitas Alat Bahan Kecanggihan Alat Ukuran dan
Resiko Alat Dasar Bentuk
Penyusun
Alat pangan Tangan Mudah 1 buah Baik,tidak Aluminium Canggih, sudah Perpaduan balok
elektronik(mesin terluka, korslet dan terdapat cacat dan logam memakai teknologi dan trapesium
penggiling tebu) korsleting rusak yang lebih praktis
dan efisien
Alat pangan Tangan Mudah 1 buah Terdapat Plastik dan Canggih, sudah Tabung dan
elektronik(mesin terluka, korslet dan sedikit karat, logam memakai teknologi memiliki 4 kaki
pemarut kelapa) korsleting rusak tetapi alat yang lebih praktis penyangga serta
masih bisa dan efisien penampung
dipakai berbentuk ¼
bulatan
Alat pangan Tangan Mudah 4 buah Baik dan Aluminium Canggih, sudah Balok besar dan 4
elektronik(oven) terkena korslet dan layak pakai dan besi memakai teknologi kaki penyangga
panas oven, rusak yang lebih praktis
korsleting dan efisien
Alat pangan Tangan Mudah 1 buah Baik dan Aluminium Canggih, sudah Mesin berbentuk
elektronik(mesin terluka, korslet dan layak pakai dan logam memakai teknologi balok dan wadah
penggiling tepung) korsleting rusak yang lebih praktis berbentuk segitiga
dan efisien
Alat pendingin Korsleting Mudah 3 buah Baik dan Stainless Canggih, sudah Balok besar
elektronik(kulkas) korslet dan layak pakai steel memakai teknologi
rusak yang lebih praktis
dan efisien
Alat pemasak atau Kebakaran Mudah 8 buah Terdapat 3 Aluminium Masih konvensional Persegi panjang
pemanas dan mudah meledak dan buah yang tak dan logam karena masih ada
konvensional(kompor) meledak terbakar layak pakai, kompor litrsik yang
dan 5 buah lebih praktis
layak pakai
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. SARAN
Anna Poedjadi . 1984 . Buku Pedoman Praktikum dan Manual Alat Laboratorium
Pendidikan Kimia . Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
X. DOKUMENTASI OBSERVASI
PRAKTIKUM OBJEK 3
PENGUKURAN KEBISINGAN
I. TUJUAN
Sumber Bising
Menurut subaris dan Haryono (2008) Sumber kebisingan dibedakan
menjadi 3, diantaranya :
1. Bising Industri
Bising Industri biasanya ditemukan di Industri besar termasuk didalamnya
pabrik, bengkel, dan sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh
karyawan maupun masyarakat sekitar industri dan juga setiap orang yang
secara tidak sengaja berada di kawasan industri tersebut.
2. Bising Rumah Tangga
Bising rumah tangga biasanya memiliki tingkat kebisingan yang tidak
terlalu tinggi, misalnya pada proses memasak di dapur
3. Bising Spesifik
Bising spesifik yaitu bising yang disebabkan oleh kegiatan – kegiatan
khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan praktikum K3 ini antara
lain :
1. Handphone
2. Alat tulis
V. HASIL PENGAMATAN
Teaching factory
Laboratorium OTK
VII. KESIMPULAN
VIII. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA
PENGUKURAN PENCAHAYAAN
I. TUJUAN
Alat
1. Lux meter
2. Lembar data
3. Alat tulis
Bahan
1. Cahaya ruangan kerja
2. Objek ruangan yang diukur
IV. CARA KERJA PRAKTIKUM
V. HASIL PENGAMATAN
No Hasil Pengamatan
Lokasi Kondisi
Hold Max Mix
No Hasil Pengamatan
Lokasi Kondisi Hold Max Mix
VII. KESIMPULAN
VIII. SARAN
X. DAFTAR PUSTAKA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Alat Pemadam
Api Ringan
2. Mahasiswa dapat mengoperasikan dan menggunakan Alat Pemadam
Api Ringan
Fire Extinguisher atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR), terdiri dari:
1) APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)
Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik,
dll. Air merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling
berguna sekaligus ekonomis. Semua pemadam api berbahan air
produksi memiliki aplikasi tipe jet yang mampu menghasilkan arus
yg terkonsentrasi sehingga membuat operator mampu melawan api
dari jarak yang lebih jauh dari padaNozzle semprot biasa.
3. Gayung 1 buah
2. Solar 2 liter
V. HASIL PENGAMATAN
NO Informasi yang Keterangan
terdapat di tabungAPAR
VII. KESIMPULAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan menggunakan APAR
Pemeriksaan APAR
Pemeriksaan tanggal kelayakan zat pada APAR harus dilakukan untuk
mengetahui sudah kadaluarsa atau belum. Kemudian periksa tekanan yang
ditunjukkan pada Pressure Gauge. Setelah kedua langkah tersebut sudah
memenuhi syarat untuk layak digunakan kemudian buka Safety Pin agar tuas
bisa digunakan. Terakhir, perhatikan posisi memegang tuas dan corong pada
APAR harus benar.
VIII. SARAN
1. Berhati hati dalam bermain api
2. Perhatikan arah angin ketika mau memadamkan api
3. Selalu gunakan APD lengkap
4. Cek dengan cermat kondisi APAR
2. Jelaskan bagaimana cara membedakan APAR yang masih dalam kondisi baik
dan APAR yang tidak dalam kondisi baik.
Jawaban :
Langkah selanjutnya adalah pengecekan tekanan yang ada pada APAR
melalui pressure gauge yang apabila dalam keadaan normal seharusnya
menunjukkan jarum yang berada pada area warna hijau, pengecekan kondisi
Safety Pin yang diharapkan masih dalam keadaan terpasang secara tepat,
pengecekan pada Handle APAR apakah masih ada atau tidak dan juga dari
bentuk pengemesan nya kalau sudah celek atau berkarat maka itu sudah tidak
layak
X. DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transigrasi No. PER.04/MEN/1980,
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan . Jakarta : Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia
Saputra. Eka.2019, Teknik Cara Menggunakan Alat Pemadaman Api Ringan
(APAR), Apical.
Firdin L.2019. Analisis Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Pekalongan.Jurnal kesehatan masyarakat (e- jurnal).
XI. DOKUMENTASI OBSERVASI
PRAKTIKUM OBJEK 6
I. TUJUAN
1. Dapat mengetahui perencanaan program kerja di Laboratorium
2. Mengetahui pengorganisasian di Laboratorium
3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan kerja di laboratorium
4. Mempelajari bagaimana pengawasan dan evaluasi terhadap program
kerja yang dilakukan.
5.Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pengeloalaan di Laboratorium
1. Tata Ruang
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan
baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai
pada pelaksanaan pembangunan. Tata ruang yang baik mempunyai:
a. Pintu masuk (in)
q. Pintu jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk.
b. Bahan-bahan kimia
Untuk bahan-bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis, sebaiknya
ditempatkan pada ruang/kamar fume (untuk mengeluarkan gas-gas yang
mungkin timbul). Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah
menguap. Ruangan fume perlu dilengkapi fan, agar udara/uap yang ada
dapat terhembus keluar. Bahan-bahan kimia yang ditempatkan dalam botol
berwarna coklat/gelap, tidak boleh langsung terkena sinar matahari dan
sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c. Alat-alat optik
Alat-alat optik seperti mikroskop harus disimpan pada tempat yang kering
dan tidak lembab. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lensa
berjamur. Jamur ini yang menyebabkan kerusakan mikroskop. Sebagai
tindakan pencegahan, mikroskop harus ditempatkan dalam kotak yang
dilengkapi dengan silica-gel , dan dalam kondisi yang bersih. Mikroskop
harus disimpan di dalam lemari khusus yang kelembabannya terkendali.
Lemari tersebut biasanya diberi lampu pijar 15-20 watt, agar ruang selalu
panas sehingga dapat mengurangi kelembaban udara ( dehumidifier-air ).
Alat-alat optik lainnya seperti lensa pembesar ( loupe ), alat kamera,
microphoto-camera , digital camera , juga dapat ditempatkan pada lemari
khusus yang tidak lembab atau dalam alat desiccator .
3. Infrastruktur Laboratorium
Infrastruktur laboratorium ini meliputi:
a. Sarana Utama
Mencakup bahasan tentang lokasi laboratorium, konstruksi laboratorium
dan sarana lain, termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja kerja/pelataran,
jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai,
kamar penangas, jenis pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis
tempat penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, jenis alat optik, jenis timbangan
dan instrumen yang lain, kondisi laboratorium, dan sebagainya.
b. Sarana Pendukung
Mencakup bahasan tentang ketersediaan enerji listrik, gas, air, alat
komunikasi, dan pendukung keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran,
hidran dsb.
4. Administrasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi yang ada
di laboratorium, yang antara lain terdiri atas:
a. Inventarisasi peralatan laboratorium
b. Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat yang rusak, alat yang
dipinjam/dikembalikan
c. Surat masuk dan surat keluar
d. Daftar pemakai laboratorium, sesuai dengan jadwal kegiatan praktikum/
penelitian
e. Daftar inventarisasi bahan kimia dan non-kimia, bahan gelas dan sebagainya
f. Daftar inventarisasi alat-alat meubelair (kursi, meja, bangku, lemari dsb.)
g. Sistem evaluasi dan pelaporan Untuk kelancaran administrasi yang baik
6. Penanganan alat-alat
a. Alat-alat kaca/gelas
Bekerja dengan alat-alat kaca perlu berhati-hati sekali. Gelas beaker ,
flask , test tube , erlenmeyer , dan sebagainya; sebelum dipanaskan harus benar-
benar diteliti, misalnya apakah gelas tersebut retak/tidak retak, rusak/sumbing.
Bila terdapat gejala seperti ini, barang-barang tersebut sebaiknya tidak dipakai.
b. Mematahkan pipa kaca/batangan kaca
Jika hendak memetong pipa kaca harus menggunakan sarung tangan. Pada
bekas pecahan pipa kaca, permukaannya dilicinkan dengan api lalu diberi
pelumas/gemuk silikon, kemudian masukkan ke sumbat gabus/karet.
c. Mencabut pipa kaca
Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-
hati. Bila sukar mencabutnya, potong dan belah gabus itu. Untuk
memperlonggar, lebih baik digunakan pelubang gabus yang ukurannya telah
cocok, kemudian licinkan dengan meminyakinya dan kemudian putar perlahan-
lahan melalui sumbat. Cara ini juga digunakan untuk memasukkan pipa kaca
kedalam sumbat.
Jangan gunakan alat-alat kaca yang sumbing atau retak. Sebelum dibuang
sebaiknya dicuci lebih dahulu untuk memastikan kerusakan.
d. Label Semua bejana seperti botol, flask , test tube dan lain-lain seharusnya
diberi label yang jelas. Jika tidak jelas, lakukan pengetesan isi bejana yang
belum diketahui secara pasti dengan hati-hati secara terpisah, kemudian
dibuang melalui cara yang sesuai dengan jenis zat kimia tersebut. Biasakanlah
menulis tanggal, nama orang yang membuat, konsentrasi, nama dan bahayanya
dari zat-zat kimia yang ada dalam bejana.
e. Suplai gas
Tabung-tabung gas harus ditangani dengan hati-hati walaupun berisi atau
kosong. Penyimpanan sebaiknya di tempat yang sejuk dan terhindar dari tempat
yang panas. Kran gas harus selalu tertutup jika tidak dipakai, demikian juga
dengan kran pengatur (regulator) . Alat-alat yang berhubungan dengan tabung
gas harus memakai " Safety Use " (alat pengaman jika terjadi tekanan yang
kuat). Saat ini sudah beredar banyak jenis pengaman seperti selang anti bocor
dan lain-lain.
Sediaan gas untuk alat-alat pembakar harus dimatikan pada kran utama
yang ada di meja kerja, tidak hanya pada kran, tapi juga pada alat yang dipakai.
Kran untuk masing-masing laboratorium harus dipasang di luar laboratorium,
pada tempat yang mudah dicapai dan diberi label yang jelas serta diwarnai
dengan wama yang spesifik.
f. Penggunaan pipet
Gunakan pipet yang dilengkapi pompa pengisap ( pipet pump ), jangan
menggunakan mulut!. Ketika memasukkan pipet kedalam pompa pengisap
harus dilakukan dengan hatihati supaya pipet tidak pecah dan pompa pengisap
tidak rusak. Jangan sampai ada cairan yang masuk ke pompa pengisap, karena
akan merusak pompa tersebut.
g. Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret),
Melepaskan tutup kaca yang kencang (seret) dengan cara mengetok
berganti-ganti sisi tutup botol yang ketat tersebut, dengan sepotong kayu,
sambil menekannya dengan ibu jari pada sisi yang berlainan/berlawanan
dengan ketokan. Jangan mencoba untuk membuka tutup botol secara paksa,
lebih-lebih jika isinya berbahaya atau mudah meledak. Di bawah pengawasan
Kepala Laboratorium, panaskanlah leher botol dengan air panas secara
perlahan-lahan, lalu coba membukanya. Jika gagal juga goreslah sekeliling
leher botol dengan alat pemotong kaca untuk dipatahkan. Lalu pindahkan isi
botol ke dalam botol yang baru.
h. Kebakaran
Untuk menanggulangi bahaya kebakaran, perlu diketahui klasifikasi bahan
dan alat pemadam kebakaran yang sesuai.
V. HASIL PENGAMATAN
Dari praktikum, hasil yang diperolah berdasarkan pertanyaan yang
diajukan pada Analis Laboratorium Kimia Fisika yakni:
1. Bagaimana perencanaan program kerja yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Fisika?
Perencanaan program kerja di Laboratorium Organik
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan diminta untuk dapat mengecek
bagaimana pengelolaan Laboratorium kimia Fisika. Pelaksanaan praktikum
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada analis yang ada dan
bertanggung jawab di Laboratorium Kimia Fisika.
Setelah dilakukan praktikum serta pengajuan pertanyaan kepada Analis
Laboratorium Kimia Fisika. Ternyata praktikan merasa beberapa pertanyaan
yang diajukan kurang jika menyangkut dengan judul Pengelolaan Laboratorium.
Sebaiknya, sebelum memulai praktikum, praktikan ditugaskan untuk membuat
kuisoner yang juga digunakan untuk mengetahui secara langsung respon tingkat
kepuasan dari para pengguna laboratorium terhadap pengelolaan atau
pertanyaan laboratorium. Data ini dapat menjadi acuan untuk melakukan
perbaikan dari aspek yang masih kurang. Dalam kuisoner juga dicantumkan
saran dari pengguna laboratorium yang dapat menjadi masukan bagi
perkembangan Laboratorium di masa yang akan datang.
VII. KESIMPULAN
Pada pendataan serta pengamatan terhadap manajemen pengelolaan
laboratorium di Laboratorium Kimia Fisika dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen Laboratorium berkaitan dengan usaha untuk mengelola
laboratorium, bagaimana supaya suatu laboratorium tersebut dapat
dikelola dengan baik.
2. Dalam perencanaan program kerja laboratorium meliputi;
pengelolaan anggaran, pengelolaan kegiatan, pengelolaan alat dan
bhan serta pengeloaan SDM.
3. Dalam pelaksanaan kerja di Laboratorium meliputi; penataan
tempat dan bahan praktikum, penataan administrasi kegiatan
laboratorium dan pengamanan/ perawatan peralatan.
4. Dalam pengawasan dan evaluasi dilakukan setiap 1 semester dalam
bentuk laporan yang disusun oleh laboran.
VIII. SARAN
Pembuatan program kerja sangat penting bagi proses manajemen
laboratorium, sebaiknya setiap laboratorium dapat melaksanakan program
dengan perencanaan yang dibuat. Agar jelas dalam pencapaian tujuan dari
kegiatan praktikum tersebut.
X. DOKUMENTASI OBSERVASI
PRAKTIKUM OBJEK 7
I. TUJUAN PRATIKUM
1. Mengetahui ramah ramah lingkungan
2. Mengetahui permasalahan dalam penanganan
3. Mengetahui sarana & prasarana yang dibutuhkan dalam penanganan
limbah kimia
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum manajemen pengolahan limbah laboraturium yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Limbah lab yaitu suatu zat
yang berasal dari buangan hasil reaksi kimia dari berbagai macam eksperimen
atau penelitian dan juga berupa benda-benda penunjang kegiatan di
laboraturium yang sudah tidak diperlukan lagi.
Berdasarkan atas dasar asalnya, limbah dikelompokan menjadi 2 jenis
yaitu limbah organic dan limbah anorganik. Berdasarkan sifat bahayanya
limbah dibedakan atas 2 yakni limbah B3 dan non B3.
Pada saat pratikum mendata pertanyaan terkait pengolahan limbah,
perhatikan dengan pertanyaan- pertanyaan terkait pengolahan limbah kepada
laboran.
VII. SARAN
1. Pada saat mendata pertanyaan terkait pengolahan limbah perhatikan dan
lebih digali lagi pertanyaan-pertanyaan terkait pengolahan limbah kepada
laboran.
2. Sebaiknya sebelum melakukan interview pertanyaan yang akan
ditanyakan pada laboran sudah dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak terkait pengolahan di
laboratorium tersebut
3. Gunakan APD yang lengkap.
I. TUJUAN PRATIKUM
1. Mengetahui bagaimana cara mengatasi tumpahan bahan kimia
2. Mengetahui bgaimana perlakuan terhadap bahan yang tumpah
3. Mengetahui alat pelindung diri apa saja yang digunakan
V. HASIL PENGAMATAN
1) TUMPAHAN HCL
a) Untuk tumpahan HCL,dilakukan pengenceran terlebih dahulu
b) Lalu taburkan bubuk natrium karbonat diarea tumpahan
c) Bersihkan area dan tampung limbah didalam sebuah wadah
2) TUMPAHAN AMONIAK
a) Untuk tumpahan amoniak,dilakukan pengenceran terlebih dahulu
b) Lalu nertalkan tumpahan dengan H2SO4
c) Kemudian lap area tumpahan dan tampung limbah dengan wadah
VI. PEMBAHASAAN
Pada pratikum kali ini kita melakukan penangganan tumpahan bahan kimia,dimana
bahanya yaitu HCL,H2SO4,dan amoniak.
Ada 4 cara penangganan tumpahan bahan kimia yaitu:
a) Amankan
b) Bendung
c) Serap
d) Bersihkan
VII. KESIMPULAN
Jadi pada pratikum ini didapatkan kesimpulan yaitu:
a) Tumpahan kimia sangat berbahaya bagi lingkungan karena termasuk limbah
B3
b) Ada 4 cara dalam pembersihan tumpahan yaitu amankan,bending,
serap, dan bersihkan
c) Bahan yang tumpah dinetralkan dan di taburkan natrium karbonat
VIII. SARAN
Gunakan alat pelindung diri yang lengkap pada saat bekerja dan hati-hati dalam
bekerja.
X. DOKUMENTASI