PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak
harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan,
produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan
karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Pakan merupakan seluruh bahan makanan yang
dibuat untuk kebutuhan ternak yang mengandung berbagai macam nutrisi meliputi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun
terhadap ternak tersebut.Mengenalibahan pakan adalah sebagai kewajiban bagi setiap mahasiswa
yang berada di fakultas peternakan. Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan
hal yang tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat. Peningkatan
jumlahpenduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan. Hal ini
menyebabkan luas lahan pertanian mengalami penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan
hijauan sumber pakan ternak ruminansia dan bahan konsentrat.
Sampel (bahasa inggris: sample) merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti;
dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah rumput berukuran besar bernutrisi
tinggi yang biasanya dipakai sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing, gajah, dll
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan tidak beracun
terhadap ternak
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara pengambilan dan perlakuan pada
sampel dan mengetahui bagaimana prosedur pengukuram berat kering
1
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa mengerti dan memahami bagaimana cara pengambilan dan perlakuan
pada sampel dan prosedur pengukuram berat kering
2
BAB II
METODE PRAKTIKUM
3
- Timbang cawan kering
- Masukkan sampel kedalam cawan dengan berat 1-2 gram
- Masukkan cawan yang berisi sampel kedalam oven dengan suhu 105oc selama 9
jam
4
BAB III
3.1 Hasil
Berat kering
Kadar Berat Kering = x 100%
Berat sampel
76,7 gr
x 100% = 14,21%
539,7 gr
5
3.2 Pembahasan
Adapun hasil yang didapat dari praktikum yang telah dilaksanakan pengambilan sampel dan
perlakuan sampel sebagai berikut :
Berat kering
Kadar Berat Kering = x 100%
Berat sampel
76,7 gr
x 100% = 14,21%
539,7 gr
Prinsip kerja kadar air yaitu menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven
pada suhu 60o – 70oC dalam jangka waktu tertentu (4-24 jam ) hingga seluruh air yang terdapat
dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Defano (2000)
menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air
walaupun dalam jumlah yang kecil. Kadar bahan kering ini pun dapat berubah-ubah,tergantung
dari suhu dan kelembaban dari suatu wilayah ternak itu dipelihara.
6
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu
60° - 70°C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap
atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu
bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis)/DW.
4.2 Saran
Saran yang ingin saya sampaikan, sebaiknya dalam kegiatan praktikum mahasiswa tidak
bermain-main agar mendapatkan hasil yang akurat.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://fikaliverpudlian.blogspot.com/2014/10/laporan-praktikum-analisa-proksimat.html
https://www.academia.edu/9558895/Pengenalan_Bahan_Pakan_Secara_Makroskopis
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61578/3/BAB%20II%20Tinjauan%
20Pustaka.pdf
8
BAB I
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak
harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan,
produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan
karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Pakan merupakan seluruh bahan makanan yang
dibuat untuk kebutuhan ternak yang mengandung berbagai macam nutrisi meliputi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia
untuk mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan (pakan/pangan).
Kadar air dalam suatu pakan sangat mempengaruhi kualitas dan daya serap dari bahan
pangan tersebut. Apabila kadar air dari bahan pakan tersebut tidak memenuhi syarat maka bahan
pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya
mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
Penentuan kadar air dari suatu bahan panga sangat penting agar dalam proses pengolahan
maupun pendistrbusisan mendapatkan penanganan yang tepat.
Bahan kering (BK) adalah total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan pakan,
kebutuhan bakan kering ini dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Pada ternak sapi potong
kebutuhan bahan kering adalah 2,5 – 3,15 % dari bobot badannnya (menurut Tillman). Konsumsi
BK dipengaruhi oleh bangsa, jenis ternak, palatabilitas pakan, umur, kualitas pakan, laju pakan
dalam saluran pencernaan dan keadaan lingkungan
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara untuk pengukuran bahan kering yang
terdapat pada sampel rumput gajah
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui kadar bahan kering dan menjadikan penelitian ini sebagai
acuan untuk meningkatkan kualitas nutrisi.
9
BAB II
METODE PRAKTIKUM
10
BAB III
3.1 Hasil
𝑊𝑆−𝑊
BK (%) : 𝑋 100% (BK dari DW)
𝑆
0,9725 𝑔𝑟𝑎𝑚
: 𝑥 100 %
1,0063 𝑔𝑟𝑎𝑚
3.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahuai bahwa bahan kering pada
tanaman Rumput Gajah yang diteliti sebesar 96 ,64%. bahan kering (DM) merupakan suatu
bahan pakan yang telah dikeringkan dalam suhu 105ºC – 110ºC yang masih mengandung bahan
organik di dalamnya. Selanjutnya tidak semua bahan kering (DM) sudah tidak ada kandungan
mineral lagi.
11
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Bahan kering (BK) adalah total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan pakan,
kebutuhan bakan kering ini dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Pada ternak sapi potong
kebutuhan bahan kering adalah 2,5 – 3,15 % dari bobot badannnya (menurut Tillman). Konsumsi
BK dipengaruhi oleh bangsa, jenis ternak, palatabilitas pakan, umur, kualitas pakan, laju pakan
dalam saluran pencernaan dan keadaan lingkungan
4.2 Saran
Pada saat praktikum hendaknya mahasiswa harus lebih berhati-hati dan lebih teliti agar
dapat meminimalisir kesalahan yang menyebabkan hasil praktikum tidak akurat
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9558895/Pengenalan_Bahan_Pakan_Secara_Makroskopis
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/52849/5/BAB%20IV%20Hasil%20d
an%20Pembahasan.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/77619563.pdf
13
BAB I
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak
harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan,
produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan
karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Pakan merupakan seluruh bahan makanan yang
dibuat untuk kebutuhan ternak yang mengandung berbagai macam nutrisi meliputi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu.
Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena
itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-beda.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan
baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai
penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan.
Bahan Organik adalah semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik
yang masih hidup maupun yang telah mati. Bahan organik mempunyai peranan yang penting
dalam kehidupan dan kesuburan tanah, peranan bahan organik antara lain : berperan dalam
pelapukan dan proses dekomposisi mineral tanah.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara untuk pengukuran bahan organik yang
terdapat pada sampel rumput gajah
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui kadar bahan organik bahan organik pada rumput gajah.
14
BAB II
METODE PRAKTIKUM
15
BAB III
3.1 Hasil
𝐶𝐴−𝐶
Kadar Abu (%) : 𝑋 100 %
𝑆
15,7108−15,5402
: x 100%
1,0063
: 16,9531 %
1,0063−0,1706
: 𝑋 100 %
1,0063
: 83,046 %
76,7
DW dari Segar : 𝑥 100% = 14,21%
562,7
0,9724
DM dari DW : 𝑥 100% = 96,631%
1,0063
96,631
DM Segar : 𝑥 14,21% = 13,73%
100
3.2 Pembahasan
Hasil dari praktikum ini kadar abu dalam Rumput Gajah dikonversi dalam bentuk segar
adalah sebanyak 14,21% dan bahan kering yang dikonversi ke abu mendapatkan hasil 96,631%,
bahan kering segar didapatkan hasil 13,73%, kadar bahan organik yang didapatkan sebesar
83,046%, dan kadar abu didapatkan hasil sebanyak 16,9531%.
16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini kadar abu dalam Rumput Gajah dikonversi dalam bentuk segar
adalah sebanayak 2,066 %, kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan
cara pengabuanya.
4.2 Saran
Saran yang ingin saya sampaikan, sebaiknya dalam kegiatan praktikum mahasiswa tidak
bermain-main agar mendapatkan hasil yang akurat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Putra. S. 2006. Pengaruh Suplementasi Agensia Defaunasi Segar dan Waktu Inkubasi Terhadap
Degradasi Bahan Kering, Bahan Organik, dan Produks Fermentasi Secra In Vitro.
Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/view/32. Accession date:
12 Mei 2017.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjnqcWTkfzTAhUJM48KHRKBBbkQFggiMAA&url=http%3A%2F%2Fpeter
nakan.fp.uns.ac.id%2Fmedia%2FSains%2520Peternakan%2F2013-1-Maret%2F2013018-
Daniel.pdf&usg=AFQjCNHxOzs-P1wEn21oR16qqEvSdC4NKw&sig2=jaB87WQk2i-
7iCgUW41eiA
http://www.generasibiologi.com/2016/03/bahan-organik-tanah.html
18
BAB I
PENDAHULUAN
Hijauan adalah seluruh macam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan.
Terdapat beberapa hijauan limbah pertanian, yaitu kelompok hijauan jerami, serelia, jerami
tanaman kacang-kacangan dalam hijauan umbi-umbian. Hijauan serelia umumnya memiliki nilai
kecernaan yang baik.
Negara indonesia merupakan negara agraris karena mempunyai berbagai jenis tanaman
yang melimpah dan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak selain hijauan, bahan
pakan ternak yang lainnya adalah konsntrat. Bhan pakan ternak sebagian besar terdiri dari
produk pertumbuhan tanaman hanya sebagian kecil yang terdiri dari bahan asal hewan. Banyak
produk sampingan dari bahan makanan manusia cocok untuk bahan pakan ternak disamping itu,
berjalan dengan perkembangan teknologi dalam memproses makanan, manusia, maka tambahan
produk sampingan akan dengan sendirinya meningkat. Apabila suatu pedoman pemberian nama
tidak dengan baik disiapkan untuk produk – produk tersebut, maka besar kemungkinan keraguan
akan timbul. Sehingga setiap bahan pakan perlu di beri tatanama atau nomenklatur yang jelas
sesuai dengan tatanama internasional.
Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap daya produksi
ternak tersebut.Uji ini untuk mencegah penggunaan bahan pakan yang berbahaya bagi ternak.
Bahan pakan mempunyai sifat fisik yaitu sudut tumpukan, berat jenis, daya ambang, luas
permukaaan spesifik, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil, 1997).
Menurut Jaelani ( 2007 ), sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang penting untuk
diketahui. Keefisienan suatu penanganan, pengolahan, dan penyimpnan, dalam industri pakan
tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga
menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan dapat
dihindari.
Densitas adalah massa partikel yang menempati satu unit volume tertentu
(Wirakartakusumah, 1992). Kepadatan atau densitas pelet (g/cm3) dihitung dengan cara
19
membandingkan massa (g) dengan volume pelet (cm3) seperti dijelaskan dalam USDA (1999).
Densitas pelet juga dibandingkan dengan densitas campuran bahan dalam bentuk mesh (tepung)
yaitu tanpa diproses menjadi pelet atau tanpa pemadatan (kerapatan tumpukan) dihitung menurut
Khalil (1999).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini gunanya adalah untuk mengetahui sifat fisik
suatu bahan pakan dimana bahan pakan yang digunakan adalah daun waru.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam praktikum ini kita dapat menetahui densitas, daya larut air dan
daya serap air.
20
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1.1 Densitas
- Tabung
- Neraca
- Pompa Vacum
- Aquadest
- Cawan
- Kertas Saring
- Rumput Gajah
21
2.2 Cara kerja
2.2.1 Densitas
- Timbang tabung silinder kosong
- Isi tabung dengan aquadest sampai penuh lalu timbang
- Keringkan tabung menggunakan tissu
- Masukkan sampel sampai penuh, ratakan lalu timbang
- Timbang tabung yang berisi aquadest
22
BAB III
3.1Hasil
3.1.1 Densitas
Hasil :
- Vol. Tabung:
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 6,4998
-Density = = = 0,1909
𝑉𝑜𝑙.𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 34,0478
0,5925
Rata-rata Densty = 0,1909 + 0,2032 + 0,1984 =
3
= 0,1975
23
3.1.2 Daya Serap Air
Sampel 1 :
Residu−Sampel
= x 100%
Sampel
26,0494 − 3
= 𝑥 100%
3
= 768,3133
Sampel 2 :
Residu−Sampel
= x 100%
Sampel
26,4982 − 3
= 𝑥 100%
3
= 783,2733
768,3133+783,2733
=
2
= 775,7933
Sampel 1 :
Daya Larut
Daya Larut Air = x 100%
Sampel DM
0,3023
= 𝑥 100% = 10,4280%
2,8989
24
Sampel 2 :
Daya Larut
Daya Larut Air = x 100%
Sampel DM
0,3882
= 𝑥 100%
2,8989
= 13,3912%
10,4290 +13,3972
=
2
= 11,9131
3.2 Pembahasan
3.2.1 Densitas
Hasil dar setiap tabung film berbeda-beda karena setiap volume tabung film itu berbeda,
dari ketiga hasil tabung film tersebut akan dirata-rata dan mendapatkan hasil sebesar 0,1975.
Dari hasil yang didapat pada praktikum ini, daya larut air pada sampel 1 diperoleh hasil
sebesar 768,3133% dan pada sampel yang ke 2 diperoleh hasi sebesar 783,2733%. Setelah
didapat hasil dari kedua sampel tersebut akan dirata-rata dan mendapatkan hasil sebesar 775,793
25
3.2.3 Daya Larut Air
Dari hasil yang didapat pada praktikum ini, daya larut air pada sampel 1 diperoleh hasil
sebesar 10,4280% dan pada sampel yang ke 2 diperoleh hasi sebesar 13,3912%. Setelah didapat
hasil dari kedua sampel tersebut akan dirata-rata dan mendapatkan hasil sebesar 11,9131%.
26
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Massa partikel rumpur gajah yang menempati tiga unit volume tabung fim adalah
sebanyak 0,1909 g/ml, 0,2032 g/ml, 0,1984 ml. dan rata-rata yang didapatkan dari ketiga tabung
tersebut sebesar 0,1975. Dan rumput gajah dapat menyerap air dengan rata-rata sebanyak
775,793% dengn daya larut rata-rata sebanyak 11,9131%.
4.2 Saran
Saran saya sebaiknya dalam waktu praktikum diharapkan mahasisawa tidak main-main
dan lebih teliti aar mendapatkan hasil yang akurat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Putra. B. 2011. Pengaruh Suplementasi Daun Waru (Hibiscustiliaceus L.) Terhadap Karakteristik
Fermentasi Dan Populasi Protozoa Rumen Secara In Vitro. Available at
http://eprints.uns.ac.id/8458/1/186511111201111471.pdf. Accession date: 12 Mei 2017.
Putra. S. 2006. Perbaikan Mutu Pakan Yang Disuplementasi Seng Asetat Dalam Upaya
Meningkatkan Populasi Bakteri Dan Protein Mikroba Di Dalam Rumen, Kecernaan Bahan
Kering, Dan Nutrien Ransum Sapi Bali Bunting. Available at
http://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/1701. Accession date: 12 Mei 2017.
Putra. S. 2006. Pengaruh Suplementasi Agensia Defaunasi Segar dan Waktu Inkubasi Terhadap
Degradasi Bahan Kering, Bahan Organik, dan Produks Fermentasi Secra In Vitro.
Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/view/32. Accession date:
12 Mei 2017.
http://jpi.faterna.unand.ac.id/index.php/jpi/article/download/192/170
28
BAB I
PENDAHULUAN
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur
ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan
menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi. Papila berkembang dengan baik
sehingga luas permukaan rumen bertambah 7 kalinya. Dari keseluruhan asam lemak terbang
yang diproduksi, 85% diabsorbsi melalui epitelium yang berada pada dinding retikulo-rumen
(Blakely and Bade,1982). Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan mikroorganisme yang
paling sesuai dan dapat hidup dapat ditemukan didalamnya.
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah
biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam
rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke
mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan
ditelan kembali (proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut
bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu
kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen
melalui retikulo-omasal orifice (Junaedi, 2011).
Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung kemulut
untuk dimamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta domba
(Ardianto, 2012). Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang
memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo
Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki
empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia
juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Apik, 2011).
29
Supernatan merupakan cairan rumen yang sudah di berikan peralakuan yang akan di
gunakan untuk penentuan NH3. Supernatan yang akan digunakan untuk penentuan NH3
didapatkan dengan penambahan HgCl2 dan dilakukan pengenceran.
30
BAB II
METODE PRAKTIKUM
- Sentrifuge
- Pipet Ukur
- Pipet Pump
- Kompor
- Spektrofotometer
- Waterbath
- Vortex
- Refrigerator
Cairan rumen disentrifuge pada 3000 rpm selama 15 menit, supernatant diambil dan
dimasukkan didalam ependoorf supernatant diinterfuge kembali pada 10.000 rpm selama 15
menit. Sehingga mendapatkan endapan mikroba. Supernatan (enzim) yang dihasilkan dipisahkan
untuk penentuan kadar ammonia dan kadar VFA dalam rumen.
31
BAB III
3.1. Hasil
Sampel 1 Rumput
Pengenceran
Ml Sampel Ml SampH2O P Absoban (x)
1 0,2975 29,8669 101,3929 0,568
Sampel 2 Rumput
Pengenceran
Ml Sampel Ml SampH2O P Absoban (x)
2 0,2975 29,8669 101,3929 0,707
3.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum diatas, sampel pertama dengan berat 0,2975 dan berat
sampel+aquades sebesar 29,8669 dengan pengenceran 101,3939 mendapatkan hasil 0,568. Dan
pada sampel ke 2 dengan berat 0,2975 dan berat sampel+aquades sebesar 29,8669 dengan
pengenceran 101,3939 mendapatkan hasil 0,707.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Supernatan merupakan cairan rumen yang sudah di berikan peralakuan yang akan di
gunakan untuk penentuan NH3. Supernatan yang akan digunakan untuk penentuan NH3
didapatkan dengan penambahan Aquadest dan dilakukan pengenceran. Dan dari hasil praktikum
diatas sampel pertama dengan berat 0,2975 dan berat sampel+aquades sebesar 29,8669 dengan
pengenceran 101,3939 mendapatkan hasil 0,568. Dan pada sampel ke 2 dengan berat 0,2975 dan
berat sampel+aquades sebesar 29,8669 dengan pengenceran 101,3939 mendapatkan hasil 0,707.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29653/3/Chapter%20II.pdf
34
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung kemulut
untuk dimamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta domba
(Ardianto, 2012). Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang
memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo
Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki
empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia
juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Apik, 2011).
Ternak ruminansia memiliki banyak manfaat. Ternak ruminansia dapat mengubah pakan
menjadi bahan makanan yang akan dikonsumsi manusiayang bernilai gizi tinggi yaitu susu dan
daging. Susu dan daging tersebut merupakan sumber protein yang sangat baik bagi manusia.
Selain itu, banyak manfaat lainnya yang didapat dari ternak ruminansia seperti kotorannya dapat
di jadikan pupuk, kulitnya dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan jaket atau sepatu dan
tulangnya dapat di jadikan bahan dasar dalam pembuatan kerajaninan tangan yang indah.
35
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
36
BAB II
METODE PRAKTIKUM
37
BAB III
3.1 Hasil
Perhitungan :
3.2 Pembahasan
Praktikum penentuan kadar N dalam NH3 pada cairan rumen. Berdasarkan hasil
praktikum di dapat kadar N dalam NH3 sebesar 20,3447 mM dan 26,5755 mM.
konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen untuk pertumbuhan optimal mikroorganisme
adalah sebesar 2-5 mg/dl dan proses fermentasi akan berjalan optimal pada konsentrasi 3,8-8,8
mg/dl. Dalam produksi amonia (NH3) ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi antara lain
adalah kelarutam bahan pakan, jumlah protein dalam ransum, sumber nitrogen dalam ransum dan
waktu pemberian pakan.
Konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
mikroba karena merupakan bahan makanan bagi mikroba tersebut. Hal tersebut didukung oleh
Sutardi, 1980 yang menyatakan lebih kurang 50-70% nitrogen mikroba berasal dari ammonia.
38
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum di dapat kadar N dalam NH3 sebesar 20,3447 mM dan
26,5755 mM.
konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen untuk pertumbuhan optimal mikroorganisme
adalah sebesar 2-5 mg/dl dan proses fermentasi akan berjalan optimal pada konsentrasi 3,8-8,8
mg/dl. Dalam produksi amonia (NH3) ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi antara lain
adalah kelarutam bahan pakan, jumlah protein dalam ransum, sumber nitrogen dalam ransum dan
waktu pemberian pakan.
4.2 Saran
Konsentrasi amonia (NH3) dalam rumen sangat perlu diperhatikan karena merupakan
bahan makanan bagi mikroba tersebut. Sehingga diharapkan apabila mikroba bekerja dengan
baik maka ternak akan baik dan performancenya maksimal
39
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8679/burning.pdf
https://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pro08-30.pdf?secure=1
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61297/5/BAB%20IV%20Hasil%20dan%20
Pembahasan.pdf
40
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan rumen yang diperoleh dari pemotongan hewan kaya akan kandungan enzim
pendegradasi serat dan vitamin. Cairan rumen mengandung enzim α-amilase, galaktosidase,
hemiselulase, selulase, dan xilanase. Di dalam cairan rumen juga terdapat saliva. Saliva yang
masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada
6,8. Saliva bertipe cair, membuffer asam-asam, hasil fermentasi mikroba rumen. Selain itu juga
saliva merupakan zat pelumas dan surfactant yang membantu didalam proses mastikasi dan
ruminasi. Saliva mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na, K, Ca, Mg, P, dan urea
yang mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba. Di dalam rumen ternak ruminansia (sapi,
kerbau, kambing dan domba) terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Cairan
rumen mengandung bakteri dan protozoa.
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung
serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat,
asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s
diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan
produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan
dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi. VFA dalam rumen yang dapat mendukung
pertumbuhan mikroba berkisar antara 70-150 mM. Peningkatan produksi VFA dapat
mengindikasikan kemudahan suatu nutrien dalam pakan terutama karbohidrat dan protein
dikecernaan oleh mikroba rumen, sehingga produksi VFA di dalam rumen dapat digunakan
sebagai tolak ukur fermentabilitas pakan yang berkaitan erat dengan aktivitas dan populasi
mikroba rumen. Perubahan komposisi VFA di dalam rumen sangat berhubungan dengan bentuk
fisik pakan, komposisi pakan, taraf dan frekuensi pemberian pakan, serta pengolahan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengukur dan mengetahui kadar VFA
didalam cairan rumen.
41
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar VFA yang
terkandung di dalam cairan rumen.
42
BAB II
METODE PRAKTIKUM
43
BAB III
3.1 Hasil
Perhitungan :
Nilai mM VFA
- N.HCl = 0,1044
- V Blanko = 12,91 ml
- V Sample = 8,68 ml
mM VFA = 176,6448 mM
44
3.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, kisaran kadar VFA dalam cairan rumen yaitu
176,6448 mM/liter isi rumen. Telah diketahui bersama, bahwa produk akhir dari proses
fermentasi bahan pakan yang dilakukan oleh mikroba rumen adalah VFA. VFA ini merupakan
asam lemak yang mudah menguap yang selanjutnya akan menjadi sumber energi utama bagi
ternak ruminansia. Proporsi relative VFA secara individual bervariasi sesuai dengan kadar serat
ransum. Ransum hijauan berkualitas jelek yang mengandung selulosa tinggi menghasilkan
campuran VFA yang mengandung asam asetat tinggi.
45
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
VFA dalam rumen yang dapat mendukung pertumbuhan mikroba berkisar antara 70-150
mM (McDonald et al., 2002). Peningkatan produksi VFA dapat mengindikasikan kemudahan
suatu nutrien dalam pakan terutama karbohidrat dan protein dikecernaan oleh mikroba rumen,
sehingga produksi VFA di dalam rumen dapat digunakan sebagai tolak ukur fermentabilitas
pakan yang berkaitan erat dengan aktivitas dan populasi mikroba rumen.
Dari hasil Praktikum pengukuran VFA didapatkan hasil bahwa konsentrasi yang
didapatkan yaitu 176.6448 Menurut (Bata et al., 1996), menyatakan bahwa mudah tidaknya
karbohidrat dicerna dan difermentasi dapat diindikasikan dengan tinggi rendahnya VFA yang
dihasilkan. Semakin tinggi VFA yang di produksi maka semakin mudah karbohidrat tersebut di
cerna atau difermentasikan. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen dipengaruhi oleh kualitas
bahan, jumlah dan tingkat degradasi bahan tersebut.
4.2 Saran
Saran yang ingin saya sampaikan, sebaiknya dalam kegiatan praktikum mahasiswa tidak
bermain-main agar mendapatkan hasil yang akurat.
46
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/57155/8/Full_Text.pdf
https://journal.ugm.ac.id/buletinpeternakan/article/download/4609/3875
https://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pro08-30.pdf?secure=1
47
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan
mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung kemulut
untuk dimamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau, kambing, serta domba
(Ardianto, 2012). Hewan Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang
memiliki lambung dengan beberapa ruangan. Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo
Ruminansia dan ordonya adalah Artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki
empat lambung, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum. Selain itu hewan ruminansia
juga memamah makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Apik, 2011).
Hewan memamah biak (ruminansia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang
mencerna makanannya dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian
mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-
hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang
(poligastrik), atau secara umum biasa dikatakan berperut banyak (Hidayah, 2011).
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah
biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam
rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen dikembalikan ke
mulut (proses regurgitasi), untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan
ditelan kembali (proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut
bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu
kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan retikulorumen
melalui retikulo-omasal orifice (Junaedi, 2011).
Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Ternak kambing
(Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami
48
liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih
besar (Sarwono, 1993).
Walaupun memiliki caecum yang besar, kambing ternyata tidak mampu mencerna bahan-
bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia
murni. Daya cerna kambing dalam mengonsumsi hijauan daun mungkin hanya 10%. Di alam,
kambing liar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan jenis pakan yang di kehendaki.
Jumlah pakan minimal dan ragam pakan dapat terpenuhi sehingga terjadi keseimbangan dalam
pertumbuhan, kesehatan dan perkembangbiakannya. Kalau kebutuhan itu tidak tercapai, dengan
sendirinya kambing berangsur-angsur gugur menghadapi seleksi alam (Dudee. 2009).
Untuk kambing yang diternak dan hidupnya terbatas di sekeliling kandang.
Kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh perhatian dan perawatan dari peternak. Jenis,
jumlah dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, kesehatan dan
perkembangbiakannya (Blakely).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kami melakukan praktikum ini adalah agar kita lebih memahami bentuk
rumen dan fungsi rumen.
1.3 Manfaat
Mengetahui anatomi dan fisiologi tubuh ternak ruminansia, khususnya pada bagian organ
pencernaan bagian rumen.
49
BAB II
METODE PRAKTIKUM
50
BAB III
3.1 Hasil
Organ Gambar Dinding Organ Fungsi Organ Bentuk pH Warna Kadar Air Diskusi
Pencernaan Dalam Fisik Pakan (bandingkan
Pakan ) antara
Rumen, Ret,
Om, Ab
Rumen Tempat Cair dan 6,601 Hijau Kadar air Didalam
penyimpanan masih masih rumen
sementara ada yang banyak paling
makanan yang kasar banyak
sudah ditelan mengandung
dan membantu mikroba
mengguraikan rumen,
makanan karena suhu
lebih relative
mendekati
netral
Retikulum Tempat Padat 6,654 Hijau tua Kadar air pH
mencampur tapi pada retikulum
makanan terdapat retikulum tidak jauh
hingga air dan lebih banyak berbeda
menjadi masih jika dengan
gumpalan- lumayan dibandingka pHyang ada
gumpalan kasar n dengan pada rumen,
kasar(bolus) kadar air karena
dan setelah itu yang ada diretikulum
makanan akan diabomasum berasal dari
didorong rumen dan
kembali ke terjadinya
rongga mulut tempat
untuk fermentasi
dimamah yang makanan
ke 2 kalinya
51
hingga tekstur
menjadi halus
Omasum Membantu Lebih 6,971 Hijau tua Kadar air Didalam
proses padat lenih sedikit omasum
penghalusan kadar air
makanan paling
secara sedikit
kimiawi yang karena
dibantu oleh terjadi
kelenjar enzim proses
dan penyerapan
mengurangi
kadar air
Abomasum Mencerna Halus 3,905 Kuning Kadar air pH
gumpalan kecoklata banyak diabomasum
makanan n asam, karena
melalui enzim diakibatkan
dan asam terjadinya
klorida dan pencernaan
sebagai enzimatis
densifektan
bagi bakteri
jahat yang
masuk
bersama
makanan
52
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa saluran pencernaan pada organ
kambing adalah rumen, retikulum, Omasum dan Abomasum. Dari pengamatan yang didapat
diatas bahwa rumen memiliki kadar pH sebesar 6,601, dan Retikulum memiliki pH sebesar
6,654, Omasum memiliki pH sebesar 6,971, Serta Abomasum memiliki pH sebesar 3,905.Pada
pembelahan rumen, rumen memiliki struktur dinding beludru seperti karpet, sedangkan
retikulum memiliki struktur yang halus dan dinding seperti sarang tawon.
Omasum memiliki struktur dinding halus dan mempunyai lipatan – lipatan seperti buku,
dan Abomasum memiliki sruktur dinding yang halus dan berlendi seperti jala. pH pada Rumen,
Rtikulum dan Omasum terbilang sangat tinggi karena didalam rumen paling banyak
mengandung mikroba dan suhu relative lebih netral, sedangkan pada retikulum pH juga sama
denganrumen karena diretikulum itu berasal dari rumen dan terjadi tempat fermentasi makanan.
pH paling rendah terdapat di abomasums, pH diabomasum itu relative asam karena diakibatkan
terjadinya pencernaan enzimatis.
53
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Lambung ruminansia dibedakan menjadi 4 bagian yaitu Rumen, Retikulum, Omasum dan
Abomasum. pada rumen seperti anduk, retikulum bagian dalam retikulum berbentuk jala maka
retikulum sering disebut perut jala, omasum sering disebut perut buku karena bentuk dalam
omasum yang memiliki lembaran-lembaran, abomasum sering disebut perut masam karena pH
pada sangatlah rendah dan juga sering disebut lambung sejati. Ukuran, teksture, warna, pH,
kandunan air pada retikulum, rumen, omasum dan abomasum berbeda hal ini dikarenakan fungsi
lambung tersebut berbeda.
4.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih serius dalam prose praktikum, agar mendapatkan hasil yang
mksimal.
54
DAFTAR PUSTAKA
https://www.stokishcs.com/mamfaat-rumen-sapi-dan-kambing/
http://bumiternak-betha.blogspot.com/2013/08/bakteri-pada-rumen.html?m=1
http://bumiternak-betha.blogspot.com/2013/08/bakteri-pada-rumen.html?m=1
55