Sumber:
Sukandar, Dadang. (2017). Panduan Membuat Kontrak Bisnis. Cet. 1. Jakarta: Visi Media.
Memulai Bisnis
Dalam berbisnis, membuat kontrak kadang menjadi kompleks. Bisnis diartikan sebagai usaha
komersil di dunia perdagangan.
Istilah bisnis sering melekat pada kontrak sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis.
Bisnis mengisi kontrak dan kontrak melindungi kepentingan bisnis. Kolaborasi keduanya
sering memaksa pelaku usaha untuk konsisten menghitung keuntungan dan waktu demi
mencapai target bisnis.
Dalam berbisnis barang atau jasa, tentunya lekat dengan resiko dan ketidakpastian sebagai
faktor yang sangat dipertimbangkan sebelum memulai bisnis. Bisnis tidak lancar, tertipu,
kecelakaan, atau sederet resiko lainnya yang sanggup menggiring pebisnis kepada
kebangkrutan.
Bisnis UMKM
Sektor bisnis UMKM banyak diminati karena bentuknya yang sederhana, baik dari segi
pemodalan, sumber daya, teknologi, pasar dan legalitasnya.
UMKM merupakan kelompok usaha yang cukup besar di Indonesia. Terbukti pada tahun
1997 dan 2008, UMKM mampu menahan krisis ekonomi di Indonesia. Ketahanan ini muncul
salah satunya karena mengandalkan sumber daya yang mudah diperoleh di sekitar kita.
Saat ini, jumlah UMKM di Indonesia yang lebih dari 50 juta unit mampu menyerap lebih dari
50% GDP nasional. Namun UMKM memiliki tantangan dalam hal kualitas sumber daya
manusia, akses teknologi, keterbatasan pasar (niche market), dan pembiayaan. Biasanya
pelaku bisnis UMKM melakukan kegiatan kemitraan sebagai upaya bertahan di dunia bisnis.
Sehingga untuk melindungi diri dari kemitraan yang tidak adil, setiap pebisnis UMKM harus
siap menyusun kontrak bisnis.
tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan maksimal Rp.
300.000.000.
2) Usaha Kecil
Merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, baik dilakukan oleh orang
perorangan maupun badan usaha. Usaha kecil bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan milik Usaha Menengah atau Usaha Besar. Usaha Kecil memiliki
kekayaan bersih antara Rp. 50.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 500.000.000 (tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan
antara Rp. 300.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 2.500.000.000.
3) Usaha Menengah
Merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, baik dilakukan oleh orang
perorangan maupun badan usaha. Usaha Menengah bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan milik Usaha Kecil atau Usaha Besar. Usaha Menengah memiliki
kekayaan bersih antara Rp. 500.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 10.00.000.000
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan
antara Rp. 2.500.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 50.000.000.000.
4) Usaha Besar
Merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang
meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Hubungan Kemitraan
Hubungan kemitraan antara UMKM dan Usaha Besar harus dilandasi prinsip saling
membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.
Hubungan itu juga harus menjunjung tinggi etika bisnis yang sehat dan dijalankan dalam
kedudukan hukum yang setara.
Dalam hubungan kemitraan, Usaha Besar harus memberikan bantuan dan memperkuat
UMKM. Hubungan tersebut mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan
pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi.
Berikut pola-pola kemitraan meliputi kerja sama, yaitu:
Inti-plasma, Subkontrak, Waralaba, Perdagangan Umum, Distribusi/Keagenan, Bagi
Hasil, Kerjasama Operasional, Usaha Patungan (Joint Venture), Alih Daya
(Outsourching), dan lain sebagainya.
Prinsip-Prinsip Kemitraan
Prinsip-prinsip di bawah ini harus tertuang jelas dan tertulis di dalam kontrak kemitraan,
yaitu:
1. Di dalam kemitraan, UMKM dan Usaha Besar dilarang saling memutuskan hubungan
secara sepihak.
2. Dalam kemitraan, Usaha Besar juga dilarang untuk menguasai UMKM yang menjadi
mitranya.
3. Demikian pula Usaha Menengah dilarang untuk menguasai Usaha Micro atau Kecil yang
menjadi mitranya.
4. UMKM dan Usaha Besar harus membangun konstruksi hubungan bisnis yang kuat serta
dilaksanakan dalam hubungan setara dan menjunjung tinggi etika bisnis yang sehat.
Sebagai sebuah badan hukum, PT dianggap layaknya orang perorangan secara individu
yang dapat melakukan perbuatan hukum sendiri, memiliki harta kekayaan sendiri dan
dapat menuntut serta dituntut di muka pengadilan.
Untuk menjadikannya sebagai badan hukum PT, sebuah perusahaan harus mengikuti tata
cara pembuatan, pendaftaran dan pengumuman sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang no. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
Sebagai persekutuan modal, sebuah PT didirikan oleh para pendiri yang masing-masing
memasukkan modalnya berdasarkan perjanjian. Modal tersebut terbagi secara
keseluruhan menjadi modal perusahaan. Tanggung jawab pendiri PT adalah sebatas
modal yang disetorkannya ke dalamnya dan tidak meliputi harga kekayaan pribadi
mereka.
Menurut UU PT, modal PT terbagi atas 3 modal, yaitu Modal Dasar, Modal
Ditempatkan, dan Modal Disetor.
(a) Modal Dasar adalah modal keseluruhan PT sebagaimana yang dinyatakan dalam
Anggaran Dasarnya.
(b) Modal Ditempatkan adalah bagian dari Modal Dasar yang wajib dipenuhi/disetor
oleh masing-masing pemegang saham ke dalam perusahaan.
(c) Modal Disetor adalah Modal Ditempatkan yang secara nyata telah disetorkan.
Dalam transaksi jual beli, hukum memberikan jaminannya bahwa penjual berhak
menerima pembayaran harga dan pembeli berhak menerima barangnya. Sementara dari
sisi kewajibannya, penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang sedangkan pembeli
berkewajiban untuk membayar.
Pihak-pihak di dalam perikatan bisa terdiri dari dua pihak. Misalnya dalam kontrak
pendirian usaha bersama (persekutuan perdata), tiga orang sekaligus dapat terlibat sebagai
pihak pendiri dalam sebuah kontrak.
B. Perjanjian
Sesuai ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata, perikatan lahir karena suatu persetujuan atau
karena undang-undang. Lebih jelasnya, UU dan perjanjian (persetujuan) merupakan
sumber dari perikatan. Undang-undang dan perjanjian merupakan penyebab dari lahirnya
perikatan. Jika perikatan berisi hak dan kewajiban, perjanjian dan undang-undang
merupakan mesin produksi dalam menciptakan seperangkat hak dan kewajiban dalam
perikatan tersebut.
Dalam perjanjian jual beli, hak dan kewajiban di atara penjual dan pembeli lahir karena
keduanya sama-sama menghendaki pertukaran uang dan barang. Para pihak yang
menandatangani perjanjian menyadari bahwa mereka menghendaki adanya hubungan
perikatan secara hukum.
Jika perikatan adalah suatu hubungan hukum, perjanjian adalah perbuatan hukum.
Sebagai bentuk hubungan hukum, perikatan bersifat abstrak, sedangkan perjanjian
merupakan gerak fisik yang kongkret.
C. Kontrak
Selain perikatan dan perjanjian, dalam hukum juga mengenal istilah kontrak yang biasa
digunakan dalam praktek bisnis. Seperti perikatan, pengertian kontrak juga jarang ditemui
dalam undang-undang. Antara perjanjian dan kontrak memiliki pengertian yang sama,
tetapi pengertian kontrak lebih spesifik.
Kontrak adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis.
Selain kontrak, istilah perjanjian juga sering dipadankan dengan istilah-istilah praktis
seperti SPK (Surat Perjanjian Kerja) atau PKS (Perjanjian Kerja Sama). Suatu perjanjian
yang dibuat tertulis disebut Kontrak.
Azas-azas Kontrak
Ada lima azas yang perlu menjadi pedoman dalam membuat kontrak, yaitu:
1. Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)
Pada prinsipnya, setiap orang bebas untuk membuat kontrak tentang apa pun dan dengan
siapa pun. Namun, kebebasan ini bukanlah kebebasan yang mutlak, karena bagaimanapun
undang-undang tetap membatasinya.
2. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Asas kepastian hukum berarti setiap kontrak yang dibuat secara sah akan dijamin
perlindungannya oleh hukum. Bagi para pihak yang membuatnya, kontrak tersebut
berlaku layaknya undang-undang dan harus dihormati oleh siapa pun.
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
baik mengenai identitas pihak dan spesifikasi barang atau jasa yang ditawarkan dan daftar
klien serta proyek-proyek yang pernah dikerjakan.
Setelah memahami isi surat penawaran dan mampu menilai keuntungan yang bisa
diharapkan, pihak yang ditawarkan akan membalas penawaran itu dengan surat
penerimaan.
2. Negosiasi
Dalam membuat kontrak, pengusaha harus melakukan negosiasi. Negosiasi
merupakan proses tawar menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan antara satu pihak dan pihak lain. Tujuan negosiasi adalah kesepakatan.
Berikut tahapan negosiasi yang harus dipenuhi untuk mencapai kesepakatan, meliputi:
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
a) Pengumpulan Informasi
Dalam mengatur strategi negosiasi kontrak, penting bagi para pihak untuk
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin persis sebelum mengelilingi meja
negosiasi. Informasi yang penting dikumpulkan meliputi Konsep Bisnis, Regulasi
terkait, kebutuhan dan kemampuan pribadi, dan informasi lawan negosiasi.
b) Kesepakatan
Kesepekatan merupakan syarat sahnya sebuah kontrak. Ketika membuat kesepakatan,
perlu mempertemukan penawaran dan penerimaan dengan mitra bisnis yang
diarahkan pada penandatanganan kontrak.
3. Menyusun Draft Kontrak
Setelah menutup negosiasi dengan kesepakatan hal yang harus dilakukan adalah
menyusun draft kontrak. Dalam menyusun draft kontrak diperlukan mengumpulkan
daftar-daftar keinginan dua pihak yang melakukan kesepakatan kemudian dimasukkan
dalam klausul-klausul kontrak.
Daftar-daftar keinginan antara kedua pihak biasanya tertuang dalam Notula (Minutes
of Meeting - MOM). Notula adalah catatan singkat mengenai jalannya
rapat/pertemuan negosiasi serta hal yang dibicarakan dan diputuskan.
4. Mengikat Kesepakatan Awal dengan MoU
Memorandum of Understanding (MoU) disebut juga Nota Kesepahaman atau nota
kesepakatan. Mou merupakan prakontrak atau pengikatan kesepakatan awal sebelum
para pihak membuat kontrak sebelum sebuah perjanjian dilakukan. Mou dapat juga
disebut sebagai kontrak. Tujuan dibuatnya MoU karena para pihak belum siap untuk
menandatangani kontrak. Hal ini terjadi karena para pihak masih perlu dilakukan studi
kelayakan kerjasama, masih menunggu keluarnya perizinan, alasan finansial dan
permodalan.
Anatomi Kontrak
Unsur-unsur menyusun bodi kontrak, yaitu klausul-klausul yang dikonstruksi atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Pembuka
Umumnya bagian pembuka kontrak berisi formal kontrak yang terdiri dari judul,
nomor, pembukaan, identitas para pihak, dan latar belakang kontrak.
2. Isi Kontrak
Bagian isi kontrak terdiri dari klausul-klausul mengenai pokok-pokok kerjasama yang
diatur di dalam kontrak. Bagian ini terdiri dari kesepakatan para pihak untuk
melaksanakan hubungan hukum yang rinciannya terdiri dari klausul-klausul umum
maupun khusus.
Klausul umum biasanya menyangkut standar pelaksanaan hubungan kerja sama sesuai
undang-undang seperti klausul kerahasiaan, adendum, keadaan memaksa (force
majeure) dan penyelesaian perselisihan.
Klausul khusus lebih spesifik menentukan hubungan khusus yang dikehendaki para
pihak, seperti barang atau asa, serah terima barang, jangka waktu dan ketentuan-
ketentuan khusus lainnya.
Unsur-unsur menyusun bodi kontrak, yaitu klausul-klausul yang dikonstruksi atas hal-
hal sebagai berikut:
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
3. Penutup
Selain berisi testimonium clause, bagian ini juga berisi tanda tangan, materai dan
lampiran.
Di samping ini adalah contoh anatomi kontrak, namun tidak baku dapat disesuaikan
dengan kebutuhan kedua pihak.
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
1
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
2
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
3
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
4
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
5
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
6
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
7
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
8
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
9
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
10
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
11
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
12
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
14
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
Berakhirnya Kontrak
Dalam perikatan kontrak yang sederhana, berakhirnya kontrak dapat terjadi karena telah
dilaksanakannya hak dan kewajiban. Berakhirnya suatu kontrak dapat berakhir karena hal
berikut, yaitu:
1. Pembayaran
2. Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Dengan Penyimpanan atau Penitipan
3. Pembaharuan Utang (Novasi)
4. Perjumpaan Utang (Kompensasi)
5. Percampuran Utang
6. Pembebasan Utang
7. Musnahnya Barang yang Terutang
8. Kebatalan atau Pembatalan
9. Berlaku suatu Syarat Pembatalan
10. Lewatnya Waktu