Anda di halaman 1dari 26

Pertemuan 9

Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

Menyusun Kontrak Kerja


Kompetensi Dasar:
Mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami kontrak bisnis, membuat kontrak bisnis,
dan melaksanakan kontrak bisnis.

Sumber:
Sukandar, Dadang. (2017). Panduan Membuat Kontrak Bisnis. Cet. 1. Jakarta: Visi Media.

Memulai Bisnis
Dalam berbisnis, membuat kontrak kadang menjadi kompleks. Bisnis diartikan sebagai usaha
komersil di dunia perdagangan.
Istilah bisnis sering melekat pada kontrak sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis.
Bisnis mengisi kontrak dan kontrak melindungi kepentingan bisnis. Kolaborasi keduanya
sering memaksa pelaku usaha untuk konsisten menghitung keuntungan dan waktu demi
mencapai target bisnis.
Dalam berbisnis barang atau jasa, tentunya lekat dengan resiko dan ketidakpastian sebagai
faktor yang sangat dipertimbangkan sebelum memulai bisnis. Bisnis tidak lancar, tertipu,
kecelakaan, atau sederet resiko lainnya yang sanggup menggiring pebisnis kepada
kebangkrutan.

Bisnis UMKM
Sektor bisnis UMKM banyak diminati karena bentuknya yang sederhana, baik dari segi
pemodalan, sumber daya, teknologi, pasar dan legalitasnya.
UMKM merupakan kelompok usaha yang cukup besar di Indonesia. Terbukti pada tahun
1997 dan 2008, UMKM mampu menahan krisis ekonomi di Indonesia. Ketahanan ini muncul
salah satunya karena mengandalkan sumber daya yang mudah diperoleh di sekitar kita.
Saat ini, jumlah UMKM di Indonesia yang lebih dari 50 juta unit mampu menyerap lebih dari
50% GDP nasional. Namun UMKM memiliki tantangan dalam hal kualitas sumber daya
manusia, akses teknologi, keterbatasan pasar (niche market), dan pembiayaan. Biasanya
pelaku bisnis UMKM melakukan kegiatan kemitraan sebagai upaya bertahan di dunia bisnis.
Sehingga untuk melindungi diri dari kemitraan yang tidak adil, setiap pebisnis UMKM harus
siap menyusun kontrak bisnis.

Undang-undang no. 20 Tahun 2008


Menurut UU no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, setiap bentuk
kemitraan yang dilakukan oleh UMKM dituangkan ke dalam perjanjian kemitraan yang
dibuat secara tertulis. Dalam UU tersebut, Klasifikasi UMKM dilakukan berdasarkan nilai
kepemilikan aset dan omzet usaha, dengan ciri-ciri:
1) Usaha Mikro
Merupakan usaha produktif milik perseorangan atau badan usaha, memiliki kekayaan
bersih sampai dengan maksimal Rp. 50.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan sampai dengan maksimal Rp.
300.000.000.
2) Usaha Kecil
Merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, baik dilakukan oleh orang
perorangan maupun badan usaha. Usaha kecil bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan milik Usaha Menengah atau Usaha Besar. Usaha Kecil memiliki
kekayaan bersih antara Rp. 50.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 500.000.000 (tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan
antara Rp. 300.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 2.500.000.000.
3) Usaha Menengah
Merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, baik dilakukan oleh orang
perorangan maupun badan usaha. Usaha Menengah bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan milik Usaha Kecil atau Usaha Besar. Usaha Menengah memiliki
kekayaan bersih antara Rp. 500.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 10.00.000.000
(tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan tahunan
antara Rp. 2.500.000.000 sampai dengan maksimal Rp. 50.000.000.000.
4) Usaha Besar
Merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang
meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Hubungan Kemitraan
Hubungan kemitraan antara UMKM dan Usaha Besar harus dilandasi prinsip saling
membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.
Hubungan itu juga harus menjunjung tinggi etika bisnis yang sehat dan dijalankan dalam
kedudukan hukum yang setara.
Dalam hubungan kemitraan, Usaha Besar harus memberikan bantuan dan memperkuat
UMKM. Hubungan tersebut mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan
pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi.
Berikut pola-pola kemitraan meliputi kerja sama, yaitu:
Inti-plasma, Subkontrak, Waralaba, Perdagangan Umum, Distribusi/Keagenan, Bagi
Hasil, Kerjasama Operasional, Usaha Patungan (Joint Venture), Alih Daya
(Outsourching), dan lain sebagainya.

Kelengkapan Legalitas Usaha


Untuk mewujudkan sebuah kemitraan dan kontrak bisnis, sebuah UMKM harus melengkapi
dirinya dengan bukti legalitas usaha dalam bentuk sebagai berikut:
1. Surat Ijin Usaha
Surat ijin usaha diberlakukan bagi Usaha Kecil Non Perseorangan, Usaha Menengah dan
Usaha Micro/Kecil Perseorangan apabila berhubungan dengan kriteria kesehatan, moral,
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional serta kepentingan


nasional lainnya.
2. Tanda Bukti Pendaftaran diberikan kepada Usaha Kecil Perseorangan.
3. Tanda Bukti Pendataan diberikan kepada Usaha Micro

Prinsip-Prinsip Kemitraan
Prinsip-prinsip di bawah ini harus tertuang jelas dan tertulis di dalam kontrak kemitraan,
yaitu:
1. Di dalam kemitraan, UMKM dan Usaha Besar dilarang saling memutuskan hubungan
secara sepihak.
2. Dalam kemitraan, Usaha Besar juga dilarang untuk menguasai UMKM yang menjadi
mitranya.
3. Demikian pula Usaha Menengah dilarang untuk menguasai Usaha Micro atau Kecil yang
menjadi mitranya.
4. UMKM dan Usaha Besar harus membangun konstruksi hubungan bisnis yang kuat serta
dilaksanakan dalam hubungan setara dan menjunjung tinggi etika bisnis yang sehat.

Bentuk-bentuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan Perseorangan adalah bentuk usaha yang paling sederhana karena didirikan
oleh satu orang, yakni satu pemodal, pengurus, dan penganggung jawab usaha.
Bentuk usaha ini dimiliki oleh orang perseorangan secara pribadi yang sekaligus
bertindak sebagai pengurus dan pengawas usahanya. Perusahaan Perseorangan bukan
merupakan persekutuan maupun badan hukum.
Pendirian Perusahaan Perseorangan dapat dilakukan tanpa izin serta tata cara khusus.
Anda dapat menjadikan salah satu pojokan rumah sebagai gudang untuk menyimpan
produk jualan online anda atau mengubah halaman rumah anda sebagai warung bubur
ayam dan untuk melakukannya tidak memerlukan izin khusus.
Perusahaan Perseorangan dibuat oleh pengusaha yang modal, sumber daya dan kuantitas
produknya terbatas.
Pembubaran Perusahaan Perseorangan semudah pendiriannya. Hal ini karena pemiliknya
hanya seorang, sehingga pembubarannya tidak memerlukan persetujuan dari pihak lain
atau otoritas yang berwenang – kecuali pada saat pendiriannya memerlukan perizinan
khusus.
2. Persekutuan Perdata
Jika Perusahaan Perseorangan telah berkembang dan pebisnis ingin menaikkan level yang
lebih tinggi, maka sudah saatnya pebisnis mencari partner bisnis untuk meningkatkan
Perusahaan Perseorangan itu menjadi Persekutuan Perdata.
Menurut Pasar 1618 Kitab UU Hukum Perdata (KUHPerdata), Persekutuan Perdata
adalah suatu persetujuan atau perjanjian antara dua orang atau lebih yang berjanji untuk
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud supaya keuntungan yang


diperoleh dari persekutuan itu dibagi di antara mereka.
Dalam perjanjian Persekutuan Perdata, para sekutu berjanji untuk memasukan sesuatu ke
dalam persekutuan yang tujuannya agar hasil atau keuntungan pemasukan itu dapat dibagi
di antara mereka.
Pendirian Persekutuan Perdata dilakukan berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh para
sekutu. Dalam perjanjian itu, para pihak mengatur modal-modal yang dimasukkan ke
dalam persekutuan serta pembagian keuntungan dan kerugiannya. Perjanjian Persekutuan
Perdata dapat dibuat secara sederhana, tanpa proses dan prosedur yang khusus, serta
cukup dengan akta di bawah tangan yang bisa ditingkatkan nilai hukumnya dengan
pembuatan akta otentik.
Modal-modal yang dimasukkan para sekutu dapat berupa uang, barang atau tenaga.
Pemasukan modal tersebut disebut juga dengan inbreng dinyatakan dalam perjanjian dan
para sekutu wajib untuk menyerahkannya. Selain menentukan inbreng, perjanjian juga
hendak mencantumkan pembagian keuntungan dan kerugian di antara para sekutu.
3. Persekutuan Firma
Persekutuan Firma merupakan Persekutuan Perdata dalam bentuk yang lebih khusus,
yaitu didirikan untuk menjalankan perusahaan, menggunakan nama bersama, dan
tanggung jawab para pemilik Firma (sekutu) bersifat tanggung renteng.
Sebagai sebuah Persekutuan Perdata, Firma diirikan berdasarkan perjanjian oleh beberapa
orang sekutu. Seperti halnya CV dan PT, Firma juga memiliki nama perusahaan. Nama
Firma dibuat dengan menggunakan nama bersama, yang umumnya diambil dari nama
salah satu pendiri atau gabungan dari nama-nama para pendirinya. Misalnya: Razon & Co
(Razon and Compagnion) atau Firma RUDAL yang merupakan singkatan dari nama
pada pendirinya yaitu Rusdi, Anton dan Lim.
Dalam Firma, masing-masing sekutu berperan secara aktif menjalankan perusahaan.
Dalam rangka menjalankan perusahan itu, mereka bertanggung jawan secara tanggung
renteng. Utang yang dibuat oleh salah satu sekutu akan mengikat sekutu yang lain,
demikian pula sebaliknya.
4. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap – CV)
Persekutuan Komanditer (CV) merupakan perkembangan lebih lanjut dari Persekutuan
Firma. Jika firma hanya terdiri dari para sekutu yang secara aktif menjalankan
perusahaan, dalam Komanditer terdapat sekutu pasif yang hanya memasukkan modal.
Persekutuan Firma dalam perkembangannya membutuhkan tambahan modal, Firma
tersebut dapat memasukkan pihak lain sebagai sekutu baru yang hanya memasukkan
modalnya tetapi tidak terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan.
Dalam hal ini, sekutu yang baru masuk tersebut merupakan sekutu pasif. Jika sekutu
aktif menjalankan perusahaan dan menanggung kerugian sampai harta kekayaan
pribadinya, tanggung jawab sekutu pasif terbatas hanya pada modal yang dimasukkannya
ke dalam perusahaan dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
5. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham.
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

Sebagai sebuah badan hukum, PT dianggap layaknya orang perorangan secara individu
yang dapat melakukan perbuatan hukum sendiri, memiliki harta kekayaan sendiri dan
dapat menuntut serta dituntut di muka pengadilan.
Untuk menjadikannya sebagai badan hukum PT, sebuah perusahaan harus mengikuti tata
cara pembuatan, pendaftaran dan pengumuman sebagaimana yang diatur dalam Undang-
Undang no. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
Sebagai persekutuan modal, sebuah PT didirikan oleh para pendiri yang masing-masing
memasukkan modalnya berdasarkan perjanjian. Modal tersebut terbagi secara
keseluruhan menjadi modal perusahaan. Tanggung jawab pendiri PT adalah sebatas
modal yang disetorkannya ke dalamnya dan tidak meliputi harga kekayaan pribadi
mereka.
Menurut UU PT, modal PT terbagi atas 3 modal, yaitu Modal Dasar, Modal
Ditempatkan, dan Modal Disetor.
(a) Modal Dasar adalah modal keseluruhan PT sebagaimana yang dinyatakan dalam
Anggaran Dasarnya.
(b) Modal Ditempatkan adalah bagian dari Modal Dasar yang wajib dipenuhi/disetor
oleh masing-masing pemegang saham ke dalam perusahaan.
(c) Modal Disetor adalah Modal Ditempatkan yang secara nyata telah disetorkan.

Untuk menjalankan perusahaan, sebuah PT dilengkapi dengan organ-organ yang memiliki


fungsi masing-masing, yaitu: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan
Dewan Komisaris.
Menurut UU PT:
RPUS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas-batas yang ditentukan dalam undang-undang.
Secara umum, tugas RUPS adalah menentukan kebijakan perusahaan.
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan, sehingga Direksi dapat mewakili perseroan itu baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Karena fungsinya yang dapat mewakili perusahaan, maka
kontrak-kontrak dengan perusahaan eksternal harus dibuat dan ditandatangani oleh
Direksi.
Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap perseroan, baik secara umum
maupun secara khusus, termasuk memberi nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
perusahaan.

Perikatan, Perjanjian dan Kontrak


A. Perikatan
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Sebagai suatu hubungan hukum, perikatan berisi seperangkat hak dan kewajiban yang
dijamin oleh hukum dan karenanya memiliki akibat hukum-dapat dipaksakan secara
hukum.
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

Dalam transaksi jual beli, hukum memberikan jaminannya bahwa penjual berhak
menerima pembayaran harga dan pembeli berhak menerima barangnya. Sementara dari
sisi kewajibannya, penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang sedangkan pembeli
berkewajiban untuk membayar.
Pihak-pihak di dalam perikatan bisa terdiri dari dua pihak. Misalnya dalam kontrak
pendirian usaha bersama (persekutuan perdata), tiga orang sekaligus dapat terlibat sebagai
pihak pendiri dalam sebuah kontrak.
B. Perjanjian
Sesuai ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata, perikatan lahir karena suatu persetujuan atau
karena undang-undang. Lebih jelasnya, UU dan perjanjian (persetujuan) merupakan
sumber dari perikatan. Undang-undang dan perjanjian merupakan penyebab dari lahirnya
perikatan. Jika perikatan berisi hak dan kewajiban, perjanjian dan undang-undang
merupakan mesin produksi dalam menciptakan seperangkat hak dan kewajiban dalam
perikatan tersebut.
Dalam perjanjian jual beli, hak dan kewajiban di atara penjual dan pembeli lahir karena
keduanya sama-sama menghendaki pertukaran uang dan barang. Para pihak yang
menandatangani perjanjian menyadari bahwa mereka menghendaki adanya hubungan
perikatan secara hukum.
Jika perikatan adalah suatu hubungan hukum, perjanjian adalah perbuatan hukum.
Sebagai bentuk hubungan hukum, perikatan bersifat abstrak, sedangkan perjanjian
merupakan gerak fisik yang kongkret.
C. Kontrak
Selain perikatan dan perjanjian, dalam hukum juga mengenal istilah kontrak yang biasa
digunakan dalam praktek bisnis. Seperti perikatan, pengertian kontrak juga jarang ditemui
dalam undang-undang. Antara perjanjian dan kontrak memiliki pengertian yang sama,
tetapi pengertian kontrak lebih spesifik.
Kontrak adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis.
Selain kontrak, istilah perjanjian juga sering dipadankan dengan istilah-istilah praktis
seperti SPK (Surat Perjanjian Kerja) atau PKS (Perjanjian Kerja Sama). Suatu perjanjian
yang dibuat tertulis disebut Kontrak.

Azas-azas Kontrak
Ada lima azas yang perlu menjadi pedoman dalam membuat kontrak, yaitu:
1. Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)
Pada prinsipnya, setiap orang bebas untuk membuat kontrak tentang apa pun dan dengan
siapa pun. Namun, kebebasan ini bukanlah kebebasan yang mutlak, karena bagaimanapun
undang-undang tetap membatasinya.
2. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Asas kepastian hukum berarti setiap kontrak yang dibuat secara sah akan dijamin
perlindungannya oleh hukum. Bagi para pihak yang membuatnya, kontrak tersebut
berlaku layaknya undang-undang dan harus dihormati oleh siapa pun.
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

3. Asas Konsensualisme (Concencualism)


Salah satu syarat kontrak adalah adanya kesepakatan atau konsensus di antara para pihak.
Asas konsensualisme berarti suatu kontrak telah lahir sejak detik tercapainya kata
sepakat.
4. Asas Itikad Baik (Good Faith)
Itikad baik berarti motivasi para pihak dalam membuat dan melaksanakan kontrak harus
jujur, terbuka dan saling percaya. Motivasi tersebut tidak boleh dicemari oleh maksud-
maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya.
5. Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian berisi isi kontrak hanya mengikat para pihak yang membuatnya secara
personal dan tidak mengikat pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepakatannya.

Syarat-syarat Sahnya Kontrak


Syarat-syarat sahnya kontrak merupakan alat ukur untuk menentukan sah atau tidaknya suatu
kontrak ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Sesatu sebab yang halal
Kemudian syarat-syarat tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
A. Syarat Subjektif : Kesepakatan para pihak dan kecakapan para pihak.
B. Syarat Objektif : Suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

Persiapan Membuat Kontrak


1. Surat Penawaran
Dalam lingkungan bisnis, surat penawaran digunakan untuk membuka jalan bagi sebuah
kerja sama, baik penjualan barang maupun jasa. Pentingnya prosedur ini bukan cuma
untuk perusahaan besar, tetapi juga perusahaan menengah dan kecil. Karena kerja bisnis
umumnya dilakukan dengan kontrak, surat penawaran merupakan jalan pembuka bagi
tercapainya kesepakatan sebagai syarat sahnya kontrak.
Salah satu syarat sahnya kontrak adalah kesepakatan di antara pihak yang tanpa
kesepakatan itu, kontrak tersebut menjadi tidak sah dan karenanya dapat dibatalkan.
Penawaran merupakan suatu pernyataan kehendak tentang kerja sama yang diharapkan
salah satu pihak. Sebuah penawaran merupakan tindakan yang sepihak yang tidak akan
menghasilkan kesepakatan maupun kontrak. Sebuah kesepakatan akan muncul jika
penawaran dan penerimaan itu bertemu secara timbal balik, yakni penawaran tersebut
diterima secara positif oleh lawan kontraknya dan calon pengguna jasa setuju untuk
menggunakan jasa yang ditawarkan.
Surat penawaran berisi pengenalan diri, surat penawaran juga berisi spesifikasi produk
(barang atau jasa) yang ditawarkan termasuk harga dan dapat dilampiri informasi spesifik
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

baik mengenai identitas pihak dan spesifikasi barang atau jasa yang ditawarkan dan daftar
klien serta proyek-proyek yang pernah dikerjakan.
Setelah memahami isi surat penawaran dan mampu menilai keuntungan yang bisa
diharapkan, pihak yang ditawarkan akan membalas penawaran itu dengan surat
penerimaan.

Gambar 1. Contoh Surat Penawaran

2. Negosiasi
Dalam membuat kontrak, pengusaha harus melakukan negosiasi. Negosiasi
merupakan proses tawar menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan antara satu pihak dan pihak lain. Tujuan negosiasi adalah kesepakatan.
Berikut tahapan negosiasi yang harus dipenuhi untuk mencapai kesepakatan, meliputi:
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

a) Pengumpulan Informasi
Dalam mengatur strategi negosiasi kontrak, penting bagi para pihak untuk
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin persis sebelum mengelilingi meja
negosiasi. Informasi yang penting dikumpulkan meliputi Konsep Bisnis, Regulasi
terkait, kebutuhan dan kemampuan pribadi, dan informasi lawan negosiasi.
b) Kesepakatan
Kesepekatan merupakan syarat sahnya sebuah kontrak. Ketika membuat kesepakatan,
perlu mempertemukan penawaran dan penerimaan dengan mitra bisnis yang
diarahkan pada penandatanganan kontrak.
3. Menyusun Draft Kontrak
Setelah menutup negosiasi dengan kesepakatan hal yang harus dilakukan adalah
menyusun draft kontrak. Dalam menyusun draft kontrak diperlukan mengumpulkan
daftar-daftar keinginan dua pihak yang melakukan kesepakatan kemudian dimasukkan
dalam klausul-klausul kontrak.
Daftar-daftar keinginan antara kedua pihak biasanya tertuang dalam Notula (Minutes
of Meeting - MOM). Notula adalah catatan singkat mengenai jalannya
rapat/pertemuan negosiasi serta hal yang dibicarakan dan diputuskan.
4. Mengikat Kesepakatan Awal dengan MoU
Memorandum of Understanding (MoU) disebut juga Nota Kesepahaman atau nota
kesepakatan. Mou merupakan prakontrak atau pengikatan kesepakatan awal sebelum
para pihak membuat kontrak sebelum sebuah perjanjian dilakukan. Mou dapat juga
disebut sebagai kontrak. Tujuan dibuatnya MoU karena para pihak belum siap untuk
menandatangani kontrak. Hal ini terjadi karena para pihak masih perlu dilakukan studi
kelayakan kerjasama, masih menunggu keluarnya perizinan, alasan finansial dan
permodalan.

Dokumen Pendukung Kontrak


Berikut daftar dokumen pendukung kontrak untuk diperiksa sebelum menandatangani
kontrak
Subjek Perorangan ✓ KTP (Kartu Tanda Penduduk
Kontrak ✓ NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Badan Hukum ✓ Akta Perusahaan (Akta Pendirian dan
Perubahannya)
✓ SK Pengesahan Akta Perusahaan
✓ SKDP (Surat Keterangan Domisili
Perusahaan)
✓ NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
✓ TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
✓ SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
✓ UUG (Undang-undang Gangguan)
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

✓ SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)


✓ KTP Direktur (Penandatangan Kontrak)
Wakil ✓ KTP (Kartu Tanda Penduduk)
Perorangan/Badan ✓ Surat Kuasa
Hukum
Objek Kontrak Dokumen Perizinan ✓ SIUJK (Surat Izin Usaha Jasa
Khusus Konstruksi)
✓ API (Angka Pengenal Importir)
✓ IUP (Izin Usaha Pertembangan)
✓ IUP (Izin Usaha Perkebunan)
✓ Dokumen lainnya
Dokumen Kepemilikan ✓ Sertifikat Tanah
Barang ✓ BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan
Bermotor)
✓ Dokumen Lainnya
Dokumen Kepemilikan ✓ Sertifikat Hak Cipta
Hak Kekayaan ✓ Sertifikat Hak Merek
Intelektual
✓ Dokumen Lainnya

Anatomi Kontrak
Unsur-unsur menyusun bodi kontrak, yaitu klausul-klausul yang dikonstruksi atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Pembuka
Umumnya bagian pembuka kontrak berisi formal kontrak yang terdiri dari judul,
nomor, pembukaan, identitas para pihak, dan latar belakang kontrak.
2. Isi Kontrak
Bagian isi kontrak terdiri dari klausul-klausul mengenai pokok-pokok kerjasama yang
diatur di dalam kontrak. Bagian ini terdiri dari kesepakatan para pihak untuk
melaksanakan hubungan hukum yang rinciannya terdiri dari klausul-klausul umum
maupun khusus.
Klausul umum biasanya menyangkut standar pelaksanaan hubungan kerja sama sesuai
undang-undang seperti klausul kerahasiaan, adendum, keadaan memaksa (force
majeure) dan penyelesaian perselisihan.
Klausul khusus lebih spesifik menentukan hubungan khusus yang dikehendaki para
pihak, seperti barang atau asa, serah terima barang, jangka waktu dan ketentuan-
ketentuan khusus lainnya.
Unsur-unsur menyusun bodi kontrak, yaitu klausul-klausul yang dikonstruksi atas hal-
hal sebagai berikut:
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

3. Penutup
Selain berisi testimonium clause, bagian ini juga berisi tanda tangan, materai dan
lampiran.
Di samping ini adalah contoh anatomi kontrak, namun tidak baku dapat disesuaikan
dengan kebutuhan kedua pihak.
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

Contoh Perjanjian Kontrak Kerja Sama

1
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

2
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

3
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

4
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

5
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

6
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

7
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

8
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

9
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

10
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

11
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

12
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

14
Pertemuan 9
Manajemen Klien dan Bisnis Periklanan - 295

Berakhirnya Kontrak
Dalam perikatan kontrak yang sederhana, berakhirnya kontrak dapat terjadi karena telah
dilaksanakannya hak dan kewajiban. Berakhirnya suatu kontrak dapat berakhir karena hal
berikut, yaitu:
1. Pembayaran
2. Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Dengan Penyimpanan atau Penitipan
3. Pembaharuan Utang (Novasi)
4. Perjumpaan Utang (Kompensasi)
5. Percampuran Utang
6. Pembebasan Utang
7. Musnahnya Barang yang Terutang
8. Kebatalan atau Pembatalan
9. Berlaku suatu Syarat Pembatalan
10. Lewatnya Waktu

Anda mungkin juga menyukai