Di Susun Oleh :
Muhammad Yashif Fadillah ( ketua )
Nabila Kirana Putri
Nabila Putri Asyifa
A. LINGKUNGAN UMKM
1. Pengertian UMKM
Menurut UU no. 20 tahun 2008 UMKM bisa didefinisikan dengan
kriteria berikut ini.
1) Kriteria usaha mikro
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan, atau memiliki hasil penjualan
paling banyak Rp. 300.000.000
2) Kreteria usaha kecil
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 – Rp.
500.000.000 termasuk tanah dan bangunan
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300.000.000 – Rp. 2.500.000.000
3) Kriteria usaha menengah
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 – Rp.
10.000.000.000 termasuk tanah dan bangunan
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
2.500.000.000 – Rp. 50.000.000.000
2. Peranan UMKM
Berikut ini beberapa peranan UMKM dalam perekonomian :
a. Membantu penyerapan tenaga kerja dan mengentaskan
kemiskinan.
Data dari kementrian koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa
ada 55,2 juta unit UMKM di Indonesia dan menyerap sekitar 101,7
juta orang (tahun 2011)
b. Membantu meratakan perekonomian Indonesia
UMKM tersebar di 34 Provinsi di Indonesia, dengan penyebaran
semacam itu maka UMKM bisa membantu meratakan
perekonomian Indonesia karena UMKM tidak berkonsentrasi
diwilayah atau sector tertentu.
c. Mendorong ekspor negara
UMKM bisa membantu memberi pemasukan dalam bentuk
devisa. Pada tahun 2016, devisi yang dihasilkan oleh UMKM
mencapai Rp. 88,45 miliar dollar AS.
d. Membantu ketahanan ekonomi nasional
Kegiatan UMKM memiliki ciri, yaitu cakupan geografis yang kecil
sehingga UMKM cenderung melayani konsumen di sekitar.
Ekonomi Indonesia saat ini masih di topang oleh konsumsi dalam
negeri yang mencapai sekitar 60%.
3. Beberapa Karakteristik UMKM
Berikut ini beberapa karakteristik UMKM :
a. Pendapatan dan asset yang rendah
Pendapatan dan asset UMKM lebih rendah di bandingkan
perusahaan besar, rendahnya aset tersebut akan menurunkan
skala ekonomi (economies of scale) sehingga akan menurunkan
daya saing UMKM dibandingkan perusahaan besar untuk hal-hal
tertentu.
Aspek lain yang berkaitan dengan skala ekonomi adalah skope
ekonomi (economie of scope). Scope ekonomi adalah penggunaan
input secara Bersama (resource sharing).
Pendapatan yang rendah tidak akan otmatis berakibat tingkat
keuntungan yang rendah (return on equity atau return on asset
yang rendah). Meskipun dalam tingkat keuntungan dalam rupiah
rendah, tetapi karena aset atau modal yang digunakan juga
rendah maka REO atau ROA bisa tinggi atau lebih tinggi
dibandingkan ROE dan ROA perusahaan besar. ROE adalah
keuntungan setelah pajak dibagi modal saham, sementara ROA
adalah keuntungan setelah pajak dibagi dengan total aset.
b. Tim kerja yang kecil
UMKM mempekerjakan tenaga kerja beberapa orang sampai
dengan dibawah 100 orang.
Jumlah karyawan yang kecil tersebut membuat UMKM bisa
menjalin komunikasi personal (tatap muka), memangkas birokrasi,
dan memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat. Sebagai
hasilnya, UMKM bisa bergerak lebih lincah dibanding dengan
perusahaan besar.
c. Wilayah pemasaran yang kecil
UMKM melayani segmen pasar secara geografis lebih sempit.
Wilayah pemasaran yang kecil mempunyai beberapa implikasi
baik positif maupun negative.
Dari sisi negative, wilayah pemasaran yang kecil mempunyai
tingkat kerentanan yang tinggi. Maka cakupan yang sempit
tersebutbisa menghambat perkembangan konsumen UMKM.
4. Tipe Badan Hukum
UMKM biasanya mempunyai bentuk perusahaan perseorangan, CV,
PT (Perseroan Terbatas), ataupun koperasi.
Badan usaha sendiri sering sebagai Lembaga atau kesatuan yuridis
(hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan.
a. Usaha Dagang (UD)
Usaha dagang merupakan perusahaan persorangan, dimana satu
orang pengusaha memiliki dan menjalankan usahanya.
b. CV (Commanditaire Vennontschap)
CV didirikan oleh salah satu atau lebih orang, yang merupakan
bentuk usaha yang menjalankan kemitraan. Mitra yang pertama
biasanya menjadi pengurus atau direktur dan menjadi mitra aktif
yaitu bertanggung jawab sampai harta pribadi, sedangkan mitra
kedua mitra pasif, yaitu mitra yang menyerahkan dana sebagai
modal perusahaan (uang yang di setorkan).
c. Firma
Firma adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan
suatu usaha antara dua orang atau lebih, dengan memakai nama
Bersama.
Setiap anggota memiliki kewenangan untuk mewakili perusahaan
dalam melaksanakan kegiatan usaha, dan juga ikut menanggung
resiko secara bersama-sama. Kewajiban masing-masing mitra
sampai dengan harta pribadi (unlimited liability).
d. Perseoran Terbatas (PT)
PT ditandat dengan kata terbatas (limited liability), yang mempunyai
arti bahwa kewajiban pemegang saham terbatas sampai dengan
modal saham yang diserahkan ke PT.
PT mempunyai paying hukum yang tinggi, yaitu Undang-Undang no.
40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UU PT).
Hak pemegang saham dalam PT adalah :
- Memilih dan mengangkat komisaris dan direksi
- Klaim residual, yaitu keuntungan yang tersisa setelah semua
kewajiban telah terpenuhi (misalnya membayar hutang dan
bunganya).
e. Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha yang memiliki status sebagai
Badan Hukum dan dipayungi oleh Undang-undang di Indonesia,
yaitu UU no. 17 tahun 2012 mengenai perkoperasian. Menurut
UU tersebut, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh
orang perseorangan atau badan hukum koperasi yang pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan
usaha.
Koperasi terdiri dari dua tipe, yaitu koperasi primer dan sekunder.
Koperasi primer bisa didirikan oleh individu dengan anggota
nimimal 20 orang (perseorangan), dengan memisahkan Sebagian
kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi.
Koperasi sekunder bisa didirikan oleh minimal tiga koperasi
primer. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
B. KEPUTUSAN AWAL : STUDI KELAYAKAN BISNIS
1. Identifikasi Ide Bisnis
Untuk mengambil ide tersebut, diperlukan kepekaan wirausaha.
Kepekaan wirausaha membuat seseorang mellihat peluang bisnis dan
memanfaatkannya. Ide bisnis juga bisa dikaitkan dengan manfaat
yang diberikan seperti konsumen baru, teknologi baru, dan manfaat
baru.
a. Sumber Internal
Suatu studi menemukan bahwa lebih dari 55% ide produk baru
datang dari dalam perusahaan. Perusahaan bisa mencari ide
tersebut dari riset dan pengembangan resmi dari ilmuwannya,
insinyur, bagian produksi, salesman (karena kontak langsung
dengan konsumen).
Survey lain menunjukkan bahwa sekitar 14% inovasi datangnya
dari riset dan pengembangan, 41% dari karyawan, 36% lainnya
datang dari konsumen.
b. konsumen
Sekitar 28% ide produk baru dari melihat dan mendengarkan
keluhan konsumen. Keluhan atau harapan konsumen bisa
memunculkan ide bisnis baru.
c. Distributor dan suppliers
d. Pesaing dan sumber lainnya
Sekitar 27% ide produk baru datangnya dari pesaing. Perusahaan
bisa membeli produk pesaing, dan menguraikannya.
Masih banyak sumber ide produk atau bisnis lainnya. Beberapa
sumber yang bisa disebutkan antara lain : pemeran perdagangan,
minat dan hobi, masukan dari distributor, diskusi dengan teman,
informasi dari internet, paten dan inovasi, dan sumber lainnya.
Yang diperlukan adalah membuka mata dan telinga agar bisa
menangkap informasi mengenai ide bisnis atau produk baru.
2. Ide Bisnis UMKM : Kemitraan dengan Usaha Besar
a. Kemitraan
Menurut pasal 26 UU no. 20 tahun 2008 tentang UMKM kerja
sama / kemitraan usaha kecil, menengah, dengan usaha besar
dapat dilakukan dengan pola berikut :
1) Inti-plasma
2) Subkontrak
3) Waralaba
4) Perdagangan umum
5) Distribusi dan keagenan
6) Bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti : bagi hasil, Kerjasama
operasional, usaha patungan (joint venture), dan
penyumberluaran (outsourching).
b. Inti-plasma
Dengan konsep ini, perusahaan besar akan bertindak sebagai inti,
sementara UMKM akan bertindak sebagai plasma. Perusahaan inti
memiliki kewajiban seperti melaksanakan pembinaan mulai dari
penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis sampai dengan
pemasaran hasil produksi.
c. Subkontrak
Pola subkontrak antara UMKM dengan perusahaan besar adalah
hubungan kemitraan dimana UMKM memproduksi Sebagian
komponen yang diperlukan untuk membuat produk tertentu,
dengan standar yang sudah ditetapkan oleh perusahaan besar.
Pola semacam itu mempunyai keuntunngan seperti keuntungan
(profit) , memperoleh bimbingan, kemampuan teknis, dan
teknologi dari perusahaan besar. Kelemahannya yaitu
ketergantungan UMKM pada perusahaan besar.
d. waralaba
konsep waralaba atau franchise adalah kerja sama dimana
franchisor (pewaralaba) memberikan hak kepada franchisee
(terwaralaba) untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan tertentu, dengan imbalan tertentu, berdasarkan
kesepakatan yang telah ditentukan.
e. Perdagangan Umum
Perdagangan umum adalah hubungan kemitraan antara UMKM
dengan perusahaan besar, dimana perusahaan besar memasarkan
hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Contoh kegiatan bisnis hortikultura yang dijalankan oleh kelompok
tani hortikultura yang tergabung dengan koperasi. Kelompok
tersebuut kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompok
supermarket. Petani memiliki kewajiban untuk memasok barang-
barang sesuai dengan persyaratan dan kualitas produk yang telah
disepakati Bersama.
f. Keagenan
Yaitu usaha kecil (UMKM) diberikan hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar
perusahaan mitranya.
g. Bentuk-bentuk Lain
Beberapa contoh pola alternatif lainnya adalah : bagi hasil,
Kerjasama operasional, usaha patungan (joint venture), dan
penyebarluaran (outsourching).
Dalam pola kemitraan Kerjasama operasional, kemitraan
ditujukan untuk menjalankan usaha yang sifatnya sementara.
UMKM dan usaha besar bisa menjalankan usaha yang sifatnya
sementara sampai dengan pekerjaan tersebut selesai. Sementara
untuk pola kemitraan usaha patungan (joint venture), UMKM bisa
melakukan kemitraan dengan usaha besar / menengah melalui
usaha patungan (joint venture).
Untuk Kerjasama outsourcing, perusahaan besar memberikan
kesempatan kepada UMKM untuk mengerjakan sebagian
pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan sendiri oleh usaha besar.
3. Manfaat CSR (Corporate Social Responbility)
CSR di Indonesia diatur melalui sejumlah peraturan Perundangan
antaralain seperti :
a) Undang-undang no. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas
(UU PT), keputusan Menteri Keungan no. 232/KMK.013/1989
tanggal 11 November 1989 tentang Pedoman Pembinaan
Pengusaha Konomi Lemah dan Koperasi memalui Badan Usaha
Milik Negara (BUMN)
b) Undang-undang no. 19 tahun 2003 tentang BUMN
c) Undang-undang no. 20 tahun 2008 tentang usaha makro, kecil,
dan menengah.
Kegiatan studi kelayakan bisnis yang lebih formal akan melibatkan banyak
aspek, seperti aspek pemasaran, keuangan, operasional, sosial, legal dan
peraturan, lingkungan, dan lainnya. Di modul ini, analisis kelayakan akan
difokuskan pada kelayakan aspek aspek: (1) pemasaran, (2) keuangan, (3) teknis
operasional. berikut ini tahapan untuk analisis kelayakan bisnis.
5. Studi Kelayakan Aspek Pemasaran
Studi kelayakan aspek pemasaran mencakup dua hal, yaitu (1) evaluasi
potensi pasar, (2) strategi pemasaran dan aspek persaingan.
a. Potensi Pasar
Potensi pasar bertujuan mengevaluasi potensi pasar yang bisa dilayani
oleh produk (kebutuhan yang dilayani oleh produk), sedangkan analisis
persaingan bertujuan untuk mengevalyasi kemampuan produk memenuhi
kebutuhan, relatif (dibandingkan) dengan pesaingnya. Untuk mengestimasi total
pasar, beberapa dimensi bisa digunakan, seperti dimensi wilayah, dimensi luas
produk, dimensi jangka waktu. Untuk dimensi wilayah, manajer bisa membagi
wilayah ke dalam wilayah internasional, nasional, dan regional. Sebagai contoh,
jika suatu produk mempunyai cakupan sempit maka wilayah regional akan lebih
sesuai untuk digunakan. Perusahaan MNC yang mempunyai cakupan global,
mungkin akan lebih sesuai mengevaluasi dengan cakupan wilayah internasional.
Untuk dimensi luas produk, misalnya manajer ingin menghitung potensi pasar
untuk sepeda motor. Manajer bisa menggunakan produk sepeda motor, sepeda
motor bebek (lebih sempit), sepeda motor bebek 100cc (lebih sempit lagi). Untuk
dimensi jangka waktu, manajer bisa menggunakan cakupan waktu jangka pendek.
jangka menengah, ataupun jangka panjang. Cakupan waktu juga bisa membagi
potens ke dalam potensi saat ini (yang sudah ada) dan potensi pada masa yang
akan datang (belum ada saat ini). Tabel 11.3 berikut ini menggambarkan
bagaimana kita mengerucutkan jumlah penduduk menjadi pasar potensial.
Tabel 11.3
Merincikan Pasar Potensial
Total Penduduk, Total Potensi Pasar, Potensi Pasar yang Bisa Dilayani
Total penduduk: 100%
Potensi pasar: 10% (yang berminat beli produk)
Pasar yang tersedia: 4% (plus punya akses)
Pasar yang qualified.2% (plus qualified, misalnya 18 tahun ke atas)
Pasar yang bisa dilayani: 15% (yang ditarget, misalnya wilayah Jawa)
Pasar yang sudah dilayani: 0,5% (yang sudah beli produk)
Q = nqp
dimana:
Q : total pasar potensial
n : jumlah pembeli
q : Jumlah pembelian
p : harga rata rata per unit
Tabel 11.5
Konsumsi dan Suplai Produk A (2004-2018)
Tahun Konsumsi Suplai Pertumbuhan Pertumbuhan
Konsumsi Suplai
2004 30 20
2005 35 20 0,17 0,00
2006 34 20 -0,03 0,00
2007 37 20 0,09 0,00
2008 45 22 0,22 0,10
2009 44 22 -0,02 0,00
2010 47 22 0,07 0,00
2011 53 22 0,13 0,00
2012 57 25 0,08 0,14
2013 59 25 0,04 0,00
2014 59 25 0,00 0,00
2015 63 27 0,07 0,08
2016 65 27 0,03 0,00
2017 67 27 0,03 0,00
2018 70 27 0,04 0,00
Pertumbuhan rata rata 0,06 0,02
0 1 2 3 4 5
Kas keluar
Investasi AT -100
Inv modal kerja -10 -10 -15
Kas keluar -110 -10 -15 0 0 0
Kas masuk
Operasional 39,8 39,8 39,8 39,8 39,8
Penjualan nilai 27
sisa
Modal kerja 35
Kembali
Kas Masuk 0 39,8 39,8 39,8 39,8 101,8
Untuk aliran kas di atas, IRR bisa ditemukan, yaitu 0,25 atau 25%. Dengan
demikian, bisa diartikan bahwa usulan investasi tersebut memberikan rate of
return (tingkat keuntungan) sebesar 25% per tahun selama lima tahun. Kriteria
penerimaan untuk IRR adalah sebagai berikut. Jika IRR > tingkat keuntungan
yang disyaratkan, maka usulan investasi layak dilakukan, dan sebaliknya. Karena
IRR = 25% > tingkat keuntungan yang disyaratkan (15%) maka usulan investasi
tersebut layak dilakukan.
Untuk melihat seberapa cepat, modal bisa kembali, payback period bisa
dihitung. Perhatikan bahwa investasi yang dikeluarkan adalah 110 pada awal
tahun. Aliran kas tahun ke-1. sebesar 29,8, belum bisa menutup modal awal.
Tabel berikut ini menunjukkan perhitungan payback period.
Tabel 11.7
Perhitungan Payback Period
Tahun 0 1 2 3 4 5
Aliran -110 29,8 24,8 39,8 39,8 101,8
Kas
Sisa -80,2 -55,4 -15,6 24,2 126
Dari Tabel 11.7 di atas, tampak bahwa pada tahun ke-4, sisa sudah
menunjukkan angka positif, yang menunjukkan bahwa pada tahun ke-4, modal
sudah balik. Untuk menghitung lebih akurat, pada bulan berapa modal bisa balik,
manajer bisa menghitung sisa dengan aliran kas pada tahun ke-4, sebagai berikut:
(24,2/39,8 0,6). Dengan demikian, modal akan kembali dalam waktu 3,6 tahun,
atau sekitar 3 tahun enam bulan. Untuk menentukan apakah waktu tersebut sudah
memadai atau belum, manajer bisa membandingkan dengan standar payback
period untuk bisnis yang sama. Sebagai contoh, untuk industri pembuatan pesawat
terbang seperti Boeing, payback period biasanya sekitar 15 tahun. Untuk usaha
martabak di pinggir jalan atau di depan minimarket, paybac period biasanya
sekitar 3 bulan.
A. AKUNTANSI
Akuntansi bisa didefinisikan sebagai pengukuran, pemrosesan, dan
pengkomunikasian informasi keuangan maupun nonkeuangan mengenai entitas
ekonomi seperti perusahaan atau bisnis. Sebagai contoh, ada transaksi penjualan
yang terjadi di suatu perusahaan. Transaksi tersebut diidentifikasi (diakui sebagai
penjualan), diukur (nilainya berapa Rupiah), dan kemudian dikomunikasikan ke
pihak lain (misalnya laporan keuangan disampaikan ke pihak eksternal).
Informasi yang disampaikan diharapkan bisa menjadi basis untuk pengambilan
keputusan. Akuntansi yang dikenal saat ini menggunakan konsep double entry
(pencatatan ganda) untuk pencatatan transaksi.
Siklus akuntansi mencatat siklus yang dimulai dari pencatatan transaksi,
kemudian diringkaskan ke dalam laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut
kemudian menjadi basis untuk siklus akuntansi periode berikutnya, yaitu
transaksi yang terjadi dicatat, diringkas, dan kemudian dibuatkan laporan
keuangan untuk periode berikutnya. Sebagai ilustrasi, Pak Joko membuka bisnis
trading. Dia setor kas Rp100 juta. Kas tersebut dibelikan mobil pick-up seharga
Rp50 juta, umur lima tahun, depresiasi garis lurus, tanpa nilai sisa. Persediaan
dibeli dengan harga Rp30 juta, kas 2/3 Persediaan tersebut dijual kas dengan
harga Rp40 juta. Tahun kedua, persediaan dibeli senilai Rp30 juta, kas. 2/3
persediaan tersebut, terjual dengan harga Rp40 juta. Akhir tahun kedua, bisnis
dilikuidasi. Pak Joko menyewa bangunan senilai Rp5 juta per tahun. Buat catatan
jurnal akuntansi dan susun laporan keuangannya, meliputi neraca laporan laba-
rugi, dan laporan arus kas.
Jurnal akuntansi untuk mencatat transaksi bisa dilihat berikut ini. Akuntansi
menggunakan double-entry system, di mana setiap transaksi dicatat dua kali, di
bagian debit dan di bagian kredit.
Tabel 11.8
Jurnal Akuntansi
Debit Kredit
Kas Rp.100 juta
Modal Saham Rp. 100 juta
Mobil Rp. 50 Juta
Kas Rp. 50 Juta
Persediaan Rp. 30 juta
Kas Rp. 30 juta
HPP Rp. 20 Juta
Persediaan Rp. 20 Juta
Kas Rp. 40 juta
Penjualan Rp. 40 juta
Sewa Rp. 5 Juta
Kas Rp. 5 Juta
Depresiasi Rp. 10 juta
Akum Dep Rp. 10 juta
Penjualan Rp. 40 Juta
HPP Rp. 20 juta
Sewa Rp. 5 juta
Depresiasi Rp. 10 juta
Laba Rp. 5 juta
Laba Rp. 5 juta
Modal saham Rp. 5 juta
B. MANAJEMEN KEUANGAN
1. Tugas Manajer Keuangan
Manajer keuangan akan mengambil tiga tipe keputusan, yaitu keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan modal kerja, dengan tujuan untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Pendekatan neraca bisa
digunakan untuk menggambarkan situasi tersebut (lihat Gambar 11.3 berikut ini).
Neraca terbu menjadi sisi kiri (aset) dan sisi kanan (pasiva). Aset menggambarkan
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan pasiva menggambarkan
sumber pendanaan perusahaan. Modal kerja bersih bisa didefinisikan sebagai
Aktiva Lancar dikurangi Hutang Lancar.
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham bisa dilihat dari harga pasar
saham. Jika harp pasar saham meningkat terus maka manajer bisa mengatakan
bahwa kemakmuran pemegang saham meningkat. Jika perusahaan sudah go-
public (menjual saham ke publik) maka harga pasar akan lebih mudah dilihat.
Untuk perusahaan yang go-pablic. harga pasar saham akan terlihat praktis setiap
hari. Pasar saham merupakan pasar ya likuid, jual beli saham mudah dilakukan.
Jika perusahaan tidak go-public, nilai saham tidak bisa diobservasi langsung.
Dalam situasi tersebut, manajer bisa menggunakan cara tidak langsung, misalnya
melihat harga jual (harga saat perusahaan atau usaha pada dijual). Jika harga jual
menunjukkan peningkatan maka manajer berhasil meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Cara lain adalah dengan melihat fundamental perusahaan,
seperti yang tercermin dari rasio-rasio keuangan. Secara umum ad hubungan
positif antara harga saham dengan fundamental perusahaan. Jika tingkat
keuntungan perusahaan (seperti terlihat dari ROE atau ROA) menunjukkan
peningka yang stabil maka kemungkinan besar nilai saham juga akan meningkat.