MANAJEMEN PERPAJAKAN
Dibuat oleh:
Ridho Jatmiko Utama, SE
NIM: 2250100038
II. Definisi
b) Non-Administrative JO
JO dengan tipe ini dalam prakteknya di kalangan pengusaha jasa konstruksi sering
disebut sebagai Konsorsium di mana kontrak dengan pihak Project Owner di buat
langsung atas nama masing-masing perusahaan anggota. Dalam hal ini JO hanya
bersifat sebagai alat koordinasi. Tanggung jawab pekerjaan terhadap Project Owner
berada pada masing-masing anggota.
(2) Kewajiban PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15, Pasal 23, dan Pasal 26
Kewajiban pemotongan, pembayaran dan pelaporan PPh atas
pembayaran/biaya yang terutang PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15, Pasal 23,
dan Pasal 26 sama dengan Wajib Pajak pemotong lainnya.
2. Non-Administrative JO
Seluruh pekerjaan dan tanggung jawab terhadap penerima jasa konstruksi
Non-Administrative JO dilakukan oleh masing-masing anggota JO. Oleh karena itu
seluruh kewajiban perpajakan berkaitan dengan transaksi tersebut menjadi tanggung
jawab masing-masing anggota JO. Dengan begitu Non-Administrative JO tidak
perlu mendaftarkan diri untuk mempunyai NPWP dan tidak perlu juga dikukuhkan
sebagai PKP.
Sebagai contoh kasus sebagai berikut : PT. Jaya,PT. Indah, PT. Sentosa telah
sepakat untuk membuat joint operation pembangunan apartmen dengan porsi
kepemilikan Pt. Jaya 62%,PT. Indah 33% dan PT. Sentosa sebesar 5%. Dalam
pembentukan joint operation ini PT. jaya menyerahkan modalnya dengan tanah seluas
10 Ha seharga 124 miliar rupiah, PT. Indah menyerahkan modalnya berupa uang tunai
sebesar 66 miliar rupiah dan PT Sentosa senilai 10 miliar rupiah. Proyek apartmen
tersebut sukses besar dan terjual seluruhnya dengan penjualan 2.094 unit dengan harga
jual perunit 495 juta sehingga menghasilkan total penjualan sebesar
Rp.1.036.530.000.000. Pada akhir tahun diketahui laba bersih JO Jaya Indah sebesar
Rp.233.108.372.093
Berdasarkan kasus tersebut penulis akan menjabarkan aspek-aspek perpajakan
dan perhitungan perpajakan dengan membandingkan perpajakan joint operation Jaya
Indah dan baru dengan nama PT. Jaya Indah.
1. Analisa Aspek Perpajakan jika menggunakan joint operation
a) Kewajiban Perpajakan
Berdasarkan UU PPh Pasal 2 ayat (1) huruf b joint operation tidak
termasuk ke dalam pengertian subjek pajak badan. Meskipun bukan merupakan
subjek pajak badan, namun JO wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kewajiban ini semata – mata hanya untuk
memenuhi kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak.
Joint operation juga tidak berkewajiban untuk membayar dan/atau melaporkan
PPh pasal 25 dan melaporkan SPT Badan.
b) Aspek Perpajakan Penyertaan Atas Modal
IX. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh penjabaran dua skenario diatas dan untuk memperjelas
penjabaran tersebut maka dirangkum dalam bentuk tabel rangkuman seperti berikut :