Gayus Tambunan merupakan kasus mafia yang tergolong berat. Dampak kerusakannya juga
sangat besar. “Bayangkan, jika kasus ini dibiarkan, dampaknya akan sangat merusak,” ujar
Denny Indrayana saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Minggu, 28 Maret 2010. Dia
menekankan kategori beratnya kasus ini karena bukan hanya menyangkut aparat pajak,
melainkan juga terkait dengan aparat penegak hukum lainnya, seperti kepolisian dan kejaksaan.
Di sisi lain, dampak besar dari kasus ini adalah dari sisi penerimaan negara. Padahal, penerimaan
negara selama ini sebagian besar disumbang dari pajak. “Bayangkan, jika kasus ini dibiarkan
terjadi,” katanya. Karena itu, kata Denny, Satgas membantu kepolisian untuk mengungkap kasus
tersebut. Satgas telah menghimpun informasi sangat penting dan strategis dari Gayus Tambunan
Informasi itu terkait dengan mafia yang bukan sekedar melibatkan orang pajak, tetapi
juga terkait dengan mafia peradilan, yakni mencakup institusi penegak hukum lainnya. “Penulis
Anggota Satuan Tugas (Satgas), Mas Achmad Santosa mengungkapkan pengadilan pajak
merupakan tempat penyelewengan yang dilakukan pegawai pajak. Gayus Tambunan kini tengah
diburu oleh Ditjen Pajak dan Kepolisian Indonesia. Gayus menjadi tersangka dugaan makelar
kasus pajak karena di rekeningnya terdapat duit senilai Rp 25 miliar yang diduga berasal dari
wajib pajak.
1. Analisa kasus :
Kasus gayus dinyatakan bukan kasus pidana perpajakan oleh dirjen pajak karena kasus
ini tidak berkaitan dengan SPT wajib pajak, tetapi dalam pendapat Penulis, kasus ini tidak lepas
dari jenis kasus perpajakan, dimana tindak kejahatan terjadi di dalam lingkup perpajakan. Selain
itu, kasus ini juga menyeret secara langsusng beberapa pasal dalam undang-undang yang
berbeda. Sehingga, menimbulkan spekulasi tentang analisis kasus ini. Di lain sisi putusan yang
telah ada sampai dengan kasus gayus ini di angkat hingga tingkat kasasi menyebutkan bahwa :
negara sebanyak 570 juta rupiah, serta menyalahkan wewenang dengan memberikan
keberatan serta banding dari wajib pajak PT. Surya Alam Perkasa.
Gayus juga dinyatakan melanggar pasal 5 ayat (1) a, UU no. 31/1999 (tipikor), berkaitan
dengan ini Gayus melakukan penyuapan sebanyak 750 juta dolar Amerika, diduga
diberikan kepada beberapa orang Penyidik Bareskrim Mabes Polri, hal itu dilakukan
supaya mereka tidak memblokir rekeningnya d salah satu bank, supaya tidak menyita
rumahnya, dan supaya memindahkan pemeriksaan atas dirinya yang asalnya di Mabes
memberikan uang 40 ribu dolar Amerika kepada PN Tangerang yang bernama Muhtadi
Berdasarkan hal diatas, dalam mata kuliah hukum pidana di Strata 1 Fakultas Hukum
pidana. Hal ini pun ditegaskan dalam amar putusan yang menyatakan terdapat suatu perbarengan
Tindak pidana dalam kasus Gayus. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perbarengan tindak
pidana ialah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang dimana tindak pidana yang
dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak
pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim. Dapat juga di dalam bentuk
concursus itu terjadi dua atau lebih tindak pidana oleh dua atau lebih orang. Jadi intinya, yang
terpenting adalah ada lebih dari satu tindak pidana dan diantara tindak pidana tersebut belum
diputus hakim.
Pada pengulangan juga terdapat lebih dari satu tindak pidana yang dilakukan oleh satu
orang. Perbedaan pokoknya adalah bahwa pada pengulangan tindak pidana yang dilakukan
pertama atau lebih awal telah diputus oleh hakim dengan mempidana pada si pembuat/pelaku,
bahkan telah dijalaninya baik sebagian atau seluruhnya. Sedangkan pada perbarengan
(concursus) syarat seperti pada pengulangan tidaklah diperlukan. Pengulangan tindak pidana
Gayus Halomoan Tambunan dituduh melakukan tiga tindak pidana sekaligus, yaitu korupsi,
pencucian uang, dan penggelapan. Ini tidak masuk ke dalam suatu penyertaan pidana karena
Gayus melakukan delik secara sendiri dan tidak bersama-sama. Penyertaan dalam poin kesatu
diperlukan keterlibatan minimal seorang lainnya, baik secara psikis, misalnya terlibat dengan
seorang pembuat penganjur; atau terlibat secara fisik, misalnya dengan pembuat peserta atau
pembuat pembantu. Jadi, seorang pleger diperlukan sumbangan dari peserta lain dalam
mewujudkan tindak pidana. Tetapi, keterlibatan dalam hal sumbangan peserta lain ini,
menentukan untuk terwujudnya tindak pidana yang dituju terutama dalam hal kasus gayus
tambunan.
Fakta-fakta di dalam kasus mafia pajak dengan tersangka Gayus Halomoan Tambunan,
korupsi, pencucian uang (money laundering) serta penggelapan. Ketiganya merupakan bentuk
tindak pidana. Masing-masing berbeda antara satu dengan yang lain. Korupsi diatur di dalam
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto
Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 31 Tahun
perbarengan perbuatan, kiranya dapat disimpulkan dari rumusan pasal 65 ayat (1) dan pasal 66
ayat (1) KUHP[12], Pengertian perbuatan dalam rumusan di ayat (1) pasal 65 dan 66 adalah
perbuatan yang telah memenuhi seluruh syarat dari suatu tindak pidana tertentu yang dirumuskan
dalam undang-undang, atau secara singkat adalah tindak pidana, yang pengertian ini telah sesuai
penafsiran sistematis).
Jadi berdasarkan rumusan ayat (1) pasal 65 dan 66 KUHP, maka dapat disimpulkan
bahwa masing-masing tindak pidana yang mana tindak pidana dalam perbarengan perbuatan itu
satu sama lain adalah terpisah dan berdiri sendiri. Inilah ciri pokok dari perbarengan perbuatan.
Kesimpulannya, kasus Gayus Halomoan Tambunan dalam penyelesaiannya dapat diadili dan
dipidana sekaligus karena ini merupakan concursus. Sehingga benar adanya jika kasus ini
diputus hakim dalam satu putusan pidana dan tidak dijatuhkan sendiri-sendiri.
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6
Pasal 36A (4) UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan,
berbunyi :
“Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum
membayar atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri,
Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan
membayar atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri,
berbunyi :
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
Kasus ini merupakan kasus pidana penyuapan, dengan adanya kesaksian tersangka atas
adanya suap PT. Bakrie yang diterima oleh tersangka. Pasal yang terkait dengan kasus ini adalah
pegawai negeri yang patut diduga berhubungan dengan jabatannya dan gratifikasi.
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
Isi pasal 418 dan 419 KUHP, yang mana berkaitan dengan kasus dalam pembahasan
Penulis adalah sebagai berikut. Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau sepatutnya harus diduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran
orang yang memberi hadiah atau janji itu ada hubungan dengan jabatannya diancam dengan
pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun seorang pejabat:
(1) yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya bahwa hadiah atau janji itu diberikan
untuk menggerakkannya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
(2) yang menerinia hadiah mengetahui bahwa hadiah itu diberikan sebagai akibat. atau oleh
karena si penerima telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
Kasus ini juga masuk dalam kasus pidana, karena berkaitan dengan adanya upaya
penggelapan dana negara. Penggelapan itu diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah Selain kasus penggelapan, juga
terdapat adanya upaya untuk menguntungkan diri sendiri, sebagaimana disebutkan dalam pasal
378
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
Selain jeratan sanksi diatas, kasus ini juga masuk dalam ranah money loundry, diatur di
dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang juncto
Undang-undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 15 Tahun
2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, dengan adanya pengalihan uang dengan cara
dialirkan ke rekening lain, yang ketika dicek saldo rekening gayus, hanya ditemukan nominal
Rp. 400.000.000,00, yang tidak sesuai dengan laporan yang diperoleh dari penyidikan.
Dari pembahasan diatas, kasus ini juga termasuk dalam kasus tindak pidana ekonomi karena
berkaitan dengan kondisi keuangan/fiskal negara. Karena berkaitan dengan kondisi keuangan
Kasus gayus dinyatakan bukan kasus pidana perpajakan oleh dirjen pajak karena kasus
ini tidak berkaitan dengan SPT wajib pajak, tetapi dalam pendapat Penulis, kasus ini adalah
kasus perpajakan, dimana tindak kejahatan terjadi di dalam lingkup perpajakan. Selain itu, kasus
ini juga menyeret secara langsusng beberapa pasal dalam undang-undang yang berbeda. Kasus
Gayus, menurut Penulis, merupakan suatu concursus atau perbarengan tindak pidana. Pada
dasarnya yang dimaksud dengan perbarengan tindak pidana ialah terjadinya dua atau lebih tindak
pidana oleh satu orang dimana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana,
atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu
putusan hakim. Dapat juga di dalam bentuk concursus itu terjadi dua atau lebih tindak pidana
oleh dua atau lebih orang. Jadi intinya, yang terpenting adalah ada lebih dari satu tindak pidana
Gayus Halomoan Tambunan dituduh melakukan tiga tindak pidana sekaligus, yaitu
korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Ini tidak masuk ke dalam suatu penyertaan pidana
karena Gayus melakukan delik secara sendiri dan tidak bersama-sama. Penyertaan dalam poin
kesatu bentuk-bentuk penyertaan, yaitu “mereka yang melakukan (pembuat pelaksana: Pleger)”
menunjukkan dan mengindikasikan bahwa itu merupakan suatu perbarengan tindak pidana. Jadi
berdasarkan rumusan ayat (1) pasal 65 dan 66 KUHP, maka dapat disimpulkan bahwa masing-
masing tindak pidana yang mana tindak pidana dalam perbarengan perbuatan itu satu sama lain
adalah terpisah dan berdiri sendiri. Inilah ciri pokok dari perbarengan perbuatan. Kesimpulannya,
kasus Gayus Halomoan Tambunan dalam penyelesaiannya dapat diadili dan dipidana sekaligus
karena ini merupakanconcursus. Sehingga sudah patut diputus dalam satu putusan pidana dan
Gayus dianggap merugikan negara sebanyak 570 juta rupiah, serta menyalahkan
wewenang dengan memberikan keberatan serta banding dari wajib pajak PT. Surya Alam
Perkasa.
Korupsi, berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).”
Berkaitan dengan ini Gayus melakukan penyuapan sebanyak 750 juta dolar Amerika, diduga
diberikan kepada beberapa orang Penyidik Bareskrim Mabes Polri, hal itu dilakukan supaya
mereka tidak memblokir rekeningnya d salah satu bank, supaya tidak menyita rumahnya, dan
supaya memindahkan pemeriksaan atas dirinya yang asalnya di Mabes Polri menjadi di hotel.
Pasal 6 ayat(1) a, UU no.31/1999 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus
Berhhubungan dengan hal ini Gayus perbah menjanjikan akan memberikan uang 40 ribu dolar
Amerika kepada PN Tangerang yang bernama Muhtadi Asnun, supaya dapat mempengaruhi
majelis hakim.
berbunyi :
“Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang
dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 9tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Berkenaan dengan Gayus yang memberikan keterangan palsu kepada penyidik menyangkut
kepemilikan rekening di salah satu bank yang isi rekeningnya berjumlah miliaran rupiah.
“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420,
Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
oleh pegawai negeri yang patut diduga berhubungan dengan jabatannya dan gratifikasi, Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 372 dan pasal 378.Selain jeratan sanksi diatas,
kasus ini juga masuk dalam ranah money loundry, diatur di dalam Undang-undang No. 15 Tahun
2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Undang-undang No. 25 Tahun 2003
Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang. Sehingga dari pembahasan diatas, kasus ini juga termasuk dalam kasus tindak pidana
ekonomi karena berkaitan dengan kondisi keuangan/fiskal negara. Karena berkaitan dengan
Lamintang .P.A.F : Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, penerbit Sinar Baru: Jakarta
Indonesia .http://hukumpidana.bphn .go.id/babbuku/bab-vi-perbarengan-tindak-
https://ganjarprima.wordpress.com/2015/06/24/hukum-pidana-analisa-kasus-gayus-tambunan-
tugas-semester-2-fh-universitas-brawijaya/
aparatpajak.www.vivanews.com/kasus:satgasdampakkasusgayussangatmerusakkategoriberatnya
kasusinikarenabukanhanyamenyangkutaparatpajak.
OLEH
NIDAUL HASANAH
B111 13 571
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016