Anda di halaman 1dari 13

Materi Tindak

Pidana Ekonomi

PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


Membuka Akses Pendidikan Tinggi bagi Semua
Making Higher Education Open to All
TINDAK PIDANA EKONOMI

Satrio Putro Wihanto


S.H.,M.H.,C.L.A

HKUM 4311/ 3 SKS


KEGIATAN BELAJAR 1
 Pengantar Tindak Pidana Ekonomi
 Istilah, Pengertian Serta Perkembangan Dari Tindak Pidana
Ekonomi Dan Kejahatan Ekonomi
 Perluasan Dalam Tindak Pidana Ekonomi

KEGIATAN BELAJAR 2
 Karakteristik Tindak Pidana Ekonomi
 Karakteristik Dan Tipe Tindak Pidana Ekonomi
 Tata Cara Dan Pengusutan Penuntutan Tindak Pidana Ekonomi
Istilah, Pengertian Serta Perkembangan Dari Tindak Pidana Ekonomi Dan
Kejahatan Ekonomi

Tindak Pidana Ekonomi adalah bagian dari hukum pidana tetapi yang memiliki
kekhususan. Di Indonesia, pengundangan tindak pidana ekonomi relatif baru karena baru mulai
dikenal sejak diundangkan UU Darurat No 7 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi.
Dalam perkembangannya, pidana perbankan juga mendaji bagian dari tindak pidana ekonomi
(“TPE”) selain tindak pidana dibidang bea cukai (smuglling), kecurangan di bidang
kebeacukaian (customs fraud), kejahatan di bidang pengangkutan laut (maritime), kejahatan
dibidang perikanan (ilegal fishing) dst. TPE itu sendiri adalah hukum pidana khusus yang
berkembang di luar kodifikasi (KUHP)
PERLUASAN DALAM TINDAK PIDANA EKONOMI

Secara singkat dapat didefinisikan menjadi dua, yaitu :


1 Hukum Pidana Ekonomi adalah bagian dari hukum pidana yang
bercorak ekonomi, meliputi ( economic crime, business crime, white
collar crime, dan socio economic crime)

2 Setiap perbuatan pelanggaran atas kebijakan negara di bidang


ekonomi yang dituangkan dalam peraturan hukum ekonomi yang
memuat ketentuan pidana terhadap pelanggarnya
Secara sederhana tindak pidana ekonomi adalah perbuatan-perbuatan yang
merugikan perekonomian". Lebih lanjut pengertian ini dijabarkan dalam Pasal 1 Undang-
Undang Tindak Pidana Ekonomi yang menyebutkan bahwa yang didefinisikan sebagai
tindak pidana perekonomian adalah :
Pelanggaran berbagai ketentuan yang terdapat dalam atau berdasarkan berbagai
peraturan dan ordonantie (peraturan pemerintah) yang dicantumkan pada Pasal 1 ayat
(1) Undang-undang tindak pidana ekonomi.
Tindak-tindak pidana tersebut dalam Pasal 26, Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-undang
tindak pidana ekonomi.
Pelanggaran sesuatu ketentuan dalam atau berdasar undang-undang lain, sekedar
undang-undang itu menyebut pelanggaran itu sebagai tindak pidana ekonomi.
Tindak pidana ekonomi secara umum adalah suatu tindak pidana yang mempunyai
motif ekonomi dan lazimnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
intelektual dan mempunyai posisi penting dalam masyarakat atau pekerjaannya.
Edmund W Kitch mengemukakan 3 karakteristik atau features of
economic yaitu ;
1. Pelaku menggunakan modus operandi yang sulit dibedakan dengan
modus operandi kegiatan ekonomi pada umumnya.
2. Tindak pidana ini biasanya melibatkan pengusaha-pengusaha yang
sukses dalam bidang nya.
3. Tindak pidana ini memerlukan penanganan atau pengendalian
secara khusus dari aparatur penegak hukum.
Ensiklopedia Crime and Justice membedakan 3 tipe tindak pidana
ekonomi;
4. Property crimes;
5. Regulatory crimes;
6. Tax crime.
Perluasan Dalam Tindak Pidana Ekonomi

Secara terperinci perluasan atau penyimpangan yang dilakukan undang-undang tindak


pidana ekonomi terhadap ketentuan umum dalam KUHP adalah :
1. Subyek Hukum Dalam Undang-undang Nomor 7 drt 1995 subyek hukum pidana itu
diperluas. Selain orang, juga meliputi badan hukum perseroan, perserikatan, dan
yayasan. Semuanya menunjukkan sebuah korporasi. Dan ini adalah undang-undang
pertama yang menempatkan korporasi. Dan ini adlah undang-undang pertama yange
menempatkan koroporasi sebagai subjek hukum pidana. Hal serupa juga ditemukan
dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup.
2. Klasifikasi Kejahatan Dan Pelanggaran KUHP menetukan klasifikasi suatu perbuatan
termasuk kejahatan dan pelanggaran didasarkan atas pertimbangan kualitas dan
kuantitatif. Berdasarkan ukuran kualitatif kejahatan berasal dari delik undang-undang.
Berdasarkan ukuran kuantitatif kejahatan ancaman pidananya lebih ringan.Sedangkan
Undang-undang Nomor 7 drt 1995 menentukan menjadi tiga golongan, golongan kesatu
sebagaimana termuat dalam Pasal 2 atay (1) kejahatan tindak pidana ekonomi berupa
kejahatan dilakukan dengan sengaja, sedangkan tindak pidana ekonomi yang berupa
pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja.
3. Perluasan Berlakunya Hukum Pidana Yang dimaksud perluasan berlaku di sini adalah
perluasan UUTPE yang berlaku melewati batas-batas teritorial suatu negara
sebagaimana ditentukan dalam KUHP. Dengan demikian, UUTPE melakukan
penyimpangan terhadap asas teritorial Pasal 2 KUHP yang menyatakan: KUHP
Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di wilayah perairan.
4. Perbuatan Percobaan dan Membantu Pelanggaran Untuk masalah percobaan, KUHP
mengaturnya dalam Pasal 53 KUHP. Dari Pasal 53 KUHP ini, KUHP menetukan bahwa
percobaan merupakan jenis perbuatan yang memiliki bobot ringan, karena perbuatan
tersebut tidak selesai bukan karena kehendak pelaku. Atau dengan kata lain, perbuatan
tersebut belum selesai dilakukan oleh pembuat.
5. Peradilan in absentia Pada dasarnya KUHAP menentukan, bahwa pemeriksaan di
pengadilan harus dengan hadirnya terdakwa. Dalam penjelasan pasal 154 ayat (4)
disebutkan bahwa kehadiran terdakwa di sidang pengadilan adalah merupakan
kewajibannya, bukan merupakan haknya. jadi terdakwa dapat dihadirkan secara
terpaksa.
6. Sanksi Pidana Berbeda dengan KUHP yang hanya mengenal sanksi pidana
sebagaimana tersebut dalam Pasal 10 KUHP yang berupa pidana pokok dan pidana
tambahan, maka dalam UUTPE menentukan tiga jenis pidana yaitu: pidana pokok (Pasal
6 UUTPE) , pidana tambahan (pasal 7 UUTPE) dan pidana tata tertib (Pasal 8 UUTPE).
7. Pengadilan Peradilan bagi pelaku tindak pidana ekonomi dilakukan oleh Pengadilan
ekonomi sesuai dengan bunyi pasal 33 UUTPE, dn untuk itu perlu dibentuk pengadilan
ekonomi berikut jaksa, hakim dan panitera ekonomi. Jadi, dalam pengadilan ekonomi
kewenangannya adalah mengadili perkara tindak pidana ekonomi.
KARAKTERISTIK TINDAK PIDANA BIDANG EKONOMI

Edmund W.Kitch (di dalam Ency.of Cr.& J; 1983 : 671) te!ah mengemukakan ada tiga
karakteristik atau features of economic crime yaitu sebagai berikut: pertama, pelaku menggunakan
modus operandi yang sulit dibedakan dengan modus operandi kegiatan ekonomi pada umumnya;
kedua, tindak pidana ini biasanya melibatkan pengusaha-pengusaha yang sukses dalam bidangnya
dan ketiga, tindak pidana ini memerlukan penanganan atau pengendalian secara khusus dan
aparatur penegak hukum pada umumnya.

Karakteristik tindak pidana di bidang ekonomi yang lebih rinci dan mendalam telah
dikemukakan oleh Clarke (1 990:20-31) yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Privacy;
b. Lack of public Order Violation;
c. Internal Detection and Control;
d. The Limited Role of the Law;
e. The Ambiguity of Business Crime;
f. Business Offences as Politics;
g. Sanctions;
h. Consumerism and Business Accountability;
i. Private Interest versus the Public Good.
Corak dari “ economic crime” adalah :

1 Consist of crime committed by businessman as an adjunk


to their regular business activities (Kejahatan-kejahatan yang
dilakukan oleh para pelaku bisnis sebagai tambahan kegiatan
bisnis mereka yang tetap. Penguasa mempunyai tanggung jawab
atas pemberian kesempatan kepadanya untuk melakukan
penggelapan, pelanggaran peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan kegiatan usahanya, atau mengelak
pembayaran pajak, Corak kejahatan ekonomi ini disebut “ white
collar crime”
2 The provision of illegal goods and services of provision of
goods and services in an illegal manner ( Penyediaan barang-
barang dan jasa-jasa yang illegal atau penyediaan barang-
barang dan jasa-jasa dengan cara illegal. Penyediaan barang-
barang dan jasa-jasa illegal diselaraskan dengan tuntutan
kegiatan ekonomi seperti usaha yang normal, tetapi kesemuanya
itu termasuk dalam kejahatan. Kejahatan ini disebut “organized
crime”
TATA CARA DAN PENGUSUTAN
PENUNTUTAN TINDAK PIDANA EKONOMI

Dalam, melaksanakan pengusutan, penuntutan dan


pemeriksaan tindak pidana ekonomi terdapat berbagai
kekhususan, yaitu :

1. Dapat dijatuhkan pidana kumulatif (gabungan dua pidana


pokok, yaitu hukuman badan dengan hukuman denda)
yang dalam tindak pidana biasa tidak mungkin dilakukan.
2. Dapat diadakan peradilan in absentia, dengan maksud
untuk menyelatmakan kerugian negara.
3. Dapat menjatuhkan pidana kepada terdakwa yang sudah
meninggal dunia berupa perampasan barang bukti hasil
kejahatan
4. Subjek hukum terdiri dari orang dan badan hukum
5. Dalam tindak pidana ekonomi, percobaan pelanggaran
dapat dihukum
6. Dapat dijatuhkan tindakan tata tertib sebagai hukuman
tambahan
Tata cara pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana ekonomi diatur di dalam  Undang-
Undang Nomor 7 drt 1955, akan tetapi Undang-Undang Nomor 7 drt 1955 tidak mengatur tentang
hukum acara, yang diberlakukan adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
Dalam melaksanakan pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan  tindak pidana  ekonomi terdapat
berbagai  kekhususan, yaitu:
1. Dapat dijatuhkan pidana kumulatif (gabungan dua pidana pokok, yaitu hukuman badan dengan
hukuman denda) yang dalam tindak pidana biasa tidak mungkin dilakukan.
2. Dapat diadakan peradilan in absentia, dengan maksud untuk menyelamatkan kerugian negara.
3. Dapat menjatuhkan pidana kepada terdakwa yang sudah meninggal dunia berupa perampasan
barang bukti hasil kejahatan.
4. Subyek hukum terdiri dari orang dan badan hukum.
5. Dalam tindak pidana ekonomi, percobaan pelanggaran dapat dihukum.
6. Dapat dijatuhkan tindakan tata tertib sebagai hukuman tambahan.

Anda mungkin juga menyukai