Anda di halaman 1dari 6

1.

Kemitraan
Kemitraan merupakan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara
dua belah pihak atau lebih dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dilandasi dengan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Hafsah, (2010).

Kemitraan dikenal dengan istilah gotong royong atau bekerjasama dari berbagai pihak, baik
secara kelompok maupun individual. Kemitraan adalah suatu kerjasama usaha formal yang
saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar untuk
mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip bersama. Bagi pengusaha
kecil kemitraan dianggap menguntungkan karena dapat mengambil manfaat dari pasar dan
kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Dalam kerjasama harus ada misi, visi, tujuan
dan kesepakatan yang telah dibuat bersama dan saling berbagi resiko maupun keuntungan
yang diperoleh masing-masing pelaku kemitraan.

Kemitraan biasanya bertujuan untuk memperoleh nilai tambah. Dengan begitu usaha kecil
maupun menengah akan tetap mampu bersaing. Tujuan kemitraan sendiri diantaranya:
a. Tujuan dari aspek ekonomi
Untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil dan meningkatkan perolehan nilai tambah bagi
pelaku usaha kemitraan.
b. Tujuan dari aspek sosial dan budaya
Sebagai tanggung jawab sosial pengusaha besar untuk ikut memberdayakan usaha kecil
agar tumbuh menjadi pengusaha yang mandiri. Dengan begitu diharapkan pengusaha kecil
dapat berkembang sebagai komponen ekonomi yang mandiri. Pengusaha besar berperan
besar sebagai faktor percepatan pemberdayaan usaha kecil sesuai dengan kemampuan dan
kompetensinya dalam mendukung mitra usahanya.
c. Tujuan dari aspek teknologi
Biasanya pengusaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil dari sisi modal, maupun
penggunaan tenaga kerja. Dengan begitu status usahanya bersifat pribadi atau
kekeluargaan sehingga tenaga kerja berasal dari lingkungan setempat. Sehingga dengan
keterbatasan yangmereka miliki khususnya teknologi pada usaha kecil, sehingga pengusaha
besar memberikan bimbingan dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan
produktifitasnya dan efisiensi.
d. Tujuan dari aspek manajemen
Perusahaan kecil pada umumnya tingkat manajemennya rendah, dengan kemitraan usaha
diharapkan ada pembenahan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya serta
pemantapan organisasi

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
pada pasal 11 mencantumkan bahwa tujuan program kemitraan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan kemitraan antar usaha mikro, kecil dan menengah.
2. Mewujudkan kemitraan antar usaha mikro, kecil, menengah dan usaha besar.
3. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi
usaha antar usaha mikro, kecil dan menengah.
4. Mendorong terjadinya hubungan ynag saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi
usaha antar usaha mikro, kecil, menengah dan usaha besar.
5. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar usaha mikro, kecil dan
menengah.
6. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang
sehat dan melindungi konsumen.
7. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan pasar oleh orang perorangan atau
kelompok tertentu yang merugikan usaha mikro, kecil dan menengah.

2. Prinsip-prinsip kemitraan
Menurut Wibisono (2007:103), ada tiga prinsip penting dalam kemitraan, yakni:
a. Kesetaraan (equity)
Pendekatannya bukan berdasarkan kekuasaan semata, namun hubungan yang saling
menghormati, saling menguntungkan dan saling percaya. Untuk menghindari antagonism
perlu dibangun rasa percaya. Kesetaraan meliputi adanya penghargaan, kewajiban, dan
ikatan.
b. Transparansi
Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja. Meliputi
transparansi pengelolaan informasi dan transparansi pengelolaan keuangan.
c. Saling Menguntungkan
Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat

3. Jenis atau pola kemitraan


Pada Pasal 27 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan
Menengah ditentukan beberapa pola-pola kemitraan, antara lain seperti berikut:
a. Inti plasma
Hubungan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, dan usaha besar itu
bertindak sebagai inti dan usaha kecil sebagai plasma. Perusahaan inti menyediakan
pembinaan, penyediaan sarana produksi pembinaan teknis, sampai dengan pemasaran hasil
produksi.
b. Subkontrak
Hubungan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, yang mana usaha kecil
memproduksi komponen yang diperlukan usaha besar. Pola ini ditandai dengan adanya
kontrak yang disepakati bersama tentang harga, mutu, volume, dan waktu. Pola ini sendiri
memiliki manfaat bagi usaha kecil seperti:
1. Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi atau komponen.
2. Kesempatan yang luas dalam memperoleh bahan baku.
3. Bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen.
c. Dagang umum
Hubungan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, yang mana usaha besar
memasarkan produksi usaha kecil dan usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan
usaha besar yang menjadi mitranya. Pola ini dilakukan atas dasar saling menguntungkan.
d. Waralaba
Hubungan usaha besar memberi waralaba dan memberikan hak penggunaan lisensi merek
dan saluran distribusi perusahaan kepada usaha kecil yang menerima waralaba tersebut.
seperti fast food, industry kimia, obat dan jasa lainnya. Pola ini menjamin keberhasilan
namun pola ini dapat menguras devisa negara karena royalty yang akan dibayarkan dalam
waktu jangka panjang. Peraturan pola kemitraan waralaba ini sendiri diatur oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 1997.
e. Keagenan
Hubungan yang mana usaha kecil diberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa
usaha besar mitranya. Sedangkan usaha besar mitra bertanggung jawab atas mutu dan
volume produk tersebut. Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena sama
menjadi perantara dalam memasarkan barang dan jasa perusahaan besar.
f. Modal ventura
Pada dasarnya berbagai macam definisi mengacu pada satu pengertian mengenai modal
ventura yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip
pembiayaannya adalah penyertaan modal. Namun tidak berarti bahwa bentuk formal dari
pembiayaannya selalu penyertaaan. Bentuk pembiayaan tersebut dapat berupa obligasi atau
pinjaman, namun berbeda dari biasanya karena mempunyai sifat khusus yang memiliki
syarat pengembalian dan balas jasa yang lebih lunak.

Hubungan yang dijalin oleh Mitra Driver dan Gojek merupakan hubungan Kemitraan, dimana
dalam hal ini mitra driver bertindak sebagai pengelola usaha kecil dengan menawarkan barang
(kendaraan) dan jasanya sebagai layanan trasnportasi untuk konsumen. Dalam praktik
kemitraan ini, mitra driver dan Gojek melakukan perjanjian dengan syarat-syarat antara lain:

Peraturan Menteri (PM) Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018 Tentang


Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus

Di dalam peraturan ini memuat 4 pasal yang mengatur operasional Gojek dan Mitra Driver
dalam memberikan layanan transportasi kepada konsumen. Dalam Peraturan ini Gojek dianggap
sebagai Penyelenggara Angkutan Sewa Khusus yang diselenggarakan oleh Perusahaan Aplikasi.
Adapun poin-poin yang harus dilaksanakan oleh Gojek adalah sebagai berikut:

No Pasal Implementasi oleh Gojek


1 Pasal 17 Dalam hal ini Gojek tidak menganggap
Perusahaan Angkutan Sewa Khusus Perusahaan mereka sebagai Perusahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Layanan Transportasi, melainkan Perusahan
ayat (1) harus: Layanan Teknologi, sehingga sistem
a. melaksanakan ketentuan yang manajeman operasionalnya tidak terlalu
ditetapkan dalam izin mengacu kepada Pasal ini.
penyelenggaraan Angkutan Sewa KBLI Gojek (Berdasarkan data yang diinput
Khusus yang diberikan; pada OSS RBA)
b. mematuhi ketentuan Standar 63122; 70209; 58200; 63111; 73100; 64200
Pelayanan Minimal; Dimana KBLI-KBLI tersebut tidak ada yang
c. melaksanakan Sistem Manajemen memuat KBLI untuk Klasifikasi Usaha Jasa
Keselamatan, untuk perusahaan Angkutan Barang/Penumpang.
Angkutan Sewa Khusus yang Namun ada beberapa poin yang telah
berbentuk badan hukum; dilakukan Gojek sebagai bentuk pemenuhan
d. melaksanakan komitmen pelayanan terhadap konsumen yakni pada
keselamatan, untuk pelaku usaha poin f; poin h.
mikro atau pelaku usaha kecil
dalam bentuk surat pernyataan; Sedangkan untuk poin-poin lainnya pada pasal
e. mendaftarkan pengemudi dalam e- ini belum dilaksanakan oleh Gojek.
logbook;
f. memberikan bukti pembayaran
kepada Pengguna Jasa;
g. mengasuransikan tanggung jawab,
yaitu berupa iuran wajib dan
tanggung jawab pengangkut;
h. memberikan pelayanan kepada
penyandang disabilitas, manusia
usia lanjut, anak-anak, wanita
hamil, dan orang sakit;
i. melaporkan apabila terjadi
perubahan susunan kepengurusan
badan hukum atau domisili badan
hukum; dan
j. melaporkan kegiatan usaha setiap
tahun kepada Menteri atau
Gubernur sesuai dengan
kewenangan
2 Pasal 28 Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa saat ini
Ayat (1) Perusahaan Aplikasi wajib: Gojek merupakan Perusahaan Aplikasi yang
a. berbadan hukum Indonesia; bersifat Layanan Teknologi, bukan Layana
b. mengutamakan keselamatan Transportasi. Maka dalam pemenuhan
dan keamanan transportasi; ketentuan yang tertuang pada pasal ini
c. memberikan perlindungan mereka hanya berfokus pada layanan kepada
konsumen sesuai dengan konsumen (ayat 1 poin c). Di mana saat ini
ketentuan peraturan Gojek telah membuka layanan asuransi
keselamatan untuk Konsumen yang
perundang-undangan;
menggunakan Jasa Layanan Transportasi,
d. memberikan akses Digital
bekerja sama dengan pihak ketiga (Allianz)
Dashboard kepada Menteri atau sebagai penyedia jasa asuransi
Gubernur sesuai dengan kecelakaannya.
kewenangan;
e. memberikan akses aplikasi kepada Selain itu mereka memberikan fasilitas berupa
Pengemudi yang kendaraannya Helm kepada Mitra Driver yang dapat
telah memiliki izin penyelenggaraan digunakan oleh konsumen saat menggunakan
Angkutan Sewa Khusus berupa jasa mereka dan jaket sebagai identitas mitra,
Kartu Elektronik Standar Pelayanan; sedangkan untuk Mitra Driver sendiri harus
f. bekerja sama dengan Perusahaan menyediakan helm, jas hujan sendiri.
Angkutan Sewa Khusus yang telah
memiliki izin penyelenggaraan
Angkutan Sewa Khusus dalam
merekrut pengemudi; dan
g. membuka kantor cabang dan
menunjuk penanggung jawab
kantor cabang di kota sesuai
dengan wilayah operasi.

3 Pasal 31
Perusahaan Aplikasi dan Perusahaan
Angkutan Sewa Khusus harus:
a. menerapkan perlakuan yang adil,
transparan, handal;
b. menjamin kerahasiaan dan
keamanan data Pengguna Jasa;
dan
c. menjamin kesesuaian pengemudi
dan kendaraan dengan identitas
pengemudi dan data kendaraan
yang tertera di aplikasi.

4 Pasal 32
Ayat (1) Perlindungan masyarakat
dalam pelayanan Angkutan Sewa
Khusus diberikan terhadap:
a. penumpang; dan
b. pengemudi.
Ayat (2) Perlindungan terhadap
penumpang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit meliputi:
a. keselamatan dan keamanan;
b. kenyamanan;
c. layanan pengaduan dan
penyelesaian permasalahan
penumpang;
d. kepastian mendapatkan
layanan angkutan; dan
e. kepastian tarif Angkutan Sewa
Khusus sesuai dengan tarif
yang telah ditetapkan per
kilometer.
Ayat (3) Perlindungan terhadap
pengemudi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan meliputi:
a. layanan pengaduan dan
penyelesaian masalah
pengemudi;
b. pendaftaran yang dilakukan
secara tatap muka;
c. kriteria pengenaan
pengnonaktifan (suspend)
d. pemberitahuan atau
peringatan sebelum
dinonaktifkan (suspend);
e. klarifikasi;
f. hak sanggah beserta
pendampingan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha
(KPPU) kemitraan; dan
g. pendaftaran ulang.

Ayat (4) Pendaftaran ulang


sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf g dilakukan dalam hal
pengemudi dikenai pengnonaktifan
(suspend).

Bentuk rekomendasi

Ada peraturan lagi yang disusun oleh pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai