2.1 Girder
Girder adalah balok diantara dua penyangga (pier atau abutment) pada jembatan atau fly over. Umumnya merupakan balok I, tetapi juga bisa berbentuk box, atau bentuk lainnya. Gelagar adalah dukungan balok yang digunakan dalam konstruksi. Girders memiliki bentuk penampang balok-I untuk kekuatan, namun juga dapat memiliki bentuk kotak, bentuk I atau bentuk lainnya. Gelagar adalah dukungan balok yang digunakan dalam konstruksi. Girders memiliki bentuk penampang balok-I untuk kekuatan, namun juga dapat memiliki bentuk kotak, bentuk I atau bentuk lainnya. Material girder terdiri dari girder beton dan girder baja, sedangkan pada perancangannya terdiri dari girder precast yaitu girder beton yang telah di cetak di pabrik yang memproduksi beton precast kemudian di bawa ke tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat pemasangan menggunakan girder crean. Selanjutnya adalah girder yang di cor di tempat pelaksanaan pembangunan jembatan atau fly over, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya yaitu dengan menggunakan bekisting sebagai cetakannya. Jembatan sistem girder adalah struktur bangunan atas jembatan yang komponen utamanya berbentuk girder; jenis girder ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau kayu; bentangan jenis jembatan girder beton bertulang ini dapat sampai 25 m, dan untuk jenis beton prategang umumnya mulai bentang di atas 20 m sampai 40 m. Sebuah jembatan girder mungkin yang umum dan paling dasar adalah jembatan sungai, jembatan sungai dalah contoh jembatan balok dalam bentuk yang paling sederhana, pada umum kebanyakan girder I-balok-balok penopang dan box girder. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis bentuk dari girder itu sendiri. Sebuah balok I sangat sederhana untuk merancang dan
2.1.1 Pengertian
membangun dan bekerja sangat baik dalam banyak kasus, namun jika jembatan mengandung kurva, balok menjadi lemah tarhadap kekuatan punter/memutar, yangjuga dikenal sebagai Torsi. Web kedua ditambahkan dalam gelagar kotak menambah dan meningkatkan kekuatan stabilitas untuk Torsi, Hal ini membuat gelagar kotak/ Box girder merupakan pilihan ideal untuk jembatan dengan signifikan kurva di dalamnya.
2.1.3 Jenis Girder Jenis-Jenis girder dilihat dari bentuknya dibagi menjadi 3, yaitu : a. Balok I ( IGirder ) b. Gelagar kotak ( Box Girder ) c. Balok T ( T-Beam ) Jenis-jenis girder di tinjau dari bahan pembentuknya dibagi menjadi 2, yaitu : a. Komposit b. Non komposit
Namun, jika jembatan perlu melengkung, balok lemah terhadap kekuatan memutar (torsi). Hal ini dapat diatasi dengan beberapa bangunan yang lebih pendek, membentang lurus dengan lantai jembatan melengkung, atau dengan menggunakan kotak balok penopang. Bangunan kotak balok penopang logam lebih sulit, karena pengelasan sudut dalam antara flensa dan jaring harus dilakukan baik oleh robot atau manusia, tergantung pada yang bisa muat di dalamnya. Untuk Balok girder I / PCI Girder pada Sebuah jembatan, gelagar beton terbuat dari balok beton dalam bentuk I-beam. Penampang beton dapat berupa cor beton pratekan atau penyangga pasca-dikencangkan. jembatan gelagar beton yang terbaik yaitu untuk rentang antara 10 meter dan 50 meter (33 kaki sampai 164 kaki). Pratekan, merupakan girder beton pracetak yang sudah tersedia. jenis ini merupakan material prategang metode Post tension. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan, dijajarkan sesuai bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas agar balok dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang diberikan. Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
b. Box Girder
Tipe gelagar ini digunakan untuk jembatan bentang panjang. Bentang sederhana sepanjang 40 ft (+ 12 m) menggunakan tipe ini, tetapi bentang gelagar kotak beton bertulang lebih ekonomis pada bentang antara 60 100 ft (+ 18 30 m) dan biasanya didesain sebagai struktur menerus di atas pilar. Gelagar kotak beton prategang dalam desain biasanya lebih menguntungkan untuk bentang menerus. Pada kondisi lapangan dimana tinggi struktur tidak terlalu dibatasi, penggunaan gelagar kotak dan balok T kurang lebih mempunyai nilai yang sama pada bentang 80 ft (+ 25 m). Untuk bentang yang lebih pendek, tipe balok T biasanya lebih murah, dan untuk bentang yang lebih panjang, lebih sesuai menggunakan gelagar kotak. Gelagar kotak merupakan bagian tertutup sehingga mempunyai ketahanan puntir yang tinggi tanpa kehilangan kekuatan menahan lendut dan geser.
Gambar 2.3 Pemasangan Box Girder Jenis box girder dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Steel box girder Rectangular steel box girder Trapezoidal steel box girder Rectangular concrete box girder Trapezoidal concrete box girder
c. Balok T ( T Beam ) Balok T ekonomis untuk bentang 40 60 ft (12.2 18.3 m) tetapi untuk jembatan miring memerlukan formwork yang rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur adalah 0.07 untuk bentang sederhana dan 0.065 untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar pada jembatan balok-T tergantung pada lebar jembatan secara keseluruhan, ketebalan slab, dan biaya formwork sekitar 1.5 kali ketebalan struktur. Jarak yang umum digunakan antara 6 10 ft ( 1.8 3.1 m).
2. Korosi pada baja tulangan, 3. Gompal pada permukaan beton 4. Retak pada girder, pier head dan kolom 5. Terjadi deformasi settlement pada abutment atau pier 6. Kerusakana bangunan pelindung jembatan 7. Kerusakan perlengkapan jembatan Untuk menjamin tingkat pelayanan jembatan tetap baik, maka perlu dilakukan perawatan (maintenance). Jika terindikasi terjadi kerusakan jembatan, maka harus segera dilakukan penelitian dan pengujian jembatan, untuk mengetahui jenis kerusakan, seberapa parah kerusakan dan lokasi atau bagian serta penyebab tepatnya terjadi kerusakan, sehingga bisa diputuskan penangannan perbaikan jembatan yang tepat sesuai dengan kerusakan dengan biaya yang murah.
Core drill untuk pengambilan sampel beton dan aspal Winsor probe untuk pengujian mutu beton Hammer test untuk pengujian mutu beton UPV/pundit unfuk pengujian retakan pada beton Crackmeter untuk mengetahui lebar retak pada beton Cover meter untuk mengetahui selimut dan penulangan pada beton Potensial 1/2 sel Peralatan laboratorium Kamera film dan handycam untuk pengambilar dokumentasi Traffic cone Kendaraan operasional Melakukan pemeriksaan secara visual pada struktur pilar, pier head/ Kepala pilar, girder/ gelagar dan pondasi hasil pemeriksaan secara visual akan diperoleh struktur yang memerlukan pemeriksaan khusus.
Melakukan dokumentasi kondisi jembatan dengan kamera sebagai dokumentasi dan dasar rekomendasi selanjutnya. Melakukan pemilihan struktur yang akan diuji secara khusus kelayakan teknisnya.
Adapun Bagian - Bagian jembatan yang harus diamati adalah sebagai berikut:
Bangunan Atas Bangunan Bawah Aliran Air/Timbunan Tanah Jalan pendekat Perlengkapan
2.2
Slab
2.2.1 Pengertian
Menurut Nawy (1990), pelat adalah elemen horizontal utama yang menyalurkan beban mati maupun beban hidup ke rangka pendukung vertical dari suatu system struktur. Elem-elemen tersebut dapat dibuat sedemikian rupa sehingga bekerja dalam satu arah ataupun bekerja dua arah yang saling tegak lurus. Secara structural, pelat dapat dilasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu pelat tipis lendutan kecil, pelat tipis lendutan besar dan pelat tebal. Pelat lendutan kecil adalah pelat dengan rasio tebal terhadap panjang sisi terpendek lebih kecil atau sama dengan 1/20 dan lendutan yang terjadi lebih kecil atau sama dengan 0,20 tebal pelatnya. Kriteria pelat tipis lendutan besar digunakan untuk pelat dengan rasio tebal terhadap panjang sisi terpendek lebih kecil dari 1/20 dengan lendutan lebih besar daripada 0,20 tebal pelatnya sedangkan kriteria pelat tebal digunakan untuk pelat yang mempunyai tebal lebih besar dari 1/20 kali panjang sisi terpendek (Ugurai,A.C., 1981). Berdasarkan perbandingan antara panjang dan lebar, pelat dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu pelat satu arah jika perbandingannya lebih besar atau sama dengan 2 dan pelat dua arah jka perbandingan lebih kecil daripada 2. Pelat satu arah sering digunakan dan dirancang sebagai balok dengan lebar tertentu dan diberi tulangan susut dan suhu pada arah tegak lurus
tulangan lentur. Untuk pelat dua arah dapat digunakan beberapa metode yaitu oendekatan semi elastic, metode garis lelah, metode jalur, atau dengan sembarang prosedur yang memenuhi syarat keseimbangan dan kompabilitas geometris yang dapat dipertanggungjawabkan (Wang, C.K. dan Salmon, C.G., 1979).
Usulan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 juga memberikan ketentuan tentang faktor beban untuk memperhitungkan adanya perbedaan yang tidak di inginkan pada beban, ketidaktepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan, dan adanya perbedaan ketepatan dimensi yang diperoleh dalam pelaksanaan. Adapun faktor beban yang digunakan dalam perancangan pelat beton bertulang lantai kendaraan jembatan disajikan dalam table 2.1.
Tabel 2.1 factor Beban Lantai Kendaraan Jembatan Pelat beton bertulang merupakan bagian struktur bangunan yang menahan beban permukaan (beban vertikal), biasanya mempunyai arah horisontal, dengan permukaan atas dan bawahnya sejajar. Jenis tumpuan pelat dapat dibedakan sebagai berikut : a. Ditumpu balok beton bertulang, dinding pasangan batu atau dinding beton bertulang, batang-batang struktur baja, b. Ditumpu secara langsung oleh kolom, c. Tertumpu secara menerus oleh tanah, d. Pelat dapat ditumpu biasanya pada dua sisi yang berlawanan saja, disebut pelat satu arah (one way). e. Ditumpu pada keempat sisinya yang biasanya disebut pelat dua arah (two way). Pelat lantai pada overpass memiliki fungsi sebagai berikut : a. Memisahkan ruang bawah dan ruang atas b. Untuk meletakkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah c. Meredam suara dari ruang atas atau ruang bawah d. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal e. Sebagai landasan kendaraan yang melintas
Kendala/kekurangan Beton Cor di Tempat Waktu pelaksanaan kurang bisa dipastikan Pembuatannya dipengaruhi cuaca Kualitas beton dapat berubah Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian 2. Pracetak (Precast Concrete) Precast Concrete Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Keuntungan Beton Pracetak (precast) : Pengendalian mutu teknis dapat dicapai, karena proses produksi dikerjakan di pabrik dan dilakukan pengujian laboratorium Waktu pelaksanaan lebih singkat Dapat mengurangi biaya pembangunan Tidak terpengaruh cuaca/ efisiensi waktu Tidak mempengaruhi kaualitas beton Kendala/kekurangan Beton Pracetak (precast) Membutuhkan investasi awal yang besar dan teknologi maju
Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian Diperlukan peralatan produksi ( transportasi dan ereksi ) Bangunan dalam skala besar
Gambar 2.6 Daerah Kritis Pada Flat Slab Dengan Capital Column
Gambar 2.7 Daerah Kritis Pada Flat Slab Dengan Drop Panel
a. Flat Slab Beton Bertulang Tinjauan tendon pasca tarik parabola, yang prategangkan dengan gaya P, pada interior dari flat salab dapat dilihat pada gambar
Gambar 2.8 Beban P Pada Slab Beton Bertulang Kelebihan dan keuntungan system pelat pasca tarik adalah : a. b. Banyak digunakan untuk system lantai bangunan kantor, gedung parker mobil, shopping mall dan gedung perumahan. Penghematan biaya karena pengurangan tebal pelat, bentang yang lebih lebar dan pengurangan dariw aktu knstruksi karena kemungkinan pengalihan formworks yang lebih dini. c. d. Adanya kemungkinan bagi engineer perencana untuk mengontrol lendutan dan keretakan pada tingkat beban layan. Umumnya system prategang yang digunakan adalah system unbounded tendons.