Anda di halaman 1dari 6

Nama: Tika Damayanti

Nim: 2022210077

Tugas

1. Dalam situasi seperti itu, perlu dilakukan evaluasi dan pertimbangan yang cermat. Beberapa
langkah yang bisa diambil:

1. Konsultasi dan Keterlibatan Pihak Terkait seperti

Melibatkan masyarakat, pemerintah setempat, dan organisasi lingkungan dalam proses


pengambilan keputusan dapat membantu memahami berbagai perspektif dan kepentingan.

2. Perbaikan Desain Proyek: Mempertimbangkan perubahan desain atau teknologi yang lebih
ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Komitmen Restorasi dan Kompensasi Lingkungan: Menetapkan komitmen perusahaan untuk
merestorasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi atau memberikan kompensasi
dengan melibatkan proyek-proyek perlindungan lingkungan.
4. Pemantauan Lingkungan: Menyediakan sistem pemantauan lingkungan yang efektif untuk
memastikan bahwa dampak terhadap lingkungan dapat terdeteksi dan dikelola dengan baik
sepanjang waktu.
5. Ketentuan Hukum yang Ketat: Memastikan bahwa perusahaan mematuhi semua regulasi
dan ketentuan lingkungan yang berlaku dan tunduk pada sanksi jika melanggar.

Karena keputusan mengenai izin usaha industri melibatkan keseimbangan antara dampak ekonomi
dan lingkungan, jika analisis AMDAL menunjukkan adanya potensi kerusakan lingkungan yang
signifikan maka perlu pertimbangan serius terkait keberlanjutan dan dampak jangka panjang.
Mungkin solusinya adalah memodifikasi rencana operasional perusahaan untuk mengurangi dampak
lingkungan atau mencari teknologi ramah lingkungan yang tujuan utamanya seharusnya adalah
mencapai keseimbangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa merugikan lingkungan yang
vital. Dan terkait Keputusan akhir untuk memberikan izin usaha harus mencerminkan keseimbangan
antara manfaat ekonomi dan dampak lingkungan. Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan
penolakan izin atau penundaan sampai perusahaan dapat memenuhi standar lingkungan yang
ditetapkan

2. Motivasi yang salah dalam jual beli mata uang yang dapat merugikan ekonomi nasional antara
lain:

1. Spekulasi Berlebihan: Jika pelaku pasar hanya berfokus pada spekulasi tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi yang mendasari, hal ini dapat menciptakan
volatilitas yang tidak sehat dan merugikan stabilitas ekonomi.

2, Manipulasi Pasar: Praktek-praktek manipulatif, seperti penyebaran berita palsu atau


tindakan yang sengaja menciptakan ketidakstabilan pasar, dapat merugikan ekonomi
nasional dengan menciptakan kondisi yang tidak adil dan tidak seimbang.

3. Insider Trading: Penggunaan informasi privilégi untuk mengambil keuntungan dalam


transaksi mata uang dapat merugikan kepercayaan dalam pasar dan menciptakan
ketidaksetaraan dalam akses informasi.

4. Transaksi Besar tanpa Pertimbangan Ekonomi Makro: Jika entitas atau individu melakukan
transaksi besar tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap neraca pembayaran, nilai
tukar, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan, hal ini dapat menciptakan
ketidakseimbangan ekonomi.

5. Pencucian Uang: Transaksi mata uang yang digunakan untuk menyembunyikan kegiatan
ilegal atau mencuci uang dapat merugikan integritas sistem keuangan dan mempengaruhi
ekonomi nasional.

Dalam jual beli mata uang, integritas pasar dan kepatuhan terhadap regulasi sangat penting untuk
menjaga stabilitas ekonomi nasional. Motivasi yang bersifat merugikan atau tidak etis dapat
mengakibatkan konsekuensi yang serius bagi perekonomian suatu negara.

3. Ada banyak jenis transaksi perjanjian yang dapat dilakukan, tergantung pada konteks dan
tujuannya.

Berikut ada Beberapa jenis transaksi perjanjian umum melibatkan:

1. Pembelian dan Penjualan: Termasuk jual beli barang atau jasa, yang mencakup penentuan
harga, jumlah, dan syarat-syarat lainnya.
2. Sewa-menyewa: Seperti perjanjian sewa rumah, kendaraan, atau peralatan, di mana pihak
satu memberikan hak penggunaan kepada pihak lain untuk jangka waktu tertentu.
3. Kerjasama Bisnis: Melibatkan dua atau lebih pihak yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, bisa dalam bentuk kemitraan atau perjanjian kerjasama bisnis lainnya.
4. Lisensi: Pemberian izin penggunaan hak cipta, paten, atau merek dagang kepada pihak lain
dengan imbalan tertentu.
5. Perjanjian Pinjaman: Ketika satu pihak memberikan dana kepada pihak lain dengan
persyaratan tertentu untuk pengembalian dana beserta bunga.
6. Perjanjian Kerja: Melibatkan hubungan antara majikan dan karyawan, termasuk syarat-
syarat pekerjaan, gaji, dan hak-hak karyawan.
7. Perjanjian Layanan: Menetapkan syarat-syarat penyediaan layanan, seperti perjanjian antara
penyedia layanan IT dan klien.
8. Perjanjian Pernikahan: Merupakan kontrak antara pasangan yang menetapkan hak dan
kewajiban masing-masing dalam pernikahan.
9. Perjanjian Pemegang Saham: Dalam konteks perusahaan, perjanjian ini menetapkan hak dan
tanggung jawab pemegang saham.
10. Perjanjian Peminjaman: Misalnya, perjanjian peminjaman buku di perpustakaan.

Jenis-jenis perjanjian bisnis dapat dilihat dari hubungan dan kondisi bisnis yang terjadi pada suatu
perusahaan dan terlepas dari bidang usaha yang dijalani.Adapun macam-macam hubungan dan
kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra bisnis


Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu proyek, bisa dalam
rangka mengadakan suatu bangunan pabrik dan atau kantor, dimana perusahaan menjadi
pemilik (yang memberikan order kerja) dan kontraktor menjadi pemborong (yang menerima
order kerja). Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai
kepentingan yang sama dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu.
b. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok
Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi kepentingan produksi
atau operasi bisnis sehari-hari biasanya disebut Supply Agreement.
c. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retailer/agen penjualan
Dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi pemasaran dan
penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain yaitu distributor atau retailer atau agen
penjualan, Biasanya disebut Distribution Agreement dan Sales Representative Agreement.
d. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur
Dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan dapat melakukan
pembiayaan sendiri terhadap konsumen yang bersangkutan dengan melakukan perjanjian
jual beli dengan cicilan (Purchase With Installment) atau sewa beli (Hire Purchase
Agreement).
e. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham
Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang sudah diatur dalam
anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi atau bila ada kesepakatan
antara pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu Shareholder Agreement.
f. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas kredit atau
pinjaman.
Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit Agreement. Namun
dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan macam ragam hubungan atau
transaksi pinjaman.

4. Perusahaan Berbadan Hukum:

- Definisi: badan usaha yang menjadi subjek hukum seperti orang Oleh karena itu, badan usaha
badan hukum memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan perbuatan sendiri.

Berbadan hukum: Entitas bisnis yang diakui dan dilindungi oleh hukum sebagai subjek hukum
terpisah dari pemiliknya.

Terkait hukum: Tunduk pada peraturan, perlindungan, dan tanggung jawab hukum yang berlaku.

Karakteristik Perusahaan Berbadan Hukum:

- Entitas Terpisah: Memiliki keberlanjutan hidup yang tidak tergantung pada pemiliknya.
Pemiliknya bisa perorangan atau sekelompok orang.
- Tanggung Jawab Terbatas: Tanggung jawab pemilik terbatas pada sejumlah modal yang
diinvestasikan dalam perusahaan.
- Transfer Saham: Pemilik dapat mentransfer kepemilikan melalui pembelian dan penjualan
saham.
- Pemisahan Harta Pribadi dan Perusahaan: Harta dan kewajiban perusahaan terpisah dari
harta dan kewajiban pribadi pemilik

Perusahaan Tidak Berbadan Hukum:

- Definisi: badan usaha yang tidak memiliki memisahkan yang tegas antara harta kekayaan pribadi
pemilik/pendirinya dan harta kekayaan badan usaha

Tidak berbadan hukum: Bisnis yang tidak dianggap sebagai entitas hukum terpisah dari pemiliknya.

Tidak tunduk hukum secara khusus: Pemilik bertanggung jawab secara pribadi atas segala tindakan
perusahaan.

Karakteristik Perusahaan Tidak Berbadan Hukum:

- Entitas Tidak Terpisah: Pemilik dan perusahaan dianggap sebagai satu entitas dari sudut
pandang hukum.
- Tanggung Jawab Penuh: Pemilik bertanggung jawab secara pribadi atas semua kewajiban
perusahaan.
- Pemilik Tunggal atau Mitra: Pemilik tunggal atau beberapa mitra yang turut bertanggung
jawab.
- Keputusan Pemilik Langsung Mempengaruhi Bisnis: Keputusan pemilik secara langsung
memengaruhi operasional dan status perusahaan.

5. Dalam transaksi pinjam-meminjam dana antara Toto, pemilik usaha dagang (UD) toko kayu
Kalimantan, dan PT BRI, subjek hukumnya melibatkan dua pihak:

1. Pemberi Pinjaman (Kreditur): Dalam hal ini, PT BRI adalah pemberi pinjaman atau kreditur. PT BRI
memberikan pinjaman sebesar 200 juta dengan agunan berupa sertifikat apartemen.

2. Penerima Pinjaman (Debitur): Toto, pemilik UD toko kayu Kalimantan, adalah penerima pinjaman
atau debitur. Toto menerima pinjaman sebesar 200 juta dengan syarat dan ketentuan tertentu yang
diatur dalam perjanjian, yang mencakup jatuh tempo pelunasan kredit pada tanggal 15 Maret 2022.

Penting untuk dicatat bahwa dalam transaksi pinjam-meminjam dana, pihak yang memberikan
pinjaman dan pihak yang menerima pinjaman memiliki peran dan hak serta kewajiban masing-
masing. Perjanjian yang dibuat dihadapan notaris menjadi dasar hukum yang mengatur hubungan
antara kreditur (PT BRI) dan debitur (Toto). Jika Toto tidak dapat memenuhi kewajiban pelunasan
pada jatuh tempo, PT BRI memiliki hak untuk mengambil agunan yang telah disepakati, yaitu
sertifikat apartemen, sesuai dengan syarat-syarat dalam perjanjian tersebut.

6. konsep dasar dalam hubungan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja dalam sistem
ekonomi. Ketika lapangan kerja melimpah dan jumlah pekerja terbatas, para pekerja memiliki lebih
banyak kekuatan tawar untuk meminta gaji yang lebih tinggi atau kondisi kerja yang lebih baik.
Sebaliknya, jika lapangan kerja sedikit sedangkan jumlah pekerja banyak, kekuatan tawar pekerja
menurun, dan mereka mungkin menerima upah yang lebih rendah atau kondisi kerja yang kurang
menguntungkan. Hal ini seringkali dijelaskan dalam konteks hukum penawaran dan permintaan, di
mana keseimbangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja akan
memengaruhi harga (upah) dan kuantitas (jumlah pekerja yang dipekerjakan).

Dalam konteks hukum bisnis di Indonesia, khususnya berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945,
terdapat ketentuan-ketentuan terkait ketenagakerjaan. Fungsi hukum bisnis terkait ketenagakerjaan
adalah untuk mengatur hubungan antara pengusaha dan pekerja, serta menciptakan keseimbangan
yang adil dalam hal upah, kondisi kerja, dan hak-hak pekerja.

Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003) merupakan instrumen hukum utama
yang mengatur ketenagakerjaan di Indonesia. Fungsi hukum bisnis terkait ketenagakerjaan
mencakup:

1. Perlindungan Hak Pekerja: Memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar pekerja, seperti
upah yang layak, waktu kerja yang manusiawi, dan hak untuk berserikat.
2. Penyelesaian Sengketa: Menetapkan mekanisme penyelesaian sengketa antara pengusaha
dan pekerja, baik melalui proses mediasi, arbitrase, atau pengadilan ketenagakerjaan.
3. Keseimbangan Hubungan Industri: Mendorong terciptanya hubungan industri yang
seimbang, di mana kepentingan pengusaha dan pekerja diakui dan dihormati.
4. Ketentuan tentang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja): Mengatur prosedur dan syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam melakukan pemutusan hubungan kerja, untuk melindungi
pekerja dari pemutusan yang semena-mena
Dengan demikian, fungsi hukum bisnis terkait ketenagakerjaan dalam Undang-Undang Dasar 1945
adalah untuk menciptakan kerangka kerja yang adil dan seimbang antara pengusaha dan pekerja,
mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berlaku, namun dengan memperhatikan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

*Dalam sistem ekonomi yang melibatkan intervensi negara mengenai upah minimum, negara
menetapkan batas bawah untuk besaran upah yang harus dibayarkan kepada pekerja. Intervensi ini
bertujuan untuk melindungi hak dan kesejahteraan pekerja serta mencegah eksploitasi yang
mungkin terjadi dalam kondisi di mana kekuatan tawar pekerja relatif lemah. Upah minimum
biasanya ditetapkan oleh pemerintah dan dapat bervariasi berdasarkan sektor industri, wilayah
geografis, atau jenis pekerjaan. Ketetapan upah minimum ini dapat menciptakan suatu dasar yang
adil untuk upah, terlepas dari dinamika pasaran tenaga kerja.Dengan adanya intervensi negara
melalui penetapan upah minimum, kondisi di mana lapangan kerja banyak atau sedikit dapat
memengaruhi upah pekerja, tetapi ada batas bawah yang harus dijaga untuk melindungi pekerja dari
upah yang tidak layak. Ini menciptakan suatu bentuk perlindungan terhadap pekerja dan membantu
mencapai keseimbangan antara kepentingan pengusaha dan pekerja dalam konteks
ketenagakerjaan.

7. Adanya marketplace yang bersaing dengan toko-toko offline dapat memiliki dampak ekonomi
yang kompleks. Dalam konteks hukum bisnis di Indonesia, tidak selalu ada kerugian mutlak bagi
toko-toko offline, namun dampaknya tergantung pada seberapa baik mereka dapat beradaptasi
dengan perubahan pasar. Pertama, hukum bisnis Indonesia cenderung mendorong persaingan sehat
dan melindungi hak konsumen. Jika toko-toko offline mampu berinovasi, memberikan pelayanan
yang baik, dan bersaing secara efisien, mereka masih memiliki peluang untuk bertahan dan
berkembang. Namun, perubahan pola konsumen yang beralih ke platform online dapat menciptakan
tantangan. Untuk menghadapi situasi ini, toko-toko offline perlu melakukan transformasi digital,
meningkatkan pelayanan pelanggan, dan mungkin menjalin kemitraan dengan platform online.

Dalam hal hukum bisnis, pemerintah dapat memiliki peran dalam mengatur persaingan yang sehat,
memastikan keadilan dalam pasar, dan melindungi pelaku bisnis dari praktik bisnis yang tidak fair.
Pengawasan terhadap praktik monopoli atau persaingan tidak sehat dapat diatur untuk memastikan
keberagaman dan keadilan dalam ekosistem bisnis. Secara keseluruhan, hukum bisnis di Indonesia
dapat mendukung persaingan sehat antara toko-toko offline dan marketplace, dengan
mengedepankan prinsip-prinsip keadilan dan perlindungan konsumen. Transformasi dan adaptasi
bisnis menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan usaha di tengah perubahan pasar.

8. Sistem ekonomi yang cocok untuk Indonesia umumnya mencerminkan karakteristik ekonomi,
sosial, dan politik negara ini. Indonesia menganut sistem ekonomi campuran, yang menggabungkan
elemen-elemen pasar bebas dan intervensi pemerintah.

1. Pasar Bebas (Free Market): Memberikan ruang bagi inovasi dan persaingan antara perusahaan
seperti Shopee. Ini memungkinkan pengusaha untuk bersaing dan berinovasi, menciptakan
keunggulan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

2. Intervensi Pemerintah:

° Regulasi dan Perlindungan Konsumen: Pemerintah dapat mengatur pasar untuk memastikan fair
play dan melindungi konsumen dari praktik bisnis yang merugikan.

° Dukungan Pada Sektor Tertentu: Pemerintah dapat memberikan dukungan atau insentif pada
sektor-sektor tertentu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
3. Keseimbangan Sosial: Sistem ekonomi Indonesia juga harus menciptakan keseimbangan sosial,
mengurangi kesenjangan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.

4. Partisipasi Swasta dan Publik: Menggabungkan peran sektor swasta dan publik untuk membangun
infrastruktur dan memberikan layanan publik yang berkualitas.

Dengan pendekatan campuran ini, Indonesia dapat menggabungkan potensi pasar bebas untuk
pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan dan regulasi pemerintah untuk menjaga keseimbangan
dan keadilan dalam masyarakat. Pendekatan ini memungkinkan fleksibilitas dalam beradaptasi
dengan dinamika pasar global sambil tetap memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai