Anda di halaman 1dari 4

Study kasus manajemen pajak : Menentukan Bentuk Usaha.

Catatan :
- Asumsi-asumsi dapat dibuat sebagai tambahan informasi yang diperlukan untuk
mendukung manajemen pajak dalam rencana menentukan bentuk usaha
- Konsep Manajemen Pajak dalam pemecahan kasus.

Kasus 1.
Bu devi berkeinginan untuk membuka usaha Akomodasi, yangmana dibutuhkan pendanaan
atau investasi sebesar 50 millar, Adapun dana tersebut diperuntukan untuk : sewa lahan,
pembangunan, pembelian peralatan, inventaris serta dana untuk pra operasional. Berdasarkan
kebutuhan dana yang akan diinvestasikan kecupukan dana bu devi hanya sebesar 25 milliar
dan beliau membutuhkan adanya investor. Bu devi ingin menentukan legalitas atau format
bentuk usaha yang menaungi Akomodasi tersebut, beliau mempertimbangkan bentuk badan
usaha atau badan hukum yaitu UD, CV, PT, dengan dasar informasi yang beliau peroleh
bahwa UD pemajakannya lebih sederhana dengan dapat memanfaatkan fasilitas PP 23 dengan
tarif 0,5% dari penghasilan bruto. Karena berdasarkan dari prosfekting atau target bahwa
restaurant tersebut akan profit ditahun pertama sebesar 20% dari penghasilan bruto.
Informasi- informasi lainya beliau tidak ketahui dengan jelas dan hanya sebatas informasi
perpajakan diatas, itupun hanya sebatas yang beliau ketahui, namun belum mengetahui
kebenaran secara keseluruhan.
- Legalitas Usaha yang dibutuhkan atau format bentuk usaha yang dibutuhkan untuk
membangun usaha akomodasi
Kasus 2
Bpk Gede seorang pengusaha yang memiliki hobby touring dan beliau memiliki 50 rekan
yang selalu diajak touring, aktivitas touring dilaksanakan setiap minggu. Para anggota setiap
bulannya membayar iuran yang digunakan untuk mendanai aktivitas touring, serta aktivias
lainnya seperti sosial, yangmana aktivitas sosial yang dilaksanakan dengan memberikan
sumbangan berupa sembako ditempat tujuan pelaksanaan aktivitas. Selain iuran bulanan,
dana operasional juga dikumpulkan dari sumbangan, aktivitas menjual barang kebutuhan
perlengkapan taouring, bengkel service serta simpan pinjam kepada para anggota. Bpk gede
berpikir untuk melegalitaskan aktivitas tersebut, apakah dalam bentuk suatau perkumpulan,
Yayasan ataukan koperasi ?.

Kasus 3.
Bu Ari tuan tanah dan beliau juga pengusaha property. Beliau ingin memanfaatkan lahan
yang dimilik untuk dibangun rumah kemudian dijual. Beliau tidak pernah berpikir tentang
bentuk legalitas badan usaha atau badan hukum untuk aktivitas usaha tersebut karena beliau
sudah menjual beberapa unit rumah yang dilaksanakan secara tunai, namun beliau juga gagal
menjual rumah-rumah tersebut karena ada pembeli yang membeli secara kredit melalui
perbankan, yangmana perbankan menginginkan dalam transaksi tersebut dengan pihak yang
berbadan hukum. Bu ari berpikir apakah beliau tetap melakukan aktivitas usaha dibawah
perorangan ataukan harus membentuk perseroan terbatas.

Kasus 4.
Bpk artis seorang selebritis dimedsos atau dunia hiburan, juga seorang youtuber, dalam
melaksanakan aktivitasnya dibutuhkan beberapa kru serta peralatan dan kendaraan
operasional yang dibutuhan dan biaya operasional seperti transportasi, perijinan, konsumsi
serta biaya lainya. Akivitas ini tidak membutuhkan perijinan khusus, beliau selama ini
berpikir bisa dilakukan secara personal, namun beliau mendapat informasil lebih baik
dibawah naungan badan hukum seperti Peseroan terbatas.

Kasus 5.
Bapak Agung direktur PT. ABC menerima proyek sebesar 50 milliar dengan rencana
angggara biaya sebesar 45 milliar, namun analiisis financial PT. ABC hanya sebesar 20
Milliar, untuk dapat menangani proyek tersebut beliau harus menggandeng pihak investor
yang secara analisis keuangannya mampu menutupi kekurangan sebesar 25 mil, tidak penting
apakah invetor itu perorangan ataukan berbentuk badan hukum, proyek tersebut merupakan
proyek kontruksi yang dalam pengerjaannya membutuhkan waktu hanya dalam kurun waktu
2 tahun. Bapak agung akan membuat perjanjian Kerjasama operasi dalam melaksanakan
proyek tersebut, yangmana Kerjasama operasi apakah akan membentuk entitas baru ataukan
sebatas pada Kerjasama operasi.
Bab I
Jasa Konstruksi

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2020 tentang peraturan pelaksanaan


undang-undang nomor 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi, dimana proyek konstruksi
merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mewujudkan, memelihara, menghancurkan
bangungan yang sebagian dan/ atau seluruhnya menyatu dengan tanah atau tempat
kedudukannya menyatu dengan tanah.
Pada dasarnya penyedia jasa konstruksi memiliki izin usaha jasa konstruksi yang selanjutnya
disebut izin usaha yang diberikan kepada orang perseorangan atau badan usaha untuk
menyelenggarakan kegiatan jasa konstruksi.
Dalam pelaksanaanya kegiatan konstruksi akan membentuk suatu hubungan yang disebut
(KSO) Kerjasama Operasi yang dimana dijelaskan berdasarkan PSAK Nomor 39, Kerjasama
Operasi (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat
untuk melakukan usaha bersama dengan menggunakan asset dan atau hak usaha yang
dimiliki secara bersama-sama menanggung risiko usaha tersebut. Adapun pihak yang terkait
dalam KSO adalah investor sebagai pihak yang menyediakan dana, baik seluruh atau
sebagian.
Bab II
Tanggapan Kasus KSO

Dalam proses melakukan KSO dengan membentuk entitas baru maka ada beberapa ketentuan
yang harus dilakukan KSO dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, yaitu membuat
Nomor Pokok Wajib Pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Apabila hanya sebatas
KSO saja maka tidak diperlukannya syarat administratif yang dikenal sebagai KSO Non
Administratif. Upaya perusahaan untuk memenuhi proses pemenuhan anggaran biaya yang
diperlukan dalam proyek jasa konstruksi, maka akan lebih perusahaan memilih kerjasama
operasi administrasi dikarenakan investor akan lebih tertarik untuk menginvestasikan
perusahaan yang telah berbadan hokum dan memiliki ijin usaha serta persyaratan perpajakan,
adapun keuntungan yang diperoleh menggunakan kerjasama operasi administrasi dengan
keuntungan berikut:
Keuntungan Pajak dari Operasi Bersama:
1) Penghindaran Bea Materai: Salah satu keuntungan pajak yang signifikan dari operasi
bersama di Indonesia adalah pembebasan bea materai. Sebaliknya, penggabungan usaha
biasanya dikenakan biaya bea materai, yang dapat menjadi beban keuangan yang signifikan.
2) Pemanfaatan Rugi Pajak: Operasi bersama memungkinkan para peserta untuk
memanfaatkan kerugian pajak secara lebih efektif. Setiap peserta dapat mengimbangi
pendapatan kena pajaknya dengan kerugian yang terjadi, sehingga mengurangi kewajiban
pajak secara keseluruhan. Fleksibilitas ini dapat sangat menguntungkan ketika salah satu
peserta mengalami kerugian yang cukup besar, karena kerugian tersebut dapat
dikompensasikan dengan keuntungan dari peserta lainnya.
3) Pengurangan Biaya: Operasi bersama memberikan kesempatan untuk mengurangi
biaya yang terkait dengan usaha patungan, seperti biaya penelitian dan pengembangan,
pemasaran, dan administrasi. Pengurangan ini dapat membantu mengurangi penghasilan kena
pajak secara keseluruhan bagi para peserta.
4) Penetapan Harga Transfer: Operasi bersama dapat memberikan pendekatan yang lebih
mudah untuk penetapan harga transfer, yang mengacu pada penetapan harga barang, jasa,
atau kekayaan intelektual yang dipertukarkan antara entitas terkait. Dengan berkolaborasi di
bawah perjanjian operasi bersama, para peserta dapat menyederhanakan proses penentuan
harga transfer dan berpotensi meminimalkan risiko sengketa harga transfer dengan otoritas
pajak.

Anda mungkin juga menyukai