Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN


KASUS FRAUD PT WASKITA KARYA

Dosen Pengampu: Dra Yuni Nustini., MAFIS., Ak CA Phd

DISUSUN OLEH:
DYAH AYU NOOR KHARISMA 18312144
RIZKI AMALIA PUTRI 18312145
MALIKAH ZIA FAUZIAH 18312154
JESICA ZOEVADIANIS AFADA 18312167

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
1.1.Profil Perusahaan

PT. Waskita Karya (Persero) Tbk berdiri sejak 1 Januari 1961. Perusahaan ini
membidangi usaha Jasa Konstruksi, Industri, Realty, dan Perdagangan. Kepemilikan saham
oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 67,33% dan Masyarakat sebesar 32,77%. Saham
perseroan yang telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 September 2012
dengan kode saham WSKT. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan BUMN yang memiliki
Market Cap terbesar diantara perusahaan BUMN lainnya.

1.2. Kasus PT (Persero) Waskita Karya

Manipulasi laporan keuangan Waskita Karya terjadi sejak pertengahan Agustus 2009.
Berbagai istilah digunakan untuk fraud ini, seperti manipulasi laporan keuangan, overstate,
penggelembungan, markup, kelebihan pencatatan laba, yang dilakukan oleh tiga direksi PT
Waskita Karya dan dua Kantor Akuntan Publik (KAP). Kementerian Negara BUMN
menonaktifkan dua direktur PT Waskita Karya terkait kasus kelebihan pencatatan pada laporan
keuangan 2004-2008 ketika mereka akan melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun
2008.
Kasus penggelembungan aset di PT Waskita Karya Persero ini mencuat ketika terjadi
pergantian direksi. Direktur Utama pengganti tidak menerima begitu saja laporan keuangan
manajemen lama dan kemudian meminta pihak ketiga lain untuk melakukan audit mendalam
mengenai akun tertentu.
Dalam laporan keuangan tahun 2008, diungkapkan bahwa terdapat salah saji atau
penggelumbungan aset di tahun 2005 sebesar Rp 5 miliar. Nilai Rp5 miliar tersebut terdiri dari
dua proyek yang sedang berjalan, proyek yang pertama adalah proyek renovasi Kantor
Gubernur Riau. Proyek ini dimulai pada tahun 2004 dan sudah selesai 100%, nilai kontrak
sebesar Rp13,8 miliar. Namun pada akhir tahun 2005 terdapat pekerjaan tambah kurang senilai
Rp3 miliar. Sampai dengan akhir tahun 2008 saldo tersebut masih muncul di neraca
perusahaan sebagai tagihan bruto pada pemberi kerja.
Proyek yang kedua adalah proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bulian Jambi.
Nilai kontrak sebesar Rp33.998.000.000 dan PT Waskita Karya Persero mengakui pendapatan
kontrak dari progress tersebut sebesar Rp 2 miliar. Saldo tersebut masih outstanding sampi
dengan akhir tahun 2008. Kontrak itu diputus oleh Pemda Batang Hari karena dianggap
ditandatangani oleh pihak yang tidak berwenang, ada kasus pergantian bupati.
Sebagai gambaran tentang seberapa besar materi kas nilai dugaan penggelumbungan
aset pada tahun 2005. Tahun 2005 nilai aset PT Waskita Karya Persero adalah sebesar Rp1,6
triliun, dan nilai yang diduga digelembungkan oleh manajemen pada tahun 2005 adalah
sebesar Rp5 miliar atau sebesar 0,3% dari nilai aset tersebut.
Dalam laporan keuangan PT Waskita Karya, tercatat pada tahun 2008 memperoleh laba
sebesar Rp 163,4 Milyar dan pada tahun 2009 memperoleh laba sebesar Rp 307,1 Milyar.
Berdasarkan data tersebut angka laba yang diperoleh oleh PT Waskita Karya masih relatf kecil
jika dibandingkan dengan perushaan lain yang sejenis. Jadi PT Waskita Karya harus terus
melakukan pembenahan manajemen sehingga akan menghasilkan kinerja yang lebih baik,
salah satu contoh yaitu melakukan restrukrisasi. Perusahaan ini memiliki prosepek yang baik
kedepannya apabila perusahaan memperbaiki kinerja perusahaan sehingga dapat
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Dampak dari Kasus Fraud


1) Menjatuhkan citra BUMN yang selama ini kita anggap bahwa BUMN sudah
menerapkan manajemen yang cukup baik sebagai control.
2) Mengurangi kepercayaan investor yang akan membeli saham PT Waskita Karya, dan
membuat investor berfikir ulang untuk mempertahankan saham yang ditanam dalam
PT Waskita tersebut.
3) Menambah panjang deretan perusahaan Indonesia yang melakukan fraud, dan hal
tersebut menurunkan citra Indonesia dalam manajemen perusahaan.
4) Pandangan negatif orang terhadap adanya kerjasama antara auditor dan perusahaan
yang diaudit. Padahal tidak semua auditor melakukan hal tersebut dan banyak auditor
yang mempertahankan integritas dan ketentuaan – ketentuan lainnya.

1.3.Penyebab Terjadinya Penipuan


1) Motivasi
Pelaku kecurangan melakukan tindak kecurangan karena adanya dorongan dari
dalam dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk mendapat keuntungan pribadi dengan
merugikan orang lain, sifat ketamakan, keegoisan.
2) Adanya Kesempatan atau Peluang
Seseorang akan semakin termotivasi untuk melakukan tindak kecurangan, ketika
dihadapkan dengan peluang untuk melakukan tindak kecurangan tersebut.
3) Kurangnya pengendalian perusahaan
Kurangnya pengendalian perusahaan dan juga pengawasan yang minim
menyebabkan peluang yang besar untuk melakukan tindak kecurangan tersebut

1.4.Cara-Cara dan Solusi untuk Mencegah dan Mendeketsi Penipuan


1) Membuat Penipuan Agar Tidak Terjadi
- Dalam merekrut karyawan, harus memilih yang berintegritas dan memiliki moral
yang baik, dan pentingnya integritas yang baik bagi kelangsungan usaha
perusahaan.
- Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar
memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang
dilakukan oknum-oknum dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi.
- Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang menekan
kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya
perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.
- Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran telekomunikasi untuk
pelaporan fraud.
- Memberikan reward dan punishment yang tegas.
- Mereview dan mengevaluasi kebijakan atas ketentuan yang ada.
- Akuntabilitas dan Transparansi setiap “proses bisnis” dalam organisasi agar
memungkinkan monitoring dari setiap pihak.
- Mendahulukan kepentingan publik dari pada kepentingan pribadi.

2) Meningkatkan Kesulitan dalam Melakukan Penipuan


- Auditor yang melakukan investasi adalah auditor forensik, yang perananya adalah
menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat
kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran
kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk
kecurangan dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan asset.
- Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu
dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai
kesempatan yang sama dan adil untuk terpilih.

3) Meningkatkan Metode Pendeteksi


- Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada
dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang
bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi
yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.

4) Mengurangi Kerugian Penipuan


- Auditor menggunakan perangkat lunak untuk memonitor aktivitas sistem dan
memulihkan dari penipuan

1.5.Pelajaran Yang bisa Diambil


1) Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia ternyata masih sekedar
formalitas belaka. Fakta ini terungkap dari keengganan Direksi Waskita melaksanakan
GCG di Waskita. Walaupun di Waskita telah beberapa kali assessment (pemetaan)
implementasi GCG, namun tetap saja kasus ini tidak terlacak.
2) Adanya kerjasama sistematik dalam melakukan rekayasa keuangan dapat dilihat dari
KAP yang melakukan audit terhadap perusahaan, dan tidak memberitahukan bahwa
perusahaan yang diaudit sudah melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan. Hal
ini menunjukan lemahnya fungsi internal kontrol.
3) Penerapan GCG di BUMN belum mejadi corporate culture seperti transparansi dan
akuntanbilitas dalam perusahaan.
4) Adanya Restrukturisasi secara berkala sangat penting untuk mencegah adanya fraud
dalam suatu perusahaan.

Kesimpulan

Kasus PT Waskita Karya dilatar belakangi oleh manipulasi laporan keuangan,


overstate, penggelembungan, markup, kelebihan pencatatan laba, yang dilakukan oleh tiga
direksi PT Waskita Karya dan dua Kantor Akuntan Publik (KAP). Penyebab terjadinya
kasus ini dikarenakan yang pertama, pelaku kecurangan melakukan tindak kecurangan
karena adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, yaitu keinginan untuk mendapat
keuntungan pribadi dengan merugikan orang lain, sifat ketamakan, keegoisan. Kedua,
adanya kesempatan atau peluang sehingga menyebabkan seseorang akan semakin
termotivasi untuk melakukan tindak kecurangan, ketika dihadapkan dengan peluang untuk
melakukan tindak kecurangan tersebut. Ketiga, kurangnya pengendalian perusahaan dan
juga pengawasan yang minim menyebabkan peluang yang besar untuk melakukan tindak
kecurangan tersebut. Kecurangan ini menyebabkan berkurangnya kepercayaan investor
yang akan membeli saham PT Waskita Karya, dan membuat investor berfikir ulang untuk
mempertahankan saham yang ditanam dalam PT Waskita tersebut. Sehingga langkah yang
bisa diambil untuk mencegah kejadian serupa yaitu dengan melakukan Akuntabilitas dan
Transparansi setiap “proses bisnis”, dalam merekrut karyawan harus memilih yang
berintegritas dan memiliki moral yang baik, memberikan reward dan punishment yang
tegas, mereview dan mengevaluasi kebijakan atas ketentuan yang ada, dan mendahulukan
kepentingan publik dari pada kepentingan pribadi.
Referensi:
1. https://purnamiap.blogspot.com/2016/01/kecurangan-fraud-terhadap-
laporan.html?m=1
2. https://easyaccountingsystem.co.id/kecurangan-akuntansi/
3. http://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpd/article/download/22693/14966
4. https://media.neliti.com/media/publications/2919-ID-faktor-faktor-penyebab-
terjadinya-fraud-pada-pemerintah-di-provinsi-sulawesi-uta.pdf
5. https://www.kompasiana.com/amp/resiintan/5d139a2c097f3613761d2082/penyebab-
terjadinya-kecurangan
6. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/4644
7. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/1200038/usai-manipulasi-keuangan-
waskita-karya-segera-direstukturisasi
8. http://news.liputan6.com/read/242306/dua-direksi-waskita-dicopot. Diakses

Anda mungkin juga menyukai