Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata’atala atas segala karunia nikmatnya
sehingga makalah pendidikan yang berjudul “Aplikasi Pengendalian Manajemen dan
Manajemen Operasi” ini dapat diselesaikan dengan maksimal tanpa ada halangan yang
berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen yang
diampu oleh Ibu
1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
2.1 PROFIL PERUSAHAAN OJEK ONLINE (GO-JEK) 3
2.1.1SEJARAH BERDIRINYA GO-JEK 3
2.1.2 CARA MELAMAR MENJADI MITRA GO-JEK 4
2.1.3 SISTEM PEMBAYARAN GO-JEK 4
2.2 CONTOH KASUS PENGENDALIAN DAN MANAJEMEN OPERASI 4
2.3 ANALISA KASUS PENGENDALIAN DAN MANAJEMEN OPERASI 5
BAB III 7
PENUTUP 7
3.1 Kesimpulan 7
3.2 SARAN 7
DAFTAR PUSTAKA 8
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Go-Jek menerapkan sistem bagi hasil 80:20. Artinya 80% untuk driver,
sedangkan pengelola Go-Jek mendapat jatah 20% saja. Seandainya dapat order
dengan tarif RP. 100.000, berarti RP. 80.000 untuk driver dan perusahaan Go-Jek
mendapat RP. 20.000. Meski terdapat sistem bagi hasil, umumnya pelanggan Go-Jek
lebih banyak daripada pengojek pangkalan. Jadi walaupun uang yang di terima
pengemudi tidak 100% menjadi miliknya, tetapi kemungkinan mereka mendapatkan
penumpang menjadi lebih besar.
b. Asuransi Gratis
c. Bonus
Go-Jek menerapkan pemberian bonus bagi driver yang rajin mencari orderan.
Setiap kali melaksanakan 5 orderan, driver akan diberikan tambahan uang sebesar RP.
50.000.
8
2.2 CONTOH KASUS PENGENDALIAN DAN MANAJEMEN OPERASI
Seperti yang kita ketahui, pengendalian dalam manajemen dapat diartikan sebagai
proses untuk menjamin bahwa sumber manusia, fisik, dan teknologi dialokasikan agar
mencapai tujuan yang menyeluruh. Pengendalian manajemen berhubungan dengan arah
kegiatan manajemen sesuai dengan garis besar pedoman yang sudah ditentukan dalam proses
perencanaan strategi. Perlu kita garis bawahi disini bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan
garis besar pedoman yang sudah ditentukan dalam proses perencanaan strategi.
Dikarenakan persyaratan yang tergolong mudah dan mendapatkan penghasilan yang
lumayan besar dengan tidak mengikat waktu (pekerjaan driver dapat dilakukan saat waktu
luang), maka semakin banyak pula pengemudi-pengemudi yang bergabung menjadi mitra
Go-Jek. Hal ini tentunya membuat persaingan antar pengemudi semakin ketat. Dengan
diiming-imingi bonus yang tergolong banyak, maka banyak driver yang memutuskan
melakukan cara curang, yaitu membuat order fiktif sehingga bonus yang didapatkannya
menjadi lebih besar. Orderan ini dilaksanakan dengan dua ponsel yang berbeda yang dimiliki
oleh driver. Ponsel yang pertama di gunakan untuk membuat orderan, sedangkan ponsel
kedua digunakan untuk menerima order tersebut. Selain itu, para pengemudi juga dapat
meminta bantuan dengan teman/kerabatnya untuk membuat order fiktif tersebut. Setelah
prder dibuat dan diambil, lantas driver bertindak seakan-akan melakukan orderan tersebut,
padahal sebenarnya tidak ada yang memesan, dengan kata lain hanya driver yang
mengendarai motornya sendiri. Hal ini tentunya merugikan bagi driver yang melaksanakan
tugasnya dengan jujur.
Dalam menanggapi kasus ini, pihak Go-Jek tidak serta merta menuduh seorang driver
melakukan order fiktif. Mereka menerapkan metode pengawasan non-kuantitatif dengan
menggunakan teknik pengamatan (pengendalian dengan observasi). Hal tersebut seperti yang
9
dikatakan oleh Nadiem, CEO Go-Jek, “kami sudah amati gerak—gerik driver dalam waktu
lama”. Pihak Go-Jek mengendalikan masalah ini dengan melakukan pemecatan, sehingga ada
rasa jera. Pihak Go-Jek disini juga menggunakan sistem pengendalian pencegahan. Seperti
yang kita ketahu, sistem pengendalian pencegahan dibagi menjadi empat jenis pokok, yaitu
pengendalian sebelum tindakan, dalam kasus ini pihak Go-Jek melakukan pengawasan
terhadap driver-driver yang diduga melakukan order fiktif, kemudian ada kemudi, di tahap ini
pihak Go-Jek melakukan teguran berupa suspend bagi driver yang melakukan order fiktif,
selanjutnya pada tahap penyaringan dimana pihak Go-Jek melakukan pemecatan kepada
driver yang tetap melakukan order fiktif, terakhir di tahap sesudah tindakan pihak manajemen
Go-Jek menyatakan telah membangun sistem kecerdasan buatan dalam rangka memberantas
sindikat order fiktif, pihak Go-Jek juga bekerja sama dengan Polda Metro Jaya dalam
menangkal order fiktif.
Dalam kasus ini, seharusnya pihak Go-Jek melakukan antisipasi dengan mewanti-
wanti dari awal bahwa apabila ada yang melakukan order fiktif, untuk teguran pertama
mereka akan di suspend, dan apabila masih terjadi hal tersebut maka dapat dilakukan
pemecatan. Sehingga kasus-kasus pemecatan masal seperti ini dapat dihindari.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang menjamin bahwa sumber-sumber
diperoleh dan di gunakan dengan efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi, dengan kata lain pengendalian manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk
menjami bahwa sumber manusia, fisik, dan teknologi dialokasikan agar mencapai tujuan
organisasi secara menyeluruh.
Pengawasan adalah proses pengamatan, penentuan standard yang akan dicapai,
menilai pelaksanaan, dan jika perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan sebelumnya. Tujuan utamanya
membuat kegiatan-kegiatan manajemen dinamis dan berhasil secara efektif dan efisien.
Dikarenakan persyaratan yang tergolong mudah dan mendapatkan penghasilan yang
lumayan besar dengan tidak mengikat waktu (pekerjaan driver dapat dilakukan saat waktu
luang), maka semakin banyak pula pengemudi-pengemudi yang bergabung menjadi mitra
Go-Jek. Hal ini tentunya membuat persaingan antar pengemudi semakin ketat. Dengan
diiming-imingi bonus yang tergolong banyak, maka banyak driver yang memutuskan
melakukan cara curang, yaitu membuat order fiktif sehingga bonus yang didapatkannya
menjadi lebih besar.
Dalam menanggapi kasus ini, pihak Go-Jek tidak serta merta menuduh seorang driver
melakukan order fiktif. Mereka menerapkan metode pengawasan non-kuantitatif dengan
menggunakan teknik pengamatan (pengendalian dengan observasi). Hal tersebut seperti yang
dikatakan oleh Nadiem, CEO Go-Jek, “kami sudah amati gerak—gerik driver dalam waktu
lama”. Pihak Go-Jek mengendalikan masalah ini dengan melakukan pemecatan, sehingga ada
rasa jera. Pihak Go-Jek disini juga menggunakan sistem pengendalian pencegahan. Seperti
yang kita ketahu, sistem pengendalian pencegahan dibagi menjadi empat jenis pokok, yaitu
pengendalian sebelum tindakan, dalam kasus ini pihak Go-Jek melakukan pengawasan
terhadap driver-driver yang diduga melakukan order fiktif, kemudian ada kemudi, di tahap ini
pihak Go-Jek melakukan teguran berupa suspend bagi driver yang melakukan order fiktif,
selanjutnya pada tahap penyaringan dimana pihak Go-Jek melakukan pemecatan kepada
driver yang tetap melakukan order fiktif, terakhir di tahap sesudah tindakan pihak manajemen
Go-Jek menyatakan telah membangun sistem kecerdasan buatan dalam rangka memberantas
sindikat order fiktif, pihak Go-Jek juga bekerja sama dengan Polda Metro Jaya dalam
menangkal order fiktif.
3.2 SARAN
Dalam kasus ini, seharusnya pihak Go-Jek melakukan antisipasi dengan mewanti-
wanti dari awal bahwa apabila ada yang melakukan order fiktif, untuk teguran pertama
mereka akan di suspend, dan apabila masih terjadi hal tersebut maka dapat dilakukan
pemecatan. Sehingga kasus-kasus pemecatan masal seperti ini dapat dihindari.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13