Anda di halaman 1dari 16

Makalah

“Fraud di Pasar Modal (PT. Sarijaya Permana Sekuritas)”

Mata Kuliah / Kelas : Akuntansi Forensik / G


Dosen Pengampu : I. B. Ketut Bayangkara, SE.,MM

Disusun oleh Kelompok 3 :


1. Moch. Aldiansyah Arifin ( 1221700035 )
2. Rendy Stevan Lieminarto ( 1221700083 )
3. M. Fahmi Amiruddin ( 1221700153 )
4. Aditya Brahmantoro S H ( 1221700164 )
5. Vincentius Adiprana Nugroho ( 1221700175 )
6. Muhammad Mu’tashim Billah ( 1221700178 )

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2020
1. Pendahuluan

Maraknya kegiatan Bursa Efek dewasa ini, membuat pemerintah, dalam hal ini
Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) meningkatkan fungsi pengawasannya
secara lebih signifikan untuk mencagah terjadinya berbagai bentuk penyelewengan
yang bisa dilakukan oleh perusahaan efek yang dapat merugikan nasabahnya.
Keadaan ini berlawanan dengan tujuan yang diinginkan pemerintah dalam usahanya
memfungsikan Bursa Efek sebagai Pasar Modal yang sehat, teratur, sesuai hokum,
dan menguntungkan banyak pihak.

Pasar Modal dalam hal ini seperti yang didefinisikan oleh UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal, sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sedangkan
para pelaku yang terlibat di dalam Pasar Modal sendiri terdiri dari perantara
perdagangan efek, custodian, lembaga kliring penjaminan, lembaga penyimpanan
dan penyelesaian, manajer investasi, penasihat investasi, penjamin emisi efek,
perusahaan efek dan wali amanat. Dan sebagaimana yang diatur pada pasal 3 dan 4
UU tersebut, pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar
Modal dilakukan oleh BAPEPAM yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung ke menteri. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang berlangsung dapat
berjalan secara teratur, wajar dan efisien untuk melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.

Kasus yang ingin kami bahas yaitu kasus yang sempat menghebohkan dunia
Pasar Modal Indonesia pada akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009. Kasus ini
merupakan kasus yang dilakukan oleh sebuah perusahaan efek yang cukup besar
bernama PT. Sarijaya Permana Sekuritas. Sayangnya pada saat itu PT. Sarijaya
merupakan salah satu perusahaan sekuritas yang cukup terpercaya.

PT. Sarijaya Permana Sekuritas merupakan perusahaan sekuritas local terbesar


kedua. Memiliki 48 kantor cabang yang tersebar di 24 propinsi. Herman Ramli yang
merupakan Komisaris Utama dari PT. Sarijaya ini merupakan pemilik 100% saham
Sarijaya.

Utamanya PT. Sarijaya ini merupakan kasus criminal karena tindakan yang
dilakukan oleh direksi PT. Sarijaya adalah penyelewengan dana nasabah dari tujuan
penempatan dana tersebut ke dalam rekening pribadi dan membawa lari uang
nasabah tersebut sebesar 245 Milyar. Tetapi karena uang tersebut ditujukan untuk
perdagangan efek di bursa, maka terkait itulah masalah ini masuk dalam kejahatan
Pasar Modal. Untuk penyelewengan dana yang dilakukan oleh komisaris utama PT.
Sarijaya yang bernama Herman Ramli, maka perlu dijerat dengan pasal 378 KUHP
tentang penipuan. Sedangkan untuk kejahatan Pasar Modal yang dilakukan oleh
pelaku maka pasal yang dikenakan adalah BAB XI UU No. 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal yang mengatur perihal Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan
Orang Dalam, terutama :

Pasal 90

Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung


atau tidak langsung :

a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana atau cara
apapun;

b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan

Fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan


mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain
atau dengan tujuan pempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.

Pasal 91

Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak


langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.

Pasal 93

Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan
dibuat atau keterangan diberikan :

a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa


pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan;
atau

b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan


kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.

2. Latar Belakang Kasus

Kasus PT. Sarijaya ini dilatar belakangi oleh penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 miliar rupiah yang dilakukan oleh komisaris utama PT.
Sarijaya Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana
tersebut dilakukan dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung
dana nasabah yang pada mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar
saham. Akan tetapi dana yang terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke
rekening lainnya untuk tujuan yang tidak ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada
dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak
mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana tersebut. Tetapi
ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.

Mengapa Herman Ramli melakukan penyalahgunaan dana nasabah tersebut.


Hal ini di awali dari terlibatnya PT. Sarijaya pada repo saham bumi resource. Repo
tersebut menggunakan dana nasabahnya. Tetapi pembayaran yang diterimanya dari
Perusahaan Bakri ternyata nyangkut. Keseluruhan nilai repo adalah 35 Milyar,
sedangkan yang telah terbayar hanya sebesar 15 Milyar saja. 20 Milyar lagi tidak
jelas kapan akan dibayarkan pihak Bakrie. Untuk menutupi kekurangan tersebut,
Herman menggunakan cara ‘menggoreng’ saham di lantai bursa. Hal yang
dilakukannya adalah membeli saham-saham yang kurang aktif menggorengnya,
dengan harapan harga saham akan naik tajam, dan kemudian dia akan menjualnya,
serta mendapat keuntungan dari selisih penjualan saham tersebut. Namun scenario
tersebut tidak berhasil karena terjadinya krisis global di tahun 2008, yang
menyebabkan semua saham jatuh secara signifikan. Sehingga bukan keuntungan
yang di dapat malah dana nasabah yang digunakan tidak kembali.

Penyelewengan penggunaan dana nasabah tersebut akhirnya menyebabkan


pula dilakukannya miss prosedur terhadap pembuatan Pelaporan Modal Kerja Bersih
Disesuaikan (MKBD). Kedua tindakan yang dilakukan PT. Sarijaya ini akhirnya
membuat BAPEPAM melakukan review dan melaporkan baik Komisaris utamanya
maupun direksinya ke BARESKRIM POLRI untuk diperiksa dan ditahan.

Selain menyangkut penurunan tingkat kepercayaan investor terhadap Pasar


Modal di Indonesia, maka kasus ini menggiring demonstrasi yang dilakukan oleh
nasabah PT. Sarijaya yang dilakukan di Kantor BAPEPAM LK, maka BEI, Kliring
Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
dianggap juga bertanggungjawab atas terjadinya praktek kecurangan dan kejahatan di
industry Pasar Modal.

Kronologi Kasus

Kronologi kasus versi BAPEPAM-LK dapat dijabarkan sebagai berikut :

2002 – 2008 :

Herman secara bertahap memerintahkan staffnya, Setya Ananda, untuk


mencari nasabah nomine dan terkumpul 17 nasabah, yang sebagian besar adalah
pegawai grup Sarijaya, untuk kemudian dibuatkan rekening.

Rekening tersebut digunakan untuk melakukan transaksi jual beli saham di


bursa Efek. Karena dana dalam 17 rekening tidak mencukupi, Herman meminta
staffnya Lanny Setiono untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available
(TA).
Ketika TA tersebut disetujui oleh para Direksi Sarijaya meskipun mengetahui
bahwa dana yang ada pada 17 rekening tidak mencukupi. Dengan demikian,
transaksi jual beli saham dapat dilakukan tanpa sepengetahuan nasabah.

Untuk pembayaran transasksi, Herman mendebet dana 8.700 nasabah yang


tersimpan di main account Sarijaya dengan akumulasi Rp 245 Milyar.

12 Desember 2008

Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
menyatakan perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening nasabah
senilai Rp 245 Milyar. Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang
lain. (NOMINEE).

15 Desember 2008

Biro Pemeriksaan dan Penyelidikan BAPEPAM-LK melakukan pemeriksaan


ke Sarijaya. Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas bursa itu
diminta untuk menyampaikan ke BAPEPAM-LK.

Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan


NOMINEE untuk transaksi yang dilakukan sejak 2002 dengan menggunakan dana
nasabah yang disimpan atas nama Sarijaya.

Terdapat indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam


Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD).

19 Desember 2008

Herman Ramli dianggap tidak memiliki itikad baik dan BAPEPAM-LK


melakukan upaya pencegahan agar Komisaris Utama Sarijaya itu dapat diamankan.

Hasil pemetaan permasalahan oleh BAPEPAM-LK mendapat fakta bahwa


Herman Ramli diduga melakukan tindak pidana dan pelakukan penyimpangan.
Sebagai pemegang saham dan Komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak
mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman Ramli ternyata memiliki akses agar
dana nasabah bisa dipindahkan.
BEPEPAM-LK mengontak Badan Reserce dan Kriminal (BARESKRIM)
Markas Besar Kepolisian RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua
BAPEPAM-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung menghubungi Kepala Bareskrim
Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Sementara itu, BEI melakukan
pemerikasaan MKBD Sarijaya, Otoritas bursa belum dapat melakukan suspense
karena dampaknya akan cukup besar.

24 Desember 2008

Herman Ramli diamankan Bareskrim Mabes Polri.

28 Desember 2008

Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan karena


nasabah mulai menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen
mengaku memerlukan dana segar.

Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia menjamin saham-


saham yang dimilikinya.

5 Januari 2009

Ketua BAPEPAM-LK mengundang Anggota Bursa (AB) untuk membahas


masalah Sarijaya, terutama guna mencari jalan keluar.

Dalam rapat dibahas beberapa opsi antara lain, apakah AB bersedia membantu
kebutuhan dana Sarijaya, atau apakah ada dana talangan.

Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret tentang sumber
dana untuk Sarijaya. BAPEPAM-LK juga meminta agar AB bersiap menghadapi
penarikan dana.

6 Januari 2009

BEI menghentikan sementara (Suspend) aktivitas perdagangan Sarijaya.

9 Januari 2009
BAPEPAM-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang
menimpa Sarijaya.

13 Januari 2009

Rapat BAPEPAM-LK dan Self Regulatory Organizations (SRO) membahas


verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua Direksi diamankan Bareskrim
Mabes Polri.

14 Januari 2009

Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi BAPEPAM-LK meminta


arahan mengingat Direksi Sarijaya sudah diamankan.

3. Penyelesaian Kasus

Untuk dapat menyelesaikan kasus ini, tentu pihak terkait harus segera
melakukan tindakan agar kasus tersebut tidak berlarut dan berpotensi merugikan
orang nasabah PT. Sarijaya. Tetapi yang harus digaris bawahi adalah pernyataan
Direktur Perdagangan Fix Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipasi BEI,
Guntur Pasaribu yang mengatakan bahwa BEI, KSEI, dan KPEI tidak dapat
memenuhi tuntutan nasabah terhadap BEI, KSEI, dan KPEI untuk ikut
menanggulangi pembelian nasabah, karena sama sekali tidak diatur dalam peraturan
dan undang-undang. Menurut Guntur, penalangan dana nasabah hanya bisa
dilakukan jika terjadi gagal bayar transaksi, bukan akibat tindakan criminal.

Pelaporan terhadap diri Herman Ramli sebagai pelaku penggelapan dana


nasabahnya tersebut langsung dilakukan oleh BAPEPAM-LK ke Bareskrim Polri.
Hal ini ditindak lanjuti dengan pemeriksaan dan penahanan Herman Ramli. Kasus
tersebut sudah tercatat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bagian pidana pada
tanggal 18 Mei 2009. Dan Herman Ramli terancam hukuman penjara di atas 5 tahun.

Selain dari pengajuan tersangka utama ke meja hijau, dalam hal ini pihak-pihak
yang berwenang di Pasar Modal juga mengambil beberapa tindakan untuk dapat
menyelesaikan masalah PT. Sarijaya ini. Tindakan-tindakan tersebut diantaranya :
 Otoritas Pasar Modal dan Self Regulatory Organization (SRO) melakukan
verifikasi atas rekening Efek nasabah PT. Sarijaya dan menilai asset-aset
pribadi yang telah diserahkan komisaris utama atas status hokum asset-aset
tersebut.

 BAPEPAM-LK memerintahkan BEI untuk menghentikan sementara


aktifitas perdagangan PT. Sarijaya sejak 6 Januari 2009.

 BAPEPAM-LK memerintahkan KPEI dan KSEI untuk membekukan


seluruh asset PT. Sarijaya dan nasabahnya, kecuali untuk penyelesaian
transaksi yang terjadi sebelumnya kepada KPEI.

 Penahanan Zulfian Alamsyah dan Teguh Jaya, yaitu dua Direksi PT.
Sarijaya oleh Mabes Polri.

 Pengupayaan percepatan proses pendistribusian saham nasabah PT.


Sarijaya, untuk dapat mempermudah memindahkan rekening Efek ke
perusahaan sekuritas lainnya.

 Telah adanya beberapa perusahaan yang berminat membeli PT. Sarijaya


yaitu Vierjemal, PT. Panin Sekuritas Tbk. dan PT. trimegah Sekuritas Tbk.

 Setelah dilakukannya review oleh BEI maka kursi keanggotaan PT. Sarijaya
dapat di cabut dan di lelang.

4. Tinjauan Pustaka

Definisi Fraud
Pengertian fraud sangat luas yang dapat dilihat dari beberapa kategori
kecurangan. Menurut Badan Pengawas Keuangan (2008) secara umum, unsur-unsur
dari kecurangan adalah : harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation), dari
suatu masa lampau (past) atau sekarang (present), fakta bersifat material (material
fact), dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly), dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi, pihak
yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation), dan yang merugikannya (detriment).
Sedangkan menurut menurut Black’s Law Dictionary dalam Prasetyo et al.
(Peak Indonesia, 2003), fraud didefinisikan sebagai semua macam yang dapat
dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan
mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan
setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu.

Fraud menurut standar the Institute of Internal Auditors tahun 2013 sebagai
“segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelolaan dengan pengelabuhan atau
pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah
pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan / manfaat pribadi dan
bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap
orang lain.

Fraud menurut Pasal 268 KUHP sebagai “kecurangan merupakan penipuan


yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang
lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau perbuatan yang dengan
sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan mereka, biasanya untuk
memiliki sesuatu/harta benda atau jasa ataupun keuntungan dengan cara tidak
adil/curang. Kecurangan dapat tercapai melalui pemalsuan terhadap barang atau
benda. Dalam hukum pidana disebut dengan “pencurian dengan penipuan”,
“pencurian dengan tipu daya/muslihat” dan “pencurian dengan penggelapan dan
penipuan”.

Faktor Pendorong Terjadinya Fraud atau Kecurangan

Adapun beberapa factor yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud


atau kecurangan dalam pelaporan keuangan perusahaan adalah :

 Faktor General atau Umum

Merupakan factor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban


perbuatan kecurangan. Factor ini meliputi :
 Kesempatan atau Opportunity

Kesempatan melakukan kecurangan tergantung kedudukan pelaku


terhadap objek kecurangan. Umumnya, manajemen suatu organisasi atau
perusahaan memiliki potensi lebih besar untuk melakukan kecurangan
daripada karyawan. Tetapi, patut digaris bawahi bahwa kesempatan
melakukan kecurangan akan selalu ada pada setiap level kedudukan.

 Pengungkapan (Exposure)

Terungkapnya suatu kecurangan dalam organisasi atau perusahaan


belum menjamin tidak terulangnya kecurangan tersebut, baik oleh pelaku
yang sama maupun orang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku keurangan
seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

 Faktor Individu

Faktor ini berhubungan dengan individu sebagai pelaku kecurangan yang


terdiri dari :

 Ketamakan atau Greed

Ketamakan berhubungan dengan moral individu. Pandangan hidup


dan lingkungan berperan dalam pembentukan moral sekarang.

 Kebutuhan atau Need

Berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai


atau pejabat yang terkait dengan asset yang dimiliki perusahaan, instansi,
atau organisasi tempat dia bekerja. Selain itu, tekanan (pressure) yang
dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai
motif untuk melakukan kecurangan.

Jenis-jenis Fraud

Oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), internal fraud


(tindakan penyelewengan di dalam perusahaan atau lembaga) dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Fraud Terhadap Aset (Asset Misappropriation)

Singkatnya, penyalahgunaan asset perusahaan/lembaga, entah itu dicuri atau


digunakan untuk keperluan pribadi tanpa ijin dari perusahaan/lembaga. Seperti kita
ketahui, asset perusahaan/lembaga bisa berbentuk kas (uang tunai) dan non kas.
Sehingga, asset misappropriation dikelompokkan menjadi 2 macam :

 Cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap asset yang berupa kas


(Misalnya : Penggelapan kas, nilep cek dari pelanggan, Manahan cek
pembayaran untuk vendor)

 Non Cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap asset yang berupa


non kas (Misalnya : Menggunakan fasilitas perusahaan/lembaga untuk
kepentingan pribadi)

2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan (Fraudelent Statement)

ACFE membagi jenis fraud ini menjadi 2 macam, yaitu financial dan non
financial. Segala tindakan yang membuat laporan keuangan menjadi tidak seperti
yang seharusnya (tidak mewakili kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap
laporan keuangan, misalnya :

 Memalsukan bukti transaksi

 Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya

 Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk


menaikkan atau menurunkan laba

 Menerapkan metode pengakuan asset sedemikian rupa sehinggan asset


menjadi nampak lebih besar dibandingkan yang seharusnya

 Menerapkan metode pengakuan liabilitas sedemikian rupa sehinggan


liabilitas menjadi nampak lebih kecik dibandingkan yang seharusnya
3. Korupsi (Corruption)

ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi 2 kelompok, yaitu :

 Konflik Kepentingan (conflict of interest) – Seseorang atau kelompok


orang di dalam perusahaan/lembaga (biasanya manajemen level)
memiliki hubungan istimewa dengan pihak luar (entah itu orang atau
badan usaha). Dikatakan memiliki hubungan istimewa karena memiliki
kepentingan tertentu (Misalnya : Punya saham, anggota keluarga, sahabat
dekat, dll). Ketika perusahaan/lembaga bertransaksi dengan pihak luar
ini, apabila seorang manajer/eksekutif mengambil keputusan tertentu
untuk melindungi kepentingannya itu, sehingga mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan/lembaga, maka ini termasuk tindakan fraud. Kita di
Indonesia menyebutnya dengan istilah kolusi dan nepotisme.

 Mentuap atau Menerima Suap, Imbal-Balik (briberies and excoriation) –


Suap, apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah tindakan fraud.
Menyuap dan menerima suap, merupakan tindakan fraud. Tindakan lain
yang masuk dalam kelompok fraud ini adalah : menerima komisi,
membocorkan rahasia perusahaan/lembaga (baik berupa data atau
dokumen) apapun bentuknya, kolusi dalam tender tertentu.

5. Pembahasan

Terkait kasus yang sedang menimpa PT. Sarijaya Permana Sekuritas ini,
menurut kelompok kami merupakan jenis fraud yaitu Fraud terhadap Aset (Asset
Misappropriation) dan juga termasuk dalam kejahatan UU Pasar Modal, karena
menurut kelompok kami kasus yang dialami Herman Ramli ini telah terpenuhinya
syarat dan unsur-unsur penipuan sesuai dengan ketentuan Pasal 90 UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal yang berpedoman pada bunyi ketentuan Pasal 90 UUMP,
yaitu :

1. Penipuan tersebut terjadi dalam lingkup kegiatan perdagangan efek

2. Ada kaitannya dengan informasi atau fakta materiil yang disembunyikan


maupun yang diungkapkan, tetapi tidak mengandung kebenaran

3. Dengan tujuan menguntungkan atau menghindarkan kerugian diri pelaku


atau pihak lain, atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek.

Tiga pedoman yang terdapat pada Pasal 90 UUPM akan memberikan kita suatu
gambaran apakah kasus Sarijaya ini memenuhi unsur-unsur yang disebutkan diatas
tersebut. Berikut penjelasan ketiga unsur tersebut, yaitu :

1. Penipuan tersebut terjadi dalam lingkup kegiatan perdagangan efek

PT. Sarijaya Permana Sekuritas merupakan Perusahaan Efek yang melakukan


usaha di bidang Pasar Modal. Perusahaan Efek ini mengelola dana nasabah sejak
tanggal 22 Mei 1995. Artinya kegiatan dari Perusahaan Efek ini di dalam ranah Pasar
Modal. Adapun penipuan yang dimaksud dalam kasus ini adalah Komisaris Utama
SPS melakukan pembukuan 17 rekening atas nama orang lain (nominee) dengan
menggunakan dana nasabah lain yang diduga untuk mendapatkan keuntungan secara
tidak sah.

Atas pembukaan rekening tersebut diduga sebagai jalan mendapatkan


keuntungan untuk kepentingan pribadi. Namun hal tersebut tidak terjadi malah yang
terjadi sebaliknya, SPS mengalami kesulitan likuiditas. Akibat dari tindakan Herman
Ramli, maka nasabah SPS dirugikan dikarenakan dana yang selama ini dikelola oleh
SPS telah digunakan secara tidak benar, terlebih dilakukan oleh Komisaris Utama
yang seharusnya bertindak sebagai pengawas dan memberi nasihat untuk kemajuan
perusahaan.

2. Ada kaitannya dengan informasi atau fakta materiil yang disembunyikan


maupun yang diungkapkan, tetapi tidak mengandung kebenaran

Perusahaan ini menggunakan 17 rekening atas nama orang lain (nominee).


Uang-uang nasabah selanjutnya distorkan ke 17 rekening fiktif tersebut. Kemudian
dana tersebut digunakan untuk melakukan perdagangan di Pasar Saham.

Penggunaan dana nasabah oleh Komisaris Utama yang tidak dapat


dikembalikan tersebut dianggap sebagai piutang perusahaan tak tertagih. Akibat dari
semua itu maka muncul masalah penyimpangan tersebut. Sehingga Komisaris Utama
tersebut dikatakan telah melakukan penggelapan dana nasabah. Fakta materiil yang
disimpangi adalah dengan memasukkan dalam pos piutang perusahaan dana yang
digunakan oleh Herman Ramli tersebut sehingga ada factor kesengajaan untuk
menutupi informasi yang sebenarnya. Akibat dari informasi yang tidak benar
tersebut, nasabah SPS dirugikan.

3. Dengan tujuan menguntungkan atau menghindarkan kerugian diri pelaku


atau pihak lain, atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek

Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan nominee


sejak tahun 2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas nama
Sarijaya. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan
menggunakan dana nasabah. Dengan menggunakan dana nasabah maka jelas sekali
bahwa Herman Ramli ingin menghindari kerugian dirinya sendiri.

6. Kesimpulan dan Saran

Peningkatan pengawasan yang lebih efektif harus lebih dini dilakukan oleh
BAPEPAM yang dalam hal ini sesuai dengan UU di tunjuk oleh pemerintah untuk
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang terjadi di Pasar Modal.
Dalam hal ini kegiatan pengumpulan dana dan laporan-laporannya harus dilakukan
secara detail dan lebih intensif untuk dapat melakukan eaely detection terhadap
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di industry Pasar Modal
tersebut.

Walaupun tuntutan yang di kenakan masih berkenaan dengan KUHP tetapi


karena kegiatan yang dilakukan di dalam Pasar Modal dan menyangkut para pihak
yang terkait di pasar tersebut maka pasal-pasal yang berkaitan dengan kejahatan UU
Pasar Modal pun dapat diikut sertakan.

Keterlibatan Komisaris Utama sebuah perusahaan Efek terhadap dimilikinya


akses terhadap rekening nasabah dan dilanggarnya otoritas untuk dapat
memindahkan uang nasabah ke rekening lain untuk peruntukan yang bukan
perdagangan saham harus segera di pantau secara ketat oleh badan pengawas, agar
tindakan tidak terjadi lagi dikemudian hari.

Kelalaian dalam hal pengawasan yang menyebabkan terjadinya


penyalahgunaan dana/efek nasabah yang dilakukan oleh sebuah perusahaan efek
akan berdampak pada ketidak percayaan investor terhadap Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan akan menyebabkan larinya para investor ke luar negeri.

UU Pasar Modal masih mempunyai beberapa kelemahan dan perlu direview


ulang. Beberapa hal yang belum diatur dalam UUPM antara lain :

 Ketentuan tentang penyitaan asset perusahaan

 Wewenang BAPEPAM untuk mengakses data rekening sekuritas, bank,


maupun data-data lembaga keuangan lainnya

 Ketentuan tentang talangan dana yang disebabkan karena tindakan


criminal

 Ketegasan mengenai pemberlakuan sanksi tindakan pidana

Kasus PT. Sarijaya ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan pasar modal
yakni penipuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 90 UU No. 8 tahun 1995,
karena sudah ada unsur-unsur :

 Unsur kegiatan perdagangan efek

 Unsur setiap pihak

 Unsur menipu atau mengelabui pihak lain

 Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun

Anda mungkin juga menyukai