Maraknya kegiatan Bursa Efek dewasa ini, membuat pemerintah, dalam hal ini
Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) meningkatkan fungsi pengawasannya
secara lebih signifikan untuk mencagah terjadinya berbagai bentuk penyelewengan
yang bisa dilakukan oleh perusahaan efek yang dapat merugikan nasabahnya.
Keadaan ini berlawanan dengan tujuan yang diinginkan pemerintah dalam usahanya
memfungsikan Bursa Efek sebagai Pasar Modal yang sehat, teratur, sesuai hokum,
dan menguntungkan banyak pihak.
Pasar Modal dalam hal ini seperti yang didefinisikan oleh UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal, sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sedangkan
para pelaku yang terlibat di dalam Pasar Modal sendiri terdiri dari perantara
perdagangan efek, custodian, lembaga kliring penjaminan, lembaga penyimpanan
dan penyelesaian, manajer investasi, penasihat investasi, penjamin emisi efek,
perusahaan efek dan wali amanat. Dan sebagaimana yang diatur pada pasal 3 dan 4
UU tersebut, pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar
Modal dilakukan oleh BAPEPAM yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung ke menteri. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang berlangsung dapat
berjalan secara teratur, wajar dan efisien untuk melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.
Kasus yang ingin kami bahas yaitu kasus yang sempat menghebohkan dunia
Pasar Modal Indonesia pada akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009. Kasus ini
merupakan kasus yang dilakukan oleh sebuah perusahaan efek yang cukup besar
bernama PT. Sarijaya Permana Sekuritas. Sayangnya pada saat itu PT. Sarijaya
merupakan salah satu perusahaan sekuritas yang cukup terpercaya.
Utamanya PT. Sarijaya ini merupakan kasus criminal karena tindakan yang
dilakukan oleh direksi PT. Sarijaya adalah penyelewengan dana nasabah dari tujuan
penempatan dana tersebut ke dalam rekening pribadi dan membawa lari uang
nasabah tersebut sebesar 245 Milyar. Tetapi karena uang tersebut ditujukan untuk
perdagangan efek di bursa, maka terkait itulah masalah ini masuk dalam kejahatan
Pasar Modal. Untuk penyelewengan dana yang dilakukan oleh komisaris utama PT.
Sarijaya yang bernama Herman Ramli, maka perlu dijerat dengan pasal 378 KUHP
tentang penipuan. Sedangkan untuk kejahatan Pasar Modal yang dilakukan oleh
pelaku maka pasal yang dikenakan adalah BAB XI UU No. 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal yang mengatur perihal Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan
Orang Dalam, terutama :
Pasal 90
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana atau cara
apapun;
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan
Pasal 91
Pasal 93
Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan
sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan
dibuat atau keterangan diberikan :
Kasus PT. Sarijaya ini dilatar belakangi oleh penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 miliar rupiah yang dilakukan oleh komisaris utama PT.
Sarijaya Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana
tersebut dilakukan dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung
dana nasabah yang pada mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar
saham. Akan tetapi dana yang terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke
rekening lainnya untuk tujuan yang tidak ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada
dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak
mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana tersebut. Tetapi
ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.
Kronologi Kasus
2002 – 2008 :
12 Desember 2008
Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
menyatakan perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening nasabah
senilai Rp 245 Milyar. Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang
lain. (NOMINEE).
15 Desember 2008
19 Desember 2008
24 Desember 2008
28 Desember 2008
5 Januari 2009
Dalam rapat dibahas beberapa opsi antara lain, apakah AB bersedia membantu
kebutuhan dana Sarijaya, atau apakah ada dana talangan.
Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret tentang sumber
dana untuk Sarijaya. BAPEPAM-LK juga meminta agar AB bersiap menghadapi
penarikan dana.
6 Januari 2009
9 Januari 2009
BAPEPAM-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang
menimpa Sarijaya.
13 Januari 2009
14 Januari 2009
3. Penyelesaian Kasus
Untuk dapat menyelesaikan kasus ini, tentu pihak terkait harus segera
melakukan tindakan agar kasus tersebut tidak berlarut dan berpotensi merugikan
orang nasabah PT. Sarijaya. Tetapi yang harus digaris bawahi adalah pernyataan
Direktur Perdagangan Fix Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipasi BEI,
Guntur Pasaribu yang mengatakan bahwa BEI, KSEI, dan KPEI tidak dapat
memenuhi tuntutan nasabah terhadap BEI, KSEI, dan KPEI untuk ikut
menanggulangi pembelian nasabah, karena sama sekali tidak diatur dalam peraturan
dan undang-undang. Menurut Guntur, penalangan dana nasabah hanya bisa
dilakukan jika terjadi gagal bayar transaksi, bukan akibat tindakan criminal.
Selain dari pengajuan tersangka utama ke meja hijau, dalam hal ini pihak-pihak
yang berwenang di Pasar Modal juga mengambil beberapa tindakan untuk dapat
menyelesaikan masalah PT. Sarijaya ini. Tindakan-tindakan tersebut diantaranya :
Otoritas Pasar Modal dan Self Regulatory Organization (SRO) melakukan
verifikasi atas rekening Efek nasabah PT. Sarijaya dan menilai asset-aset
pribadi yang telah diserahkan komisaris utama atas status hokum asset-aset
tersebut.
Penahanan Zulfian Alamsyah dan Teguh Jaya, yaitu dua Direksi PT.
Sarijaya oleh Mabes Polri.
Setelah dilakukannya review oleh BEI maka kursi keanggotaan PT. Sarijaya
dapat di cabut dan di lelang.
4. Tinjauan Pustaka
Definisi Fraud
Pengertian fraud sangat luas yang dapat dilihat dari beberapa kategori
kecurangan. Menurut Badan Pengawas Keuangan (2008) secara umum, unsur-unsur
dari kecurangan adalah : harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation), dari
suatu masa lampau (past) atau sekarang (present), fakta bersifat material (material
fact), dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly), dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi, pihak
yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation), dan yang merugikannya (detriment).
Sedangkan menurut menurut Black’s Law Dictionary dalam Prasetyo et al.
(Peak Indonesia, 2003), fraud didefinisikan sebagai semua macam yang dapat
dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan
keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan
mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan
setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu.
Fraud menurut standar the Institute of Internal Auditors tahun 2013 sebagai
“segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelolaan dengan pengelabuhan atau
pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah
pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan / manfaat pribadi dan
bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap
orang lain.
Pengungkapan (Exposure)
Faktor Individu
Jenis-jenis Fraud
ACFE membagi jenis fraud ini menjadi 2 macam, yaitu financial dan non
financial. Segala tindakan yang membuat laporan keuangan menjadi tidak seperti
yang seharusnya (tidak mewakili kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap
laporan keuangan, misalnya :
Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya
5. Pembahasan
Terkait kasus yang sedang menimpa PT. Sarijaya Permana Sekuritas ini,
menurut kelompok kami merupakan jenis fraud yaitu Fraud terhadap Aset (Asset
Misappropriation) dan juga termasuk dalam kejahatan UU Pasar Modal, karena
menurut kelompok kami kasus yang dialami Herman Ramli ini telah terpenuhinya
syarat dan unsur-unsur penipuan sesuai dengan ketentuan Pasal 90 UU No. 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal yang berpedoman pada bunyi ketentuan Pasal 90 UUMP,
yaitu :
Tiga pedoman yang terdapat pada Pasal 90 UUPM akan memberikan kita suatu
gambaran apakah kasus Sarijaya ini memenuhi unsur-unsur yang disebutkan diatas
tersebut. Berikut penjelasan ketiga unsur tersebut, yaitu :
Peningkatan pengawasan yang lebih efektif harus lebih dini dilakukan oleh
BAPEPAM yang dalam hal ini sesuai dengan UU di tunjuk oleh pemerintah untuk
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang terjadi di Pasar Modal.
Dalam hal ini kegiatan pengumpulan dana dan laporan-laporannya harus dilakukan
secara detail dan lebih intensif untuk dapat melakukan eaely detection terhadap
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di industry Pasar Modal
tersebut.
Kasus PT. Sarijaya ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan pasar modal
yakni penipuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 90 UU No. 8 tahun 1995,
karena sudah ada unsur-unsur :