Anda di halaman 1dari 17

ETIKA DALAM

PRAKTEK
INVESTASI DAN
PASAR MODAL

Dosen :
Kelompok :
1) Bintang Permata Sari (128103311900xx)
2) Gita Anggreni (12810331190060)
3) Indira Pradnya Dinitri (128103311900xx)
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan tempat, tidak terbatas
hanya secara fisik, di mana orang membeli dan
menjual surat berharga atau instrument
keuangan, seperti saham, surat utang, dan
produk keuangan lainnya. Surat-surat berharga
yang dikeluarkan penjual tersebut memberikan
hak tak berwujud (intangible rights) kepada
pembelinya untuk memperoleh deviden,
bunga, penempatan manajemen, dan hak-hak
lainnya.

Menurut Bernard
Black, Profesor
Hukum di
Northwestern
University
Amerika Serikat
Eksistensi pasar modal
dengan satu dan lain hal
merupakan sebuah
keajaiban karena investor
bersedia menyerahkan
bagian (besar) uangnya
untuk membeli hak tak
berwujud, dengan nilai atas
hak itu sangat ditentukan
oleh kualitas informasi yang
diberikan oleh penjual hak
tersebut. Dengan kata lain,
nilai atas hak tersebut
ditentukan oleh kejujuran
penjual tentang hal itu.

Etika yang harus diperhatikan
dalam pasar modal
ETIKA
BAGI
EMITEN

ETIKA
BAGI
INVESTOR
Etika Bagi Emiten
Dalam menanamkan dana, investor menilai
kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk itulah
informasi yang menggambarkan kondisi dan
kinerja emiten menjadi hal yang sangat krusial
dalam pasar modal. Dengan posisinya sebagai
pihak yang pasif dan tidak mengetahui secara
detail seluk-beluk perusahaan, investor
berpotensi menjadi pihak yang dirugikan dalam
kaitannya dengan keandalan informasi. Untuk
itulah, pemerintah melalui Bapepam-LK
melindungi kepentingan investor melalui
aturan-aturan, salah satunya adalah Undang-
Undang yang mengatur mengenai pasar modal
di Indonesia adalah UU No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
Beberapa macam praktik penyimpangan
yang terjadi pada pasar modal:


Penipuan menurut Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah: membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta material
atau tidak mengungkapkan fakta material agar
pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat
pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli
atau menjual efek. Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), penipuan diatur dalam
pasal 378 tentang penipuan.
1. Penipuan

Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah, tindakan yang
dilakukan oleh setiap pihak secara langsung
maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di
bursa efek. Manipulasi pasar yang sering dilakukan
adalah :
2. Manipulasi Pasar
Wash Sale
Pools
Cornering
the Market
Painting
the Tape
Marking
the Close
Insider
Trading
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi
kepada PT Finan Corpindo Nusa. Sanksi diberikan
karena berdasarkan hasil pemeriksaan otoritas
bursa terhadap transaksi saham PT Ratu Prabu
Energi Tbk (ARTI) periode Januari-Agustus 2009,
Finan Corpindo melakukan marking the close.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI
Uriep Budhi Prasetyo dalam penjelasan tertulis
bursa di Jakarta, Selasa 10 November 2009
mengatakan, marking the close itu dilakukan untuk
menciptakan harga agar penutupan saham Ratu
Prabu berada pada tingkat tertentu. Ketika
dikonfirmasi, Direktur Utama Finan Corpindo Nusa
Edwin Sinaga mengatakan, pihaknya sudah
memberikan penjelasan kepada BEI terkait temuan
bursa mengenai pembentukan harga yang tidak
sesuai mekanisme pasar tersebut.

Kasus Marking The Close PT Finan Corpindo Nusa

ETIKA BAGI INVESTOR
Dalam melakukan investasi di pasar modal
kebanyakan investor mencari dan
memfokuskan perhatiannya terhadap investasi
yang aman dan menjanjikan keuntungan yang
tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan
investasi yang beretika. Apabila investor akan
melakukan investasi yang berdasar etika,
hendaklah perhatian utamanya ditujukan
kepada produk dan jasa perusahaan tersebut.
3 Pendekatan yang dapat digunakan
oleh Investor.

Pendekatan negatif ini disebut juga teori
penghindaran, dimana para investor yang
beretika, akan menghindari investasi di bidang
atau perusahaan yang tidak disukainya, atau
bertentangan dengan prinsip etika bisnis yang
dianutnya atau juga melakukan kegiatan
bisnis di bidang-bidang yang melanggar
ketentuan lingkungan, produksi zat kimia yang
berbahaya, produksi senjata, atau melakukan
investasi di negara-negara yang melakukan
pelanggaran hak-hak asasi manusia
1. Pendekatan Negatif

Dalam hal ini para investor hanya akan
melakukan investasi pada bidang usaha atau
bisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang
dianutnya. Dalam penerapannya investor
dapat menyusun daftar perusahaan atau
bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan
etika bisnis yang umum.
2. Pendekatan Pasif

Dengan pendekatan ini para investor akan
melakukan investasi di bidang bisnis yang
menurutnya tidak sesuai dengan etika bisnis
yang umum dianut, dan dalam melakukan
investasi di bidang itu terkandung tujuan
untuk mengambil alih kontrol terhadap
perusahaan tersebut untuk selanjutnya
melakukan perubahan agar perusahaan
tersebut menjalankan bisnis sesuai dengan
etika bisnis yang umum
3. Pendekatan Aktif
Praktik-praktik tidak terpuji di industri pasar
modal memiliki sejumlah konsekuensi:
Kerugian pemodal atau investor, terutama
investor berskala menengah ke bawah,
yang dirugikan dengan aksi manipulatif.
Jika praktik-praktik tidak terpuji tersebut
berlangsung terus menerus tanpa ada
sistem yang mampu mendominasi dan
membongkarnya, penetrasi industri pasar
modal akan semakin lamban.

Contoh kasus yang menjadi perhatian publik adalah
produk investasi reksadana fiktif yang menyeret tiga
institusi, PT Antaboga Delta Sekuritas, PT Bank Century
Tbk (BCIC), dan PT Signature Capital Securities.
Investasi reksadana fiktif tersebut menyebabkan
nasabah mengalami kerugian. Produk investasi fiktif
yang dijual melalui Bank Century ini menunjukkan
bahwa ada unsur ketidakjujuran yang bertujuan untuk
memperkaya diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, etika
dalam berbisnis telah ditinggalkan hanya untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan
menghalalkan segala cara bahkan cara yang tidak jujur
dan tidak memperdulikan pihak-pihak yang dirugikan
akibat tindakan mereka. Kasus pelanggaran etika
tersebut tidak hanya terjadi sekali saja tetapi sudah
berulang kali dan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi
juga di negara-negara lain.
Contoh Kasus produk investasi reksadana fiktif

SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai