Pendapatan Nasional Indonesia 2017-2021

Katalog/Catalog: 9301001
PENDAPATAN NASIONAL
INDONESIA
NATIONAL INCOME OF INDONESIA
2017-2021 id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
//
s:
tp
ht
BADAN PUSAT STATISTIK

BPS-Statistics Indonesia
PENDAPATAN NASIONAL
INDONESIA
NATIONAL INCOME OF INDONESIA
2017-2021
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA 2017-2021
NATIONAL INCOME OF INDONESIA 2017-2021
ISSN : 0854-6959
id
Nomor Publikasi/Publication Number : 07100.2202
.
go
Katalog/Catalog : 9301001
Ukuran Buku/Book Size : 17,6 cm x 25 cm
s.
p
Jumlah Halaman/Number of Pages: xLL+ 2 halaman/pages
.b
Naskah/Manuscript :
w
Direktorat Neraca Produksi

w
Direktorat Neraca Pengeluaran

//w
Penyunting/Editor :
s:

tp
Gambar Sampul oleh/ Cover Design by:

ht

Ilustrasi Sampel/ Cover Illustration :
www.freepik.com
www.pexels.com
www.unsplash.com
Dipublikasikan oleh/ Published by :
© BPS RI
Dicetak oleh/ Printed by :
© BPS RI
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau

menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin
tertulis dari Badan Pusat Statistik
Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part of all this
book for commercial purpose without permission from BPS-Statistics Indonesia
ii
KATA
PENGANTAR
D
alam masa pandemi COVID-19, perekonomian Indonesia
perlahan mulai mengalami pemulihan. Pandemi COVID-19
yang melanda Indonesia dan dunia berdampak pada
terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2,07 persen pada
id
tahun 2020. Akan tetapi, pemulihan ekonomi mulai terlihat ditunjukkan
.
dengan laju pertumbuhan positif mencapai 3,69 persen pada tahun 2021.
go
s.
Publikasi ini menyajikan data dan ulasan secara deskriptif terkait
p
perkembangan ekonomi Indonesia selama tahun 2017-2021. Data
.b
tersebut disajikan dalam tabel Produk Domestik Bruto (PDB) beserta

w
indikator turunannya baik atas dasar harga berlaku maupun konstan 2010
w
dalam nilai dan angka persentase. Tinjauan secara deskriptif merupakan

//w
ulasan dari tabel-tabel yang disajikan dan berisi penjelasan kondisi PDB
s:
menurut lapangan usaha dan PDB menurut pengeluaran selama tahun

tp
2017-2021. Untuk angka tahun 2021 masih bersifat sangat sementara

ht
dan akan disempurnakan pada publikasi selanjutnya.

Publikasi ini tersusun atas kontribusi berbagai pihak. Kepada
semua pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung,
diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini dapat dimanfaatkan
untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia serta untuk memenuhi
kebutuhan seluruh pembaca.
Jakarta, Juni 2022

Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Margo Yuwono, S.Si., M.Si.
iii
PREFACE
D
uring the COVID-19 pandemic, the Indonesian economy
is gradually starting to recover. The COVID-19 pandemic
that hit Indonesia and the world impacted to contraction
of Indonesia’s economic growth to 2.07 percent in 2020. However, the
id
economic recovery is starting to be indicated by a positive growth rate
.
of 3.69 percent in 2021.
go
s.
This publication presents data and descriptive reviews related
p
to Indonesia’s economic development from 2017 to 2021. The data is
.b
presented in Gross Domestic Product (GDP) tables and its derivative

w
indicators at current and 2010 constant market prices, both in value

w
and percentage figures. A descriptive review is a coverage of the tables

//w
presented and contains an explanation of GDP by industry and GDP

s:
by expenditure during 2017-2021. The figures for 2021 are still very
tp
provisional and will be revised in the subsequent publication.

ht
This publication was arranged by collaboration and contribution

from various institutions and parties. Thank you to all those who have
contributed directly or indirectly. Hopefully, this publication can be
beneficial to support Indonesia’s economic recovery and meet the needs
of all readers.
Jakarta, June 2022

BPS - Statistics Indonesia
Dr. Margo Yuwono, S.Si., M.Si.

Chief Statistician
iv
DAFTAR ISI/CONTENTS
KATA PENGANTAR/PREFACE iii
DAFTAR ISI/CONTENTS v
DAFTAR TABEL/LIST OF TABLES vIii
DAFTAR GAMBAR/LIST OF FIGURES vIii
. id
go
DAFTAR LAMPIRAN/LIST OF APPENDIX ix
p s.
.b
w
01 PENDAHULUAN/INTRODUCTION
w
//w
Gambaran Umum Perekonomian Indonesia/ 5

1.1.
An Overview of Indonesia Economy 121
s:
Pengertian Pendapatan Nasional/ 8

tp
1.2.
Definition of National Income 124
ht
Keterkaitan Pendapatan Nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB)/ 9

1.3.
Linkage of National Income and Gross Domestic Bruto 125
Sistematika Penulisan Publikasi/ 12
1.4.
Writing Method 127
RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN/

02
COVERAGE AND CALCULATION METHOD
17
2.1. Ruang Lingkup/ Coverage
131
26
2.2. Metode Penghitungan/ Methodology
140
38
2.3. Perubahan Tahun Dasar/ Change in Base Year
151
v
DAFTAR ISI/CONTENTS
PERKEMBANGAN MENURUT LAPANGAN USAHA/
03
TREND OF GDP BY INDUSTRY
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan/ 41
3.1.
Agriculture, Forestry, and Fishing 155
Pertambangan dan Penggalian/ 42
3.2.
Mining and Quarrying 156
Industri Pengolahan/ 44
3.3.
Manufacturing 157
id
Pengadaan Listrik dan Gas/ 45
3.4.
Electricity, Gas, Stem and Air Conditioning Supply 159
.
go
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang/ 46
3.5. s.
Water Supply, Sewerage, Waste Management and Remediation Activities 159
p
Konstruksi/ 46
.b
3.6.
Construction 160
w
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor/ 47

w
3.7.
Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles 161
//w
Transportasi dan Pergudangan/ 48

3.8.
s:
Transportation and Storage 162

tp
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum/ 49

3.9.
Accommodation and Food Service Activities 163
ht
Informasi dan Komunikasi/ 51

3.10.
Information and Communication 164
Jasa Keuangan dan Asuransi/ 51
3.11.
Financial and Insurance Activities 164
Real Estat/ 52
3.12.
Real Estate Activities 165
Jasa Perusahaan/ 53
3.13.
Business Activities 166
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib/ 53
3.14.
Public Administration and Defence; Compulsory Social Security 166
Jasa Pendidikan/ 54
3.15.
Education 167
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial/ 55
3.16.
Human Health and Social Work Activities 167
Jasa Lainnya/ 55
3.17.
Other Services Activities 168
vi
DAFTAR ISI/CONTENTS
PERKEMBANGAN MENURUT PENGELUARAN/ TREND OF
04
GDP BY EXPENDITURE
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga/ 60
4.1.
Household Final Consumption Expenditure 171
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga/
60
4.2. Non Profit Institution Serving Households (NPISHs) Final Consumption
172
Expenditure
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah/ 61
4.3.
Government Final Consumption Expenditure 173
id
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/
.
61
go
4.4.
Gross Fixed Capital Formation (GFCF) 173
Ekspor dan Impor Barang dan Jasa/
s. 62
4.5.
p
Export and Import of Goods and Services 174
.b
65
w
DAFTAR ISTILAH PENTING/ GLOSSARY 175

w
//w
71
LAMPIRAN/APPENDIX 181
s:
tp
ht
vii
DAFTAR TABEL/LIST OF TABLES
Tabel/Table
Pertumbuhan Ekonomi Negara Anggota ASEAN, 2018-2021 (persen)/ 7
1.1.
Economic Growth of ASEAN Countries, 2018-2021 (percent) 123
Pertumbuhan Ekonomi Negara Anggota G7, 2018-2021 (persen)/ 8
1.2.
Economic Growth of G7 Countries, 2018-2021 (percent) 124
Metode Penghitungan NTB ADHB dan NTB ADHK Menurut Lapangan
id
Usaha/ 30
.
2.1.
go
The Calculation Methods for GVA Current Prices and GVA Constant Prices 143
by Industry s.
p
.b
w
w
DAFTAR GAMBAR/LIST OF FIGURES

//w
s:
tp
ht
Gambar/Figure
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha, 2018-2021/ 41
3.1.
Growth Rate of GDP by Industry, 2018-2021 155
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran, 2018-2021/ 59
4.1.
Growth Rate of GDP by Expenditure, 2018-2021 171
viii
DAFTAR LAMPIRAN/LIST OF APPENDIX
Lampiran/Appendix
Lampiran 1/ Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut 72
Appendix 1 Lapangan Usaha (miliar rupiah), 2017-2021/ 182
Gross Domestic Product at Current Market Prices by Industry
(billion rupiahs), 2017-2021
Lampiran 2/ Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut 75
id
Appendix 2 Lapangan Usaha (miliar rupiah), 2017-2021/ Gross Domestic 185
.
go
Product at Constant Prices by Industry (billion rupiahs), 2017-
2021 s.
Lampiran 3/ Kontribusi Terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 78
p
188
.b
Appendix 3 Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen), 2017-2021/

Percentage Distribution of Gross Domestic Product at Current
w
Market Prices by Industry (percent), 2017-2021

w
//w

Appendix 4 Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2017-2021/ 191
s:
Percentage Distribution of Gross Domestic Product at Constant

tp

ht
Lampiran 5/ Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar 84

Appendix 5 Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2017-2021/ Indices 194
of Gross Domestic Product at Current Market Prices by Industry,
2017-2021
Lampiran 6/ Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 87
Appendix 6 Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2017-2021/ Indices 197
of Gross Domestic Product at 2010 Constant Market Prices by
Industry, 2017-2021
Lampiran 7/ Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 90
Appendix 7 Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen), 2018-2021/ Growth 200
Rate of Gross Domestic Product at Current Market Prices by
Industry (percent), 2018-2021
Lampiran 8/ Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 93
Appendix 8 Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2018-2021/ 203
Growth Rate of Gross Domestic Product at 2010 Constant Market
Prices by Industry (percent), 2018-2021
ix
Lampiran/ Appendix
Lampiran 9/ Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan 96
Appendix 9 Usaha (2010=100), 2017-2021/ Implicit Price Indices of Gross 206
Domestic Product by Industry (2010=100), 2017-2021
Lampiran 10/ Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto 99
Appendix 10 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2018-2021/ Growth Rate 209
id
of Implicit Price Indices of Gross Domestic Product by Industry
.
go
(percent), 2017-2021
Lampiran 11/ Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
s. 102
Appendix 11 Pengeluaran (miliar rupiah), 2017-2021/ Gross Domestic Product 212
p
.b
at Current Market Prices by Expenditure (billion rupiahs), 2017-

2021
w
w
Lampiran 12/ Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut 103
//w
Appendix 12 Pengeluaran (miliar rupiah), 2017-2021/ Gross Domestic Product 213

at Constant Market Prices by Expenditure (billion rupiahs), 2017-
s:
2021
tp
ht
Appendix 13 Berlaku Menurut Pengeluaran (persen), 2017-2021/ Percentage 214

Distribution of Gross Domestic Product at Current Market Prices by
Expenditure (percent), 2017-2021
Lampiran 14/ Kontribusi Terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Har- 105
Appendix 14 ga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (persen), 2017-2021/ 215
Market Prices by Expenditure (percent), 2017-2021
Lampiran 15/ Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 106
Appendix 15 Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021/ Indices of Gross 216
Domestic Product at Current Market Prices by Expenditure, 2017-
2021
Lampiran 16 Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 107
Appendix 16 Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021/ Indices of 217
Gross Domestic Product at 2010 Constant Market Prices by Expen-
diture, 2017-2021
x
Lampiran/ Appendix
Lampiran 17/ Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Ber- 108
Appendix 17 laku Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021/ Growth Rate of 218
Gross Domestic Product at Current Market Prices by Expenditure
(percent), 2018-2021
Lampiran 18/ Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Kon- 109
id
Appendix 18 stan 2010 Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021/ Growth 219
.
go
Rate of Gross Domestic Product at 2010 Constant Market Prices
by Expenditure (percent), 2018-2021
s.
Lampiran 19/ Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto Menurut Pengelu- 110
p
220
.b
Appendix 19 aran (2010=100), 2017-2021/ Implicit Price Indices of Gross

Domestic Product by Expenditure (2010=100), 2017-2021
w
w
Lampiran 20/ Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto 111
//w
Appendix 20 Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021/ Growth Rate of 221

Implicit Price Indices of Gross Domestic Product by Expenditure
s:
(percent), 2017-2021
tp
Lampiran 21/ Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapa- 112

ht
Appendix 21 tan Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku, 2017-2021/ Income 222
Aggregates and Per Capita Income at Current Market Prices,
2017-2021
Lampiran 22 Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapa- 113
Appendix 22 tan Perkapita Atas Dasar Harga Konstan, 2017-2021/ Income 223
Aggregates and Per Capita Income at Constant Market Prices,
2017-2021
Lampiran 23/ Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan 114
Appendix 23 Pendapatan Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (persen), 224
2018-2021/ Growth Rate of Income Aggregates and Per Capita
Income at Current Market Prices (percent), 2018-2021
Lampiran 24/ Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan 115
Appendix 24 Pendapatan Perkapita Atas Dasar Harga Konstan (persen), 225
2018-2021/ Growth Rate of Income Aggregates and Per Capita
Income at Constant Market Prices (percent), 2018-2021
xi
ht
tp
s:
//w
w
xii
w
.b
ps.
go
.id
PENDAPATAN NASIONAL
INDONESIA
2017-2021
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
01
tp
s:
//w
w
w
PENDAHULUAN
.b
ps.
go
.id
Percepatan vaksinasi Covid-19 sampai dengan akhir tahun 2021 memicu
peningkatan mobilitas dan konsumsi akhir masyarakat sehingga
mendorong permulihan ekonomi nasional
79,3% 54,7% 0,6% 3,7%

vaksin 1 vaksin 2 vaksin 3 pertumbuhan ekonomi
Capaian Vaksinasi penduduk Berhasil tumbuh positif setelah
dari total target terkontraksi -2,1%
280,2 Juta Jiwa pada 2020
280 Juta Rp 16.970,8 T

dosis vaksin PDB ADHB
Berhasil disuntikkan Meningkat sebesar
sampai akhir tahun Rp 1.532,7 T dibandingkan
2021 COVID 19
VACCINE tahun 2020
* Informasi terkait vaksinasi diperoleh dari
Kementerian Kesehatan
id
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
.
go
DIBANDING BEBERAPA NEGARA, 2021
s.
* Sumber : International Monetary Fund, World Economic Output Database, April 2022
p
.b
w
w
//w
AMERIKA INGGRIS JEPANG

SERIKAT 5,3% 3,3%
s:
6,4%
tp
INDONESIA
ht
3,7%
MALAYSIA SINGAPURA THAILAND
6,5% 7,6% 2,6%
PERBANDINGAN PDB & PENDAPATAN NASIONAL, 2021

* Disajikan dalam Triliun Rupiah
16.970,8
15.832,7 15.438,0
13.589,8
14.838,8 Selisih antara
11.392,2
12.570,8 PDB &
11.365,1
10.042,3
10.865,9 Pendapatan Nasional
sempat mengecil pada
tahun 2020
akan tetapi kembali
melebar pada tahun
2021
2017 2018 2019 2020* 2021**
PDB Indonesia Pendapatan Nasional Indonesia
1.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia
Kondisi perekonomian Indonesia dapat digambarkan melalui struktur dan

laju pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari indikator PDB. Struktur ekonomi
Indonesia menunjukkan kontribusi dari masing-masing lapangan usaha serta
komponen pengeluaran dalam pembentukan PDB dari sisi lapangan usaha, struktur
perekonomian Indonesia cenderung tidak mengalami perubahan selama periode
tahun 2017-2021. Industri Pengolahan masih menjadi lapangan usaha yang
mendominasi perekonomian Indonesia. Lapangan usaha lain yang berkontribusi
besar terhadap perekonomian Indonesia secara berurutan adalah Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan serta Perdagangan Besar dan Eceran-Reparasi Mobil dan
id
Sepeda Motor. Pada tahun 2021, kontribusi masing-masing lapangan usaha tersebut
.
go
terhadap perekonomian Indonesia sebesar 19,25 persen; 13,28 persen; dan 12,97
s.
persen.
p
.b
Dari sisi pengeluaran, struktur perekonomian Indonesia tidak mengalami

w
perubahan yang berarti selama periode tahun 2017-2021. Selama periode lima
w
//w
tahun tersebut, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) selalu

menjadi kontributor terbesar untuk perekonomian Indonesia. Pada tahun 2021,
s:
tp
komponen PK-RT berkontribusi sebesar 54,42 persen yang mencakup lebih dari
ht
separuh PDB Indonesia. Setelah itu, terdapat Komponen Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) serta Ekspor Barang dan Jasa yang masing-masing berkontribusi
terhadap perekonomian Indonesia sebesar 30,81 persen serta 21,56 persen.
Perekonomian Indonesia yang sempat melemah akibat adanya Pandemi

COVID-19 perlahan mulai menunjukkan perbaikan. Pada tahun 2021, ekonomi
Indonesia berhasil tumbuh sebesar 3,69 persen setelah terkontraksi cukup dalam
sebesar 2,07 persen pada tahun sebelumnya. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi
ini diikuti oleh hampir seluruh lapangan usaha serta seluruh komponen pengeluaran.
Dari 17 kategori lapangan usaha yang ada, 14 lapangan usaha diantaranya

berhasil mengalami percepatan laju pertumbuhan pada tahun 2021 dibanding tahun
2020. Lapangan usaha dengan laju pertumbuhan paling pesat adalah Transportasi
dan Pergudangan yang tumbuh sebesar 3,24 persen setelah sebelumnya terkontraksi
dalam sebesar 15,05 persen. Lapangan Usaha Akomodasi dan Makan Minum juga
Pendapatan Nasional Indonesia 2017 - 2021 5

mengalami pertumbuhan yang pesat sebesar 3,89 persen setelah terkontraksi cukup
dalam sebesar 10,26 persen pada tahun sebelumnya. Salah satu faktor pendorong
percepatan laju pertumbuhan ini adalah mulai meningkatnya mobilitas masyarakat
serta pelonggaran beberapa aktivitas publik setelah sebelumnya diberlakukan
pembatasan ketat dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Dibandingkan dengan lapangan usaha yang telah disebutkan, beberapa

lapangan usaha justru mengalami perlambatan laju pertumbuhan. Salah satu
diantaranya adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh melambat
dari 11,56 persen pada tahun 2020 menjadi 10,46 persen pada tahun 2021. Begitu
pula dengan Informasi dan Komunikasi yang tumbuh melambat dari 10,61 persen
menjadi 6,81 persen. Hal ini disebabkan pelonggaran aktivitas masyarakat di luar
. id
rumah sehingga terjadi pengurangan pemakaian produk Informasi dan Komunikasi
go
(layanan internet) serta perbaikan penanganan COVID-19 sehingga pasien yang
s.
terpapar semakin berkurang. Meski begitu, kedua lapangan usaha ini masih menjadi
p
.b
lapangan usaha dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada

w
tahun 2021.
w
//w
Berbeda dengan sisi lapangan usaha, percepatan laju pertumbuhan ekonomi

s:
dialami oleh seluruh komponen pada sisi pengeluaran. Laju pertumbuhan tertinggi
tp
terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 24,04 persen pada tahun
ht
2021 setelah terkontraksi sebesar 8,14 persen pada tahun 2020. Faktor pendorong
percepatan laju pertumbuhan komponen ini adalah terjadinya pemulihan ekonomi
global utamanya bagi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Komponen
Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang untuk PDB menurut pengeluaran
pun tumbuh sebesar 23,31 persen pada tahun 2021 setelah mengalami kontraksi
paling dalam sebesar 16,72 persen pada tahun sebelumnya. Komponen Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (PK-P) terus mempertahankan pertumbuhan yang positif dari
1,96 persen pada tahun 2020 menjadi 4,17 persen pada tahun 2021. Percepatan
laju pertumbuhan ini ditopang oleh belanja barang dan jasa pemerintah dalam
rangka percepatan pembayaran beberapa program pemulihan ekonomi nasional.
Selain Indonesia, kondisi pemulihan ekonomi akibat Pandemi COVID-19 juga

dialami oleh negara-negara dalam lingkup Association of Southeast Asia Nation
(ASEAN). Berdasar laporan International Monetary Fund (IMF), hampir seluruh negara
6 National Income of Indonesia 2017 - 2021

dalam lingkup ASEAN mengalami percepatan laju pertumbuhan pada tahun 2021.
ASEAN-5 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina
berhasil tumbuh positif sebesar 4,92 persen setelah terkontraksi sebesar 3,39 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada Singapura sebesar 7,61 persen
setelah terkontraksi sebesar 4,14 persen. Sementara itu, Myanmar justru mengalami
kontraksi laju pertumbuhan sebesar 8,89 persen setelah pada tahun 2020 berhasil
mempertahankan pertumbuhan positif sebesar 3,19 persen. Pertumbuhan ekonomi
negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Negara Anggota ASEAN,

2018 - 2021 (persen)
id
Negara 2018 2019 2020 2021
.
go
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Indonesia 5,17 s. 5,02 -2,07 4,30
2. Malaysia 4,77 4,30 -5,59 6,50
p
3. Filipina 6,34 6,04 -9,51 6,89
.b
4. Thailand 4,19 2,27 -6,09 2,56

w
5. Vietnam 7,08 7,02 2,91 6,50

w
ASEAN-5 5,35 4,85 -3,39 4,92

//w
6. Brunei Darussalam 0,05 3,87 1,20 1,65

s:
7. Kamboja 7,53 7,05 -3,53 4,16

tp
8. Myanmar 6,41 6,75 3,19 -8,89

ht
9. Laos PDR 6,29 4,65 -0,44 4,64

10. Singapura 3,66 1,10 -4,14 7,61
Sumber : International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, April 2022
Sinyal pemulihan ekonomi juga terjadi secara global, Pada tahun 2021,
perekonomian mampu tumbuh positif sebesar 6,03 persen setelah terkontraksi sebesar
3,27 persen. Negara-negara dengan perekonomian maju, seperti kelompok G7
secara keseluruhan mampu tumbuh positif sebesar 5,38 persen setelah terkontraksi
cukup dalam sebesar 5,05 persen, Negara dengan pertumbuhan ekonomi paling
tinggi adalah Amerika Serikat sebesar 6,39 persen setelah terkontraksi sebesar
3,51 persen, Sementara itu, negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat adalah
Inggris dengan laju pertumbuhan 5,34 persen setelah terkontraksi dalam sebesar
9,92 persen.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Anggota G7, 2018 - 2021 (persen)
Negara 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5)
Amerika 3,00 2,16 -3,51 6,39
Jepang 0,56 0,27 -4,83 3,25
Kanada 2,43 1,86 -5,40 5,05
Inggris 1,25 1,43 -9,92 5,34
Jerman 1,27 0,56 -4,90 3,60
Perancis 1,87 1,49 -8,23 5,81
Italia 0,94 0,29 -8,87 4,15
Eropa 1,88 1,29 -6,60 4,43
G7 2,11 1,50 -5,05 5,38
id
Dunia 3,57 2,76 -3,27 6,03
.
go
Sumber : International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, April 2022
p s.
1.2. Pengertian Pendapatan Nasional
.b
w
w
Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator yang berperan penting

//w
untuk menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan atau kemakmuran suatu

s:
negara dengan kondisi perekonomiannya. Ukuran kesejahteraan dan keterkaitan

tp
ekonomi digambarkan melalui kemampuan untuk menghasilkan berbagai produk,

ht
menciptakan pendapatan, mengkonsumsi, serta menambah aset yang dimiliki oleh

masyarakat suatu negara pada kurun waktu tertentu.
Pendapatan nasional diartikan sebagai seluruh pendapatan yang diterima

oleh masyarakat suatu negara pada kurun waktu tertentu. Penciptaan pendapatan
pada indikator ini berhubungan erat dengan pendapatan faktor produksi.
Pendapatan faktor produksi merupakan perolehan pendapatan atau pembayaran
dalam wujud balas jasa tenaga kerja (seperti upah dan gaji) serta bukan tenaga
kerja (bunga, dividen, royalti, dan kompensasi atas kepemilikan faktor produksi
lainnya). Pendapatan tersebut merupakan sumber pembiayaan hidup masyarakat.
Apabila produk-produk yang dihasilkan dalam perekonomian dikaitkan dengan
pola dan perilaku konsumsi masyarakat, maka pendapatan nasional dapat menjadi
proksi atas ukuran kemakmuran.

Pendapatan nasional juga menunjukkan pendapatan potensial yang dapat
diterima oleh masyarakat sesuai dengan sumber pendapatannya. Pada kenyatannya,
pendapatan yang dihasilkan suatu negara belum tentu sepenuhnya dinikmati oleh
masyarakat negara tersebut. Ada pendapatan yang mengalir ke luar wilayah suatu
negara, namun ada juga pendapatan yang diterima dari negara lain. Oleh karena
itu, konsep pendapatan nasional menjelaskan tentang pendapatan dari seluruh balas
jasa faktor produksi yang diterima oleh masyarakat residen, baik yang berasal dari
aktivitas ekonomi domestik maupun luar negeri dikurangi dengan pembayaran atas
masyarakat non residen.
1.3. Keterkaitan Pendapatan Nasional dan Produk Domestik Bruto
. id
go
Merujuk pada System of National Accounts (SNA) 2008, pendapatan nasional
dan PDB memiliki konsep yang berbeda. Pertama dari sisi pendekatan, pendapatan
s.
p
nasional mengacu pada konsep pendekatan pendapatan sementara PDB mengacu
.b
pada konsep pendekatan produksi. Kedua dari sisi metode penghitungan dalam
w
w
kerangka kerja Sectoral Accounts and Balance Sheets (SAB), PDB diturunkan dari
//w
neraca pertama yaitu Neraca Produksi Barang dan Jasa sementara Pendapatan
s:
Nasional diturunkan dari Neraca Alokasi Pendapatan Primer.

tp
Meskipun secara konsep berbeda, PDB menjadi komponen penting untuk

ht
menghasilkan indikator pendapatan nasional. Tahapan untuk mendapatkan indikator

pendapatan nasional dari PDB adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan Nasional Bruto (PNB)

PNB menjadi indikator awal untuk memperoleh angka pendapatan
nasional. Indikator ini diperoleh dari PDB ditambah kompensasi tenaga
kerja, pendapatan properti serta pajak atas produksi neto yang diterima
dari luar negeri dikurangi kompensasi tenaga kerja, pendapatan properti,
dan pajak atas produksi neto yang dibayarkan ke luar negeri. Dengan
kata lain, PNB didapatkan dari PDB ditambah pendapatan primer yang
diterima dari non residen dikurangi pendapatan primer yang dibayarkan
ke non residen.

b. Pendapatan Nasional Neto (PNN)
PNN adalah nilai bersih (penyeimbang) dari pendapatan primer yang
dijumlahkan untuk seluruh sektor ekonomi. PNN diperoleh dari pengurangan
antara PNB dengan konsumsi modal tetap. Pada level agregat ekonomi
indikator ini dideskripsikan sebagai Pendapatan Nasional.
c. Pendapatan Nasional Disposabel Neto (PNDN)

PNDN adalah indikator yang digunakan untuk melihat pengaruh luar
negeri terhadap perekonomian nasional. Yang dimaksud dari pengaruh
ini adalah mempertimbangkan neraca berjalan yang diterima dari luar
negeri dan dibayarkan ke luar negeri. PNDN didapatkan dari PNN
ditambah transfer berjalan yang diterima dari luar negeri dikurang
. id
transfer berjalan yang dibayarkan ke luar negeri.
go
Indikator pendapatan nasional dan PDB dapat diturunkan menjadi beberapa
p s.
indikator turunan yang berguna untuk melihat kondisi tertentu dari perekonomian di
.b
suatu negara. Berikut disebutkan indikator turunan pada pendapatan nasional dan
w
w
PDB beserta kegunannya :

//w
a. PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku

s:
PDB atas dasar harga berlaku dapat disebut sebagai distribusi PDB.
tp
Indikator ini menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap

ht
kategori lapangan usaha ekonomi dalam suatu negara. Kategori

lapangan usaha ekonomi dengan peranan besar menunjukkan basis
perekonomian suatu negara.
b. PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan

PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori lapangan
usaha dari tahun ke tahun.
c. PDB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku

PDB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku menunjukkan
peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha ekonomi.

d. PDB pengeluaran atas dasar harga konstan
PDB pengeluaran atas dasar harga konstan mengukur laju pertumbuhan
konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri.
e. PNB atas dasar harga berlaku

PNB atas dasar harga berlaku menunjukkan pendapatan yang
memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.
f. PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku

PDB dan PDN per kapitas atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDB dan PNB per satu orang penduduk. Indikator ini dapat mencerminkan
secara kasar pendapatan setiap penduduk di suatu negara.
id
g. PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan
.
go
PDN dan PNB per kapita atas dasar harga konstan menunjukkan
s.
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
p
.b
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator ekonomi yang lebih umum
w
digunakan oleh berbagai negara dibandingkan dengan Pendapatan Nasional

w
//w
Bruto. Di Indonesia, PDB berperan penting dalam pengambilan kebijakan misalnya

berperan sebagai alat proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk menentukan Rencana
s:
tp
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Selain itu, PDB juga digunakan oleh
ht
berbagai organisasi internasional untuk melihat tingkat kesehatan dan perekonomian

suatu negara. PDB per kapita pun juga sering digunakan untuk melihat perkembangan
kondisi kesejahteraan masyarakat suatu negara. Meskipun pendapatan nasional
merupakan indikator yang lebih tepat untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan
suatu negara, PDB masih lebih banyak digunakan sebab keterbandingan dan proses
penghitungan yang lebih mudah. Melihat kondisi tersebut, publikasi ini akan lebih
mengulas metode penghitungan serta analisis struktur perekonomian berdasar
indikator PDB.

1.4. Sistematika Penulisan Publikasi
Publikasi Pendapatan Nasional Indonesia 2017-2021 disusun untuk

menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia berdasar hasil penghitungan
beberapa indikator makro ekonomi, Publikasi ini akan memuat pengertian umum
pendapatan nasional beserta kaitannya dengan PDB, metode penghitungan, serta
analisis struktur ekonomi Indonesia berdasarkan PDB menurut lapangan usaha
dan pengeluaran. Cakupan wilayah pada publikasi ini terbatas hanya untuk level
nasional. Sementara itu, periode waktu yang akan diulas terbatas untuk tahun 2017
hingga tahun 2021.
id
Secara umum, lingkup penyusunan publikasi ini adalah :
.
go
1. Pengertian umum terkait pendapatan nasional serta keterkaitannya dengan
PDB sebagai indikator ekonomi makro; s.
p
2. Ruang lingkup dan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB menurut
.b
lapangan usaha dan pengeluaran;

w
3. Gambaran umum struktur perekonomian Indonesia sesuai dengan PDB

w
//w
menurut lapangan usaha dan pengeluaran; serta

4. Tabel-tabel data yang berkaitan dengan indikator pendapatan nasional
s:
tp
dan PDB
ht
Sementara itu, Publikasi Pendapatan Nasional Indonesia 2017-2021

diterbitkan dalam empat bab dengan pembabakan sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat penjelasan singkat mengenai pendapatan nasional beserta
kaitannya dengan PDB, gambaran umum perekonomian Indonesia beserta
perbandingannya dengan negara lain, serta ruang lingkup dan sistematika
penulisan.
b. Bab II Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan

Bab ini mencakup ruang lingkup untuk masing-masing lapangan usaha serta
komponen pengeluaran perekonomian dan metode penghitungan yang
digunakan untuk menyusun PDB menurut lapangan usaha dan pengeluaran.

c. Bab III Perkembangan PDB Menurut Lapangan Usaha
Bab ini menjelaskan analisis umum struktur perekonomian Indonesia beserta
perkembangannya berdasarkan hasil penghitungan PDB menurut lapangan
usaha.
d. Bab IV Perkembangan PDB Menurut Pengeluaran
Bab ini akan menguraikan analisis umum struktur perekonomian Indonesia

beserta perkembangannya berdasarkan hasil penghitungan PDB menurut
pengeluaran.
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

02
RUANG LINGKUP
DAN
METODE PENGHITUNGAN
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
NOTE
angan
d e k a t an Laparan, &
Pen , Pengelu n
Usaha patan aka ai
Pendahasilkan nil
meng ang sama
PDB y
PDB
Produksi kasikan
Produk mpubli a
BPS mbeerdasar adituu
+
PDBdekatan y ngeluaran
Domestik pen uksi & Pe
Prod
Bruto Jumlah nilai tambah
barang & jasa
Pajak Neto
Atas Produk
atas dasar harga dasar
dapat disusun berdasar
3 id
Pendapatan
.
+ + + go
p s.

.b
Kompensasi Surplus Usaha Pendapatan Pajak Atas

w
Tenaga Bruto Campuran Produksi & Impor

Kerja Bruto Neto
w
PENDEK ATAN
//w
Pengeluaran
s:
+ + + +
tp
ht
Konsumsi Konsumsi Konsumsi PMTB Ekspor

Rumah Tangga LNPRT Pemerintah Neto
PDB DIGUNAKAN UNTUK MENGHASILKAN

INDIKATOR PENDAPATAN NASIONAL
PDB + PNB - - = PN
PRODUK Pajak Atas Konsumsi
Pendapatan Neto Produksi & Impor Barang Modal
NASIONAL PENDAPATAN NASIONAL
PRODUK DOMESTIK Terhadap Luar Negeri Neto Tetap
BRUTO
BRUTO Atas Faktor Produksi
=
2.1. Ruang Lingkup
Pada sub bab ini diuraikan ruang lingkup dalam penyusunan PDB menurut
lapangan usaha dan pengeluaran. Ruang lingkup berisi penjelasan jenis kegiatan
ekonomi yang tercakup untuk setiap lapangan usaha atau komponen PDB. Penentuan
ruang lingkup lapangan usaha dan komponen PDB mengacu pada System of
National Accounts (SNA) 2008 dengan beberapa penyesuaian berdasarkan kondisi
perekonomian di Indonesia.
2.1.1. Ruang Lingkup PDB Menurut Lapangan Usaha
Lapangan usaha yang dicakup dalam penghitungan PDB dikelompokkan
. id
dalam 17 kategori lapangan usaha. Berikut uraian ruang lingkup untuk masing-
go
masing lapangan usaha. s.
p
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
.b
Lapangan usaha ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari

w
w
alam dan merupakan benda-benda atau barang-barang biologis (hidup) yang

//w
hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau untuk
s:
dijual kepada pihak lain. Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang tujuan utamanya
tp
memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) seperti kegiatan usaha tanaman pangan.

ht
Lapangan usaha ini mencakup tiga subkategori, yaitu:
1. Pertanian, Peternakan, dan Jasa Pertanian

2. Kehutanan dan Penebangangan Kayu
3. Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian

Ruang lingkup pada lapangan usaha ini mencakup serangkaian kegiatan
untuk aktivitas pertambangan dan penggalian. Beberapa kegiatan tersebut dalah
penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan pengambilan
segala macam barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam,
baik berupa benda padat, cair, maupun gas. Sifat dari kegiatan-kegiatan tersebut
adalah menciptakan nilai guna barang tambang dan galian sehingga memungkinkan
untuk dimanfaatkan, dijual, atau diproses lebih lanjut.

Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dikelompokkan dalam
empat subkategori, yaitu:
1. Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi

2. Pertambangan Batubara dan Lignit
3. Pertambangan Bijih Logam
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya
C. Industri Pengolahan
Lapangan Usaha Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang

perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk
baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan,
id
perikanan, pertambangan atau penggalian. Industri Pengolahan juga mencakup
.
go
perubahan bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan
s.
maklon, atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat sama dimana produk
p
.b
tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan dari pihak lain
w
atas dasar kontrak. Lapangan usaha ini mencakup 16 subkategori, yaitu :

w
//w
1. Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas Bumi

2. Industri Makanan dan Minuman
s:
tp
3. Industri Pengolahan Tembakau

ht
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

5. Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang Anyaman
7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan, dan Reproduksi Media
Rekam
8. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional
9. Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
10. Industri Barang Galian Bukan Logam
11. Industri Logam Dasar
12. Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan
Listrik
13. Industri Mesin dan Perlengkapan
14. Industri Alat Angkutan

15. Industri Furnitur
16. Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan
D. Pengadaan Listrik dan Gas

Lapangan usaha ini mencakup kegiatan yang berhubungan dengan
ketenagalistrikan serta pengadaan gas dan produksi es. Kegiatan yang dicakup
ketenagalistrikan adalah pembangkitan, transmisi, dan pendistribusian energi listrik
kepada konsumen akhir. Sementara itu, kegiatan untuk pengadaan gas dan produksi
es terdiri dari kegiatan gas alam dan buatan, pengadaan uap/air panas, udara
dingin, serta produksi es. Lapangan usaha ini dikelompokkan dalam dua subkategori:
id
1. Ketenagalistrikan
.
go
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es
s.
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang
p
.b
Lapangan usaha ini berhubungan dengan pengelolaan berbagai bentuk

w
limbah/sampah yang dapat mencemari lingkungan. Hasil proses pengelolaan

w
limbah/sampah atau kotoran ini dibuang atau menjadi input dalam proses produksi
//w
lainnya. Kegiatan pengadaan air termasuk lapangan usaha ini, karena sering
s:
kali kegiatan tersebut berhubungan dengan atau oleh unit yang terlibat dalam
tp
pengelolaan limbah/kotoran.
ht
F. Konstruksi
Kegiatan yang tercakup dalam Lapangan Usaha Konstruksi adalah kegiatan
usaha di bidang konstruksi umum dan khusus, baik digunakan sebagai tempat tinggal
maupun sarana kegiatan lainnya. Lapangan usaha ini mencakup pekerjaan baru,
perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau
struktur di lokasi proyek, serta konstruksi yang bersifat sementara.
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Lapangan usaha ini meliputi semua kegiatan berhubungan dengan mobil dan
motor (termasuk lori dan truk), baik perdagangan besar maupun eceran, perawatan,
serta pemeliharaan mobil dan motor. Lapangan usaha ini juga mencakup kegiatan
ekonomi di bidang perdagangan besar dan eceran (penjualan tanpa perubahan
teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi

penjualan barang-barang tersebut. Penjualan secara grosir (perdagangan besar)
maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan.
Secara garis besar, lapangan usaha ini dibagi dalam dua subkategori sebagai
berikut :
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor, dan Reparasinya

2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan

Lapangan usaha ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau
barang dengan menggunakan rel, saluran pipa, jalan darat, air atau udara dan
kegiatan yang berhubungan dengan pengangkutan. Lapangan usaha ini termasuk
id
penyewaan alat angkutan dengan pengemudi atau operator, serta kegiatan pos
.
go
dan kurir. Lapangan usaha ini dikelompokkan dalam enam subkategori, yaitu :
s.
1. Angkutan Rel
p
.b
2. Angkutan Darat
w
3. Angkutan Laut
w
4. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan

//w
5. Angkutan Udara
s:
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos dan Kurir

tp
ht
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Lapangan usaha ini mencakup kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan
akomodasi, pelayanan, serta penyediaan makan dan minum. Kegiatan penyedian
akomodasi mencakup kegiatan penyediaan akomodasi jangka pendek untuk
pengunjung serta penyediaan akomodasi lebih lama untuk pelajar, pekerja, dan
sejenisnya. Sementara itu, penyediaan makan dan minum mencakup kegiatan
pelayanan makan minum yang menyediakan makanan atau minuman untuk dikonsumsi
segera. Namun, hal ini tidak termasuk penyediaan akomodasi jangka panjang
seperti tempat tinggal utama, serta penyediaan makan atau minum bukan untuk
dikonsumsi segera atau yang melalui kegiatan perdagangan besar dan eceran.

Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dikelompokkan
dalam dua subkategori, yaitu:
1. Penyediaan Akomodasi
2. Penyediaan Makan dan Minum
J. Informasi dan Komunikasi

Lapangan usaha ini mencakup seluruh kegiatan dalam penyediaan informasi
serta aktivitas komunikasi. Beberapa kegiatan yang dicakup dalam penyediaan
informasi adalah kegiatan industri penerbitan (termasuk penerbitan piranti lunak);
kegiatan industri produksi gambar bergerak, video, perekaman suara dan penerbitan
musik; serta kegiatan industri penyiaran dan pemrograman (radio dan televisi).
id
Sementara kegiatan yang termasuk penyediaan telekomunikasi adalah kegiatan
.
go
penyediaan telekomunikasi dan kegiatan jasa; kegiatan industri pemrograman;
konsultasi komputer; serta kegiatan penyediaan jasa keahlian di bidang teknologi
s.
p
informasi.
.b
w
K. Jasa Keuangan dan Asuransi

w
Lapangan usaha ini mencakup aktivitas pelayanan atau penyediaan jasa

//w
keuangan serta penyediaan jasa asuransi. Beberapa aktivitas yang tercakup dalam
s:
jasa keuangan seperti bank sentral, perbankan, koperasi simpan-pinjam, pegadaian,

tp
modal ventura, pasar uang (bursa efek), lembaga kliring dan penjaminan, dan jasa
ht
penukaran mata uang. Sementara itu, kegiatan asuransi mencakup aktivitas asuransi,
reasuransi, dan dana pensiun.
Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam

empat subkategori, yaitu :
1. Jasa Perantara Keuangan

2. Asuransi dan Dana Pensiun
3. Jasa Keuangan Lainnya
4. Jasa Penujang Keuangan

L. Real Estat
Kegiatan yang dicakup dalam lapangan usaha ini meliputi kegiatan
persewaan, agen dan/atau perantara dalam penjualan atau pembelian,
penyewaan, serta penyediaan jasa real estat lainnya. Kegiatan penyediaan jasa
real estat bisa dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lain yang dilakukan
atas dasar balas jasa atau kontrak. Lapangan usaha ini juga mencakup kegiatan
pembangunan gedung yang disatukan dengan pemeliharaan atau penyewaan
bangunan tersebut. Lapangan usaha ini juga mencakup real estat yang dimiliki dan
ditempati sendiri (owner occupied dwelling) serta kegiatan pengelolaan bangunan
real estat.
M,N. Jasa Perusahaan
. id
Lapangan Usaha Jasa Perusahaan merupakan gabungan dari 2 (dua)
go
kategori, yakni kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis (M) serta kategori
s.
Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan, Agen
p
.b
Perjalanan, dan Penunjang Usaha Lainnya (N). Kategori M mencakup kegiatan

w
membutuhkan tingkat pelatihan tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan serta

w
ketrampilan khusus yang tersedia untuk pengguna. Kegiatan yang termasuk kategori
//w
M seperti jasa hukum dan akuntansi, jasa arsitektur dan teknik sipil, periklanan
s:
dan penelitian pasar, serta jasa profesional, ilmiah, dan teknis lainnya. Kategori
tp
N mencakup berbagai kegiatan mendukung operasional usaha secara umum.

ht
Kegiatan termasuk kategori N antara lain: jasa persewaan dan sewa guna usaha
tanpa hak opsi, jasa ketenagakerjaan, jasa agen perjalanan, penyelenggaraan tur
dan jasa reservasi lainnya, jasa keamanan dan penyelidikan, jasa untuk gedung
dan pertamanan, jasa administrasi kantor, serta jasa penunjang kantor dan jasa
penunjang usaha lainnya.
O. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Lapangan usaha ini mencakup semua kementerian dan non kementerian,
badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor, dan badan-badan yang
berhubungan dengan administrasi pemerintah dan pertahanan. Lapangan usaha
ini termasuk kegiatan yang bersifat administrasi di sekolah, universitas, dan rumah
sakit pemerintah. Lapangan usaha ini meliputi semua tingkat pemerintah baik
pusat maupun daerah.

P. Jasa Pendidikan
Lapangan usaha ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan
dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya dengan
berbagai cara komunikasi. Lapangan usaha ini juga termasuk pengajaran utamanya
mengenai kegiatan olahraga, hiburan, dan penunjang pendidikan.
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Lapangan usaha ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan
kegiatan sosial berupa pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional
terlatih di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain sampai kegiatan perawatan di
rumah, yang melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan. Adapun kegiatan
sosial yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional juga merupakan bagian
. id
dari lapangan usaha ini. Selain itu, jasa kegiatan sosial seperti panti asuhan, panti
go
jompo, dan lain-lain yang diidentifikasi sebagai Lembaga Non-Profit yang Melayani
s.
Rumah Tangga (LNPRT) dengan output non-pasar ikut termasuk dalam lapangan
p
.b
usaha ini.
w
w
R, S, T, U. Jasa Lainnya
//w
Lapangan Usaha Jasa Lainnya mempunyai kegiatan yang cukup luas meliputi:
s:
kesenian, hiburan, dan rekreasi; jasa reparasi komputer dan barang keperluan
tp
pribadi dan perlengkapan rumah tangga; jasa perorangan yang melayani rumah
ht
tangga; kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang
digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan; jasa swasta lainnya termasuk kegiatan
badan internasional, seperti PBB dan perwakilan PBB, Badan Regional, IMF, OECD,
dan lain-lain.
2.1.2. Ruang Lingkup PDB Menurut Pengeluaran
Sesuai pengertiannya, PDB menurut pengeluaran menunjukkan penggunaan

barang dan jasa untuk konsumsi. Secara spesifik, konsumsi akhir barang dan jasa
direalisasikan dalam enam komponen pengeluaran. Berikut uraian ruang lingkup
untuk masing-masing komponen.

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT)
Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau sekelompok individu yang
tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal, mengumpulkan sebagian
atau seluruh pendapatan dan kekayaannya, serta mengonsumsi barang dan jasa
secara kolektif, utamanya makanan dan perumahan. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga adalah pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga residen untuk
tujuan konsumsi akhir. Konsumsi akhir yang dimaksud adalah konsumsi barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mencakup:
1. Nilai barang dan jasa yang berasal dari pembelian;
2. Perkiraan nilai barang dan jasa yang berasal dari transaksi barter;
3. Perkiraan nilai barang dan jasa yang berasal dari pemberi kerja
id
sebagai bagian dari kompensasi tenaga kerja;
.
go
4. Perkiraan nilai barang dan jasa yang diproduksi untuk dikonsumsi sendiri.
s.
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah
p
.b
Tangga (PK-LNPRT)
w
LNPRT merupakan lembaga yang menyediakan barang dan jasa secara

w
gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi bagi anggota
//w
atau rumah tangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah. LNPRT dibedakan atas 6
s:
jenis lembaga, yaitu:

tp
1. Organisasi kemasyarakatan
ht
2. Organisasi sosial
3. Organisasi profesi dan serikat buruh
4. Organisasi kebudayaan, olah raga, dan rekreasi
5. Partai Politik
6. Lembaga keagamaan
Besarnya PK-LNPRT sama dengan output atau biaya produksi yang
dikeluarkan untuk melakukan aktivitas pelayanan pada masyarakat, anggota
organisasi, atau kelompok masyarakat tertentu. Biaya produksi LNPRT sama dengan
nilai konsumsi antara ditambah biaya primer (kompensasi pegawai, konsumsi barang
modal tetap, dan pajak atas produksi lainnya). Biaya produksi adalah biaya yang
dikeluarkan lembaga atas penggunaan barang dan jasa (antara) dan faktor
produksi, ditambah nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi sendiri atau
pemberian pihak lain (transfer).

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P)
Pemerintah merupakan unit institusi yang dibentuk melalui proses politik
dan punya otoritas di bidang lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif atas
unit institusi lain di dalam suatu negara/wilayah. Dalam suatu perekonomian, unit
pemerintah berperan baik sebagai konsumen, produsen, dan sebagai regulator
yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal maupun moneter. Sebagai
konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa
akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah menyediakan barang dan jasa
pada individu atau masyarakat secara gratis atau pada harga yang tidak signifikan
secara ekonomi.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah merupakan pengeluaran atas barang dan
id
jasa yang dilakukan oleh pemerintah untuk konsumsi akhir, terdiri dari pengeluaran
.
go
konsumsi kolektif dan pengeluaran konsumsi individu. Pengeluaran konsumsi kolektif
s.
adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menghasilkan barang
p
dan jasa yang tidak terbatas jumlahnya dan bisa diakses seluruh masyarakat, contoh
.b
w
jasa pertahanan dan keamanan oleh TNI/Polri. Sedangkan Pengeluaran Konsumsi

w
Individu adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menghasilkan
//w
barang dan jasa yang terbatas jumlahnya dan hanya dapat dikonsumsi apabila
s:
memenuhi syarat tertentu (biasanya harga), contoh pelayanan kesehatan di rumah

tp
sakit/puskesmas dan jasa pendidikan di sekolah/universitas.

ht
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB)
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada

suatu unit produksi. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan,
pembelian (barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan
bekas dari luar negeri), termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang
modal, sewa beli (financial leasing), serta pertumbuhan aset sumber daya hayati
yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan,
transfer atau barter barang modal pada pihak lain, serta sewa beli (financial
leasing). Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat
sebagai pengurangan.

5. Perubahan Inventori
Inventori didefinisikan sebagai aset berupa barang dan jasa yang disimpan
untuk kemudian dijual, digunakan dalam kegiatan produksi atau penggunaan lainnya
di waktu mendatang. Inventori dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Bahan baku dan penolong;
2. Barang dalam penyelesaian;
3. Barang jadi;
4. Barang/jasa untuk dijual kembali;
5. Inventori militer.
id
Perubahan inventori menunjukkan transaksi yang terjadi dalam inventori.
.
go
Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori yang
s.
bisa bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
p
.b
Perubahan inventori diukur dengan nilai barang yang masuk ke dalam inventori
w
dikurangi nilai barang yang keluar dari inventori dan dikurangi nilai kerugian dari
w
barang inventori yang terjadi secara regular. Tidak termasuk kerugian yang luar
//w
biasa yang bersifat irregular seperti kebakaran, kecurian, dan serangan hama.
s:
tp
6. Ekspor/Impor Barang dan Jasa

ht
Ekspor-impor didefiniskan sebagai transaksi alih kepemilikan (ekonomi) atas

barang dan jasa antara residen suatu perekonomian dengan non-residen. Suatu unit
institusi didefinisikan sebagai residen dari wilayah ekonomi sebuah negara, jika unit
institusi tersebut memiliki pusat kepentingan ekonomi yang utama di dalam wilayah
ekonomi dan unit institusi ini terlibat dalam aktivitas atau transaksi ekonomi untuk
periode waktu yang lama, umumnya ditetapkan minimal satu tahun. Ekspor impor
menggunakan prinsip pencatatan dengan basis akrual di mana untuk barang dicatat
saat terjadi alih kepemilikan yang pendekatannya menggunakan waktu pencatatan
pada dokumen kepabeanan,sedangkan untuk jasa dicatat saat jasa tersebut
disediakan atau diberikan.
2.2. Metode Penghitungan

Secara konsep, PDB dapat dihitung menggunakan tiga pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi
PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu negara pada periode
waktu tertentu (biasanya satu tahun) ditambah pajak atas produk neto
(pajak kurang subsidi atas produk).
b. Pendekatan Pendapatan
PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara pada
periode waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun). Komponen balas
jasa yang diterima berupa kompensasi pekerja, surplus usaha bruto,
pendapatan campuran bruto, dan pajak kurang subsidi atas produksi
. id
impor.
c. Pendekatan Pengeluaran
go
p s.
PDB merupakan perkiraan dari jumlah seluruh komponen
.b
permintaan akhir yang terdiri dari:

w
w
(1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga;

//w
(2) Pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah

s:
tangga (LNPRT);
tp
(3) Pengeluaran Konsumsi pemerintah;

ht
(4) Pembentukan modal tetap bruto;

(5) Perubahan inventori; dan
(6) Ekspor neto (ekspor dikurang impor).
Penghitungan PDB dari sisi yang berbeda ini mencakup perbedaan

metode, ruang lingkup, hingga sumber data yang digunakan. Perbedaan ini
dimaksudkan untuk memastikan konsistensi dan kelengkapan dalam membuat
estimasi, mengontrol kelayakan estimasi, dan dapat memberikan manfaat lebih
dalam melakukan analisis PDB.
Pendekatan produksi, pendapatan, ataupun pengeluaran akan
menghasilkan nilai yang sama. Hal ini disebabkan apa yang diproduksi oleh
suatu ekonomi sama dengan apa yang digunakan dalam perekonomian tersebut.
Untuk Indonesia, PDB dihitung menurut dua pendekatan yaitu produksi dan
pengeluaran. Sementara itu, penghitungan menurut pendekatan pendapatan

masih dalam tahap eksperimental menggunakan kerangka kerja Supply and Use
Tables (SUT). Kerangka kerja ini akan mendapatkan PDB yang konsisten untuk
ketiga pendekatan.
Penghitungan PDB baik menurut lapangan usaha maupun pengeluaran,
terbagi menjadi PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan PDB atas dasar harga
konstan (ADHK). PDB ADHB dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada saat
tahun berjalan. PDB yang dihasilkan disebut PDB Nominal. Sementara itu, PDB ADHK
dihitung pada harga tetap (harga pada tahun dasar). PDB yang dihasilkan disebut
PDB Riil. Tahun dasar yang digunakan dalam penghitungan ADHK adalah tahun
2010.
id
2.2.1. PDB Menurut Lapangan Usaha
.
go
A. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
p s.
PDB ADHB dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu penjumlahan
.b
nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan berbagai unit produksi di wilayah
w
w
regional/negara dalam jangka waktu tertentu.

//w
s:
tp
ht
dimana:
NTB adalah nilai tambah bruto yang didapatkan dari output dikurangi dengan
konsumsi antara, yang dituliskan dalam rumus berikut :
Berdasarkan buku pedoman SNA 2008, PDB menururt lapangan usaha

diartikan sebagai penjumlahan nilai tambah bruto terhadap pajak atas produk
dikurangi subsidi atas produk. Pajak atas produk adalah pajak yang dibayar per

unit barang atau jasa. Pajak ini dapat berupa sejumlah uang per kuantitas barang
atau jasa, atau pajak yang nilainya dihitung sebagai persentase dari harga per unit
atau total nilai barang dan jasa yang ditransaksikan. Subsidi atas produk adalah
subsidi yang dibayar per unit barang atau jasa. Subsidi atas produk juga dapat
berbentuk nilai spesifik atau persentase nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan.
Selain itu, subsidi atas produk juga dapat dihitung sebagai selisih antara harga
tertentu dan haga pasar aktual yang dibayar pembeli. Berdasarkan keterangan
di atas, rumus penghitungan PDB menurut lapangan usaha dapat dituliskan sebagai
berikut :
. id
go
B. PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) s.
Pada prinsipnya, PDB ADHK sama dengan PDB ADHB yang merupakan
p
.b
penjumlahan nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan berbagai unit
w
produksi di wilayah regional/negara dalam jangka waktu tertentu. Akan tetapi,

w
metode penghitungan NTB pada PDB ADHK berbeda dengan NTB ADHB.
//w
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung

s:
NTB ADHK, yaitu :

tp
ht
1. Metode Revaluasi
Output harga konstan dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar atau
dapat dituliskan sebagai berikut :
2. Metode Ekstrapolasi
Output harga konstan dihitung berdasarkan indeks produksi atau dapat
dituliskan sebagai berikut :

3. Metode Deflasi
Output harga konstan dihitung dengan membagi output harga berlaku
terhadap indeks produksi atau dapat dituliskan sebagai berikut :
4. Metode Double Deflasi

Output harga konstan dihitung dengan membagi output harga berlaku
terhadap indeks produksi. Selain itu, konsumsi antara harga konstan didapat dari
hasil pembagian antara konsumsi antara harga berlaku dengan indeks harga.
Metode ini dapat dituliskan sebagai berikut:
. id
go
p s.
.b
w
C. Metode Penghitungan NTB ADHB dan NTB ADHK Menurut Lapangan

w
Usaha
//w
s:
Berikut disajikan tabel metode penghitungan NTB ADHB dan NTB ADHK untuk
tp
52 lapangan usaha sebagai dasar penyusun PDB menurut pendekatan lapangan

ht
usaha.
Metode Penghitungan NTB ADHB dan NTB ADHK Menurut

Tabel 2.1
Lapangan Usaha
Lapangan Usaha NTB ADHB NTB ADHK

(1) (2) (3)
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
Pertanian
Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
a. Tanaman Pangan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi

b. Tanaman Holtikultura Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
c. Tanaman Perkebunan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
d. Peternakan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi

(1) (2) (3)
e. Jasa Pertanian dan Perburuan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi

2. Kehutanan dan Penebangan Kayu Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
3. Perikanan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
B Pertambangan dan Penggalian
1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
2. Pertambangan Batubara dan Lignit Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
3. Pertambangan Bijih Logam Pendekatan Produksi Metode Deflasi
Diestimasi berdasar Diestimasi berdasar
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya
hasil Survei Khusus hasil Survei Khusus
C Industri Pengolahan
id
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas
.
go
a. Industri Pengolahan Batubara Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
b. Industri Pengilangan Minyak s.
Pendekatan Produksi
p
Metode Ektrapolasi
2. Industri Makanan dan Minuman Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
.b
3. Industri Pengolahan Tembakau Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi

w
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi

w
//w
5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus
s:
dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
Sejenisnya
tp
7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas;

ht
Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
10. Industri Barang Galian Bukan Logam Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
11. Industri Logam Dasar Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
12. Industri Barang Logam; Komputer, Barang
Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
13. Industri Mesin dan Perlengkapan Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi

14. Industri Alat Angkutan Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
15. Industri Furnitur Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
16. Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi
dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
D Pengadaan Listrik dan Gas
1. Ketenagalistrikan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi

2. Pengadaan Gas dan Produksi Es Pendekatan Produksi Metode Revaluasi

(1) (2) (3)
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

E
dan Daur Ulang
Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
F Konstruksi Metode Ekstrapolasi Metode Deflasi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
G
dan Sepeda Motor
Perdagangan:
Marjin Perdagangan
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
Reparasinya
x Rasio Nilai Tambah Metode Deflasi
Trade Margun x Value
Added Ratio
Reparasi:
Metode Deflasi
Pendekatan Produksi
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil
dan Sepeda Motor
Metode Deflasi
. id
H Transportasi dan Pergudangan
go
1. Angkutan Rel Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
2. Angkutan Darat
p s.
.b
3. Angkutan Laut Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi

w
4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi

w
5. Angkutan Udara Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi

//w
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan;

Pos dan Kurir
Pendekatan Produksi Metode Deflasi
s:
Penyediaan Akomodasi dan Makan

I
tp
Minum
ht
1. Penyediaan Akomodasi Pendekatan Produksi Metode Revaluasi

2. Penyediaan Makan Minum Pendekatan Produksi Metode Deflasi
J Informasi dan Komunikasi Pendekatan Produksi Metode Deflasi
K Jasa Keuangan dan Asuransi
Bank Komersial:
1. Jasa Perantara Keuangan Metode Deflasi
Pendekatan Produksi
Bank Sentral:
Pendekatan Metode Deflasi
Pengeluaran
2. Asuransi dan Dana Pensiun Pendekatan Produksi Metode Deflasi
3. Jasa Keuangan Lainnya Pendekatan Produksi Metode Deflasi
4. Jasa Penunjang Keuangan Pendekatan Produksi Metode Deflasi
L Real Estat Pendekatan Produksi Metode Ektrapolasi
M,N Jasa Perusahaan Pendekatan Produksi Metode Revaluasi
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Ja-
O
minan Sosial Wajib

(1) (2) (3)
Pemerintah : Pemerintah :
P Jasa Pendidikan
Pendekatan Pengeluaran Metode Deflasi
Swasta : Pemerintah :
Pendekatan Produski Metode Revaluasi
Pemerintah : Pemerintah :
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Pendekatan Pengeluaran Metode Deflasi
Swasta : Pemerintah :
Pendekatan Produski Metode Revaluasi
RSTU Jasa lainnya Pendekatan Produksi Metode Deflasi
. id
go
2.2.2. PDB Menurut Pengeluaran s.
p
PDB menurut pengeluaran menunjukkan permintaan akhir terhadap barang
.b
dan jasa baik berupa konsumsi akhir ataupun untuk pembentukan modal bruto.
w
w
Konsumsi akhir terdiri dari barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
//w
individu maupun kolektif tetapi tidak termasuk barang dan jasa yang dikonsumsi
s:
atau digunakan sebagai input dalam proses produksi. Konsumsi akhir dilakukan
tp
oleh rumah tangga, Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT), dan pemerintah.
ht
Sementara itu, pembentukan modal bruto terdiri dari Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) dan perubahan inventori. Pembentukan modal bruto ini dilakukan oleh
perusahaan, pemerintah, dan LNPRT. Selain konsumsi akhir dan pembentukan modal
bruto, PDB menurut pengeluaran juga melibatkan selisih antara ekspor dengan impor
barang dan jasa. Secara umum, rumus PDB menurut pengeluaran dapat ditulis :

Berikut metode penghitungan untuk masing-masing komponen PDB menurut
pengeluaran baik untuk harga berlaku (ADHB) maupun harga konstan (ADHK).
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT)

Estimasi PK-RT untuk harga berlaku didasarkan pada data pengeluaran
konsumsi per kapita hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Angka yang
dihasilkan kemudian dikelompokkan ke dalam 12 divisi COICOP. Hasil tersebut

merupakan estimasi awal untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian atau koreksi.
Dalam melakukan penyesuaian, digunakan rasio PK-RT hasil SUT, Survei Biaya
Hidup (SBH), serta data sekunder dari berbagai sumber. Angka yang dihasilkan
menunjukkan estimasi nilai PK-RT atas dasar harga berlaku. Untuk memperoleh
PK-RT atas dasar harga konstan, maka PK-RT atas dasar harga berlaku dideflasi
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang bersesuaian.
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah

Tangga (PK-LNPRT)
PK-LNPRT atas dasar harga berlaku diestimasi dengan menggunakan hasil
Survei Khusus Lembaga Non-Profit (SKLNP) dengan menghitung rata-rata pengeluaran
menurut jenis lembaga dan input. Rata-rata pengeluaran diperoleh dari hasil SKLNP
. id
yang dilaksanakan setiap tahun. Kemudian mengalikan nilai rata-rata pengeluaran
go
menurut jenis lembaga, dengan populasi LNPRT sehingga diperoleh nilai PK-LNPRT.
s.
Sementara itu, untuk PK-LNPRT atas dasar harga konstan dihitung dengan membagi
p
.b
nilai PK-LNPRT adh berlaku dengan rata-rata IHK umum.

w
w
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P)

//w
PK-P merupakan pengeluaran atas barang dan jasa yang dilakukan oleh
s:
pemerintah untuk konsumsi akhir. Besarnya PK-P merupakan nilai seluruh jenis output
tp
non-pasar pemerintah ditambah dengan nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen
ht
pasar untuk diberikan ke rumah tangga secara gratis atau dengan harga yang
tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind purchased market production)
ditambah output non-pasar Bank Indonesia dikurangi dengan penerimaan dari
penjualan barang dan jasa.
Output nonpasar pemerintah diestimasi melalui pendekatan biaya-biaya

yang dikeluarkan pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa pada individu
atau masyarakat, diantaranya: konsumsi antara, kompensasi pekerja, serta
perkiraan konsumsi barang modal tetap.
PK-P adh konstan dihitung dengan cara deflasi. Untuk belanja pegawai
dideflasi menggunakan indeks upah, belanja barang dan jasa, belanja bantuan
sosial dideflasi menggunakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa
ekspor, konsumsi barang modal tetap dideflasi menggunakan implisit Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB), penerimaan dari penjualan barang dan jasa dideflasi
menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Umum.
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB)
Berdasarkan sumber data yang tersedia secara umum penghitungan PMTB

menggunakan metode arus barang. Pada metode ini sumber data yg digunakan
merupakan informasi barang dari sisi penyedia seperti produksi dan impor. Selain
itu juga digunakan data administratif yang berasal dari kementerian.
Penghitungan metode arus barang dilakukan dengan cara meghitung nilai

penyedian produk yang dihasilkan oleh berbagai industri domestik serta penyediaan
dari impor. Sebagian sumber data ini diperoleh dari subject matter BPS yaitu Statistik
id
Industri Besar Sedang dan Statistik Impor. Data jenis barang dari sisi penyediaan ini
.
go
dirinci sangat detail, kemudian sebagian diantaranya dialokasikan menjadi barang
s.
modal. Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya
p
.b
sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya

w
instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang
w
modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk
//w
bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan
s:
barang modal tersebut. Jenis barang modal yang dihitung dengan metode ini antara
tp
lain mesin, kendaraan, dan jenis barang modal lainnya.

ht
Selain penghitungan berdasarkan data dari subject matter BPS, informasi

produksi barang modal juga diperoleh dari laporan keuangan perusahaan terbuka
untuk jenis produk kekayaan intelektual (IPP) seperti software dan eksplorasi mineral.
Untuk barang modal jenis Sumber Daya Hayati (Cultivated Biological Resources)
atau yang di kenal sebagai CBR menggunakan data adminstratif dari Kementrian
terkait. Berdasarkan konsep definis PMTB untuk jenis barang CBR ini, data yang
digunakan dalam penghitungan adalah komoditas tanaman/tumbuhan tahunan
yang menghasilkan panen berulang serta komoditas tersebut belum produktif
atau masih dalam masa pertumbuhan. Dari data tersebut dilakukan inflasi dengan
menggunakan data biaya perawatan pertahun
Untuk memperoleh nilai adh konstan pada PMTB jenis mesin, kendaraan,
dan jenis barang lainnya adalah dengan men-deflate PMTB (adh berlaku) dengan

IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal, untuk IPP menggunakan indeks harga
konsumen, dan untuk CBR menggunakan indeks harga Barang Modal Petani.
5. Perubahan Inventori
Penghitungan perubahan inventori terdiri dari dua pendekatan yaitu
pendekatan langsung dari sisi korporasi atau unit usaha dan pendekatan tidak
langsung dari sisi komoditas atau jenis barang. Pendekatan tersebut dengan
mempertimbangkan ketersediaan data dasar.
A. Pendekatan dari Sisi Korporasi

Pendekatan ini dilakukan untuk menghitung perubahan inventori dari laporan
keuangan perusahaan dan laporan tahunan hasil survei industri besar dan sedang.
id
a. Menghitung nilai posisi inventori atas dasar harga konstan dengan
.
go
membagi nilai buku inventori dengan deflator harga (IHPB) bulan terakhir
di tahun berjalan yang bersesuaian; s.
p
b. Menghitung nilai perubahan inventori atas dasar harga konstan dengan
.b
mengambil selisih antara nilai posisi inventori atas dasar harga konstan
w
w
pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya. Angka yang dihasilkan

//w
menunjukkan estimasi perubahan inventori pada harga tahun dasar;

s:
c. Menghitung nilai perubahan inventori atas dasar harga berlaku dengan

tp
mengalikan nilai perubahan inventori atas dasar harga konstan dengan

ht
indeks harga (IHPB) rata-rata pada tahun berjalan yang bersesuaian.
B. Pendekatan dari Sisi Komoditas

Perubahan inventori dihitung dengan cara mengalikan harga dan perubahan
volume komoditas. Metode estimasi ini membutuhkan informasi seluruh barang masuk
dan keluar dari inventori yang dinilai menggunakan harga saat transaksi dilakukan.
Langkah-langkah mengestimasi nilai perubahan inventori :
1. Menghitung jumlah komoditas inventori dengan kriteria sesuai dengan
jenisnya;
2. Menghitung nilai posisi inventori setiap jenis komoditas dengan
mengalikan jumlah/kuantitas komoditas yang menjadi inventori dengan
harga komoditas tersebut pada tahun berjalan dalam satuan unit yang
ditentukan;
3. Menghitung nilai perubahan inventori atas dasar harga berlaku dengan

mengambil selisih antara nilai posisi inventori pada tahun berjalan dan
tahun sebelumnya;
4. Menghitung nilai posisi inventori atas dasar harga konstan dengan
mengalikan jumlah/kuantitas komoditas yang menjadi inventori dengan
harga komoditas tersebut pada tahun dasar dalam satuan unit yang
ditentukan;
5. Menghitung nilai perubahan inventori atas dasar harga konstan dengan
mengambil selisih antara nilai posisi inventori atas dasar harga konstan
pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya.
6. Ekspor dan Impor Barang dan Jasa
id
Ekspor impor barang mencakup seluruh komoditas yang ditransaksikan
.
go
baik melalui perdagangan, barter, maupun grant. Ekspor dan impor barang dinilai
menurut harga Free on Board (FOB) dan dalam satuan Rupiah. kemudian ditambahkan
s.
p
dengan estimasi transaksi undocumented sehingga didapatkan ekspor dan impor
.b
barang adh berlaku.

w
w
Penghitungan ekspor impor jasa mencakup 12 jenis jasa yang ditransaksikan

//w
(Jasa pengolahan input fisik yang dimiliki pihak lain; Jasa pemeliharaan dan
s:
perbaikan; Jasa transportasi; Jasa perjalanan; Jasa konstruksi; Jasa asuransi

tp
dan pensiun; Jasa keuangan; Biaya atas penggunaan kekayaan intelektual; Jasa
ht
telekomunikasi, komputer dan informasi; Jasa perusahaan lain; Jasa personal,

budaya, dan rekreasi; dan Barang dan jasa pemerintah). Data ekspor impor
jasa dari Statistik Pariwisata yang dihasilkan oleh BPS dan lalu lintas devisa yang
dihasilkan Bank Indonesia (BI) dikonversi dengan kurs transaksi rata-rata tertimbang
sehingga diperoleh estimasi ekspor impor jasa adh berlaku.
Penghitungan estimasi ekspor dan impor adh konstan diperoleh dengan

metode deflasi, yaitu membagi ekspor atau impor adh berlaku dengan indeks
harga (deflator) yang bersesuaian. Deflator ekspor impor barang adalah Indeks
Harga Perdagangan Internasional ekspor dan impor menurut HS 2 digit, sedangkan
deflator ekspor impor jasa adalah Indeks Harga Konsumen global.

7. Diskrepansi Statistik
Penghitungan PDB di Indonesia dilakukan berdasarkan dua pendekatan
yaitu sisi produksi (lapangan usaha) dan sisi pengeluaran. Secara teori perbedaan
ini dimaksudkan agar dapat dipastikannya konsistensi dan kelengkapan estimasi,
mengontrol kelayakan hasil estimasi, serta dapat memberi manfaat lebih dalam
melakukan analisis PDB. Akan tetapi, adanya perbedaan dalam pendekatan estimasi,
sumber data, maupun metode pengukuran menimbulkan hasil berbeda antara kedua
pendekatan tersebut. Selisih yang muncul disebut dengan diskrepansi statistik dan
diletakkan pada sisi PDB menurut pengeluaran.
2.3. Perubahan Tahun Dasar
. id
go
BPS telah melakukan perubahan tahun dasar dalam penyusunan PDB dari
tahun 2000 menjadi 2010. Perubahan tahun dasar dilakukan karena selama sepuluh
s.
p
tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan baik pada tatanan global maupun
.b
lokal yang berpengaruh pada perekonomian nasional. Perubahan taun dasar

w
w
dalam penghitungan PDB sudah berpedoman pada SNA 2008. SNA 2008 adalah
//w
rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas ekonomi

s:
yang sesuai dengan standar neraca buku berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi.

tp
ht

03
PERKEMBANGAN
MENURUT
LAPANGAN USAHA
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
5
INDUSTRI PENGOLAHAN
LAPANGAN
USAHA 19,25% Rp 3.266,9 T
[20,16%] [Rp 2.739,7 T]
sebagai
KONTRIBUTOR PERTANIAN, KEHUTANAN,
& PERIKANAN
TERTINGGI
13,28% Rp 2.253,8 T
terhadap PDB [13,16%] [Rp 1.788,0 T]
2017 & 2021 Rp

PERDAGANGAN & REPARASI
MOBIL - MOTOR
12,97% Rp 2.200,5 T
[13,02%] [Rp 1.768,9 T]
KONSTRUKSI
Total kontribusi 10,44% Rp 1.771,7 T
ke-5 lapangan usaha [10,38%] [Rp 1.410,5 T]
id
terhadap
.
PERTAMBANGAN &
go
Perekonomian PENGGALIAN
Indonesia s. 8,98% Rp 1.523,7 T
sebesar 64,92% [7,58%] [Rp 1.029,6 T]
p
pada tahun 2021
.b
* [...] merupakan angka tahun 2017

w
w
//w
PDB MENURUT
s:
LAPANGAN USAHA
tp
ht
16 dari 17 kategori
lapangan usaha berhasil Jasa Barang
Setelah 5 tahun
mengalami terus
mengalami
pertumbuhan positif 51,95%
peningkatan,
dari 2020 ke 2021 kontribusi
lapangan usaha
48,05% Kategori Jasa
terhadap
Lapangan usaha dengan Perekonomian
Indonesia pada
laju pertumbuhan 2020 tahun 2021
justru
paling cepat adalah mengalaami
Transportasi & Pergudangan penurunan
53,14% dibanding tahun
serta Akomodasi & 2020
Makan Minum 46,86%
-15,05% 3,24%
(2020) (2021)
2021
-10,26% 3,89%
(2020) (2021)
PDB menurut lapangan usaha menggambarkan kondisi serta pertumbuhan
produksi barang dan jasa dari berbagai lapangan usaha di dalam perekonomian.
Lapangan usaha yang digunakan dalam penghitungan PDB Indonesia dikelompokkan
ke dalam 17 kategori lapangan usaha. Dari 17 kategori tersebut, terdapat beberapa
kategori yang dirinci ke dalam subkategori yang lebih mendetail. Pemecahan suatu
kategori menjadi subkategori ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) 2009. Perkembangan setiap kategori lapangan usaha
diuraikan di bawah ini.
Gambar 3.1. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha, 2018-2021

2018
2019
id
7,07%
2020 6.17%
6,09%
.
5,76%
go
2021 4,97%
4,27% 4,60% 4,65%
3,88% 4,00%
3,80% 3.62% s.
3,39% 3,18%
2,81%
1,84%
p
2,16%
1,77%
.b
1,22%
w
w
-0,51%
//w
-1,95%
-2,93%
-3,26%
-3,78%
s:
tp
etc.
ht
Industri Pertanian, Perdagangan; Konstruksi Pertambangan & Lainnya

Pengolahan Kehutanan, & Reparasi Mobil Penggalian
Perikanan & Motor
3.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi salah satu lapangan usaha

penyumbang nilai tambah yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Secara
nominal, total NTB lapangan usaha ini mengalami peningkatan dari Rp 1.787.963,2
Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 2.253.836,8 Miliar pada tahun 2021. Secara
riil, total NTB pun mengalami peningkatan dari Rp 1.258.375,7 Miliar pada 2017
menjadi Rp 1.403.710,0 Miliar pada 2021.

Selama periode tahun 2017-2021, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
selalu masuk ke dalam peringkat tiga besar kontributor tertinggi terhadap PDB
Indonesia dari 17 kategori lapangan usaha yang ada. Pada tahun 2018-2019,
lapangan usaha ini menempati peringkat ketiga. Akan tetapi, posisi tersebut
bergeser menjadi peringkat kedua selama periode tahun 2020-2021. Pada tahun
2020, besaran kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDB Indonesia adalah
13,70 persen. Sementara pada tahun 2021, besaran kontribusi lapangan usaha ini
mengalami sedikit penurunan menjadi 13,28 persen.
Tanaman Perkebunan masih menjadi penyumbang terbesar terhadap nilai

tambah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 29,66 persen pada 2021.
Nilai kontribusi ini meningkat dibanding tahun sebelumnya dengan kontribusi sebesar
id
26,48 persen. Kontributor terbesar kedua adalah Perikanan dengan kontribusi
.
go
sebesar 20,84 persen sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2020 dengan kontribusi
s.
sebesar 20,40 persen. Kontributor tertinggi selanjutnya adalah Tanaman Pangan
p
.b
dengan kontribusi sebesar 19,55 persen pada tahun 2021 namun nilai kontribusi ini
w
lebih rendah dibanding tahun 2020 sebesar 22,42 persen.

w
//w
Berbeda dengan besaran kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan yang menunjukkan penurunan, laju pertumbuhan lapangan usaha ini
s:
tp
justru mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2021, Laju pertumbuhan
ht
lapangan usaha ini tercatat sebesar 1,77 persen kemudian tumbuh sebesar 1,84
persen pada tahun 2021. Pertumbuhan ini dipicu oleh pertumbuhan Subkategori
Lapangan Usaha Tanaman Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Penebangan
Kayu, serta Perikanan yang masing-masing tumbuh sebesar 3,52 persen; 0,34
persen; 0,06 persen; dan 5,45 persen.
3.2. Pertambangan dan Penggalian
Selama periode tahun 2017-2021, NTB Lapangan Usaha Pertambangan dan

Penggalian baik secara nominal maupun riil cenderung meningkat. Secara nominal,
nilai tambah lapangan usaha ini meningkat dari Rp 1.029.554,6 Miliar pada tahun
2017 menjadi Rp 1.523.650,2 Miliar pada tahun 2021. Secara riil, nilai tambah
lapangan usaha ini juga meningkat dari Rp 779.678,4 Miliar pada tahun 2017
menjadi Rp 822.099,5 Miliar pada tahun 2021.

Secara konsisten, Pertambangan dan Penggalian menduduki peringkat kelima
sebagai kontributor terbesar bagi PDB Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada
tahun 2021, lapangan usaha ini berkontribusi sebesar 8,98 persen terhadap PDB
Indonesia. Besaran kontribusi tersebut tercatat sebagai kontribusi tertinggi Lapangan
Usaha Pertambangan dan Penggalian selama tahun 2017 – 2021. Bahkan, kontribusi
pada tahun 2021 jauh lebih tinggi dibanding tahun 2020 dengan kontribusi sebesar
6,44 persen.
Pertambangan dan Penggalian memiliki empat subkategori yang

berkontribusi terhadap pembentukan nilai tambah lapangan usaha ini. Pada tahun
2020, penyumbang terbesar nilai tambah Pertambangan dan Penggalian adalah
Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi dengan kontribusi sebesar 33,47
. id
persen. Akan tetapi, penyumbang terbesar nilai tambah lapangan usaha ini bergeser
go
menjadi Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar 39,59 persen pada tahun
s.
2021. Selanjutnya diikuti oleh kontribusi Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas
p
.b
Bumi (30,30 persen); Pertambangan dan Penggalian Lainnya (16,68 persen); serta
w
Pertambangan Bijih Logam (13,43 persen).

w
//w
Pada tahun 2021, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

s:
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibanding tahun 2017-2019 yang

tp
justru mengalami perlambatan. Pada tahun 2021, lapangan usaha ini tumbuh
ht
sebesar 4,00 persen setelah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,95

persen pada tahun 2020. Percepatan laju pertumbuhan ini didorong oleh laju
pertumbuhan Subkategori Lapangan Usaha Pertambangan Batubara dan Lignit
yang tumbuh sebesar 6,60 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 5,43 persen. Selanjutnya adalah pertumbuhan dari
Pertambangan Bijih Logam sebesar 22,84 persen pada tahun 2021. Diikuti oleh
Pertambangan dan Penggalian Lainnya yang tumbuh sebesar 1,97 persen pada
tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,22 persen.
Akan tetapi belum semua subkategori lapangan usaha mendorong percepatan
laju pertumbuhan Pertambangan dan Penggalian. Laju pertumbuhan Subkategori
Lapangan Usaha Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi masih terkontraksi
sebesar 4,42 persen pada tahun 2021.

3.3. Industri Pengolahan
Industri Pengolahan menjadi salah satu lapangan usaha utama penggerak

perekonomian di Indonesia. Baik secara nominal maupun riil, Industri Pengolahan selalu
menjadi lapangan usaha penyumbang nilai tambah terbesar dalam perekonomian.
Secara nominal, nilai tambah Indsutri Pengolahan tercatat Rp 3.266.903,5 Miliar
dimana nilai ini jauh lebih tinggi dibanging tahun 2017 yaitu RP 2.739.711,9 Miliar.
Secara riil, nilai tambah Industri Pengolahan meningkat dari Rp 2.103.466,1 Miliar
pada tahun 2017 menjadi Rp 2.284.821,7 Miliar pada tahun 2021.
Sejak tahun 1991, Industri Pengolahan selalu menjadi kontributor terbesar

terhadap PDB Indonesia. Akan tetapi, besaran kontribusi lapangan usaha ini
id
cenderung menunjukkan penurunan selama periode tahun 2017-2021. Pada tahun
.
go
2017, Industri Pengolahan berkontribusi sebesar 20,16 persen terhadap PDB
s.
Indonesia. Kontribusi ini terus menurun hingga sebesar 19,25 persen pada tahun
p
.b
2021. Penurunan ini juga diikuti oleh penurunan kontribusi Subkategori Lapangan
w
Usaha Industri Batubara dan Pengilangan Migas serta kelompok Subkategori

w
Lapangan Usaha Industri Pengolahan Non Migas. Kontribusi Industri Batubara dan
//w
Pengilangan Migas turun dari 2,28 persen pada tahun 2017 menjadi 1,89 persen
s:
pada tahun 2021. Sementara untuk kontribusi kelompok Industri Pengolahan Non
tp
Migas turun dari 17,88 persen pada tahun 2017 menjadi 17,36 persen pada tahun
ht
2021.
Industri Makanan dan Minuman selalu menjadi subkategori lapangan usaha

yang berkontribusi besar terhadap pembentukan nilai tambah Industri Pengolahan.
Pada tahun 2020, kontribusi Industri Makanan dan Minuman sebesar 34,32 persen
terhadap nilai tambah Industri Pengolahan. Selanjutnya diikuti oleh Industri Batubara
dan Pengilangan Migas (10,03 persen) dan Industri Kimia, Farmasi, dan Obat
Tradisional (9,67 persen). Pada tahun 2021, struktur ini mengalami pergeseran
dimana Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional berada pada posisi kedua
sebesar 10,38 persen. Sementara itu, Industri Batubara dan Pengilangan Migas
berada pada posisis ketiga dengan kontribusi sebesar 9,80 persen. Sementara untuk
kontributor terbesar tetap Industri Makanan dan Minuman sebesar 34,32 persen
lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Setelah mengalami kontraksi pertumbuhan pada tahun 2020, Industri
Pengolahan mulai pulih dan mengalami laju pertumbuhan positif pada tahun 2021.
Industri Pengolahan tumbuh sebesar 3,39 persen pada tahun 2021 setelah sebelumnya
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,93 persen. Hampir seluruh subkategori
lapangan usaha pada Industri Pengolahan mengalami percepatan laju pertumbuhan.
Pada tahun 2021, subkategori dengan laju pertumbuhan tertinggi adalah Industri
Alat Angkutan sebesar 17,82 persen setelah sebelumnya terkontraksi sebesar 19,86
persen. Diikuti oleh Industri Barang Galian Bukan Logam yang tumbuh sebesar 11,50
persen yang meningkat dibanding tahun sebelumnya (5,87 persen). Selanjutnya
adalah Industri Mesin dan Perlengkapan yang tumbuh sebesar 11,43 persen setelah
sebelumnya terkontraksi sebesar 10,17 persen. Namun begitu, masih ada beberapa
id
subkategori yang terkontraksi diantaranya Industri Tekstil dan Pakaian Jadi (-4,08
.
go
persen) serta Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin
s.
dan Peralatan yang justru terkontraksi lebih dalam (-1,64 persen).
p
.b
3.4. Pengadaan Listrik dan Gas

w
w
Selama periode tahun 2017-2021, nilai tambah Lapangan Usaha

//w
Pengadaan Listrik dan Gas cenderung meningkat baik secara nominal maupun riil.
s:
Secara nominal, NTB Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas meningkat dari
tp
Rp 162.339,8 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 190.047,2 Miliar pada tahun
ht
2021. Sementara secara riil, NTB lapangan usaha ini meningkat dari Rp 101.551,3
Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 114.861,1 Miliar pada tahun 2021.
Kontribusi Pengadaan Listrik dan Gas terhadap PDB Indonesia cenderung

menurun selama periode tahun 2017-2021. Pada tahun 2017, kontribusi lapangan
usaha ini sebesar 1,19 persen dan terus menunjukkan penurunan hingga menyentuh
1,12 persen untuk tahun 2021. Penurunan kontribusi terhadap PDB Indonesia juga
diikuti oleh Subkategori ketenagalistrikan serta Pengadaan Gas dan Produksi Es.
Meski kontribusi lapangan usaha ini cukup rendah dan terus mengalami penurunan,
lapangan usaha ini berperan penting untuk menunjang kegiatan di dalam
perekonomian. Output dari lapangan usaha ini banyak digunakan sebagai input
pada kegiatan produksi serta konsumsi akhir untuk masyarakat.
Berbeda dengan besaran konstribusi yang terus menurun, laju pertumbuhan

Pengadaan Listrik dan Gas justru menunjukkan pergerakan yang positif. Pada
tahun 2020, laju pertumbuhan lapangan usaha ini terkontraksi sebesar 2,34 persen.
Pada tahun 2021, Pengadaan Listrik dan Gas mulai pulih ditunjukkan dengan laju
pertumbuhan yang positif sebesar 5,55 persen. Pemulihan laju pertumbuhan ini
didorong oleh pertumbuhan Subkategori Lapangan Usaha Ketenagalistrikan yang
tumbuh sebesar 5,61 persen pada tahun 2021 setelah sebelumnya terkontraksi
sebesar 0,98 persen. Selain itu, Pengadaan Gas dan Produksi Es juga tumbuh positif
sebesar 5,05 persen pada tahun 2021 setelah sebelumnya terkontraksi cukup dalam
sebesar 11,94 persen.
3.5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
id
Nilai tambah Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
.
go
terhadap perekonomian Indonesia menunjukkan peningkatan yang konsisten selama
s.
periode tahun 2017-2021. Secara nominal, NTB lapangan usaha ini meningkat dari
p
Rp 9.438,6 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 12.024,9 Miliar pada tahun 2021.
.b
w
Sementara secara riil, NTB pun menunjukkan peningkatan dari Rp 7.985,3 Miliar
w
pada tahun 2017 menjadi Rp 9.919,2 Miliar pada tahun 2021.

//w
Besaran kontribusi Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

s:
Limbah, dan Daur Ulang terhadap perekonomian Indonesia cenderung stabil sebesar
tp
0,07 persen. Berbeda dengan pergerakan kontribusi, laju pertumbuhan untuk

ht
lapangan usaha ini cenderung fluktuatif. Pada tahun 2018 - 2019, laju pertumbuhan
lapangan usaha ini menunjukkan peningkatan dari 5,56 persen hingga 6,83 persen.
Sementara itu, laju pertumbuhan pada tahun 2020 justru mengalami perlambatan
sebesar 4,94 persen. Pada tahun 2021, laju pertumbuhan lapangan usaha ini mulai
menunjukkan percepatan dengan tumbuh sebesar 4,97 persen.
3.6. Konstruksi
Konstruksi menjadi salah satu lapangan usaha dengan nilai tambah yang
cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Selama periode tahun 2017-2021, nilai
tambah lapangan usaha ini cenderung meningkat. Meskipun nilai tambah lapangan
usaha ini sempat mengalami penurunan akibat Pandemi COVID-19 pada tahun
2020, namun berangsur mulai membaik dengan peningkatan nilai tambah pada
tahun 2021. Secara nominal, Konstruksi menyumbang NTB sebesar Rp 1.410.513,6

Miliar pada tahun 2017 kemudian meningkat hingga mencapai Rp 1.771.726,7
Miliar pada tahun 2021. Secara riil, NTB Konstruksi meningkat dari Rp 987.924,9
Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 1.102.517,7 Miliar pada tahun 2021.
Pergeseran nilai kontribusi Konstruksi terhadap PDB Indonesia cenderung
berfluktuasi dari 2017 ke 2021. Selama 2017-2019, kontribusinya terhadap PDB
Indonesia meningkat dari 10,38 persen menjadi 10,75 persen. Namun, kontribusinya
mulai menurun sejak pandemi COVID-19. Pada 2020-2021, kontribusi Konstruksi
turun dari 10,71 persen menjadi 10,44 persen. Meski demikian, Konstruksi tetap
berhasil konsisten menduduki peringkat ke-4 sebagai penyumbang PDB Indonesia
tertinggi dari tahun 2017 hingga 2021.
Selama periode waktu lima tahun terakhir, laju pertumbuhan Konstruksi
id
cenderung fluktuatif. Dari tahun 2018-2019 laju pertumbuhan konstruksi mengalami
.
go
perlambatan dari 6,09 persen menjadi 5,76 persen. Pada tahun 2020, laju
s.
pertumbuhan lapangan usaha ini terkontraksi sebesar 3,26 persen. Akan tetapi,
p
Konstruksi mulai menunjukkan pemulihan dengan laju pertumbuhan positif sebesar
.b
w
2,81 persen pada tahun 2021.

w
//w
3.7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor
s:
tp
ht
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

merupakan salah satu lapangan usaha dengan penciptaan nilai tambah yang
cukup tinggi dalam perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan peranan penting
lapangan usaha ini sebagai penyambung rantai distribusi barang dan jasa yang
digunakan untuk proses produksi ataupun penggunaan akhir untuk konsumsi. Selain
itu, lapangan usaha ini berperan untuk menghubungkan produsen dengan konsumen
domestik maupun luar negeri. Secara nominal, NTB lapangan usaha ini meningkat
dari Rp 1.768.865,2 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 2.200.528,9 Miliar pada
tahun 2021. Pola yang sama juga terjadi pada kondiri riil. Secara riil, NTB lapangan
usaha ini meningkat dari Rp 1.311.746,5 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp
1.450.226,3 Miliar pada tahun 2021.
Lapangan usaha ini selalu masuk ke dalam tiga lapangan usaha dengan
kontribusi tertinggi dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2020, lapangan

usaha ini berkontribusi sebesar 13,02 persen terhadap PDB Indonesia. Akan tetapi,
terjadi penurunan besaran kontribusi pada tahun 2021 menjadi 12,92 persen.
Pada tahun 2022, kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDB Indonesia mulai
menunjukkan peningkatan menjadi 12,97 persen. Peningkatan besaran kontribusi
pun dialami oleh Subkategori Lapangan Usaha Perdagangan Mobil, Sepeda Motor,
dan Reparasinya. Pada tahun 2020, kontribusi subkategori ini sebesar 2,33 persen
kemudian meningkat menjadi 2,40 persen pada tahun 2021. Sementara itu, kontribusi
Subkategori Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan
Sepeda Motor justru sedikit menurun dari 10,58 persen pada tahun 2020 menjadi
10,56 persen pada tahun 2021.
Pada tahun 2021, baik untuk Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
. id
Mobil dan Sepeda Motor maupun subkategori penyusunnya menunjukkan pemulihan
go
kondisi ekonomi dibanding tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan
s.
laju pertumbuhan dari tahun 2020 ke tahun 2021. Pada tahun 2021, Perdagangan
p
.b
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar 4,65 persen
w
setelah terkontraksi sebesar 3,78 persen pada tahun sebelumnya. Subkategori

w
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor tumbuh sebesar
//w
12,10 persen setelah terkontraksi cukup dalam sebesar 14,11 persen pada tahun
s:
sebelumnya. Hal serupa juga terjadi untuk Subkategori Perdagangan Mobil, Sepeda
tp
Motor dan Reparasinya yang tumbuh sebesar 3,14 persen setelah terkontraksi
ht
sebesar 1,37 persen pada tahun sebelumnya.
3.8. Transportasi dan Pergudangan
Sebagai penunjang berbagai aktivitas ekonomi, Transportasi dan

Pergudangan merupakan salah satu lapangan usaha yang dipengaruhi oleh dinamika
mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi. Hal ini menyebabkan Transportasi dan
Pergudangan menjadi lapangan usaha yang paling terdampak dengan adanya
pandemi COVID-19. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai pengaruh ini
adalah besaran NTB yang tercipta. Baik secara nominal maupun riil, besaran NTB
lapangan usaha ini mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2020.
Pada tahun 2020, NTB yang tercipta secara nominal sebesar Rp 689.577,8 Miliar
sementara secara riil sebesar Rp 393.437,9 Miliar. Akan tetapi, penciptaan NTB untuk

lapangan usaha ini mulai pulih dan menunjukkan peningkatan. NTB yang tercipta
secara nominal adalah Rp 719.632,6 Miliar dan secara riil adalah Rp 406.187,6
Miliar. Walaupun menunjukkan peningkatan, NTB yang tercipta pada tahun 2021
masih lebih rendah dibandingkan tahun 2017-2019 baik secara nominal maupun riil.
Kontribusi Transportasi dan Pergudangan dalam pembentukan PDB Indonesia

cenderung menurun selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2020, Transportasi dan
Pergudangan berkontribusi sebesar 4,47 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar
5,57 persen. Pada tahun 2021, besaran kontribusi lapangan usaha ini semakin
menurun menjadi 4,24 persen. Penurunan nilai kontribusi ini juga diikuti oleh hampir
seluruh subkategori di dalam Transportasi dan Pergudangan. Penurunan kontribusi
dialami oleh Subkategori Angkutan Darat dari 2,47 persen pada tahun 2020
. id
menjadi 2,40 persen pada tahun 2021. Diikuti oleh Angkutan Laut dari 0,30 persen
go
menjadi 0,31 persen; Angkutan Udara dari 0,68 persen menjadi 0,57 persen; serta
s.
Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir dari 0,85 persen menjadi
p
.b
0,83 persen.
w
w
Tidak ada perubahan komposisi kontribusi subkategori lapangan usaha

//w
yang berperan dalam penyusunan nilai tambah Transportasi dan Pergudangan.

s:
Subkategori Angkutan Darat masih menjadi penyumbang utama pembentukan nilai

tp
tambah untuk Transportasi dan Pergudangan. Angkutan Darat menyumbang 56,60

ht
persen, disusul oleh Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir
sebesar 19,67 persen, dan Angkutan Udara sebesar 13,35 persen.
3.9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Setelah mengalami kontraksi laju pertumbuhan terdalam dibanding lapangan

usaha lainnya, Transportasi dan Pergudangan mulai menunjukkan pemulihan dengan
pertumbuhan yang positif. Kontraksi pertumbuhan ini juga diikuti oleh seluruh
subkategori di dalam Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan. Pada
tahun 2021, laju pertumbuhan Transportasi dan Pergudangan sebesar 3,24 persen
setelah sebelumnya terkontraksi sebesar 15,05 persen. Laju pertumbuhan positif ini
didorong oleh seluruh subkategori lapangan usaha yang menunjukkan percepatan
pertumbuhan meskipun masih ada beberapa subkategori yang terkontraksi.
Subkategori Lapangan Usaha Angkutan Rel terkontraksi sebesar 3,42 persen setelah

sebelumnya terkontraksi dalam sebesar 42,34 persen. Begitu pula untuk Angkutan
Udara mengalami pertumbuhan yang terkontraksi sebesar 8,01 persen setelah
sebelumnya terkontraksi dalam sebesar 53,06 persen.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum menjadi salah satu lapangan

usaha yang terdampak oleh adanya Pandemi COVID-19. Sebelum terjadinya
Pandemi COVID-19, NTB lapangan usaha ini cenderung mengalami peningkatan.
Akan tetapi, NTB yang tercipta menurun pada tahun 2020 baik secara nominal
maupun riil. Pada tahun 2021, terjadi peningkatan NTB meskipun nilai yang tercipta
belum bisa melebihi nilai pada tahun 2019 yang mana sebagai tahun acuan sebelum
terjadinya Pandemi COVID-19.
id
Selama periode tahun 2017-2021, kontribusi Penyediaan Akomodasi dan
.
go
Makan Minum terus mengalami penurunan. Pada tahun 2021, lapangan usaha ini
berkontribusi terhadap ekonomi sebesar 2,43 persen. Nilai kontribusi tersebut lebih
s.
p
rendah dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 2,85 persen dan tahun 2020
.b
sebesar 2,55 persen. Penurunan kontribusi selama lima tahun berturut-turut juga
w
w
dialami oleh Subkategori Penyediaan Akomodasi. Kontribusi subkategori tersebut

//w
pada tahun 2021 sebesar 0,47 persen dimana nilai ini lebih rendah dibanding
s:
tahun 2017 sebesar 0,68 persen dan tahun 2020 sebesar 0,48 persen. Sementara
tp
itu, pergerakan kontribusi untuk Penyediaan Makan Minum lebih berfluktuatif. Akan
ht
tetapi, kontribusi subkategori ini mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar
1,96 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 2,07 persen.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mulai terlihat pulih ditunjukkan

dengan laju pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun 2021. Pada tahun 2020,
laju pertumbuhan lapangan usaha ini terkontraksi cukup dalam sebesar 10,26 persen.
Setelah itu, laju pertumbuhan lapangan usaha ini mampu tumbuh positif sebesar
3,89 persen. Pemulihan ini didorong oleh laju pertumbuhan positif masing-masing
subkategori penyusunnya. Subkategori Penyediaan Akomodasi yang sebelumnya
terkontraksi cukup dalam sebesar 24,49 persen kemudian dapat tumbuh positif
sebesar 5,81 persen. Subkategori Penyediaan Makan Minum yang sebelumnya juga
tekontraksi sebesar 6,88 persen kemudian dapat tumbuh positif sebesar 3,52 persen.

3.10. Informasi dan Komunikasi
NTB yang tercipta untuk Informasi dan Komunikasi terus mengalami peningkatan
selama periode tahun 2017-2021. Secara nominal, NTB lapangan usaha ini tercipta
sebesar Rp 513.751,9 Miliar pada tahun 2017 dan terus meningkat mencapai Rp
748.754,7 Miliar pada tahun 2021. Secara riil, NTB lapangan usaha ini sebesar Rp
503.420,7 pada tahun 2017 menjadi Rp 696.460,4 Miliar pada tahun 2021.
Dalam era pesatnya perkembangan teknologi, Lapangan Usaha Informasi

dan Komunikasi memiliki peranan yang semakin vital dalam perekonomian.
Selama periode tahun 2017-2020, kontribusi Informasi dan Komunikasi dalam
perekonomian terus mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2021 mengalami
id
sedikit penurunan. Pada tahun 2017, lapangan usaha ini menduduki peringkat ke-
.
go
delapan dengan kontribusi sebesar 3,78 persen dan terus meningkat hingga 4,51
s.
persen pada tahun 2020. Selanjutnya, kontribusi lapangan usaha ini terhadap
p
.b
perekonomian menurun mencapai 4,41 persen pada tahun 2021 namun menduduki
w
peringkat keenam sebagai kontributor terbesar untuk NTB Indonesia.

w
//w
Laju pertumbuhan Informasi dan Komunikasi justru mengalami perlambatan

pada tahun 2021 setelah sebelumnya terus mengalami percepatan pertumbuhan.
s:
tp
Pada tahun 2020, Informasi dan Komunikasi mampu tumbuh hingga 10,61 persen.
ht
Akan tetapi, laju pertumbuhan lapangan usaha ini melambat sebesar 6,81 persen
pada tahun 2021.
3.11. Jasa Keuangan dan Asuransi
Jasa Keuangan dan Asuransi berperan untuk menggambarkan kegiatan

ekonomi pada sektor finansial. Kegiatan utama lapangan usaha ini berhubungan
dengan pengelolaan keuangan berupa penarikan dana dari masyarakat dan
penyalurannya kembali kepada pelaku ekonomi atau masyarakat. NTB yang tercipta
pada lapangan usaha ini terus mengalami peningkatan selama periode tahun 2017-
2021. Pada tahun 2017, NTB yang tercipta secara nominal sebesar Rp 571.203,6
Miliar sementara secara riil sebesar Rp 398.971,4 Miliar. Pada tahun 2021, NTB
yang tercipta secara nominal sebesar Rp 736.188,8 Miliar sementara secara riil
sebesar Rp 464.638,6 Miliar.

Kontribusi Jasa Keuangan dan Asuransi cenderung fluktuatif selama periode
tahun 2017-2021. Pada tahun 2020, lapangan usaha ini berkontribusi terhadap
perekonomian sebesar 4,51 persen meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu
4,24 persen. Pada tahun 2021, kontribusi lapangan usaha ini turun mennjadi 4,34
persen. Penurunan kontribusi terhadap PDB Indonesia pun dialami oleh hampir seluruh
subkategori pada Jasa Keuangan dan Asuransi.
Laju pertumbuhan Jasa Keuangan dan Asuransi cenderung mengalami

perlambatan selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2021, lapangan usaha ini
tumbuh melambat sebesar 1,56 persen persen dibanding tahun 2020 yang tumbuh
sebesar 3,25 persen. Hampir seluruh subkategori di dalam lapangan usaha ini
juga mengalami perlambatan laju pertumbuhan. Bahkan untuk Jasa Keuangan
. id
Lainnya masih terkontraksi dari 0,58 persen menjadi 2,40 persen pada tahun 2021.
go
Sementara itu, Jasa Penunjang Keuangan justru mengalami percepatan pertumbuhan
s.
sebesar 5,18 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 1,86 persen.
p
.b
3.12. Real Estat

w
w
//w
NTB yang tercipta untuk Real Estat semakin meningkat selama dalam lima
s:
tahun terakhir, baik secara nominal maupun riil. Secara nominal, NTB Real Estat
tp
meningkat dari Rp 382.259,2 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 468.221,7 Miliar
ht
pada tahun 2021. Secara riil, NTB pun meningkat dari Rp 289.568,5 Miliar pada
tahun 2017 menjadi Rp 333.282,9 Miliar pada tahun 2021.
Selama periode tahun 2017-2021, kontribusi Real Estat terhadap

perekonomian Indonesia tidak terlalu mengalami perubahan. Pada tahun 2017,
Real Estat berkontribusi terhadap ekonomi sebesar 2,81 persen. Kontribusi ini
sedikit mengalami penurunan hingga tahun 2018 dengan kontribusi sebesar 2,74
persen. Mulai tahun 2019 hingga tahun 2020, kontribusi lapangan usaha ini mulai
mengalami peningkatan. Pada tahun 2019, Real Estat berkontribusi sebesar 2,78
persen terhadap perekonomian kemudian meningkat hingga 2,94 persen pada
tahun selanjutnya.
Berbeda dengan pergerakan kontribusi terhadap perekonomian yang

cenderung konstan, laju pertumbuhan Real Estat justru bergerak secara fluktiatif.
Pada tahun 2018, Real Estat tumbuh sebesar 3,48 persen selanjutnya mengalami

percepatan hingga mencapai 5,76 persen pada tahun 2019. Akan tetapi, laju
pertumbuhan lapangan usaha ini kembali melambat mencapai 2,32 persen
akibat terdampak oleh pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Pada tahun 2021,
pertumbuhan Real Estat sedikit mengalami peningkatan mencapai 2,78 persen.
3.13. Jasa Perusahaan
NTB yang tercipta pada Jasa Perusahaan menunjukkan peningkatan pada
tahun 2021 dibanding tahun 2020 namun masih lebih rendah dibanding tahun
2019. Pada tahun 2021, NTB yang tercipta secara nominal sebesar Rp 301.085,2
sementara secara riil sebesar Rp 197.106,7 Miliar. Pada tahun 2019, NTB yang
tercipta secara nominal sebesar Rp 304.285,5 Miliar sementara secara riil sebesar
Rp 206.936,2 Miliar.
. id
go
Kontribusi Jasa Perusahaan terhadap perekonomian Indonesia cenderung
s.
mengalami peningkatan selama periode 2017-2019 namun mulai mengalami
p
penurunan pada tahun 2020 sampai 2021. Pada tahun 2017, Jasa Perusahaan
.b
berkontribusi sebesar 1,75 persen kemudian meningkat hingga 1,92 persen pada
w
w
tahun 2019. Akan tetapi, kontribusi lapangan usaha ini mengalami sedikit penurunan
//w
menjadi 1,91 persen pada tahun 2020. Kemudian terus mengalami penurunan
s:
hingga mencapai 1,77 persen pada tahun 2021.

tp
Selama periode tahun 2018-2021, laju pertumbuhan Jasa Perusahaan

ht
cenderung berfluktuasi. Dari tahun 2018 sampai tahun 2019, laju pertumbuhannya
meningkat. Namun, laju pertumbuhan tersebut anjlok hingga mencapai 5,44 pada
tahun 2020, dipicu oleh pandemi COVID-19. Seiring dengan pemulihan ekonomi,
laju pertumbuhan Jasa Perusahaan mulai tumbuh positif sebesar 0,73 pada tahun
2021.
3.14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib
Perkembangan NTB yang tercipta mengalami perbedaan antara nilai

nominal dan nilai riil selama periode tahun 2017-2021. Secara nominal, NTB yang
tercipta secara konsisten mengalami peningkatan dari Rp 499.343,6 Miliar pada
tahun 2017 menjadi Rp 584.361,0 Miliar pada tahun 2021. Sementara secara riil,

NTB yang tercipta justru mengalami penurunan dari tahun 2019-2021. Pada tahun
2019, NTB yang tercipta sebesar Rp 365.538,8 Miliar dan terus menurun menjadi
Rp 364.233,4 Miliar pada tahun 2021.
Kontribusi Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

terhadap perekonomian Indonesia cenderung stabil dalam periode tahun 2017-
2021. Pada tahun 2017, lapangan usaha ini berkontribusi sebesar 3,67 persen
kemudian mengalami sedikit penurunan hingga 3,61 persen pada tahun 2019. Pada
tahun 2020, kontribusi lapangan usaha ini sedikit meningkat hingga mencapai 3,77
persen. Akan tetapi, kontribusi lapangan usaha ini mengalami penurunan kembali
hingga mencapai 3,44 persen pada tahun 2021.
id
Selama periode tahun 2018-2021, laju pertumbuhan Administrasi
.
go
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib cenderung tumbuh melambat.
Lapangan usaha ini sempat tumbuh hingga 6,97 persen pada tahun 2017. Akan tetapi,
s.
p
laju pertumbuhan lapangan usaha ini mengalami perlambatan hingga mencapai
.b
4,66 persen pada tahun 2019. Pada tahun 2020, pertumbuhan Administrasi
w
w
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib justru terkontraksi hingga 0,03
//w
persen. Laju pertumbuhan lapangan usaha ini terus mengalami kontraksi hingga 0,33
s:
persen pada tahun 2021.

tp
3.15. Jasa Pendidikan

ht
Jasa Pendidikan menunjukkan peningkatan nilai tambah yang konsisten

selama periode tahun 2017-2021, baik secara nominal maupun riil. Secara nominal,
NTB yang tercipta untuk Jasa Pendidikan sebesar Rp 447.137,6 Miliar pada tahun
2017 menjadi Rp 556.317,8 Miliar pada tahun 2021. Sementara secara riil, NTB
yang tercipta sebesar Rp 304.810,8 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 350.655,3
Miliar pada tahun 2021.
Dilihat dari peringkat kontribusi lapangan usaha terhadap perekonomian

Indonesia, Jasa Pendidikan konsisten berada pada peringkat ke-10 dengan besaran
kontribusi yang cukup stabil selama 2017-2021. Pada tahun 2017, lapangan usaha
ini berkontribusi sebesar 3,29 persen terhadap perekonomian. Pada tahun 2021,
kontribusi Jasa Pendidikan sebesar 3,28 persen sedikit lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya sebesar 3,56 persen.

Laju pertumbuhan Jasa Pendidikan cenderung menunjukkan pertumbuhan
positif selama periode tahun 2018-2021. Pada tahun 2018, Jasa Pendidikan tumbuh
sebesar 5,36 persen dan terus meningkat hingga mencapai 6,30 persen pada tahun
2019. Akan tetapi, lapangan usaha ini justru tumbuh melambat hingga 2,63 persen
pada tahun 2020 dan terus mengalami perlambatan hingga mencapai 0,11 persen
pada tahun 2021.
3.16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Selama periode tahun 2017-2021, NTB yang tercipta untuk Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial secara konsisten meningkat baik secara nominal maupun riil.
Secara nominal, NTB yang tercipta meningkat dari Rp 144.830,7 Miliar pada tahun
id
2017 menjadi Rp Rp 226.970,8 Miliar pada tahun 2021. Secara riil, NTB yang
.
go
tercipta pun meningkat dari Rp 109.497,5 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp
s.
157.104,7 Miliar pada tahun 2021.
p
.b
Penanganan terhadap pandemi COVID-19 berimbas pada peningkatan

w
w
kontribusi Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial terhadap

//w
perekonomian Indonesia. Selama tahun 2017-2018, kontribusi lapangan usaha ini

s:
terhadap perekonomian Indonesia menunjukkan angka yang tetap sebesar 1,07

tp
persen. Setelah itu, kontribusi lapangan usaha ini menunjukkan peningkatan hingga
ht
mencapai 1,30 persen pada tahun 2020. Pada tahun 2021, kontribusi lapangan
usaha ini terus meningkat hingga mencapai 1,34.
Peningkatakan kontribusi terhadap ekonomi tidak sejalan dengan laju

pertumbuhan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Dari tahun 2019 ke tahun 2020,
lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan hingga mencapai
11,56 persen. Akan tetapi, laju pertumbuhan mengalami sedikit perlambatan
mencapai 10,46 persen pada tahun 2021. Kondisi ini terjadi seiring dengan
peningkatan keberhasilan penanganan dampak pandemi COVID-19.
3.17. Jasa Lainnya
Kegiatan jasa yang lebih luas dicakup pada Lapangan Usaha Jasa Lainnya.
Untuk lapangan usaha ini, NTB yang tercipta secara nominal terus meningkat dari Rp
239.258,6 Miliar pada tahun 2017 menjadi Rp 309.002,0 Miliar pada tahun 2019.

Akan tetapi, pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi Rp 302.578,4 Miliar.
Pada tahun 2021, NTB mulai menunjukkan peningkatan menjadi Rp 312.179,5
Miliar lebih tinggi dibanding tahun 2019. Pola yang sama juga terjadi untuk NTB
secara riil. Pada tahun 2019, NTB secara riil untuk lapangan usaha ini mencapai Rp
205.011,4 Miliar kemudian turun menjadi Rp 196.608,7 Miliar pada tahun 2020.
Pada tahun 2021, NTB secara riil kembali meningkat mencapai Rp 200.772,9 Miliar
meskipun masih lebih rendah dibanding tahun 2019.
Dari tahun 2017-2020, kontribusi lapangan usaha ini terhadap perekonomian

terus mengalami peningkatan namun pada tahun 2021 mengalami sedikit penurunan.
Pada tahun 2020, Jasa Lainnya berkontribusi sebesar 1,96 persen. Pada tahun 2021,
kontribusi lapangan usaha ini terhadap perekonomian Indonesia turun menjadi 1,84
id
persen.
.
go
Meskipun kontribusi Jasa Lainnya menurun, laju pertumbuhan lapangan
p s.
usaha ini pada tahun 2021 justru mengalami percepatan dibanding tahun 2020.
.b
Dari tahun 2019 ke tahun 2020, laju pertumbuhan Jasa Lainnya terkontraksi cukup
w
dalam hingga 4,10 persen. Kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam ini merupakan
w
//w
dampak kerugian yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Pada tahun 2021,
kondisi pemulihan ekonomi pada lapangan usaha ini terlihat dari percepatan laju
s:
tp
pertumbuhan yang tumbuh positif sebesar 2,12 persen.

ht

04
PERKEMBANGAN
MENURUT
PENGELUARAN
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
PENGELUARAN KONSUMSI
RUMAH TANGGA
54,42% Rp 9.236,0 T
[56,09%] [Rp 7.623,1 T]
PEMBENTUKAN MODAL
TETAP BRUTO (PMTB)
KONTRIBUSI 30,81%
[32,16%]
Rp 5.227,9 T
[Rp 4.370,6 T]
Komponen Pengeluaran
Terhadap PDB Indonesia EKSPOR BARANG & JASA
21,56% Rp 3.659,0 T
2017 & 2021 [20,18%] [Rp 2.742,1 T]
IMPOR BARANG & JASA

18,86% Rp 3.201,0 T Perekonomian
[19,18%] [Rp 2.606,3 T] Indonesia
dari sisi pengeluaran
PENGELUARAN KONSUMSI di topang oleh
PEMERINTAH
PK - RT dan PMTB
id
9,14% Rp 1.551,7 T
[9,12%] [Rp 1.239,5 T] sebesar 85,23%
.
go
pada tahun 2021
LAINNYA s.
2,94% Rp 497,2 T
p
[1,63%] [Rp 220,9 T]
.b
* Lainnya terdiri dari komponen Konsumsi LNPRT,

w
Perubahan Inventori, & Diskrepansi Statistik

* [...] merupakan angka tahun 2017
w
//w
PDB MENURUT
s:
PENGELUARAN
tp
ht
Seluruh komponen
pengeluaran mengalami
pertumbuhan positif dari
2020 ke 2021
Ekspor Barang dan Jasa

menjadi komponen yang
mengalami laju pertumbuhan
paling cepat
-8,14% 24,04%
2020 2021
Selain dari sisi produksi (lapangan usaha), PDB dapat pula dilihat dari sisi
pengeluaran. PDB menurut pengeluaran menggambarkan struktur pengeluaran
untuk permintaan akhir berupa konsumsi akhir dan investasi. Permintaan akhir yang
dimaksud dapat berupa permintaan dari dalam negeri (domestik) maupun luar
negeri. Permintaan domestik terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga
nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT), konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap bruto (PMTB), serta perubahan inventori. Sementara itu, permintaan
dari luar negeri dicerminkan oleh kegiatan ekspor. Untuk memenuhi permintaan akhir
domestik, barang dan jasa tidak hanya berasal dari produksi dalam negeri tetapi
juga bergantung pada produk impor. Dalam penghitungan besaran PDB, impor
harus dikeluarkan dari hasil penghitungan permintaan akhir. Oleh karena itu, impor
id
dihitung sebagai komponen pengurang untuk ekspor dimana selisih yang dihasilkan
.
go
disebut sebagai ekspor neto. Perkembangan dari masing-masing komponen PDB
menurut pengeluaran diuraikan sebagai berikut.
p s.
.b
w
Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran, 2018-2021

w
//w
24,04% 23,31%
s:
2018
2019 2021
tp
2020
ht
10,62% 12,14%
9,15%
5,05% 4,82% 6,68% 6,51%
5,04% 3,27% 4,17%
4,45% 3,80%
1,96%
2,02% 1,59%
-0,48%
-2,63%
-4,25% -4,96%
-7,13%
-8,14%
-16,72%
Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran Pembentukan Ekspor Impor Barang &

Konsumsi Rumah Konsumsi LNPRT Konsumsi Modal Tetap Barang & Jasa Jasa
Tangga Pemerintah Bruto

4.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT)
Dalam kurun waktu 2017-2021, konsumsi akhir rumah tangga mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Secara nominal, total nilai konsumsi rumah
tangga pada tahun 2017 sebesar Rp 7.623.056 Miliar kemudian meningkat hingga
mencapai Rp 9.236.010 Miliar pada tahun 2021. Secara riil, total nilai konsumsi
rumah tangga pada 2017 sebesar Rp 5.379.629 selanjutnya meningkat hingga
menjadi Rp 5.896.697 Miliar pada tahun 2021.
Dilihat dari kontribusi terhadap PDB, komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga (PK-RT) selalu menjadi penyumbang utama untuk PDB menurut pengeluaran
id
pada periode tahun 2017-2021. Pada tahun 2017, PK-RT berkontribusi sebesar
.
go
56,09 persen terhadap total PDB. Kontribusi PK-RT terhadap total PDB pada tahun
2021 mengalami penurunan yaitu berkontribusi sebesar 54,42 persen. Kontribusi
s.
p
PK-RT yang tinggi ini menggambarkan bahwa sebagian besar dari produk domestik
.b
yang dihasilkan di Indonesia dan produk impor yang didatangkan dari luar negeri
w
w
lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

//w
Laju pertumbuhan PK-RT pada tahun 2018 sebesar 5,05 persen, kemudian
s:
melambat pada tahun 2019 sebesar 5,04 persen dan berkontraksi sebesar 2,63
tp
ht
persen pada tahun 2020. Pada tahun 2021, laju pertumbuhan PK-RT mengalami
peningkatan kembali sebesar 2,02 persen.
4.2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani

Rumah Tangga (PK-LNPRT)
Konsumsi akhir yang dilakukan oleh LNPRT mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dari tahun 2017-2021. Secara nominal, total nilai konsumsi akhir
LNPRT pada tahun 2017 sebesar Rp 160.594 Miliar, kemudian meningkat hingga
mencapai Rp 207.767 Miliar pada tahun 2021. Secara riil, total nilai konsumsi akhir
LNPRT pada 2017 sebesar Rp 112.664 Miliar selanjutnya meningkat hingga menjadi
Rp 132.317 Miliar pada tahun 2021.
Pada periode tahun 2017-2021, kontribusi komponen Pengeluaran Konsumsi

LNPRT (PK-LNPRT) terhadap total PDB relatif kecil. Pada tahun 2017, PK-LNPRT

berkontribusi sebesar 1,18 persen terhadap total PDB. Kontribusi PK-LNPRT terus
mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2020 PK-LNPRT berkontribusi sebesar
1,30 persen terhadap total PDB. Namun kontribusi PK-LNPRT mengalami penurunan
pada tahun 2021 sebesar 1,22 persen.
Laju pertumbuhan komponen PK-LNPRT pada tahun 2018 sebesar 9,15

persen, kemudian meningkat pada tahun 2019 sebesar 10,62 persen. Namun pada
tahun 2020, laju pertumbuhan PK-LNPRT kontraksi sebesar 4,25 persen selanjutnya
kembali meningkat di tahun 2021 sebesar 1,59 persen.
4.3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P)
id
Dalam kurun waktu 2017-2021, konsumsi akhir pemerintah mengalami
.
go
peningkatan yang cukup signifikan. Secara nominal, total nilai konsumsi akhir
s.
pemerintah pada tahun 2017 sebesar Rp 1.239.470 Miliar kemudian meningkat
p
hingga mencapai Rp 1.551.707 Miliar pada tahun 2021. Secara riil, total nilai
.b
konsumsi akhir pemerintah pada 2017 sebesar Rp 790.756 Miliar selanjutnya

w
w
meningkat hingga Rp 909.173 Miliar pada tahun 2021.

//w
Pada tahun 2017, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P)

s:
berkontribusi sebesar 9,12 persen terhadap total PDB. Kontribusi PK-P terhadap
tp
total PDB mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 9,02 persen, dan 8,81
ht
persen pada tahun 2019. Akan tetapi, kontribusi PK-P pada tahun 2020 meningkat
dibanding tahun sebelumnya dengan nilai kontribusi sebesar 9,55 persen. Pada
Tahun 2021, kontribusi PK-P mengalami penurunan kembali sebesar 9,14 persen.
Laju pertumbuhan PK-P pada tahun 2018 sebesar 4,82 persen, kemudian
tumbuh melambat pada tahun 2019 sebesar 3,27 persen dan pada tahun 2020
sebesar 1,96 persen. Pada tahun 2021, laju pertumbuhan PK-P mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,17 persen.
4.4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB)
Komponen PMTB pada PDB menurut pengeluaran menunjukkan gambaran

produk barang dan jasa yang digunakan untuk investasi fisik (sebagai barang
modal). Barang modal tersebut merupakan peralatan yang digunakan untuk

berproduksi dan biasanya mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun.
Dalam penghitungannya, PMTB digolongkan dalam bentuk bangunan, mesin dan
perlengkapan, kendaraan, peralatan lainnya, Cultivated Biological Resources (CBR),
serta produk kekayaan intelektual.
Dalam kurun waktu 2017-2021, PMTB mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Secara nominal, total nilai PMTB pada tahun 2017 sebesar Rp 4.370.575
Miliar kemudian meningkat hingga mencapai Rp 5.227.854 Miliar pada tahun 2021.
Secara riil, total nilai PMTB pada 2017 sebesar Rp 3.228.763 Miliar selanjutnya
meningkat hingga menjadi Rp 3.549.219 Miliar pada tahun 2021.
Pada tahun 2017, komponen PMTB berkontribusi sebesar 32,16 persen
id
terhadap total PDB. Kontribusi PMTB terhadap total PDB meningkat pada tahun
.
go
2018 menjadi sebesar 32,29 persen dan pada tahun 2019 menjadi sebesar 32,35
persen. Kontribusi PMTB mengalami penurunan menjadi sebesar 31,72 persen pada
s.
p
tahun 2020 dan 30,81 persen pada tahun 2021.
.b
w
Laju pertumbuhan komponen PMTB sebesar 6,68 persen pada tahun 2018.
w
Akan tetapi, laju pertumbuhan PMTB tumbuh melambat pada tahun 2019 sebesar
//w
4,45 persen dan mengalami kontraksi sebesar 4,96 persen pada tahun 2020. Pada
s:
tahun 2021, laju pertumbuhan PMTB meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu
tp
sebesar 3,80 persen.

ht
4.5. Ekspor dan Impor Barang dan Jasa

Ekspor dan Impor Barang dan Jasa merupakan komponen PDB menurut
pengeluaran yang penting. Tidak hanya karena kontribusinya yang besar, melainkan
juga dikarenakan memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian. Ekspor
Barang dan Jasa menjadi bagian penting dalam penciptaan nilai tambah nasional
sementara impor menjadi komplemen penyediaan barang dan jasa yang tidak
dapat dipenuhi produsen domestik, dimana sebagian dari barang dan jasa tersebut
menjadi input dari aktivitas produksi domestik.
Pada tahun 2017-2021, baik untuk total nilai ekspor maupun impor
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Secara nominal, total nilai Ekspor
pada tahun 2017 sebesar Rp 2.742.061 Miliar kemudian meningkat hingga
mencapai Rp 3.659.040 Miliar pada tahun 2021. Sementara itu, total nilai nominal

Impor sebesar Rp 2.606.283 Miliar pada tahun 2017 dan Rp 3.201.023 Miliar
pada tahun 2021. Secara riil, total nilai Ekspor pada 2017 sebesar Rp 2.146.565
Miliar selanjutnya meningkat hingga Rp 2.592.682 Miliar pada tahun 2021. Untuk
komponen Impor, total nilai riil pada tahun 2017 sebesar Rp 1.964.819 Miliar
kemudian meningkat menjadi Rp 2.101.352 Miliar pada tahun 2021.
Kontribusi Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDB mengalami peningkatan

dari 20,18 persen pada tahun 2017 menjadi 21,56 persen pada tahun 2021,
sedangkan kontribusi Impor Barang dan Jasa menurun dari 19,18 persen pada
tahun 2017 menjadi 18,86 persen pada tahun 2021.
Laju Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDB mengalami
id
peningkatan signifikan dari 6,51 persen pada tahun 2018 menjadi 24,04 persen
.
go
pada tahun 2021, begitu pula laju pertumbuhan Impor Barang dan Jasa meningkat
dari 12,14 persen pada tahun 2018 menjadi 23,31 persen pada tahun 2021.
s.
p
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

DAFTAR ISTILAH
PENTING
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Aset (Harta) Pemilikan atas berbagai macam harta baik
berwujud maupun tidak yang dimiliki oleh
perorangan, perusahaan ataupun pemerintah.
Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk
moneter.
Konsumsi Antara Input yang dipergunakan habis dalam proses

produksi dan terdiri dari barang tidak tahan
lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain
ataupun yang diproduksi sendiri.
Ekspor Barang dan Meliputi seluruh transfer dan penjualan barang

Jasa dan jasa dari residen (penduduk) suatu negara ke
residen negara lainnya dilakukan baik di dalam
id
negeri maupun di luar negeri. Dalam prakteknya,
.
go
ekspor terdiri dari barang dagangan dan
barang lainnya yang keluar melalui daerah
s.
batas pabean atau wilayah domestik suatu
p
.b
negara, termasuk pembelian langsung di negara

w
tersebut oleh perwakilan negara asing dan

w
orang-orang non residen (staf diplomat dan

//w
keluarganya). Karena ekspor barang dagangan

suatu negara dinilai atas dasar fob, maka nilai
s:
ekspor tidak termasuk pengapalan dan asuransi

tp
sampai pada negara tujuan.

ht
Faktor Produksi Mencakup faktor-faktor yang terlibat dalam

suatu proses produksi baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti: tanah, tenaga
kerja, modal dan keahlian.
Faktor Pendapatan Pendapatan/kompensasi yang diterima oleh

dari Luar Negeri faktor produki, atas keterlibatannya dalam suatu
proses produksi di luar batas wilayah domestik.
Harga berlaku Penilaian yang dilakukan terhadap barang dan

jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi
pada harga tahun berjalan.

Harga Konstan Penilaian yang dilakukan terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan atau dikonsumsi pada
harga tetap di tahun dasar
Impor Barang dan Meliputi seluruh transfer dan pembelian barang

Jasa dan jasa dari residen suatu negara ke residen
negara lainnya dilakukan baik dalam wilayah
domestik maupun di luar negeri. Pada prakteknya,
impor terdiri dari barang dagangan dan
barang lainnya yang melewati batas pabean
atau wilayah domestik suatu negara, termasuk
pembelian langsung oleh pemerintah, penduduk
dan perwakilan negara tersebut di luar negeri.
Karena impor barang-barang dagangan dinilai
id
dengan cif, maka nilai barang termasuk biaya
.
go
pengangkutan dan asuransi.
s.
Input Primer Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas
p
.b
jasa tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan

w
dan pajak tidak langsung neto.

w
//w
Nilai Tambah Bruto Adalah nilai tambah bruto (NTB) ditingkat

Atas Harga Dasar Produsen sebelum dikenakan pajak dan subsidi
s:
atas produk.
tp
ht
Investasi Dana yang disisihkan untuk ditanamkan

sebagai modal dalam usaha untuk memperoleh
keuntungan dengan harapan modal tersebut
akan kembali dalam beberapa tahun.
Kapital (Barang Faktor produksi yang diciptakan oleh keahlian

Modal) manusia dari sumber alam yang tersedia dan
digunakan untuk menciptakan pendapatan,
seperti: mesin, peralatan, pabrik, dan
sebagainya.
Margin Perdagangan Selisih antara nilai penjualan dengan nilai

dan Biaya Transpor pembelian, dan biaya transpor yang timbul
dalam menyalurkan barang dari produsen
kepada pembeli.

Output Domestik Nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan
oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan
pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu.
Pajak atas Produksi Pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi
dan Impor Neto atas produksi dan impor.
Pembentukan Modal Meliputi pembuatan dan pembelian barang

Tetap modal baru baik dari dalam negeri maupun
impor, termasuk barang modal bekas dari luar
negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup
hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor
ekonomi di dalam negeri (domestik).
id
Konsumsi Barang Yang dimaksudkan adalah nilai susutnya barang-
.
go
Modal Tetap barang modal tetap yang digunakan dalam
proses produksi.
s.
p
Permintaan Antara Merupakan permintaan barang dan jasa untuk
.b
memenuhi proses produksi.

w
w
Permintaan Akhir Merupakan permintaan barang dan jasa untuk

//w
memenuhi konsumsi akhir, pembentukan modal

s:
dan ekspor.
tp
Tahun Dasar Tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang

ht
digunakan sebagai dasar penghitungan tahun

yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat
digambarkan seri data dengan indikator rinci
mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi.
Harga Dasar Merupakan harga keekonomian barang dan

jasa di tingkat produsen sebelum adanya
intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi
atas produk.
Pajak dan Subsidi Atas Adalah pajak dan subsidi yang dibayar per unit
Produk barang atau jasa. Pajak/subsidi dapat berupa
sejumlah uang per kuantitas barang atau
jasa atau dihitung berdasarkan nilai sebagai
presentase spesifik dari harga per unit atau nilai
barang dan jasa yang ditransaksikan.

.id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
LAMPIRAN
w
w
.b
ps.
go
.id
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lampiran 1
Usaha (miliar rupiah), 2017─2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertanian, Kehutanan dan

A 1 787 963,2 1 900 621,7 2 012 742,8 2 115 389,1 2 253 836,8
Perikanan
1. Pertanian, Peternakan,
Perburuan dan Jasa 1 347 526,2 1 417 316,9 1 488 985,7 1 575 280,4 1 672 251,9
Pertanian
a. Tanaman Pangan 438 889,5 449 553,1 446 497,3 474 270,5 440 673,1
b. Tanaman Holtikultura 197 325,6 218 713,2 238 830,5 250 457,8 262 547,6
id
c. Tanaman Perkebunan 471 466,4 489 185,6 517 507,8 560 225,6 668 379,8
.
d. Peternakan 213 780,8 232 274,7 256 849,6 260 146,7 268 169,6
go
e. Jasa Pertanian dan
26 063,9 27 590,3
s. 29 300,5 30 179,8 32 481,8
Perburuan
p
2. Kehutanan dan Penebangan
91 609,4 97 396,8 104 121,9 108 639,8 111 990,5
.b
Kayu
w
3. Perikanan 348 827,6 385 908,0 419 635,2 431 468,9 469 594,4
w
B Pertambangan dan Penggalian 1 029 554,6 1 198 987,1 1 149 913,5 993 541,9 1 523 650,1
//w
1. Pertambangan Minyak, Gas

391 449,9 460 169,9 439 602,8 332 559,6 461 703,0
dan Panas Bumi
s:
2. Pertambangan Batubara
tp
323 364,5 401 276,9 368 890,5 283 194,7 603 138,0
dan Lignit
ht
3. Pertambangan Bijih Logam 94 322,3 111 321,4 96 824,6 130 956,9 204 590,1
4. Pertambangan dan
220 417,9 226 218,9 244 595,6 246 830,7 254 219,0
Penggalian Lainnya
C Industri Pengolahan 2 739 711,9 2 947 450,8 3 119 593,8 3 068 041,7 3 266 903,5
1. Industri Batubara dan
309 372,7 332 299,0 336 672,6 307 606,4 320 008,5
Pengilangan Migas
2. Industri Makanan dan
834 425,1 927 443,5 1 012 959,8 1 057 000,7 1 121 360,2
Minuman
3. Industri Pengolahan
122 229,6 131 937,3 140 966,5 135 935,1 135 145,8
Tembakau
4. Industri Tekstil dan Pakaian
150 535,3 168 545,2 200 019,4 186 626,8 180 216,1
Jadi
5. Industri Kulit, Barang dari
36 988,8 41 716,0 42 499,0 39 204,0 42 508,5
Kulit dan Alas Kaki
6. Industri Kayu, Barang
dari Kayu dan Gabus
dan Barang Anyaman 81 580,8 83 710,0 80 319,9 78 689,2 76 689,5
dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya

lanjutan lampiran 1
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. Industri Kertas dan Barang

dari Kertas; Percetakan
96 616,2 101 758,2 109 892,2 110 562,3 113 201,7
dan Reproduksi Media
Rekaman
8. Industri Kimia, Farmasi dan
236 192,9 239 678,0 265 925,1 296 710,3 339 183,4
Obat Tradisional
9. Industri Karet, Barang dari
85 869,6 92 662,6 87 975,4 82 856,6 88 607,7
Karet dan Plastik
10. Industri Barang Galian
89 605,8 93 166,9 93 362,6 85 860,2 89 016,8
Bukan Logam
id
11. Industri Logam Dasar 98 845,5 111 341,3 116 068,6 120 956,8 137 599,0
.
go
12. Industri Barang Logam;
Komputer, Barang Elektronik, 252 870,9 257 687,0
s. 265 384,3 252 142,8 257 365,9
Optik; dan Peralatan Listrik
p
13. Industri Mesin dan
.b
43 093,0 47 879,6 46 982,5 43 230,6 48 900,0

Perlengkapan
w
14. Industri Alat Angkutan 246 916,1 260 986,8 258 287,3 208 886,0 251 893,0
w
15. Industri Furnitur 33 851,1 35 487,6 39 239,0 38 653,1 42 173,2

//w

Lainnya; Jasa Reparasi dan
s:
20 718,5 21 151,8 23 039,6 23 120,8 23 034,2

Pemasangan Mesin dan
tp
Peralatan
ht
D Pengadaan Listrik dan Gas 162 339,8 176 640,3 185 115,3 179 741,6 190 047,2
1. Ketenagalistrikan 132 975,9 144 437,1 151 975,9 150 541,1 159 078,6
2. Pengadaan Gas dan

29 363,9 32 203,2 33 139,4 29 200,5 30 968,6
Produksi Es
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 9 438,6 10 023,6 10 736,1 11 304,7 12 024,9
Ulang
F Konstruksi 1 410 513,6 1 562 297,0 1 701 741,2 1 652 659,6 1 771 726,7
Perdagangan Besar dan Ecer-

G an; Reparasi Mobil dan Sepeda 1 768 865,2 1 931 813,0 2 060 268,9 1 994 125,3 2 200 528,9
Motor
1. Perdagangan Mobil,
Sepeda Motor dan 356 436,0 386 619,9 416 437,3 360 035,8 407 880,4
Reparasinya
2. Perdagangan Besar dan
Eceran, Bukan Mobil dan 1 412 429,2 1 545 193,1 1 643 831,6 1 634 089,5 1 792 648,5
Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 735 229,6 797 777,0 881 505,4 689 577,8 719 632,6
1. Angkutan Rel 9 172,0 10 462,9 12 092,1 7 789,8 7 843,8

lanjutan Lampiran 1
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Angkutan Darat 328 306,7 354 035,6 390 604,4 380 884,3 407 336,3
3. Angkutan Laut 41 985,8 45 108,9 50 534,2 48 599,6 50 358,1
4. Angkutan Sungai Danau dan

15 077,5 16 030,6 17 416,2 15 722,0 16 500,8
Penyeberangan
5. Angkutan Udara 220 966,6 240 931,1 257 735,6 104 950,4 96 060,2
6. Pergudangan dan Jasa

Penunjang Angkutan; Pos 119 721,0 131 207,9 153 122,9 131 631,7 141 533,4
dan Kurir
id
Penyediaan Akomodasi dan
I 387 013,1 412 709,7 440 207,7 394 055,0 412 260,6
.
Makan Minum
go
1. Penyediaan Akomodasi 91 953,3 96 571,7 99 204,0 74 611,3 79 172,5
2. Penyediaan Makan Minum 295 059,8

p s.
316 138,0 341 003,7 319 443,7 333 088,1
.b
J Informasi dan Komunikasi 513 715,9 558 938,0 626 532,6 695 964,0 748 754,7
w
K Jasa Keuangan dan Asuransi 571 203,6 616 315,1 671 433,8 696 067,2 736 188,8
w
1. Jasa Perantara Keuangan 353 059,7 375 503,9 405 183,7 418 860,0 455 258,9
//w
2. Asuransi dan Dana Pensiun 124 126,2 137 653,4 149 880,9 159 064,7 162 717,3
s:
3. Jasa Keuangan Lainnya 81 435,8 90 037,0 102 631,9 104 090,1 103 199,9
tp
4. Jasa Penunjang Keuangan 12 581,9 13 120,8 13 737,3 14 052,4 15 012,7

ht
L Real Estat 382 259,2 406 013,7 439 455,9 453 780,9 468 221,7
M,N Jasa Perusahaan 238 217,0 267 094,0 304 285,5 294 255,5 301 085,2
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan So- 499 343,6 541 685,6 571 584,1 582 628,3 584 361,0
sial Wajib
P Jasa Pendidikan 447 137,6 481 747,0 522 354,2 549 625,9 556 317,8
Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Q 144 830,7 158 070,1 174 689,0 201 191,5 226 970,8
Sosial
RSTU Jasa lainnya 239 258,6 268 574,7 309 002,0 302 578,4 312 179,5
13 066 595,8 14 236 758,4 15 181 161,8 14 874 528,4 16 284

Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar
690,8
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 523 229,9 601 997,6 651 495,4 563 489,1 686 098,4
Produk Domestik Bruto 13 589 825,7 14 838 756,0 15 832 657,2 15 438 017,5 16 970 789,2
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Lampiran 2
Lapangan Usaha (miliar rupiah), 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 1 258 375,7 1 307 253,0 1 354 399,1 1 378 331,4 1 403 710,0
Perikanan
Perburuan dan Jasa 970 262,9 1 005 655,0 1 038 902,9 1 061 023,2 1 072 507,0
Pertanian
a. Tanaman Pangan 293 858,0 298 027,3 292 883,0 303 453,7 298 733,3
b. Tanaman Holtikultura 135 649,0 145 131,2 153 157,8 159 539,3 160 429,6
id
c. Tanaman Perkebunan 373 194,2 387 496,7 405 147,5 410 570,4 425 042,6
.
d. Peternakan 148 688,8 155 539,9 167 637,9 167 057,7 167 629,1
go
18 872,9 19 459,9
s. 20 076,7 20 402,1 20 672,4
Perburuan
p
2. Kehutanan dan
61 279,6 62 981,8 63 217,6 63 195,9 63 236,4
.b
Penebangan Kayu
w
3. Perikanan 226 833,2 238 616,2 252 278,6 254 112,3 267 966,6
w
Pertambangan dan Peng-

B 779 678,4 796 505,0 806 206,2 790 475,2 822 099,5
galian
//w
1. Pertambangan Minyak,
302 653,0 298 420,1 289 980,1 272 583,2 260 546,1
Gas dan Panas Bumi
s:
tp
226 478,9 235 561,4 259 598,5 245 498,6 261 709,8
dan Lignit
ht
3. Pertambangan Bijih Logam 95 150,4 103 719,4 88 003,4 105 829,4 129 999,6
4. Pertambangan dan
155 396,1 158 804,1 168 624,2 166 564,0 169 844,0
Penggalian Lainnya
C Industri Pengolahan 2 103 466,1 2 193 368,4 2 276 667,8 2 209 920,3 2 284 821,7
219 849,4 219 831,8 217 402,2 202 603,7 203 766,9
Pengilangan Migas
639 834,4 690 462,5 744 170,5 755 914,9 775 098,4
Minuman
84 572,4 87 548,7 90 486,7 85 257,5 84 133,3
Tembakau
116 261,6 126 406,8 145 804,6 132 851,0 127 429,1
Jadi
26 449,0 28 941,7 28 654,1 26 142,6 28 169,3
Kulit dan Alas Kaki
dari Kayu dan Gabus
dan Barang Anyaman 61 870,4 62 337,3 59 498,3 58 212,1 56 050,9
Sejenisnya

lanjutan Lampiran 2
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

72 640,6 73 681,6 80 211,0 80 385,3 78 061,2
Rekaman
182 380,2 179 791,9 195 040,9 213 360,5 233 866,0
Obat Tradisional
71 666,8 76 627,8 72 398,8 68 337,7 69 072,8
Karet dan Plastik
69 512,9 71 424,4 70 690,7 64 239,2 64 812,0
Bukan Logam
id
11. Industri Logam Dasar 81 832,6 89 188,6 91 716,9 97 099,5 108 267,3
.
go
Komputer, Barang s.
206 469,3 205 216,8 204 172,5 193 026,6 189 890,0
Elektronik, Optik; dan
p
Peralatan Listrik
.b

31 325,0 34 297,3 32 881,0 29 536,4 32 911,1
Perlengkapan
w
w
14. Industri Alat Angkutan 197 527,9 205 907,2 198 853,9 159 359,0 187 750,7
//w
15. Industri Furnitur 25 383,7 25 946,0 28 113,0 27 167,5 29 385,7

s:

15 889,9 15 758,0 16 572,7 16 426,8 16 157,0
tp

Peralatan
ht
D Pengadaan Listrik dan Gas 101 551,3 107 108,6 111 436,7 108 826,4 114 861,1
1. Ketenagalistrikan 88 663,4 93 318,0 97 623,8 96 663,1 102 083,9

12 887,9 13 790,6 13 812,9 12 163,3 12 777,2
Produksi Es
E Sampah, Limbah dan Daur 7 985,3 8 429,4 9 004,9 9 449,3 9 919,2
Ulang
F Konstruksi 987 924,9 1 048 082,8 1 108 425,0 1 072 334,8 1 102 517,7
Perdagangan Besar dan

G Eceran; Reparasi Mobil dan 1 311 746,5 1 376 878,7 1 440 185,7 1 385 747,4 1 450 226,3
Sepeda Motor
Sepeda Motor dan 250 442,6 262 578,5 272 349,7 233 924,2 262 223,8
Reparasinya
Eceran, Bukan Mobil dan 1 061 303,9 1 114 300,2 1 167 836,0 1 151 823,2 1 188 002,5
Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudan-
H 406 679,4 435 336,5 463 125,9 393 437,9 406 187,6
gan

lanjutan Lampiran 2
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Angkutan Rel 3 630,2 4 020,0 4 200,3 2 422,0 2 339,1
2. Angkutan Darat 222 587,3 238 457,7 262 208,1 248 208,0 259 493,2
3. Angkutan Laut 31 969,1 34 276,4 37 865,4 36 153,2 37 196,6
4. Angkutan Sungai Danau

10 995,1 11 566,5 12 212,2 10 624,6 10 580,0
dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara 73 084,2 77 493,4 69 926,9 32 826,9 30 198,9
id
Penunjang Angkutan; Pos 64 413,5 69 522,5 76 713,0 63 203,2 66 379,8
dan Kurir
.
go
I 298 129,7 315 068,6 333 304,6 299 122,4 310 754,7
Makan Minum
1. Penyediaan Akomodasi 60 394,4
p s.
62 997,3 63 867,4 48 227,9 51 028,6
.b
2. Penyediaan Makan Minum 237 735,3 252 071,3 269 437,2 250 894,5 259 726,1
w
J Informasi dan Komunikasi 503 420,7 538 762,7 589 536,1 652 062,9 696 460,4
w
K Jasa Keuangan dan Asuransi 398 971,4 415 620,6 443 093,1 457 482,9 464 638,6
//w
1. Jasa Perantara Keuangan 246 031,8 251 912,3 267 387,0 278 028,3 285 571,6
s:
2. Asuransi dan Dana Pensiun 86 687,9 93 169,9 98 453,6 102 419,0 103 155,1
tp
3. Jasa Keuangan Lainnya 57 290,8 61 371,0 67 894,7 67 504,0 65 886,3

ht
4. Jasa Penunjang Keuangan 8 960,9 9 167,4 9 357,8 9 531,6 10 025,6
L Real Estat 289 568,5 299 648,2 316 901,1 324 259,4 333 282,9
M,N Jasa Perusahaan 172 763,8 187 691,1 206 936,2 195 671,1 197 106,7
O Pertahanan dan Jaminan So- 326 514,3 349 277,6 365 538,8 365 439,3 364 233,4
sial Wajib
P Jasa Pendidikan 304 810,8 321 133,8 341 349,9 350 264,6 350 655,3

Q 109 497,5 117 322,2 127 487,9 142 228,4 157 104,7
Sosial
RSTU Jasa lainnya 170 174,8 185 405,6 205 011,4 196 608,7 200 772,9
9 531 259,1 10 002 10 498 610,4 10 331 662,4 10 669

Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar
892,8 352,7
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 381 669,0 422 959,1 450 545,0 391 392,4 449 515,8
Produk Domestik Bruto 9 912 928,1 10 425 851,9 10 949 155,4 10 723 054,8 11 118 868,5
* Angka Sementara

Kontribusi Terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Lampiran 3
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen), 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 13,16 12,81 12,71 13,70 13,28
Perikanan
Perburuan dan Jasa 9,92 9,55 9,40 10,20 9,85
Pertanian
a. Tanaman Pangan 3,23 3,03 2,82 3,07 2,60
b. Tanaman Holtikultura 1,45 1,47 1,51 1,62 1,55
id
c. Tanaman Perkebunan 3,47 3,30 3,27 3,63 3,94
.
d. Peternakan 1,57 1,57 1,62 1,69 1,58
go
0,19 0,19 s. 0,19 0,20 0,19
Perburuan
p
2. Kehutanan dan
0,67 0,66 0,66 0,70 0,66
.b
Penebangan Kayu
w
3. Perikanan 2,57 2,60 2,65 2,79 2,77

w

B 7,58 8,08 7,26 6,44 8,98
galian
//w
2,88 3,10 2,78 2,15 2,72
Gas dan Panas Bumi
s:
tp
2,38 2,70 2,33 1,83 3,55

dan Lignit
ht
3. Pertambangan Bijih Logam 0,69 0,75 0,61 0,85 1,21
4. Pertambangan dan
1,62 1,52 1,54 1,60 1,50
Penggalian Lainnya
C Industri Pengolahan 20,16 19,86 19,70 19,87 19,25
2,28 2,24 2,13 1,99 1,89
Pengilangan Migas
6,14 6,25 6,40 6,85 6,61
Minuman
0,90 0,89 0,89 0,88 0,80
Tembakau
1,11 1,14 1,26 1,21 1,06
Jadi
0,27 0,28 0,27 0,25 0,25
Kulit dan Alas Kaki
dari Kayu dan Gabus
dan Barang Anyaman 0,60 0,56 0,51 0,51 0,45
Sejenisnya

lanjutan Lampiran 3
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

0,71 0,69 0,69 0,72 0,67
Rekaman
1,74 1,62 1,68 1,92 2,00
Obat Tradisional
0,63 0,62 0,56 0,54 0,52
Karet dan Plastik
0,66 0,63 0,59 0,56 0,52
Bukan Logam
id
11. Industri Logam Dasar 0,73 0,75 0,73 0,78 0,81
.
go
Komputer, Barang s.
1,86 1,74 1,68 1,63 1,52
p
Peralatan Listrik
.b

0,32 0,32 0,30 0,28 0,29
Perlengkapan
w
w
14. Industri Alat Angkutan 1,82 1,76 1,63 1,35 1,48

//w
15. Industri Furnitur 0,25 0,24 0,25 0,25 0,25

s:

0,15 0,14 0,15 0,15 0,14
tp

Peralatan
ht
D Pengadaan Listrik dan Gas 1,19 1,19 1,17 1,16 1,12
1. Ketenagalistrikan 0,98 0,97 0,96 0,98 0,94

0,22 0,22 0,21 0,19 0,18
Produksi Es
E Sampah, Limbah dan Daur 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
Ulang
F Konstruksi 10,38 10,53 10,75 10,71 10,44

G Eceran; Reparasi Mobil dan 13,02 13,02 13,01 12,92 12,97
Sepeda Motor
Sepeda Motor dan 2,62 2,61 2,63 2,33 2,40
Reparasinya
Eceran, Bukan Mobil dan 10,39 10,41 10,38 10,58 10,56
Sepeda Motor
H 5,41 5,38 5,57 4,47 4,24
gan

lanjutan Lampiran 3
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Angkutan Rel 0,07 0,07 0,08 0,05 0,05
2. Angkutan Darat 2,42 2,39 2,47 2,47 2,40
3. Angkutan Laut 0,31 0,30 0,32 0,31 0,30

0,11 0,11 0,11 0,10 0,10
dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara 1,63 1,62 1,63 0,68 0,57
id
Penunjang Angkutan; Pos 0,88 0,88 0,97 0,85 0,83
dan Kurir
.
go
I 2,85 2,78 2,78 2,55 2,43
Makan Minum
1. Penyediaan Akomodasi 0,68 0,65
p s. 0,63 0,48 0,47
.b
2. Penyediaan Makan Minum 2,17 2,13 2,15 2,07 1,96

w
J Informasi dan Komunikasi 3,78 3,77 3,96 4,51 4,41

w
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,20 4,15 4,24 4,51 4,34

//w
1. Jasa Perantara Keuangan 2,60 2,53 2,56 2,71 2,68

s:
2. Asuransi dan Dana Pensiun 0,91 0,93 0,95 1,03 0,96

tp
3. Jasa Keuangan Lainnya 0,60 0,61 0,65 0,67 0,61

ht
4. Jasa Penunjang Keuangan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
L Real Estat 2,81 2,74 2,78 2,94 2,76
M,N Jasa Perusahaan 1,75 1,80 1,92 1,91 1,77
O Pertahanan dan Jaminan So- 3,67 3,65 3,61 3,77 3,44
sial Wajib
P Jasa Pendidikan 3,29 3,25 3,30 3,56 3,28

Q 1,07 1,07 1,10 1,30 1,34
Sosial
RSTU Jasa lainnya 1,76 1,81 1,95 1,96 1,84
Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar 96,15 95,94 95,89 96,35 95,96
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 3,85 4,06 4,11 3,65 4,04
Produk Domestik Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Sementara

Lampiran 4
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 12,69 12,54 12,37 12,85 12,62
Perikanan
Pertanian
a. Tanaman Pangan 2,96 2,86 2,67 2,83 2,69
id
.
d. Peternakan 1,50 1,49 1,53 1,56 1,51
go
0,19 0,19
s. 0,18 0,19 0,19
Perburuan
p
2. Kehutanan dan
0,62 0,60 0,58 0,59 0,57
.b
Penebangan Kayu
w
3. Perikanan 2,29 2,29 2,30 2,37 2,41

w
Pertambangan dan Pengga-

B 7,87 7,64 7,36 7,37 7,39
lian
//w
3,05 2,86 2,65 2,54 2,34
Gas dan Panas Bumi
s:
tp
2,28 2,26 2,37 2,29 2,35

dan Lignit
ht
4. Pertambangan dan
1,57 1,52 1,54 1,55 1,53
Penggalian Lainnya
2,22 2,11 1,99 1,89 1,83
Pengilangan Migas
6,45 6,62 6,80 7,05 6,97
Minuman
0,85 0,84 0,83 0,80 0,76
Tembakau
1,17 1,21 1,33 1,24 1,15
Jadi
0,27 0,28 0,26 0,24 0,25
Kulit dan Alas Kaki
dari Kayu dan Gabus
Sejenisnya

lanjutan Lampiran 4
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

0,73 0,71 0,73 0,75 0,70
Rekaman
1,84 1,72 1,78 1,99 2,10
Obat Tradisional
0,72 0,73 0,66 0,64 0,62
Karet dan Plastik
0,70 0,69 0,65 0,60 0,58
Bukan Logam
id
.
go
Komputer, Barang s.
2,08 1,97 1,86 1,80 1,71
p
Peralatan Listrik
.b

0,32 0,33 0,30 0,28 0,30
Perlengkapan
w
w

//w

s:

0,16 0,15 0,15 0,15 0,15
tp

Peralatan
ht

0,13 0,13 0,13 0,11 0,11
Produksi Es
Ulang
F Konstruksi 9,97 10,05 10,12 10,00 9,92
Perdagangan Besar dan Ecer-

G an; Reparasi Mobil dan Sepe- 13,23 13,21 13,15 12,92 13,04
da Motor
Sepeda Motor dan 2,53 2,52 2,49 2,18 2,36
Reparasinya
Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 4,10 4,18 4,23 3,67 3,65
1. Angkutan Rel 0,04 0,04 0,04 0,02 0,02

lanjutan Lampiran 4
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Angkutan Darat 2,25 2,29 2,39 2,31 2,33
3. Angkutan Laut 0,32 0,33 0,35 0,34 0,33

0,11 0,11 0,11 0,10 0,10
dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara 0,74 0,74 0,64 0,31 0,27

dan Kurir
id
I 3,01 3,02 3,04 2,79 2,79
.
Makan Minum
go
1. Penyediaan Akomodasi 0,61 0,60 0,58 0,45 0,46
2. Penyediaan Makan Minum 2,40

p s.
2,42 2,46 2,34 2,34
.b

w

w

//w

s:

tp

ht
L Real Estat 2,92 2,87 2,89 3,02 3,00
sial Wajib

Q 1,10 1,13 1,16 1,33 1,41
Sosial
* Angka Sementara

Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Lampiran 5
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 187,00 198,78 210,51 221,25 235,73
Perikanan
Pertanian
a. Tanaman Pangan 173,25 177,46 176,25 187,22 173,95
id
.
d. Peternakan 197,21 214,28 236,95 239,99 247,39
go
184,78 195,60 207,73
s. 213,96 230,28
Perburuan
p
2. Kehutanan dan
157,61 167,56 179,13 186,90 192,67
.b
Penebangan Kayu
w
3. Perikanan 242,98 268,81 292,31 300,55 327,11

w

B 143,37 166,96 160,13 138,35 212,17
galian
//w
116,44 136,89 130,77 98,93 137,34
Gas dan Panas Bumi
s:
tp
201,18 249,66 229,51 176,19 375,24

dan Lignit
ht
4. Pertambangan dan
196,83 202,01 218,42 220,42 227,02
Penggalian Lainnya
132,31 142,12 143,99 131,56 136,86
Pengilangan Migas
231,50 257,31 281,03 293,25 311,11
Minuman
181,76 196,19 209,62 202,14 200,96
Tembakau
156,31 175,01 207,69 193,78 187,13
Jadi
187,79 211,79 215,76 199,03 215,81
Kulit dan Alas Kaki
dari Kayu dan Gabus
Sejenisnya

lanjutan Lampiran 5
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

142,11 149,68 161,64 162,63 166,51
Rekaman
206,58 209,63 232,59 259,52 296,66
Obat Tradisional
128,62 138,79 131,77 124,11 132,72
Karet dan Plastik
175,88 182,87 183,25 168,52 174,72
Bukan Logam
id
.
go
Komputer, Barang s.
193,40 197,08 202,97 192,84 196,84
p
Peralatan Listrik
.b

181,31 201,45 197,68 181,89 205,75
Perlengkapan
w
w

//w

s:

137,03 139,90 152,38 152,92 152,35
tp

Peralatan
ht

214,61 235,36 242,20 213,41 226,34
Produksi Es
Ulang
F Konstruksi 225,00 249,21 271,45 263,62 282,61

Sepeda Motor
Sepeda Motor dan 195,69 212,26 228,64 197,67 223,94
Reparasinya
Sepeda Motor
H 299,63 325,13 359,25 281,03 293,28
gan

lanjutan Lampiran 5
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Angkutan Rel 386,24 440,60 509,21 328,03 330,31
2. Angkutan Darat 242,32 261,31 288,30 281,13 300,65
3. Angkutan Laut 193,35 207,73 232,71 223,80 231,90

185,84 197,59 214,67 193,79 203,38
dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara 576,87 628,99 672,87 273,99 250,78
id
dan Kurir
.
go
I 193,23 206,06 219,79 196,75 205,84
Makan Minum
p s.
277,38 208,62 221,37
.b

w

w

//w

s:

tp

ht
L Real Estat 192,85 204,84 221,71 228,94 236,22
sial Wajib

Q 217,97 237,90 262,91 302,80 341,59
Sosial
* Angka Sementara

Lampiran 6
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 131,61 136,72 141,66 144,16 146,81
Perikanan
Pertanian
a. Tanaman Pangan 116,00 117,65 115,61 119,79 117,92
id
.
d. Peternakan 137,17 143,49 154,65 154,11 154,64
go
133,80 137,96
s. 142,33 144,64 146,56
Perburuan
p
2. Kehutanan dan
105,43 108,35 108,76 108,72 108,79
.b
Penebangan Kayu
w
3. Perikanan 158,01 166,21 175,73 177,01 186,66

w

B 108,57 110,91 112,26 110,07 114,48
galian
//w
90,03 88,77 86,26 81,08 77,50
Gas dan Panas Bumi
s:
tp
140,90 146,55 161,51 152,74 162,82

dan Lignit
ht
4. Pertambangan dan
138,77 141,81 150,58 148,74 151,67
Penggalian Lainnya
94,02 94,02 92,98 86,65 87,15
Pengilangan Migas
177,51 191,56 206,46 209,72 215,04
Minuman
125,76 130,19 134,55 126,78 125,11
Tembakau
120,72 131,25 151,40 137,95 132,32
Jadi
134,28 146,93 145,47 132,72 143,01
Kulit dan Alas Kaki
dari Kayu dan Gabus
Sejenisnya

lanjutan Lampiran 6
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

106,85 108,38 117,98 118,24 114,82
Rekaman
159,52 157,25 170,59 186,61 204,55
Obat Tradisional
107,35 114,78 108,44 102,36 103,46
Karet dan Plastik
136,44 140,19 138,75 126,09 127,21
Bukan Logam
id
.
go
Komputer, Barang s.
157,91 156,95 156,15 147,63 145,23
p
Peralatan Listrik
.b

131,80 144,31 138,35 124,27 138,47
Perlengkapan
w
w

//w

s:

105,09 104,22 109,61 108,65 106,86
tp

Peralatan
ht

94,19 100,79 100,95 88,90 93,38
Produksi Es
Ulang
F Konstruksi 157,59 167,18 176,81 171,05 175,87

Sepeda Motor
Sepeda Motor dan 137,50 144,16 149,53 128,43 143,97
Reparasinya
Sepeda Motor
H 165,74 177,42 188,74 160,34 165,54
gan

lanjutan Lampiran 6
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Angkutan Rel 152,87 169,28 176,88 101,99 98,50
2. Angkutan Darat 164,29 176,00 193,53 183,20 191,53
3. Angkutan Laut 147,22 157,84 174,37 166,49 171,29

135,52 142,57 150,52 130,96 130,41
dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara 190,80 202,31 182,56 85,70 78,84
id
dan Kurir
.
go
I 148,86 157,31 166,42 149,35 155,16
Makan Minum
1. Penyediaan Akomodasi 168,87
p s.
176,15 178,58 134,85 142,68
.b

w

w

//w

s:

tp

ht
L Real Estat 146,09 151,17 159,88 163,59 168,14
sial Wajib

Q 164,79 176,57 191,87 214,06 236,44
Sosial
* Angka Sementara

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Lampiran 7
Menurut Lapangan Usaha (persen), 2018-2021
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 6,30 5,90 5,10 6,54

5,18 5,06 5,80 6,16
Pertanian
a. Tanaman Pangan 2,43 -0,68 6,22 -7,08
b. Tanaman Holtikultura 10,84 9,20 4,87 4,83
c. Tanaman Perkebunan 3,76 5,79 8,25 19,31
id
d. Peternakan 8,65 10,58 1,28 3,08
.
go
e. Jasa Pertanian dan Perburuan 5,86 6,20 3,00 7,63
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 6,32

p s. 6,90 4,34 3,08
3. Perikanan 10,63 8,74 2,82 8,84

.b
B Pertambangan dan Penggalian 16,46 -4,09 -13,60 53,36

w
w
1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas

17,56 -4,47 -24,35 38,83
//w
Bumi
2. Pertambangan Batubara dan Lignit 24,09 -8,07 -23,23 112,98
s:
3. Pertambangan Bijih Logam 18,02 -13,02 35,25 56,23

tp
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 2,63 8,12 0,91 2,99

ht
C Industri Pengolahan 7,58 5,84 -1,65 6,48
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 7,41 1,32 -8,63 4,03
2. Industri Makanan dan Minuman 11,15 9,22 4,35 6,09
3. Industri Pengolahan Tembakau 7,94 6,84 -3,57 -0,58
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 11,96 18,67 -6,70 -3,44
5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas

12,78 1,88 -7,75 8,43
Kaki
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan
Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, 2,61 -4,05 -2,03 -2,54
Rotan dan Sejenisnya
Percetakan dan Reproduksi Media 5,32 7,99 0,61 2,39
Rekaman
8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 1,48 10,95 11,58 14,31
9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 7,91 -5,06 -5,82 6,94
10. Industri Barang Galian Bukan Logam 3,97 0,21 -8,04 3,68

lanjutan Lampiran 7
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
11. Industri Logam Dasar 12,64 4,25 4,21 13,76

1,90 2,99 -4,99 2,07
13. Industri Mesin dan Perlengkapan 11,11 -1,87 -7,99 13,11
14. Industri Alat Angkutan 5,70 -1,03 -19,13 20,59
15. Industri Furnitur 4,83 10,57 -1,49 9,11

2,09 8,93 0,35 -0,37
id
.
8,81 4,80 -2,90 5,73
go
1. Ketenagalistrikan 8,62 5,22 -0,94 5,67
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es

ps.
9,67 2,91 -11,89 6,06

.b
E 6,20 7,11 5,30 6,37

dan Daur Ulang
w
F Konstruksi 10,76 8,93 -2,88 7,20

w
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mo-

//w
G 9,21 6,65 -3,21 10,35

bil dan Sepeda Motor
s:
8,47 7,71 -13,54 13,29

Reparasinya
tp
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan

9,40 6,38 -0,59 9,70
Mobil dan Sepeda Motor
ht
H Transportasi dan Pergudangan 8,51 10,50 -21,77 4,36
1. Angkutan Rel 14,07 15,57 -35,58 0,69
2. Angkutan Darat 7,84 10,33 -2,49 6,94
3. Angkutan Laut 7,44 12,03 -3,83 3,62

6,32 8,64 -9,73 4,95
Penyeberangan
5. Angkutan Udara 9,04 6,97 -59,28 -8,47
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang

9,59 16,70 -14,04 7,52
Angkutan; Pos dan Kurir
I 6,64 6,66 -10,48 4,62
Minum
1. Penyediaan Akomodasi 5,02 2,73 -24,79 6,11
2. Penyediaan Makan Minum 7,14 7,87 -6,32 4,27
J Informasi dan Komunikasi 8,80 12,09 11,08 7,59
K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,90 8,94 3,67 5,76

lanjutan Lampiran 7
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jasa Perantara Keuangan 6,36 7,90 3,38 8,69
2. Asuransi dan Dana Pensiun 10,90 8,88 6,13 2,30
3. Jasa Keuangan Lainnya 10,56 13,99 1,42 -0,86
4. Jasa Penunjang Keuangan 4,28 4,70 2,29 6,83
L Real Estat 6,21 8,24 3,26 3,18
M,N Jasa Perusahaan 12,12 13,92 -3,30 2,32
id
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
O 8,48 5,52 1,93 0,30
Jaminan Sosial Wajib
.
go
P Jasa Pendidikan 7,74 8,43 5,22 1,22
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,14

p s. 10,51 15,17 12,81
RSTU Jasa lainnya 12,25 15,05 -2,08 3,17

.b
Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar 8,96 6,63 -2,02 9,48
w
w
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 15,05 8,22 -13,51 21,76

//w
Produk Domestik Bruto 9,19 6,70 -2,49 9,93

s:
* Angka Sementara
tp
ht

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga
Lampiran 8
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2018-2021
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)

3,65 3,31 2,13 1,08
Pertanian
a. Tanaman Pangan 1,42 -1,73 3,61 -1,56
c. Tanaman Perkebunan 3,83 4,56 1,34 3,52
id
d. Peternakan 4,61 7,78 -0,35 0,34
.
go
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu

p s.
2,78 0,37 -0,03 0,06
3. Perikanan 5,19 5,73 0,73 5,45

.b
B Pertambangan dan Penggalian 2,16 1,22 -1,95 4,00

w
w

-1,40 -2,83 -6,00 -4,42
//w
Bumi
2. Pertambangan Batubara dan Lignit 4,01 10,20 -5,43 6,60
s:
3. Pertambangan Bijih Logam 9,01 -15,15 20,26 22,84

tp
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 2,19 6,18 -1,22 1,97

ht
C Industri Pengolahan 4,27 3,80 -2,93 3,39
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas -0,01 -1,11 -6,81 0,57
3. Industri Pengolahan Tembakau 3,52 3,36 -5,78 -1,32
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 8,73 15,35 -8,88 -4,08

9,42 -0,99 -8,76 7,75
Kaki
Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, 0,75 -4,55 -2,16 -3,71
Percetakan dan Reproduksi Media 1,43 8,86 0,22 -2,89
Rekaman
8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat
-1,42 8,48 9,39 9,61
Tradisional
9. Industri Karet, Barang dari Karet dan
6,92 -5,52 -5,61 1,08
Plastik
10. Industri Barang Galian Bukan Logam 2,75 -1,03 -9,13 0,89

lanjutan Lampiran 8
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
11. Industri Logam Dasar 8,99 2,83 5,87 11,50

-0,61 -0,51 -5,46 -1,62
13. Industri Mesin dan Perlengkapan 9,49 -4,13 -10,17 11,43
14. Industri Alat Angkutan 4,24 -3,43 -19,86 17,82
15. Industri Furnitur 2,22 8,35 -3,36 8,16

-0,83 5,17 -0,88 -1,64
id
.
5,47 4,04 -2,34 5,55
go
1. Ketenagalistrikan 5,25 4,61 -0,98 5,61
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 7,00

p s. 0,16 -11,94 5,05

.b
E 5,56 6,83 4,94 4,97

dan Daur Ulang
w
F Konstruksi 6,09 5,76 -3,26 2,81

w

//w
G 4,97 4,60 -3,78 4,65

s:
4,85 3,72 -14,11 12,10

Reparasinya
tp

4,99 4,80 -1,37 3,14
ht
1. Angkutan Rel 10,74 4,49 -42,34 -3,42
2. Angkutan Darat 7,13 9,96 -5,34 4,55
3. Angkutan Laut 7,22 10,47 -4,52 2,89

5,20 5,58 -13,00 -0,42
Penyeberangan
5. Angkutan Udara 6,03 -9,76 -53,06 -8,01

7,93 10,34 -17,61 5,03
I 5,68 5,79 -10,26 3,89
Minum
2. Penyediaan Makan Minum 6,03 6,89 -6,88 3,52

lanjutan Lampiran 8
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jasa Perantara Keuangan 2,39 6,14 3,98 2,71
3. Jasa Keuangan Lainnya 7,12 10,63 -0,58 -2,40
L Real Estat 3,48 5,76 2,32 2,78
M,N Jasa Perusahaan 8,64 10,25 -5,44 0,73
id
O 6,97 4,66 -0,03 -0,33
.
go

p
7,15
s. 8,66 11,56 10,46
RSTU Jasa lainnya 8,95 10,57 -4,10 2,12

.b
Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar 4.95 4.96 -1.59 3.27
w
w
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 10.82 6.52 -13.13 14.85

//w
Produk Domestik Bruto 5.17 5.02 -2.07 3.69

s:
* Angka Sementara
tp
ht

Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan
Lampiran 9
Usaha (2010=100), 2017-2021
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 142,09 145,39 148,61 153,47 160,56
Perikanan
Pertanian
a. Tanaman Pangan 149,35 150,84 152,45 156,29 147,51
id
.
d. Peternakan 143,78 149,33 153,22 155,72 159,98
go
138,10 141,78 145,94
s. 147,92 157,13
Perburuan
p
2. Kehutanan dan
149,49 154,64 164,70 171,91 177,10
.b
Penebangan Kayu
w
3. Perikanan 153,78 161,73 166,34 169,79 175,24

w

B 132,05 150,53 142,63 125,69 185,34
galian
//w
129,34 154,20 151,60 122,00 177,21
Gas dan Panas Bumi
s:
tp
142,78 170,35 142,10 115,35 230,46

dan Lignit
ht
3. Pertambangan Bijih
99,13 107,33 110,02 123,74 157,38
Logam
4. Pertambangan dan
141,84 142,45 145,05 148,19 149,68
Penggalian Lainnya
140,72 151,16 154,86 151,83 157,05
Pengilangan Migas
130,41 134,32 136,12 139,83 144,67
Minuman
144,53 150,70 155,79 159,44 160,63
Tembakau
4. Industri Tekstil dan
129,48 133,34 137,18 140,48 141,42
Pakaian Jadi
139,85 144,14 148,32 149,96 150,90
Kulit dan Alas Kaki
dari Kayu dan Gabus
Sejenisnya

lanjutan Lampiran 9
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. Industri Kertas dan

Barang dari Kertas;
Percetakan dan 133,01 138,11 137,00 137,54 145,02
Reproduksi Media
Rekaman
129,51 133,31 136,34 139,07 145,03
Obat Tradisional
119,82 120,93 121,51 121,25 128,28
Karet dan Plastik
id
128,91 130,44 132,07 133,66 137,35
Bukan Logam
.
go
12. Industri Barang Logam; s.

Komputer, Barang
122,47 125,57 129,98 130,63 135,53
p
.b
Peralatan Listrik
w
137,57 139,60 142,89 146,36 148,58

Perlengkapan
w

//w

s:

tp
Lainnya; Jasa Reparasi

130,39 134,23 139,02 140,75 142,56
dan Pemasangan Mesin
ht
dan Peralatan

227,84 233,52 239,92 240,07 242,37
Produksi Es
Ulang
F Konstruksi 142,78 149,06 153,53 154,12 160,70

Sepeda Motor
Sepeda Motor dan 142,32 147,24 152,91 153,91 155,55
Reparasinya
Sepeda Motor
H 180,79 183,26 190,34 175,27 177,17
gan

lanjutan Lampiran 9
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Angkutan Rel 252,66 260,27 287,89 321,63 335,33
2. Angkutan Darat 147,50 148,47 148,97 153,45 156,97
3. Angkutan Laut 131,33 131,60 133,46 134,43 135,38

137,13 138,60 142,61 147,98 155,96
dan Penyeberangan
5. Angkutan Udara 302,35 310,91 368,58 319,71 318,09
id
dan Kurir
.
go
I 129,81 130,99 132,07 131,74 132,66
Makan Minum
p s.
155,33 154,71 155,15
.b

w

w

//w

s:

tp

ht
L Real Estat 132,01 135,50 138,67 139,94 140,49
sial Wajib

Q 132,27 134,73 137,02 141,46 144,47
Sosial
Nilai Tambah Bruto Atas Harga 137,09 142,33 144,60 143,97 152,63
Dasar
* Angka Sementara

Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto
Lampiran 10
Menurut Lapangan Usaha (persen), 2018-2021
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)

1,48 1,69 3,59 5,02
Pertanian
a. Tanaman Pangan 1,00 1,06 2,52 -5,62
c. Tanaman Perkebunan -0,07 1,18 6,82 15,24
id
d. Peternakan 3,87 2,60 1,64 2,73
.
go
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu s.

3,44
p
6,51 4,37 3,02
3. Perikanan 5,17 2,85 2,08 3,21

.b
B Pertambangan dan Penggalian 14,00 -5,25 -11,88 47,46

w
w

19,22 -1,69 -19,52 45,25
//w
Bumi
2. Pertambangan Batubara dan Lignit 19,31 -16,58 -18,82 99,78
s:
3. Pertambangan Bijih Logam 8,27 2,51 12,47 27,18

tp
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 0,43 1,83 2,16 1,00

ht
C Industri Pengolahan 3,17 1,97 1,32 2,99
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 7,42 2,45 -1,96 3,44
3. Industri Pengolahan Tembakau 4,27 3,37 2,35 0,75
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 2,98 2,89 2,40 0,67

3,07 2,90 1,11 0,63
Kaki
Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, 1,84 0,53 0,13 1,22
Percetakan dan Reproduksi Media 3,83 -0,80 0,39 5,44
Rekaman
8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 2,94 2,28 2,00 4,29
9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,92 0,49 -0,22 5,80
10. Industri Barang Galian Bukan Logam 1,19 1,25 1,20 2,76

lanjutan Lampiran 10
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
11. Industri Logam Dasar 3,35 1,37 -1,57 2,02

2,53 3,51 0,50 3,76
13. Industri Mesin dan Perlengkapan 1,48 2,35 2,43 1,52
14. Industri Alat Angkutan 1,40 2,48 0,92 2,35
15. Industri Furnitur 2,56 2,05 1,94 0,87

2,95 3,57 1,24 1,29
id
.
3,16 0,73 -0,57 0,18
go
1. Ketenagalistrikan 3,20 0,58 0,04 0,06
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 2,49

p s. 2,74 0,06 0,96

.b
E 0,60 0,26 0,34 1,33

dan Daur Ulang
w
F Konstruksi 4,40 3,00 0,38 4,27

w

//w
G 4,05 1,96 0,59 5,44

s:
3,46 3,85 0,66 1,06

Reparasinya
tp

4,20 1,51 0,79 6,36
ht
1. Angkutan Rel 3,01 10,61 11,72 4,26
2. Angkutan Darat 0,66 0,34 3,01 2,29
3. Angkutan Laut 0,21 1,41 0,73 0,71

1,07 2,90 3,76 5,40
Penyeberangan
5. Angkutan Udara 2,83 18,55 -13,26 -0,51

1,54 5,76 4,34 2,38
I 0,91 0,83 -0,25 0,70
Minum
2. Penyediaan Makan Minum 1,05 0,91 0,60 0,73

lanjutan Lampiran 10
Lapangan Usaha 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jasa Perantara Keuangan 3,87 1,66 -0,58 5,82
3. Jasa Keuangan Lainnya 3,21 3,04 2,01 1,58
L Real Estat 2,64 2,34 0,92 0,39
M,N Jasa Perusahaan 3,20 3,33 2,27 1,58
id
O 1,41 0,83 1,96 0,63
.
go

s.
1,86
p
1,70 3,23 2,13
RSTU Jasa lainnya 3,03 4,05 2,11 1,03

.b
Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar 3,82 1,60 -0,44 6,02
w
w
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 3,82 1,60 -0,44 6,02

//w
Produk Domestik Bruto 3,82 1,60 -0,44 6,02

s:
* Angka Sementara
tp
ht

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lampiran 11
Pengeluaran (miliar rupiah), 2017-2021
Jenis Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah

7 623 056,1 8 274 214,4 8 965 837,4 8 899 917,6 9 236 010,0
Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 160 594,4 180 893,3 206 094,5 201 361,9 207 766,7
3. Pengeluaran Konsumsi
1 239 469,7 1 338 638,6 1 394 615,1 1 474 067,7 1 551 706,6
Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap

4 370 574,8 4 791 211,3 5 121 371,3 4 897 049,7 5 227 853,9
Bruto
id
5. Perubahan Inventori 210 636,3 338 633,6 226 922,8 97 857,7 111 143,0
.
go
Diskrepansi Statistik#) - 150 283,1 73 763,8 - 11 772,6 - 374 188,9 178 292,1
6. Ekspor Barang dan Jasa 2 742 060,5 3 116 546,3

p s. 2 943 532,9 2 666 365,0 3 659 039,8
Dikurangi
.b
7. Impor Barang dan Jasa 2 606 283,0 3 275 145,3 3 013 944,2 2 424 413,2 3 201 022,9
w
w
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 13 589 825,7 14 838 756,0 15 832 657,2 15 438 017,5 16 970 789,2
//w
9. Pendapatan Neto Terhadap

Luar Negeri Atas Faktor - 430 605,8 - 442 183,7 - 481 321,1 - 412 365,0 - 452 533,9
s:
Produksi
tp
10. PRODUK NASIONAL BRUTO 13 159 219,9 14 396 572,3 15 351 336,1 15 025 652,5 16 518 255,3
ht
Dikurangi
11. Pajak atas Produksi dan Impor
685 963,0 730 653,0 791 060,4 716 702,7 801 060,0
Neto
Dikurangi
12. Konsumsi Barang Modal Tetap 2 430 937,4 2 800 030,2 3 168 101,1 2 943 805,0 3 146 409,1
13. PENDAPATAN NASIONAL 10 042 319,5 10 865 889,0 11 392 174,7 11 365 144,8 12 570 786,2
* Angka Sementara
#) Selisih antara PDB Lapangan Usaha dan PDB Penggunaan

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Lampiran 12
Pengeluaran (miliar rupiah), 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

5 379 628,6 5 651 456,3 5 936 399,5 5 780 223,4 5 896 697,4
Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 112 664,4 122 969,8 136 027,4 130 248,7 132 316,8
790 756,4 828 876,6 855 963,0 872 774,1 909 173,3
Pemerintah

3 228 763,0 3 444 310,3 3 597 664,1 3 419 181,6 3 549 218,8
Bruto
id
5. Perubahan Inventori 126 883,6 197 369,6 129 953,8 51 334,1 62 709,1
.
go
Diskrepansi Statistik#) 92 486,8 97 744,3 63 903,5 83 184,5 77 422,5
6. Ekspor Barang dan Jasa 2 146 564,5 2 286 394,9

p s. 2 275 488,3 2 090 273,4 2 592 682,3
Dikurangi
.b
7. Impor Barang dan Jasa 1 964 819,2 2 203 269,9 2 046 244,2 1 704 165,0 2 101 351,7
w
w
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 9 912 928,1 10 425 851,9 10 949 155,4 10 723 054,8 11 118 868,5
//w
* Angka Sementara
s:

tp
ht

Lampiran 13
Berlaku Menurut Pengeluaran (persen), 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

56,09 55,76 56,63 57,65 54,42
Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,18 1,22 1,30 1,30 1,22
9,12 9,02 8,81 9,55 9,14
Pemerintah

32,16 32,29 32,35 31,72 30,81
Bruto
id
5. Perubahan Inventori 1,55 2,28 1,43 0,63 0,65
.
go
Diskrepansi Statistik#) -1,10 0,50 -0,07 -2,42 1,06
6. Ekspor Barang dan Jasa 20,18 21,00

p s.18,59 17,27 21,56
Dikurangi
.b
7. Impor Barang dan Jasa 19,18 22,07 19,04 15,70 18,86

w
w
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

//w
* Angka Sementara
s:

tp
ht

Lampiran 14
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (persen), 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

54,27 54,21 54,22 53,90 53,03
Tangga
7,98 7,95 7,82 8,14 8,18
Pemerintah

32,57 33,04 32,86 31,89 31,92
Bruto
id
.
go
Diskrepansi Statistik#) 0,93 0,93 0,58 0,78 0,70
6. Ekspor Barang dan Jasa 21,65

p
21,93
s. 20,78 19,49 23,32
Dikurangi
.b
7. Impor Barang dan Jasa 19,82 21,13 18,69 15,89 18,90

w
w

//w
* Angka Sementara
s:

tp
ht

Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar
Lampiran 15
Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

201,35 218,54 236,81 235,07 243,95
Tangga
200,50 216,55 225,60 238,45 251,01
Pemerintah
205,40 225,17 240,68 230,14 245,69
Bruto
. id
6. Ekspor Barang dan Jasa 164,40 186,85 176,48 159,86 219,38
go
7. Impor Barang dan Jasa 169,49 212,99 196,00
s. 157,66 208,17
p
.b
* Angka Sementara
w

w
//w
s:
tp
ht

Lampiran 16
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

142,09 149,27 156,80 152,67 155,75
Tangga
127,92 134,08 138,47 141,18 147,07
Pemerintah
151,74 161,87 169,08 160,69 166,80
Bruto
id
.
go
7. Impor Barang dan Jasa 127,77 143,28
s. 133,07 110,82 136,65
p
.b
* Angka Sementara
w

w
//w
s:
tp
ht

Lampiran 17
Berlaku Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021
Jenis Pengeluaran 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,54 8,36 -0,74 3,78
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 12,64 13,93 -2,30 3,18
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,00 4,18 5,70 5,27
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,62 6,89 -4,38 6,76
5. Perubahan Inventori - - - -
id
6. Ekspor Barang dan Jasa 13,66 -5,55 -9,42 37,23
.
go
7. Impor Barang dan Jasa 25,66 -7,98 -19,56 32,03
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO 9,19

p s.6,70 -2,49 9,93
* Angka Sementara
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Lampiran 18
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,05 5,04 -2,63 2,02
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 9,15 10,62 -4,25 1,59
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,68 4,45 -4,96 3,80
6. Ekspor Barang dan Jasa
id
6,51 -0,48 -8,14 24,04
.
7. Impor Barang dan Jasa
go
12,14 -7,13 -16,72 23,31
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO

p
5,17 s. 5,02 -2,07 3,69
* Angka Sementara
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto Menurut Pengeluaran
Lampiran 19
(2010=100), 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

141,70 146,41 151,03 153,97 156,63
Tangga
156,74 161,50 162,93 168,89 170,67
Pemerintah
135,36 139,11 142,35 143,22 147,30
Bruto
. id
go
7. Impor Barang dan Jasa 132,65 148,65 147,29
s. 142,26 152,33
p
.b
* Angka Sementara
w

w
//w
s:
tp
ht

Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Bruto
Lampiran 20
Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,32 3,16 1,95 1,73
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3,20 3,00 2,04 1,57
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,76 2,33 0,61 2,84
6. Ekspor Barang dan Jasa
id
6,71 -5,10 -1,39 10,64
.
7. Impor Barang dan Jasa
go
12,06 -0,91 -3,41 7,08
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO

p
3,82 s. 1,60 -0,44 6,02
* Angka Sementara
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan
Lampiran 21
Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku, 2017-2021
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Produk Domestik Bruto, Miliar

13 589 825,7 14 838 756,0 15 832 657,2 15 438 017,5 16 970 789,2
Rupiah
2. Produk Domestik Bruto Per

51 891,2 55 992,1 59 317,9 57 269,8 62 236,4
Kapita, Rupiah
3. Produk Nasional Bruto, Miliar

13 159 219,9 14 396 572,3 15 351 336,1 15 025 652,5 16 518 255,3
Rupiah
4. Produk Nasional Bruto Per

50 246 959,1 54 323 612,8 57 514 617,6 55 740 065,0 60 576 877,6
id
Kapita, Rupiah
5. Pendapatan Nasional, Miliar
.
go
10 042 319,5 10 865 889,0 11 392 174,7 11 365 144,8 12 570 786,2
Rupiah
6. Pendapatan Nasional Per s.
38 345 435,5 41 001 034,0 42 681 403,3 42 160 825,2 46 100 448,3
Kapita, Rupiah
p
7. Jumlah Penduduk Pertengahan
.b
261 890,9 265 015,0 266 911,9 269 566,5 272 682,5
Tahun, Ribu Orang
w
* Angka Sementara
w

//w
s:
tp
ht

Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan
Lampiran 22
Perkapita Atas Dasar Harga Konstan, 2017-2021
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Produk Domestik Bruto, Miliar

9 912 928,1 10 425 851,9 10 949 155,4 10 723 054,8 11 118 868,5
Rupiah
2. Produk Domestik Bruto Per

37 851 369,3 39 340 610,5 41 021 607,5 39 778 889,4 40 775 876,3
Kapita, Rupiah
3. Jumlah Penduduk Pertengahan

261 890,9 265 015,0 266 911,9 269 566,5 272 682,5
Tahun, Ribu Orang
* Angka Sementara
id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan
Lampiran 23
Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (persen), 2018-2021
Uraian 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Produk Domestik Bruto 9,19 6,70 -2,49 9,93
2. Produk Domestik Bruto Per Kapita 7,90 5,94 -3,45 8,67
3. Produk Nasional Bruto 9,40 6,63 -2,12 9,93
4. Produk Nasional Bruto Per Kapita 8,11 5,87 -3,09 8,68
id
5. Pendapatan Nasional 8,20 4,84 -0,24 10,61
.
go
6. Pendapatan Nasional Per Kapita 6,93 4,10 -1,22 9,34
p s.
7. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 1,19 0,72 0,99 1,16
.b
w
* Angka Sementara
w
//w
s:
tp
ht

Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan
Lampiran 24 Pendapatan Perkapita Atas Dasar Harga Konstan (persen),
2018-2021
Uraian 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Produk Domestik Bruto 5,17 5,02 -2,07 3,69
2. Produk Domestik Bruto Per Kapita 3,93 4,27 -3,03 2,51
3. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 1,19 0,72 0,99 1,16
* Angka Sementara
id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

NATIONAL INCOME OF
INDONESIA
2017-2021
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

ht
01
tp
s:
//w
w
w
INTRODUCTION
.b
ps.
go
.id
Acceleration of Covid-19 Vaccination until the end of 2021 triggers an
increase in people’s mobility and final consumption to encourage national
economic recovery
79.3% 54.7% 0.6% 3.7%

1st vaccine 2nd vaccine 3rd vaccine economic growth
Vaccination achieved from total Thriving positively after
target of 280,2 Million people plummeted to -2,1% in 2020
280 Million IDR 16,970.8 T

vaccine dose GDP at Current Prices
Successfully Rising up by
injected by the end IDR 1.532,7 T
of 2021 COVID 19 Compared to 2020
VACCINE
* Information regarding to vaccination obtained from the

Ministry of Health
id
INDONESIA ECONOMIC GROWTH
.
go
TO OTHER COUNTRIES, 2021
s.
* Source : International Monetary Fund, World Economic Output Database, April 2022
p
.b
w
w
//w
UNITED ENGLAND JAPAN

STATES 5.3% 3.3%
s:
6.4%
tp
INDONESIA
ht
3.7%
MALAYSIA SINGAPORE THAILAND
6.5% 7.6% 2.6%
GDP & NATIONAL INCOME COMPARISON, 2021

* In Trillion Rupiah
16,970.8
15,832.7 15,438.0
13,589.8
14,838.8 The contrasts between
11,392.2
12,570.8 GDP &
11,365.1
10,042.3
10,865.9 National Income
managed to shrink in
2020
However, it starts to
splayed by 2021
2017 2018 2019 2020* 2021**

Indonesia GDP Indonesia National Income
1.1. An Overview of Indonesia Economy
Describing the circumstances of the Indonesian economy can be observed

by the state of its structure and growth derived from GDP indicators. The economic
structure of Indonesia shows the role of each industry as well as the expenditure
components in generating GDP. From the industry side, the structure of the Indonesian
economy shows insignificant changes from 2017 to 2021. Manufacturing has always
been dominating the Indonesian economy. Other industries that immensely contributed
to the Indonesian economy, respectively, are Agriculture, Forestry, and Fishing as well
as Wholesale and Retail Trade-Repair of Motor Vehicles and Motorcycles. In 2021,
the contribution of each of these industries to the Indonesian economy will be 19.25
id
percent; 13.28 percent; and 12.97 percent.
.
go
From the expenditure side, the structure of the Indonesian economy shows
p s.
insignificant changes during the 2017-2021 period. During these five years, the
.b
Household Final Consumption Expenditure (HFCE) has always been the greatest
w
contributor to the Indonesian economy. In 2021, the HFCE component contributed

w
//w
54.42 percent, which accounts for more than half of Indonesia’s GDP. Thenceforth,
the Gross Fixed Capital Formation (GFCF) and Exports of Goods and Services each
s:
tp
contribute to the Indonesian economy by 30.81 percent and 21.56 percent.

ht
The Indonesian economy, which had been diminishing due to the COVID-19
pandemic, began to show an improvement in 2021, it managed to grow by 3.69
percent after shrinking to 2.07 percent in the previous year. This acceleration of the
economic growth rate has been adhered to by almost all industries and components
of expenditure.
Of these 17 categories of existing industries, 14 of them managed to

experience an accelerated growth rate in 2021 compared to 2020. The industries
with the most rapid growth rate were Transportation and Storage grew by 3.24
percent after previously shrinking by 15.05 percent. The Accommodation and Food
Services Activities categories also experienced rapid growth of 3.89 percent after
a quite deep contraction of 10.26 percent in the previous year. One of the driving
factors which accelerate this growth is the increase in people’s mobility and the easing
of several public activities after previously imposed strict restrictions to prevent the

spread of COVID-19.
Compared to the categories mentioned above, some industries have

experienced a setback in their growth rate. One of them is Human Health and Social
Work Activities, which decelerated from 11.56 percent in 2020 to 10.46 percent in
2021. Likewise, Information and Communication growth declined from 10.61 percent
to 6.81 percent. It is due to the relaxation of public activities outside the home,
resulting in a reduction in the use of Information and Communication products (internet
services) also improvements in the treatment so that patients are less exposed to
COVID-19. Nonetheless, these two industries still have the highest economic growth
rate in Indonesia by 2021.
id
In contrast to the industries, all expenditure components have achieved the
.
go
acceleration of economic growth. The highest growth rate occurred in the Export of
Goods and Services at 24.04 percent in 2021 after shrinking by 8.14 percent in
s.
p
2020. The driving factor for accelerating the growth is the global economic recovery,
.b
especially for some of Indonesia’s major trading partner countries. The Import of
w
w
Goods and Services as a deduction factor for GDP by expenditure flourished by

//w
23.31 percent in 2021 after plummeting to 16.72 percent in the previous year. The
s:
Government Final Consumption Expenditure Component (GFCE) continues to preserve

tp
positive growth from 1.96 percent in 2020 to 4.17 percent in 2021. Government
ht
spending on goods and services in regards to accelerating the payments for several
national economic recovery programs has supported the growth.
Besides Indonesia, the Association of Southeast Asia Nations (ASEAN)

countries has also experienced economic recovery due to the COVID-19 Pandemic.
Based on reports from the International Monetary Fund (IMF), almost all countries
in ASEAN will encounter an accelerated growth rate by 2021. ASEAN-5 consists
of Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, and the Philippines managed to grow
positively by 4.92 percent after contracting by 3.39 percent. The highest economic
growth has occurred in Singapore at 7.61 percent after contracting by 4.14 percent.
Meanwhile, Myanmar experienced a growth rate contraction of 8.89 percent after
2020 it managed to maintain positive growth of 3.19 percent. The economic growth
rate of ASEAN countries is shown in Table 1.1.

Table 1.1 Economic Growth of ASEAN Countries, 2018-2021 (percent)
Country 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Indonesia 5.17 5.02 -2.07 4.30
2. Malaysia 4.77 4.30 -5.59 6.50
3. Philippines 6.34 6.04 -9.51 6.89
4. Thailand 4.19 2.27 -6.09 2.56
5. Vietnam 7.08 7.02 2.91 6.50
ASEAN-5 5.35 4.85 -3.39 4.92
6. Brunei Darussalam 0.05 3.87 1.20 1.65
7. Cambodia 7.53 7.05 -3.53 4.16
id
8. Myanmar 6.41 6.75 3.19 -8.89
.
9. Lao PDR 6.29 4.65 -0.44 4.64
go
10. Singapore 3.66 1.10 -4.14 7.61
s.
Source : International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, April 2022
p
.b
Signals of economic recovery also occur globally. In 2021, the economy

w
relished positive growth of 6.03 percent after contracting by 3.27 percent. Countries
w
//w
with advanced economies, such as the G7, were able to thrive by 5.38 percent
after plummeting to 5.05 percent. The country with the highest economic growth was
s:
the United States at 6.39 percent after shrinking by 3.51 percent. Meanwhile, the
tp
ht
country with the fastest economic growth was the UK which grew by 5.34 percent
after experiencing a contraction of 9.92 percent.

Table 1.2 Economic Growth of G7 Countries, 2018-2021 (percent)
Country 2018 2019 2020 2021

(1) (2) (3) (4) (5)
United States 3.00 2.16 -3.51 6.39
Japan 0.56 0.27 -4.83 3.25
Canada 2.43 1.86 -5.40 5.05
United Kingdom 1.25 1.43 -9.92 5.34
Germany 1.27 0.56 -4.90 3.60
France 1.87 1.49 -8.23 5.81
Italy 0.94 0.29 -8.87 4.15
Euro Area 1.88 1.29 -6.60 4.43
G7 2.11 1.50 -5.05 5.38
id
World 3.57 2.76 -3.27 6.03
.
go
Source : International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, April 2021
s.
1.2. Definition of National Income
p
.b
w
w
National income is one of the indicators that plays a significant role in

//w
describing the relationship between the welfare or prosperity of a country and its
s:
economic conditions. Welfare measures and economic linkages are depicted by the
tp
ability to produce various products, create income, consume, and increase the assets
ht
owned by the people of a country over a period of time.
National income is specified as all income received by the people of a country

at a certain time. Income creation in this indicator is closely related to production
factor income. Income from production factors is income or payments in the form
of remuneration for labor (such as wages and salaries) and non-labor (interest,
dividends, royalties, and compensation for ownership of other factors of production).
This income is a source of financing for people’s lives. If the products produced in the
economy are linked to people’s consumption patterns and behavior, then national
income can be a proxy for the measure of prosperity.
National income also indicates the potential income received by the

community according to the source of income. The income generated by a country

is not necessarily fully enjoyed by the people of that country. There is income that
flows outside the territory of a country, but there is also income received from other
countries. Therefore, the concept of national income explains the income from all
remuneration for production factors received by the resident community, both from
domestic and foreign economic activities minus payments to non-resident communities.
1.3. Linkage of National Income and Gross Domestic Product
Based on the 2008 SNA, national income and GDP are two different concepts.
First, from the approach, national income refers to the income approach concept
whereas GDP refers to the production approach concept. Second, in terms of the
. id
calculation method in the Full Sequence of Accounts (FSA) framework, GDP is derived
go
from the goods and services production accounts whereas national income derived by
s.
the allocation of primary income accounts.
p
.b
Despite its distinct concept differences, GDP plays a prominent role in

w
producing indicators of national income. The steps for obtaining an indicator of

w
//w
national income from GDP are as follows :

s:
a. Gross National Income (GNI)

tp
GNI is the initial indicator for obtaining national income figures. This indicator
ht
is acquired from GDP plus compensation of employees, property income,

and net taxes on production received from abroad minus compensation of
employees, property income, and net taxes on production used abroad. In
other words, GNI is obtained from GDP plus primary income received from
non-residents minus income paid to non-residents.
b. Net National Income (NNI)

NNI is the net value (balancing) of primary income added up for all economic
sectors. It is obtained from the reduction between GNI and fixed capital
consumption. At the total economic level, this indicator is described as National
Income.

c. Net National Disposable Income (NNDI)
NNDI is an indicator used to see the influence of foreign countries on the
national economy. This influence meant to consider the current account received
from abroad and paid out abroad. NNDI is obtained from NNI plus current
transfers received from abroad minus current transfers paid abroad.
National income and GDP indicators can be reduced to several derivative

indicators that are useful for observing certain conditions of the economy in a country.
The following lists derivative indicators of national income and GDP and their uses :
a. GDP by industry at current prices

GDP at current prices is referred to as the distribution of GDP. This indicator
id
depicts the economic structure or the role of each business category in a
.
go
country. Industries with a substantial role will indicate the economic base
of a country. s.
p
.b
b. GDP by industry at constant prices

w
GDP by industry at constant prices shows the overall rate of economic

w
growth from each industry category from year to year.

//w
c. GDP by expenditure at current prices

s:
GDP by expenditure at current prices shows the role of institutions in using

tp
goods and services produced by various economic industries.

ht
d. GDP by expenditure at constant prices

GDP by Expenditure at constant prices measures the growth rate of
consumption, investment and foreign trade.
e. GNI at current prices

GNI at current prices indicates the income that is possibly enjoyed by
residents of a country.
f. GDP and GNI per capita at current prices

GDP and GNI per capita at current prices show the value of GDP and
GNI per person. This indicator could roughly estimate the income of every
resident in a country.

g. GDP and GNI per capita at constant prices
GDP and GNI per capita at constant prices indicate the real economic
growth per capita of the population of a country.
Gross Domestic Product (GDP) is an economic indicator commonly used

by many countries for various purposes compared to Gross National Income. In
Indonesia, GDP plays a pivotal role in policy-making, for example, as an economic
growth projection tool to determine the Medium-Term Development Plan (RPJMN).
In addition, GDP is also used by many international organizations to see the health
and economic level of a country. GDP per capita could also be used to portray the
development and prosperity of the people of a country. Although national income
is a more unequivocal indicator to describe the level of welfare of a country, GDP
. id
is still widely used because its calculation process is convenient and conducive when
go
comparing it to other countries. Given these conditions, this publication will further
s.
discuss the calculation method and analysis of the economic structure based on the
p
.b
GDP indicator.
w
w
1.4. Writing Method

//w
s:
The 2017-2021 National Income of Indonesia publication provides an

tp
overview of the Indonesian economy based on the results of calculations from several
ht
macroeconomic indicators. This publication will contain a general notion of national

income and its correspondence with GDP, calculation methods, and an analysis of the
Indonesian economic structure based on GDP by industry and expenditure. The area
of coverage in this publication is limited to the national level. Meanwhile, the period
to be discussed is limited from 2017 to 2021. In general, the coverage and writing
methods of this publication are:
1. To present a general definition of national income and its relation to GDP as
a macroeconomic indicator;
2. To present the scope and methods used in calculating GDP by industries and
expenditures;
3. To present an overview of the structure of the Indonesian economy according
to GDP by industry and GDP by expenditures; and
4. To present tables related to indicators of national income and GDP.

Meanwhile, the 2017-2021 National Income of Indonesia Publication is
presented in four chapters as the following :
a. Chapter I Preliminary
This chapter contains a brief explanation of national income and its relation
to GDP, an overview of the Indonesian economy and its comparisons with
other countries, and the scope and writing methods.
b. Chapter II Coverage and Methodology

This chapter covers the scope for each industry as well as the components of
economic expenditure and the calculation method used to organize GDP by
industry and expenditure.
id
c. Chapter III Analysis of GDP by Industry
.
go
This chapter will explain a general analysis of the structure of the Indonesian
s.
economy and its development based on the calculation of GDP by industry.
p
.b
d. Chapter IV Analysis of GDP by Expenditure

w
This chapter will explain a general analysis of the structure of the Indonesian
w
//w
economy and its development based on the results of calculating GDP by

expenditure.
s:
tp
ht

02
COVERAGE
AND
CALCULATION METHOD
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
NOTE
,
Income
P ro d uction, pproach
The re a me
penditu a
and Exroduced the s
will p value
GDP
GDP
d
Production P base
shes aGcDhes:
Gross p u b li
BPS wo appro and By
+
on t roduction
Domestic By Penditure
Exp
Product Total value-added of
goods & services
Net Taxes
on Products
at basic price
can be calculated by
3 id
INCOME
.
+ + + go
p s.

.b
Compensation Gross Gross Net Taxes

w
of Employees Operating Mixed Income on Production

Surplus & Import
w
APPROACH
//w
EXPENDITURE
s:
+ + + +
tp
ht
Household Final NPISHs Final Government Final GFCF Net

Consumption Consumption Consumption Export
Expenditure Expenditure Expenditure
GDP is used to generate

INDIcators of NATIONAL INCOME
GDP + GNI - - = NNI

GROSS Net Taxes Fixed Capital
Net Income on Production Consumption
NATIONAL NET NATIONAL INCOME
GROSS DOMESTIC Production Factor and Import
INCOME
PRODUCT From Abroad
=
2.1. Coverage
This section will describe the coverage used in the compilation of GDP by
industry and expenditures. It contains the technical explanation of the kind of economic
activity which covered for each industry or component of GDP. In establishing the
coverage for industries and other components of GDP, it is all according to the 2008
System of National Accounts (SNA) with several adjustments based on economic
conditions in Indonesia.
2.1.1. Coverage of GDP by Industry
The industries included for compiling the GDP will be grouped into 17
. id
categories of industries. The following section will explain the coverage for each
go
industry. s.
p
A. Agriculture, Forestry, and Fishing
.b
This category includes any cultivation obtained from nature and constitutes
w
w
biological (living) objects or goods which the results can be used for own consumption
//w
or to be sold to others. The cultivation includes activities whose main objective is to

s:
meet their own needs (subsistence), such as in food crops activities. This category
tp
includes several sub-categories :

ht
1. Crop, Animal Production, Hunting and Related Service Activities

2. Forestry and Logging
3. Fishing
B. Mining and Quarrying

The coverage of this category includes a kind of activities for mining and
excavation. Some of the activities covered are excavation, drilling, filtering, washing,
selecting and extracting all kinds of mining goods, minerals and minerals available
in nature, whether in the form of solid, liquid or gas. The nature of these activities is
to create use value from mining and excavated goods so that they can be used, sold,
or further processed.

The Mining and Quarrying category are divided into four sub-categories :
1. Extraction of Crude Petroleum, Natural Gas and Geothermal
2. Mining of Coal and Lignite
3. Mining of Iron Ores
4. Other Mining and Quarrying
C. Manufacturing
The Manufacturing category includes economic activities in the field of chemical
or physical changes from materials, elements, or components into new products. The
raw materials for manufacturing come from agricultural, forestry, fisheries, mining,
or quarrying products. The manufacturing also includes changing materials into new
products by hand, printing activities or selling products made at the same place where
. id
the product old and units that process materials from other parties on a contract
go
basis. This industry includes several sub-categories :
s.
p
1. Manufacture of Coal Products, Oil and Gas Refineries
.b
2. Manufacture of Food Products and Beverages

w
w
3. Manufacture of Tobacco Products

//w
4. Manufacture of Textiles and Wearing Apparel

s:
5. Manufacture of Leather and Related Product

tp
6. Manufacture of Wood and of Products of Wood and Cork, Except Furniture;

ht
Manufacture of Articles of Straw and Plaiting Materials

7. Manufacture of Paper and Paper Products; Printing and Reproduction of
Recorded Media
8. Manufacture of Chemicals, Pharmaceuticals and Botanical Products
9. Manufacture of Rubber and Plastic Products
10. Manufacture of Other Non-Metallic Mineral Products
11. Manufacture of Basic Metals
12. Manufacture of Fabricated Metal Products, Except Machinery and Equipment;
Computer, Electronic, Optical Products and Electrical Equipment
13. Manufacture of Machinery and Equipment
14. Manufacture of Transport Equipment
15. Manufacture of Furniture
16. Other Manufacturing; Repair and Installation of Machinery and Equipment

D. Electricity, Gas, Steam and Air Conditioning Supply
This category includes activities related to electricity as well as gas procurement
and production. The activities covered by electricity are the generation, transmission,
and distribution of electrical energy to end consumers. Meanwhile, activities for gas
procurement and production consist of natural and artificial gas, steam / hot water,
cold air, and ice production. These industries can be grouped into two sub-categories:
1. Electricity
2. Gas Supply and Production of Ice
E. Water Supply, Sewerage, Waste Management and Remediation Activities

This category is related to the management of various forms of waste/
id
garbage that can pollute the environment. The results of this waste/garbage or
.
go
sewage process will be disposed of or become input in other production processes.
Water supply activities are included in this category because they are often carried
s.
p
out in activities or by units involved in waste/sewage management.
.b
w
F. Construction
w
The activities covered by the Construction industry are business activities in

//w
the field of general construction as well as special construction, whether used as a

s:
residence or as a means of other activities. This industry includes new works, repairs,
tp
additions and changes, construction of buildings or structures at the project site, and
ht
construction that is temporary.
G. Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles

This industry comprises all activities related to cars and motorbikes (including
lorry and trucks), both wholesale and retail trade, maintenance, and repair of cars
and motorbikes. This industry also covers economic activities in the field of wholesale
and retail trade (i.e. sales without technical changes) of various types of goods
and providing fees for services that accompany the sale of these goods. Both
wholesale (wholesale trade) and retail sales are the final stages in the distribution of
merchandise. In general, this industry is divided into two sub-categories as follows :
1. Wholesale and Retail Trade and Repair of Motor Vehicle and Motorcycle
2. Wholesale and Retail Trade, Except of Motor Vehicles and Motorcycle

H. Transportation and Storage
This category includes the provision of passenger or freight transportation using
railways, pipelines, road, water, or air and other activities related to transportation.
It also includes the rental of transportation equipment with drivers or operators, as
well as postal and courier activities. This category consists of several sub-categories :
1. Railways Transport
2. Land Transport
3. Sea and Coastal Water Transport
4. Inland Water Transport
5. Air Transport
6. Warehousing and Support Activities for Transportation; Postal and Courier
. id
Activities
Accommodation and Food Service Activities

go
I.
p s.
This category includes activities of providing accommodation services and
.b
preparation of food and beverages. The activities of providing accommodation

w
w
include the activities of short-term accommodation for visitors and also longer
//w
accommodation for students, workers, and so on. Meanwhile, the preparation of

s:
food and beverages includes food and beverages for immediate consumption.
tp
However, it does not include the provision of long-term accommodation such as the
ht
main residence, as well as the preparation of food or beverages not for immediate
consumption or through wholesale and retail trading activities.
The category for accommodation and food service activities are grouped
into two sub-categories :
1. Accommodation
2. Food and Beverage Service Activities
J. Information and Communication

This category includes all activities in providing information as well as
communication activities. Some of the activities involved in providing information
are the publishing industry activities (including software publishing); motion picture
production, video, sound recording, and music publishing industrial activities; as well as
broadcasting and programming (radio and television) industry activities. Meanwhile,

the activities included in the provision of telecommunications are the activities of
providing telecommunications and service activities; programming industry activities;
computer consulting; as well as activities to provide expert services in the field of
information technology.
K. Finance and Insurance Activities

This category includes service activities or the provision of financial services as
well as the provision of insurance services. Some of the activities covered by financial
services include central banks, banking, savings and loan cooperatives, pawnshops,
venture capital, money markets (stock exchange), clearing and guarantee institutions,
and currency exchange services. Meanwhile, insurance activities include insurance,
reinsurance, and pension fund activities.
. id
go
The Information and Communication Business Field can be grouped into
several sub-categories : s.
p
.b
1. Financial Intermediary Services

w
2. Insurance and Pension Fund

w
3. Other Financial Services

//w
4. Financial Support Services

s:
tp
L. Real Estate Activities

ht
The activities covered in this category include rental activities, agents and/
or intermediaries in sales or purchases, leasing, and the provision of other real
estate services. The activity of providing real estate services can be carried out on
one’s own or based on remuneration or contract. This category includes construction
activities that integrate with the maintenance or leasing of the building, owner-
occupied and occupied real estate, and real estate building management activities.
M,N. Business Activities

Business Activities is a combination of 2 (two) categories, namely the
Professional, Scientific, and Technical Services (M) category as well as the category
of Business Leasing and Leasing Services without Option Rights, Employment, Travel
Agencies, and Other Business Supports (N). Category M includes activities that
require a high level of training and result in specific knowledge and skills available
to users. Activities that fall into the M category include legal and accounting services,

architectural and civil engineering services, advertising and market research, other
professional, scientific, and technical services. Category N includes various activities
that support business operations in general. Category N include leasing and leasing
services without option rights, employment services, travel agency services, tour, and
other reservation services, security and investigation services, services for buildings
and landscaping, office administration services, and support services. offices and
other business support services.
O. Public Administration and Defence, Compulsory Social Security

This category includes all ministries and non-ministries, high state agencies/
institutions, offices, and agencies related to government administration and defense.
This includes administrative activities in schools, universities, and government
. id
hospitals. This category covers all levels of government, both central and local.
Education
go
P.
p s.
This category includes educational activities at various levels and for a
.b
variety of occupations, either orally or in writing as well as with various means

w
w
of communication. This category also includes teaching primarily about sports,

//w
entertainment, and educational support activities.

s:
Q. Human Health and Social Work Activities

tp
This category covers the provision of health services and social activities in the
ht
form of health services provided by trained professionals in hospitals and other health
facilities to home care activities involving the level of health service activities to social
activities that do not involve professional health workers. This category also includes
social activity services such as orphanages, nursing homes, and others identified as
Non-Profit Institutions Serving Households (NPISHs) with non-market output.
R, S, T, U. Other Service Activities

Other Service Activities have a wide range of activities including arts,
entertainment, and recreation; repair services for computers and personal needs and
household equipment; individual services serving households; activities that produce
goods and services that are used by households to fulfill their own needs; Other
private services include the activities of international agencies, such as the United
Nations and UN agencies, Regional Bodies, IMF, OECD, and others.

2.1.2. Coverage of GDP by Expenditure
By definition, GDP by expenditure represents the use of goods and services for
consumption. Specifically, the final consumption of goods and services is implemented
in six components of expenditure. The following will explain the description and
coverage for each component.
1. Household Final Consumption Expenditure (HFCE)

Households are defined as individuals or groups of individuals who live
together in a residential building. They collect income, have assets and liabilities, and
consume goods and services collectively, especially for food and housing groups.
Household consumption expenditure is expenditure on goods and services by resident
id
households for the purpose of final consumption. Meanwhile, final consumption meant
.
go
is the consumption of goods and services to meet household needs. Household final
s.
consumption include :
p
.b
1. The value of goods and services derived from purchases;

w
2. The estimated value of the barter transaction;

w
3. The estimated value of goods and services provided by the employers as

//w
part of compensation for the employees;

s:
4. The estimated value of goods and services produced for own consumption
tp
ht
2. Nonprofit Institutions Serving Households (NPISHs) Final Consumption

Expenditure
NPISHs is a Non-Profit Institution (NPI) that provides goods and services for
free or at an economically insignificant price level to its member or households and
uncontrolled by the government. NPISHs are divided into six types of institutions,
namely :
1. Social Organizations
2. Community organizations
3. Professional organizations and trade unions
4. Cultural, sports and recreation organizations
5. Political parties
6. Religious institutions

NPISH’s final consumption equals to the value of non-market output or
production costs incurred minus the sales of goods/services in carrying out service
activities to the community, members of the organization, or specific community
groups. NPISH production costs are equal to the value of intermediate consumption
plus primary costs (employee compensation, consumption of fixed capital, and other
taxes less subsidies on production). Production costs are costs incurred by institutions for
the use of goods and services and factors of production, plus the value of goods and
services originating from their own production or gifts from other parties (transfers).
3. Government Final Consumption Expenditure (GFCE)

Government is an institutional unit constituted by the political process and has
the authority of legislative, judicial, and executive institutions over other institutional
. id
units within a country/region. Within an economy, government units act as consumers,
go
producers, and regulators who enact various fiscal and monetary policies. As a
s.
consumer, government fulfills consumption activities for final goods and services.
p
.b
Meanwhile, as a producer, the government provides goods and services to individuals

w
or society for free or at economically insignificant prices.

w
Government Final Consumption Expenditures are expenses on goods and

//w
services incurred by the government for final consumption that consists of collective
s:
and individual consumption expenditures. The collective consumption expenditures

tp
are all costs incurred by the government to produce goods and services that are
ht
not limited in number and accessible to the communities, for example, defense and
security services by the Army/Police. Meanwhile, individual consumption expenditures
are all costs incurred by the government to produce goods and services that are
limited in numbers and could only be consumed if certain conditions are met (in terms
of prices), for example, health services in hospitals/health centers and educational
services at schools/universities.
4. Gross Fixed Capital Formation (GFCE)

Gross Fixed Capital Formation is defined as the addition and reduction of
fixed assets in a production unit. The addition of capital goods includes procurement,
manufacture, and purchase (new capital goods from within the country as new and
used capital goods from abroad), including major repairs, transfer or barter of
capital goods, financial leasing, and growth of cultivated biological resource assets.

Meanwhile, the reduction of capital goods includes sales, transfers, or barters of
capital goods to other parties and financial leasing. As an exception, losses caused
by natural disasters are excluded from the recording (as reduction).
5. Changes in Inventories
Inventories are defined as assets in the form of goods and services that are
stored for sales, use in production activities, or other uses in the future. Inventories are
grouped into five types :
1. Raw and auxiliary materials;
2. Work-in-progress;
3. Finished goods;
4. Items for re-sale;
. id
5. Military inventories.
go
Changes in inventories show transactions that occurred within the inventory.
s.
Changes in inventories explain changes in the position of inventory items which means
p
.b
an increase (positive sign) or a decrease (negative sign). Changes in inventories are

w
measured by subtracting the value of goods entering the inventory from those leaving
w
the inventory, and also deduct the value of losses from inventory items that come
//w
regularly. However, it does not include extraordinary losses of an irregular nature

s:
such as fire, theft, and pest attacks.

tp
ht
6. Export and Import of Goods and Services

Exports-imports are defined as the ownership transfer (economically) of goods
and services between residents and non-residents of an economy. An institutional unit
is defined as a resident of the economic area of a country when the institutional unit
has predominant economic interests within the economic area, and this institutional unit
is involved in economic activities or transactions over a period of time, generally set
at least one year. Exports-imports use the principle of recording on an accrual basis
where goods are recorded when there is a transfer of ownership whose approach is
to use the time of recording on customs documents while services are recorded when
provided or rendered.

2.2. Methodology
Conceptually, GDP is calculated by the three methodology approach :
a. Production Approoach
GDP is the total value-added of goods and services produced by
the various units of production in a country over a certain period (usually
one year) plus net taxes on products.
b. Income Approach
GDP is the amount of remuneration received by the factors of
production that participate in the production process in a country in a
certain period (usually in one year). The components of remuneration
. id
received are in the form of workers’ compensation, gross operating surplus,
go
gross mixed-income, and tax-less subsidies on production and imports.
s.
p
c. Expenditure Approach
.b
GDP is the total estimation of all components of final demand

w
w
consisting of:
//w
(1) Household Final Consumption Expenditure

s:
(2) NPISHs Final Consumption Expenditure

tp
(3) Government Final Consumption Expenditure

ht
(4) Gross Fixed Capital Formation

(5) Changes in Inventories
(6) Net Export (Exports Less Imports)
The calculation of GDP from various approaches includes distinct methods,

coverage, and data sources used. These diversities are intended to ensure consistency
and completeness not only in producing and controlling the feasibility of estimation
but also in providing more benefits in conducting GDP analysis.
Whichever approaches are used in the calculation, either production, income,

or expenditure, GDP will yield the same value. It is because what an economy
produces is the same as what is used in the economy. For Indonesia, GDP is calculated
based on two approaches which are production and expenditure. Meanwhile, the
calculation based on the income approach is still in an experimental stage using the

Supply and Use Tables (SUT) framework. Through this framework, a consistent GDP
for the three approaches will be obtained.
The calculation of GDP, both by industry and expenditure, is divided into GDP
at current prices and GDP at constant prices. GDP at current prices is calculated
based on the price prevailing at the time of the year. The resulting GDP is called
Nominal GDP. Meanwhile, GDP at constant prices is calculated at fixed prices (prices
in the base year). The resulting GDP is called Real GDP. The base year used for the
calculation is 2010.
2.2.1. GDP by Industry
id
A. GDP at Current Prices
.
go
GDP at current prices is calculated using the production approach, which is
s.
the sum of the value added of goods and services produced by various production
p
units in the region/country within a certain period.
.b
w
w
//w
s:
Where as:
tp
GVA is the gross value added obtained from output minus intermediate consumption,
ht
which will be written in the following formula :
Based on the SNA 2008 guidebook, GDP by industry is defined as the sum of
gross value added to taxes on products minus subsidies on products. Taxes on products
are taxes paid per unit of goods or services. This tax can be the sum of money per
quantity of goods or services or a tax which value computed as a percentage of the
price per unit or the total value of the goods and services transacted. Subsidies for
products are subsidies paid per unit of goods or services. Subsidies for products can
also be in the form of a specific value or a percentage of the value of the goods and

services produced. In addition, subsidies for products can also be calculated as the
difference between a certain price and the actual market price paid by the buyer.
Based on the information above, the formula for calculating GDP by industry can be
written as follows :
B. GDP at Constant Prices

GDP at constant prices is, in principle, the same as GDP at current prices,
which is the sum of value-added for goods and services produced by various
id
production units in the region/country within a certain period. However, the method
.
go
of calculating GVA on GDP at constant prices is different from GVA at current prices.
s.
Several approaches that can be used to calculate it are :
p
.b
1. Revaluation Method
w
Constant price output is calculated based on the price in the base year or it
w
//w
can be written as follows :

s:
tp
ht
2. Extrapolation Method
Constant price output is calculated based on the production index or it can
be written as follows :
3. Deflation Method
Constant price output is calculated by dividing the current price output against
the production index or it can be written as follow:
Constant Prices Outputt = Current Price Outputt/Prices Indext

Constant Prices GVAt = Current Price Outputt- Intermediet Consumptiont

4. Double Deflation Method
Constant price output is calculated by dividing the current price output against
the production index. In addition, consumption between constant prices is obtained
from dividing consumption between current prices and the price index. So, it can be
written as follow:
Constant Prices Outputt = Current Price Outputt/Prices Indext
Constant Intermediet Costt = Current Prices Intermediete Consumptiont/Prices Indext
Constant GVAt = Constant Outputt - Intermediete Consumptiont
C. Calculation Method for GVA Current Prices and GVA Constant Prices by
Industry
. id
go
The following table presents the calculation method of GVA at Current Prices
and GVA at Constant Prices for 52 industries as the basis for compiling GDP by
s.
p
industry approach.
.b
w
Calculation Method for GVA Current Prices and GVA

Table 2.1
w
Constant Prices by Industry

//w
Industry GVA Current Prices GVA Constant

s:
tp
(1) (2) (3)

A Agriculture, Forestry, and Fishing
ht
1. Crop, Animal Production, Hunting and

Production Approach Revaluation Method
Related Service Activities
a. Food Crops Production Approach Revaluation Method
b. Horticultural Crops Production Approach Revaluation Method
c. Plantation Crops Production Approach Revaluation Method
d. Animal Production Production Approach Revaluation Method
e. Agriculture and Hunting Related
Service Activities
2. Forestry and Logging Production Approach Revaluation Method
3. Fishing Production Approach Revaluation Method
B Mining and Quarrying Production Approach Revaluation Method
1. Extraction of Crude Petroleum, Natural
Gas and Geothermal
2. Mining of Coal and Lignite Production Approach Revaluation Method
3. Mining of Iron Ores Production Approach Deflation Method
Estimated based
Estimated based on
4. Other Mining and Quarrying on Special Survey
Special Survey Results
Results

(1) (2) (3)

C Manufacturing
1. Manufacture of Coal Products, Oil and
Gas Refineries
a. Manufacture of Coal Products Production Approach Revaluation Method
Extrapolation
b. Oil and Gas Refineries Production Approach
Method
2. Manufacture of Food Products and Extrapolation
Production Approach
Beverages Method
Extrapolation
3. Manufacture of Tobacco Products Production Approach
Method
4. Manufacture of Textiles and Wearing Extrapolation
Production Approach
Apparel Method
id
5. Manufacture of Leather and Related Extrapolation
Production Approach
.
Product Method
go
6. Manufacture of Wood and of Products
of Wood and Cork, Except Furniture; s.
Production Approach
Extrapolation
Manufacture of Articles of Straw and Method
p
Plaiting Materials
.b
7. Manufacture of Paper and Paper

w
Extrapolation
Products; Printing and Reproduction of Production Approach
Method
w
Recorded Media
//w
8. Manufacture of Chemicals, Extrapolation

Production Approach
Pharmaceuticals and Botanical Products Method
s:
9. Manufacture of Rubber and Plastic Extrapolation

Production Approach
Products Method
tp
10. Manufacture of Other Non-Metallic Extrapolation

ht
Production Approach
Mineral Products Method
Extrapolation
11. Manufacture of Basic Metals Production Approach
Method
12. Manufacture of Fabricated Metal
Products, Except Machinery and Extrapolation
Production Approach
Equipment; Computer, Electronic, Optical Method
Products and Electrical Equipment
13. Manufacture of Machinery and Extrapolation
Production Approach
Equipment Method
Extrapolation
14. Manufacture of Transport Equipment Production Approach
Method
Extrapolation
15. Manufacture of Furniture Production Approach
Method
16. Other Manufacturing; Repair and Extrapolation
Production Approach
Installation of Machinery and Equipment Method
Electricity, Gas, Steam and Air Conditioning

D Production Approach
Supply
1. Electricity Production Approach Revaluation Method
2. Gas Supply and Production of Ice Production Approach Revaluation Method

(1) (2) (3)
Water Supply, Sewerage, Waste
E Production Approach Revaluation Method
Management and Remediation Activities
F Construction Extrapolation Method Deflation Method
Wholesale and Retail Trade; Repair of

G
Motor Vehicles and Motorcycles
Trade:
1. Wholesale and Retail Trade and Repair
Trade Margin x Value Deflation Method
of Motor Vehicle and Motorcycle
Added Ratio
Repair:
Deflation Method
Production Approach
2. Wholesale and Retail Trade, Except of
Deflation Method
. id
H Transportation and Storage
go
Extrapolation
1. Railways Transport Production Approach
s. Method
Extrapolation
p
2. Land Transport Production Approach
Method
.b
Extrapolation
3. Sea and Coastal Water Transport Production Approach
Method
w
Extrapolation
w
4. Inland Water Transport+C51 Production Approach

Method
//w
Extrapolation
5. Air Transport Production Approach
Method
6. Warehousing and Support Activities
s:
for Transportation; Postal and Courier Production Approach Deflation Method

tp
Activities
ht
I Accomodation and Food Service Activities
1. Accomodation Production Approach Revaluation Method
2. Food and Beverage Service Activities Production Approach Deflation Method
J Information and Communication Production Approach Deflation Method
K Financial and Insurance Activities

Commercial Bank:
1. Financial Intermediary Services Deflation Method
Production Approach
Central Bank:
Deflation Method
Expenditure Approach
2. Insurance and Pension Fund Production Approach Deflation Method
3. Other Financial Services Production Approach Deflation Method
4. Financial Support Services Production Approach Deflation Method
Extrapolation
L Real Estate Activities Production Approach
Method

(1) (2) (3)
M,N Business Activities Production Approach Revaluation Method
Public Administration and Defence, Extrapolation

O Production Approach
Compulsory Social Security Method
Government : Government :
P Education
Expenditure Approach Deflation Method
Private : Private :
Government : Government :
Q Human Health and Social Work Activities
Expenditure Approach Deflation Method
Private : Private :
id
RSTU Other Service Activities Production Approach Deflation Method
.
go
s.
2.2.1. GDP by Expenditure
p
.b
w
GDP by expenditure depicts the final demand for goods and services either
w
in final consumption or gross capital formation. Final consumption consists of goods

//w
and services are used to satisfy individual and collective needs excluding goods
s:
and services which is spent or used as input in the production process. The final
tp
consumption is carried out by Households, Non-Profit Institution Serving Households

ht
(NPISHs), and the Government. Meanwhile, the gross capital formation consists of
Gross Fixed Capital Formation (GFCF) and Changes in Inventory. The formation of
gross capital is conducted by companies, the government, and NPISHs. In addition to
the final consumption and gross capital formation, GDP by expenditure also enclosed
the difference between exports and imports of goods and services. Generally, the
formula for GDP by expenditure can be written as follow :
GDP Final Consumption Expenditures + Gross Fixed Capital Formation + Exports - Imports
The following describes the calculation method for each component of GDP by
expenditure for both current prices and constant prices.

1. Household Final Consumption Expenditure (HFCE)
HFCE estimation at current prices is based on per capita consumption
expenditure data from the National Socio-Economic Survey (Susenas). Subsequently,
generated figures were categorized into 12 COICOP divisions. These results are
preliminary estimations for further adjustments or corrections. In producing adjustments,
the HFCE ratio results from Supply and Use Tables (SUT), Cost of Living Survey (SBH)
are used, as well as secondary data from various sources. The resulting numbers
indicate the estimated value of the HFCE at current prices. To obtain HFCE at constant
prices, it is deflated by the corresponding Consumer Price Index (CPI).
2. Nonprofit Institutions Serving Households (NPISHs) Final Consumption

Expenditure
. id
NPISHs FCE at current prices is estimated using the results of a special survey
go
for non-profit institutions (SKLNP) by calculating the average expenditure by type
s.
of institution and input. These are obtained from the SKLNP’s result which is carried
p
.b
out every year. Then multiply the average value of expenditure by institution type
w
by the population of NPISH to achieve the NPISHs FCE value. Meanwhile, NPISHs
w
at constant prices is calculated by dividing NPISHs FCE at the current price by the
//w
average general CPI.

s:
tp
3. Government Final Consumption Expenditure (GFCE)

ht
GFCE is expenditures on goods and services incurred by the government for

final consumption. The value of GFCE is the sum of all non-market output, plus the
value of goods and services purchased from market producers to be distributed to
households at economically insignificant prices (social transfers in kind-purchased
market production), plus the non-market output of the Central Bank less the revenue
from sales of goods and services.
Non-market output is calculated by a cost-expenditure approach, incurred

by the government to provide goods and services to individuals or communities,
including intermediate consumption, compensation of employees, and consumption
of fixed capital goods.
GFCE at constant prices is calculated by the deflation method. Compensation

of employees is deflated using the wage index; Expenditure on goods and services,

and social assistance spending is deflated using the general Wholesale Price Index
(WPI) without exports; Consumption of fixed capital goods is deflated using the
implicit Gross Fixed Capital Formation index (GFCF); lastly, Revenues from the sale
of goods and services is deflated using the general Consumers Price Index (CPI).
4. Gross Fixed Capital Formation (GFCF)
Based on available data sources, GFCF generally calculated by the flow of

goods method. This method allows information on goods from the provider side (i.e.
exports and imports) as data sources. In addition, administrative data from related
agencies (i.e. ministries) also used as supporting data sources.
The computation of the commodity flow method is carried out by calculating
id
the value of the supply of the products produced by various domestic industries also
.
go
supplies from imports. Some data were obtained from the BPS-subject matter: Statistics
s.
of Large Medium Industries and Statistics of Imports. Data on the type of goods from
p
.b
the supply side is presented in great detail; some of them were allocated as capital
w
goods. These capital goods are assessed based on the purchased price that includes
w
costs incurred, such as transportation costs, installation costs, taxes, and other costs
//w
related to the procurement of these capital goods. For capital goods originating from
s:
imports, it includes import duties and taxes related to the procurement or transfer
tp
of ownership of the said capital goods. Types of capital goods calculated by this
ht
method include machines, vehicles, and other types of capital goods.
In addition to those calculations, information on the production of capital

goods, like intellectual property products (IPP), such as software and mineral
exploration, was derived from financial statements of public companies. Other type
of capital goods is Cultivated Biological Resources (CBR). For this type, the calculation
used administrative data from relevant ministries including data of annual plant/
plant commodities that produce repeated harvests and are not yet productive or are
still in their infancy. These data are inflated by using data on annual maintenance
costs. Another type of capital goods is Cultivated Biological Resources (CBR). For this
type, the calculation used administrative data from relevant ministries that include
data on annual plant/plant commodities that produce repeated harvests and are
not yet productive or are still in their infancy. These data were inflated by annual
maintenance costs data.

Deflators for GFCF at constant price calculation are varied for every type of
capital goods. GFCF for machines, vehicles, and other types of goods is obtained by
deflating GFCF at the current price with the corresponding WPI. For IPP, it used the
consumer price index. Meanwhile, for CBR, the farmer’s capital goods price index is
used as the deflator.
5. Changes in Inventories
There are two approaches for calculating changes in inventories: a direct
approach from the perspective of the corporation or businesses and an indirect
approach from the perspective of commodities or types of goods. These approaches
were applied to consider the data availability.
id
A. The Corporate Side Approach
.
go
This approach is used to calculate changes in inventories based on the
companies’ financial statements and annual reports resulting from large and medium
s.
p
manufacturing statistics (IBS Survey).
.b
a. Calculating the value of the inventory positions at constant prices by

w
w
dividing the book values of inventories by the price deflator (WPI) for the
//w
last month of the current year.

s:
b. Calculating the value of changes in inventories at constant prices by

tp
measuring the difference between the value of inventories positions at

ht
constant prices in the current year and the previous year. The resulting
figure presents estimated changes in inventories at base-year prices.
c. Calculating the value of changes in inventories at current prices by
multiplying the value of changes in inventories at constant prices by the
corresponding average price index of the current year.
B. The Commodities Side Approach

In this approach, changes in inventories are calculated by multiplying prices by
changes in commodities volume. This estimation method requires information about all
goods entering and exiting inventories. The entry and exit of goods from inventories
are assessed using the price at the transaction.
The following are the steps to estimating the value of changes in inventory :
a. Counting the number of inventory commodities by category.
b. Calculating the value of each commodity inventory position by multiplying

the quantity of the commodity in inventory by the current year price in the
specified units.
c. Calculating the value of changes in inventories at current prices by
subtracting the value of the inventory positions in the current year and the
previous year.
d. Calculating the value of the inventory position at constant prices by
multiplying the quantity of the commodity in inventory by the base year
price in the specified units.
e. Calculating the value of changes in inventory at constant prices by
subtracting the value of inventory positions at constant prices in the current
year to the previous year.
. id
6. Export and Import of Goods and Services
go
Exports and imports of goods include all commodities that are transacted
p s.
either through trade, barter, or grants. Exports and imports of goods are assessed
.b
according to Free on Board (FOB) prices and in rupiah, then added with the estimated
w
w
undocumented transactions to obtain exports and imports of goods at the current

//w
price.
s:
The calculation of the exports and imports of services includes 12 types

tp
of services transaction (Physical input processing services owned by other parties;

ht
Maintenance and repair services; Transportation services; Travel services;

Construction services; Insurance and pension services; Financial services; Fees for
the use of intellectual property; Telecommunication services e-commerce, computers,
and information; other business services; personal, cultural and recreational services;
and government services). Service exports and imports data from Tourism Statistics
produced by BPS and International Transactions Reporting System (ITRS) produced
by Bank Indonesia (BI) are converted to the weighted average transaction exchange
rate until an estimation of exports and imports of services at the current price is
obtained.
Furthermore, the calculation of estimated exports and imports at constant

prices is carried out using the deflation method, namely dividing exports or imports
at current prices by the corresponding price index (deflator). The goods exports and
imports deflator is the International Trade Price Index (IHPI) for exports and imports

based on the 2-digit HS. Meanwhile, the deflator for the services exports and imports
is the domestic and international CPI.
7. Statistical Discrepancies
The calculation of GDP in Indonesia is carried out based on two approaches,
which are the production side (industry) and the expenditure side. In theory, these
differences are intended to ensure consistency and entirety of estimation, control
the adequacy of the estimation results, and can provide more benefits in carrying
out GDP analysis. However, differences in the estimation approach, data source,
and calculation method lead to different results between the two approaches. The
id
difference that appears is called a statistical discrepancy and is placed on the GDP
.
go
side by expenditure. p s.
2.3. Change in Base Year
.b
w
BPS has made changes to the base year in the calculation of GDP from
w
//w
2000 to 2010. Changes in the base year were conducted as during the last ten
years, there are many changes both in global and local structures that have had an
s:
impact on the national economy. The basic year change in calculating GDP is based
tp
ht
on the 2008 System of National Accounts (SNA). The 2008 SNA is an international
recommendation on how to compile a measure of economic activity according to
balance sheet standards based on economic principles.

. id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

03
TREND OF GDP
BY INDUSTRY
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
5
MANUFACTURING
INDUSTRIES 19.25% IDR 3,266.9 T

[20.16%] [IDR 2,739.7 T]
as
TOP AGRICULTURE, FORESTRY, &
FISHING
CONTRIBUTOR
13.28% IDR 2,253.8 T
to GDP [13.16%] [IDR 1,788.0 T]
2017 & 2021 Rp

WHOLESALE & RETAIL TRADE;
REPAIR OF MOTOR VEHICLES
12.97% IDR 2,200.5 T
[13.02%] [IDR 1,768.9 T]
CONSTRUCTION
The Total Contribution of 10.44% IDR 1,771.7 T
5 Major Industries [10.38%] [IDR 1,410.5 T]
id
to the
.
MINING & QUARRYING
go
Indonesia Economy
amounted to 64.92% s. 8.98% IDR 1,523.7 T
[7.58%] [IDR 1,029.6 T]
in 2021
p
.b
* [...] Of 2017 Figures

w
w
//w
GDP BY
s:
INDUSTRY
tp
ht
16 of 17 Industry
Categories Services Goods
has managed to After 5 years of

thrives positively 51.95% continuous
improvement,
from 2020 to 2021 the contribution
of Services
48.05% Category to
Indonesia
The Industry categories with economy has
the fastest 2020 decreased
compared to
growth rate are 2020
Tranportation & Storage 53.14%
also Accommodation &
Food Service Activities 46.86%
-15.05% 3.24%
(2020) (2021)
2021
-10.26% 3.89%
(2020) (2021)
GDP by industry describes the condition and growth of goods and services
among various businesses in the economy. The classification used in calculating
Indonesia’s GDP is grouped into 17 industry categories. Of these 17 industries,
some categories consist of more detailed subcategories, wherein the segregation
of its category into subcategories is adjusted by the Indonesian Standard Industrial
Classification of 2009.The developments of each of these industrial categories are
described below.
Figure 3.1. Growth Rate of GDP by Industry, 2018-2021

2018
2019
7.07%
2020 6.17%
6.09%
2021 4.97% 5.76%
id
4.27% 4.60% 4.65%
3.88% 4.00%
.
3.80% 3.62%
go
3.39% 3.18%
2.81%
1.84%
2.16%
1.77% s. 1.22%
p
.b
-0.51%
w
-1.95%
w
-2.93%
-3.26%
//w
-3.78%
s:
etc.
tp
ht
Manufacturing Agriculture, Trade; Repair of Construction Mining & Others

Forestry, & Motor Vehicles Quarrying
Fishing and Motorcycles
3.1. Agriculture, Forestry, and Fishing
Agriculture, Forestry, and Fishing are one of the industries that contribute quite
a lot of value added to the Indonesian economy. In nominal terms, the total GVA of
this industry has increased from IDR 1,787,963.2 billion in 2017 to IDR 2,253,836.8
billion in 2021. In real terms, the total GVA has also increased from IDR 1,258,375.7
billion in 2017 to IDR 1,403,710.0 billion in 2021.
From 2017 to 2021, Agriculture, Forestry, and Fishing constantly rank among
the top three highest contributors to Indonesia’s GDP out of 17 categories of existing
industries. In 2018-2019, this industry ranked third place. However, this position

shifted to second place during the 2020-2021 period. In 2020, the contribution of
this industry to Indonesia’s GDP is 13.70 percent. Meanwhile, in 2021, the share of
this industry is slightly decreased to 13.28 percent.
Plantation crops are still the main contributor to the value-added of Agriculture,
Forestry, and Fishing by 29.66 percent in 2021. Its contribution increases compared
to the previous year by 26.48 percent. The second-largest contributor is Fishing which
contributed 20.84 percent, slightly higher than in 2020 with a contribution of 20.40
percent. Food Crops is the third-largest contributor with 19.55 percent in 2021 albeit
its value is lower than in 2020 which amounted to 22.42 percent.
In contrast to the contribution of the Agriculture, Forestry, and Fishing industry
id
that showed a slump, the growth rate of these industries experienced positive signs. In
.
go
2021, the growth rate of this category was recorded at 1.77 percent and then grew
by 1.84 percent in 2021. It was prompted by the growth of Plantation Crops, Animal
s.
p
Production, Forestry and Logging, and Fishing industries, each of which grew by 3.52
.b
percent; 0.34 percent; 0.06 percent; and 5.45 percent.

w
w
//w
3.2. Mining and Quarrying

s:
tp
From 2017 to 2021, the GVA of Mining and Quarrying, both nominally and
ht
real, tends to increase. In nominal terms, the value-added of this industry increased
from IDR 1,029,554.6 billion in 2017 to IDR 1,523,650.2 billion in 2021. While
in real terms, the value-added of this industry also increased from IDR 779,678.4
billion in 2017 to IDR 822,099.5 billion in 2021.
Consistently, Mining and Quarrying have been ranked as the fifth-largest

contributor to Indonesia’s GDP over the last five years. By 2021, this industry
contributed 8.98 percent to Indonesia’s GDP. It is the highest contribution recorded in
the Mining and Quarrying Industry from 2017 to 2021. Moreover, its contribution in
2021 surpassed the 2020 contribution by 6.44 percent.
Mining and Quarrying have four sub-categories that contribute to the

formation of value-added in this business field. By 2020, the main contributor to
the value-added of Mining and Quarrying is the Extraction of Crude Petroleum,

Natural Gas, and Geothermal which contributed 33.47 percent. However, it shifted
to Coal and Lignite Mining by 39.59 percent in 2021. Henceforth, followed by the
contribution of Extraction of Crude Petroleum, Natural Gas, and Geothermal (30.30
percent); Other Mining and Quarrying (16.68 percent); and Mining of Iron Ores
(13.43 percent).
In 2021, the Mining and Quarrying industry thrived significantly compared

to a downturn in 2017-2019. By 2021, this industry increased by 4.00 percent
after contracting to 1.95 percent in 2020. The growth acceleration of this category
is driven by the Mining of Coal and Lignite subcategory increased by 6.60 percent
in 2021 compared to the previous year contracted by 5.43 percent. Subsequently,
Mining of Iron Ores increased by 22.84 percent in 2021, followed by Other Mining
. id
and Quarrying increased to 1.97 percent in 2021 compared to the previous year
go
contracted to 1.22 percent. However, not all sub-categories of industry encourage
s.
the acceleration of the mining and quarrying growth rate. The growth rate of the
p
.b
Extraction of Crude Petroleum, Natural Gas, and Geothermal sub-categories is still

w
contracting by 4.42 percent in 2021.

w
//w
3.3. Manufacturing
s:
tp
ht
Manufacturing is one of the major industries driving the economy in Indonesia.

Whether in nominal or real terms, Manufacturing has always been the ultimate
contributor to the value-added of the economy. In nominal terms, the value-added
of Manufacturing recorded at IDR. 3,266,903.5 billion, which is much higher than
in 2017 recorded at IDR. 2,739,711.9 billion. In real terms, the value-added of
Manufacturing increased from IDR 2,103,466.1 billion in 2017 to IDR 2,284,821.7
billion in 2021.
Since 1991, Manufacturing has always been the major contributor to

Indonesia’s GDP. However, the magnitude of its contribution tends to fall during
the 2017-2021 period. In 2017, Manufacturing contributed 20.16 percent to
Indonesia’s GDP. However, its contribution continued to decline to 19.25 percent by
2021. Subsequently, its decline was followed by a decrease in the contribution of
the Manufacture of Coal Products, Oil and Gas Refineries sub-categories group, and

the Non-Oil and Gas Manufacturing sub-categories group. The contribution of the
Manufacture of Coal Products, Oil and Gas Refineries decreased from 2.28 percent
in 2017 to 1.89 percent in 2021. Meanwhile, the contribution of the Non-Oil and
Gas Manufacturing sub-categories group fell from 17.88 percent in 2017 to 17.36
percent in 2021.
The Manufacture of Food Products and Beverages has always been

a subcategory that immensely contributed to the value-added creation of
Manufacturing. In 2020, the Manufacture of Food Products and Beverages contributed
34.32 percent to the value added of Manufacturing. Henceforth, the Manufacture
of Coal Products, Oil and Gas Refineries (10.03 percent), and the Manufacture
Chemicals, Pharmaceuticals, and Botanical Products (9.67 percent). By 2021, this
. id
structure encountered a shift where the Manufacture Chemicals, Pharmaceuticals, and
go
Botanical Products placed second at 10.38 percent. Meanwhile, the Manufacture of
s.
Coal Products, Oil and Gas Refineries in the third position contributing 9.80 percent.
p
.b
However, the main contributor remains the Manufacturing of Food and Beverage
w
Products at 34.32 percent though lower than the previous year.

w
//w
After experiencing a slump in 2020, Manufacturing began to recover and

s:
show a positive growth rate in 2021. It grew by 3.39 percent in 2021 after contracting
tp
to 2.93 percent. Almost all sub-categories within Manufacturing experienced an

ht
accelerated growth rate. By 2021, the sub-category with the highest growth rate is the
Manufacture of Transport Equipment by 17.82 percent after previously contracting by
19.86 percent. Henceforth, the Non-Metal Mineral Industry rose by 11.50 percent, an
increase compared to the previous year (5.87 percent). Subsequently, the Machinery
and Equipment Industry increased by 11.43 percent after contracting by 10.17
percent. However, several sub-categories still diminished, including the Manufacture
of Textiles and Wearing Apparel (-4.08 percent) and Other Manufacturing, Repair
and Installation of Machinery and Equipment contracted by (-1.64 percent).

3.4. Electricity, Gas, Steam and Air Conditioning Supply
During the period 2017-2021, the value-added of the Electricity, Gas,

Steam, and Air Conditioning Supply tends to increase both in nominal and real
terms. In nominal terms, its GVA increased from IDR. 162,339.8 billion in 2017 to
IDR. 190,047.2 billion in 2021. Meanwhile, in real terms, the GVA of this industry
increased from IDR. 101,551.3 billion in 2017 to IDR. 114,861.1 billion in 2021.
The contribution of Electricity, Gas, Steam, and Air Conditioning Supply to

Indonesia’s GDP tends to decline from 2017 to 2021. By 2017, its contribution was
1.19 percent and continued to show a decline to reach 1.12 percent by 2021. Its
contribution decline in Indonesia’s GDP was followed by the electricity subcategory
. id
Gas Procurement and Ice Production. Although the contribution of this industry is
go
mediocre and continues to decline, this industry plays an essential role in supporting
s.
activities in the economy. The output of this industry is commonly used as input for
p
.b
production activities and final consumption for the community.

w
w
In contrast to the amount of contribution that continues to decline, the growth

//w
rate of Electricity, Gas, Steam, and Air Conditioning Supply shows a positive movement.
s:
In 2020, the growth rate of this industry contracted to be 2.34 percent. By 2021,
tp
It begins to recover, as indicated by a positive growth rate of 5.55 percent. The

ht
Electricity, Gas, Steam, and Air Conditioning Supply growth rate recovery was led by
the Electricity sub-categories that grew by 5.61 percent in 2021 after contracting by
0.98 percent. In addition, Gas Procurement and Ice Production also grew positively
by 5.05 percent in 2021 after previously contracting profoundly by 11.94 percent.
3.5. Water Supply, Sewerage, Waste Management and Remediation

Activities
The value-added of Water Supply, Sewerage, Waste Management, and

Remediation Activities to the Indonesian economy shows a consistent increase during
the 2017-2021 period. In nominal terms, the GVA of this industry increased from IDR.
9,438.6 billion in 2017 to IDR. 12,024.9 billion in 2021. Meanwhile, in real terms,
the GVA also showed an increase from IDR. 7,985.3 billion in 2017 to IDR. 9,919.2

billion in 2021.
The Water Supply, Sewerage, Waste Management, and Remediation
Activities steadily contributed 0.07 percent to the Indonesian economy. In contrast, to
the movement of contributions, the growth rate for this industry tends to fluctuate. In
2018 - 2019, the growth rate of this industry showed an increase from 5.56 percent
to 6.83 percent. Meanwhile, the growth rate in 2020 experienced a slowdown
of 4.94 percent. By 2021, the growth rate of this industry starts to accelerate by
growing 4.97 percent.
3.6. Construction
id
Construction is one of the industries with considerable value-added in the
.
go
Indonesian economy. During 2017-2021, the value-added of this industry tends
to increase. Although this industry value-added experienced a decline due to the
s.
p
COVID-19 Pandemic in 2020, it gradually increased in 2021. In nominal terms,
.b
Construction contributed to the GVA of IDR 1,410,513.6 billion in 2017 and increased
w
w
to IDR. 1,771,726.7 billion in 2021. In real terms, the GVA of Construction increased
//w
from IDR. 987,924.9 billion in 2017 to IDR. 1,102,517.7 billion in 2021.

s:
The shifts in Construction value of contribution to Indonesia’s GDP tend to

tp
fluctuate from 2017 to 2021. During 2017-2019, its contribution to Indonesian GDP
ht
increased from 10.38 percent to 10.75 percent. However, its contribution started
to decline since the COVID-19 pandemic. By 2020-2021, Construction contribution
decreased from 10.71 percent to 10.44 percent. However, Construction still managed
to consistently rank 4th as the highest contributor to Indonesia’s GDP from 2017 to
2021.
During the last five years, Construction growth rate tends to fluctuate. From
2018 to 2019, its growth slowed down from 6.09 percent to 5.76 percent. By 2020,
this industry growth was contracted to 3.26 percent. However, Construction began to
thrive positively by 2.81 percent in 2021.

3.7. Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and
Motorcycles
Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles is one
of the industries with high value-added creation in the Indonesian economy. These
industries have a pivotal role as a link to the distribution chain of goods and services
used for the production process or final use for consumption. In addition, this industry
plays a role in connecting producers with domestic and foreign consumers. In nominal
terms, the GVA of this industry increased from IDR 1,768,865.2 billion in 2017 to IDR
2,200,528.9 billion in 2021. The same pattern also occurs in real terms. The GVA
of this industry increased from IDR 1,311,746.5 billion in 2017 to IDR 1,450,226.3
id
billion in 2021.
.
go
This industry is always within the top three highest contributors to the
p s.
Indonesian economy. In 2020, this industry contributed 13.02 percent to Indonesia’s
.b
GDP. However, its contribution value decreased in 2021 to 12.92 percent. By 2022,
w
its contribution to Indonesia’s GDP gradually increased to 12.97 percent. An increase

w
//w
in contribution was also accomplished by the Wholesale and Retail Trade and Repair
of Motor Vehicle and Motorcycle sub-categories. In 2020, its contribution was 2.33
s:
tp
percent and then increased to 2.40 percent in 2021. Meanwhile, the contribution
ht
of the Sub-category of Wholesale and Retail Trade, Except of Motor Vehicles and
Motorcycles decreased slightly from 10.58 percent in 2020 to 10.56 percent in
2021.
In 2021, both Wholesale and Retail Trade and Repair of Motor Vehicles
and Motorcycles and their constituent sub-categories showed a rebound in economic
conditions compared to the previous year. It was demonstrated by the movement of
the growth rate from 2020 to 2021. In 2021, Wholesale and Retail Trade; Repair
of Motor Vehicles and Motorcycles grew by 4.65 percent after contracting by 3.78
percent in the previous year. In the sub-category of Wholesale and Retail Trade,
Except of Motor Vehicles and Motorcycles by 12.10 percent after a slump of 14.11
percent in the previous year. The same thing also happened to the Wholesale and
Retail Trade and Repair of Motor Vehicle and Motorcycle sub-categories which grew
by 3.14 percent after contracting by 1.37 percent in the previous year.

3.8. Transportation and Storage
As support for various economic activities, Transportation and Storage are

the industries affected by the dynamics of people’s mobility and economic activity.
It causes Transportation and Storage to be the industry most affected by the
COVID-19 pandemic. An appropriate indicator to assess this effect is the amount of
GVA created. Both nominally and in real terms, the amount of GVA in this industry
considerably slumped in 2020. In 2020, the amount of GVA in nominal terms was
IDR 689,577.8 billion though, in real terms, it was IDR 393,437.9 billion. However,
the creation of GVA for this industry is starting to recover and showing improvement.
GVA created in nominal terms is IDR 719,632.6 billion whereas, in real terms, it is
id
IDR 406,187.6 billion. Despite showing an increase, the GVA created in 2021 is still
.
go
lower than in 2017-2019 both in nominal and real terms.
p s.
The contribution of Transportation and Storage in the formation of Indonesia’s
.b
GDP has tended to decline over the last five years. In 2020, Transportation and
w
Storage contributed 4.47 percent compared to 2019 of 5.57 percent. By 2021,

w
//w
the contribution of this industry decreased to 4.24 percent. Its declining value of
contribution was trailed by almost all sub-categories of Transportation and Storage.
s:
tp
The decrease in contribution was experienced by the Land Transport sub-categories

ht
from 2.47 percent in 2020 to 2.40 percent in 2021. Followed by Sea and Coastal
Water Transport from 0.30 percent to 0.31 percent; Air Transport from 0.68 percent
to 0.57 percent; Warehousing and Support Activities for Transportation; Postal and
Courier Activities from 0.85 percent to 0.83 percent.
There is no change in the contribution composition of the industry sub-category

that plays a role in constructing the value-added of Transportation and Storage. The
Land Transportation sub-categories are still the main contributor to the formation of
value-added for Transportation and Storage. Land Transportation contributed 56.60
percent, followed by Warehousing and Support Activities for Transportation; Postal
and Courier Activities by 19.67 percent, and Air Transportation by 13.35 percent.

3.9. Accommodation and Food Service Activities
After its growth rate slumped compared to other industries, Transportation and
Storage began to recover with positive growth. Its growth contraction was also trailed
by all sub-categories within the Transportation and Storage. In 2021, Transportation
and Storage grew by 3.24 percent after previously contracted by 15.05 percent.
This positive growth rate was caused by all sub-categories that showed accelerated
growth although some sub-categories still diminished. The Railways Transport
contracted by 3.42 percent after previously contracting by 42.34 percent. Likewise,
Air Transportation experienced a contracted growth of 8.01 percent after previously
contracted by 53.06 percent.
. id
go
Accommodation and Food Service Activities is one of the industries affected by
the COVID-19 pandemic. Before the COVID-19 pandemic, the GVA of this industry
s.
p
tended to increase. However, its GVA decreased in 2020, both nominally and in real
.b
terms. By 2021, there was an increase in GVA even though the value created could
w
not exceed 2019 which was the reference year before the COVID-19 pandemic.
w
//w
During the period 2017-2021, the contribution of Accommodation and Food

s:
Service Activities continues to decline. In 2021, this industry contributed 2.43 percent
tp
to the economy. The value of its contribution is lower than in 2017 by 2.85 percent
ht
and in 2020 by 2.55 percent. For five consecutive years, the Accommodation sub-
category contribution also declined. The contribution of this sub-category in 2021
is 0.47 percent, which is lower than in 2017 at 0.68 percent and in 2020 at 0.48
percent. Meanwhile, the shifts in contributions for Food and Beverage Service Activities
are more volatile. However, its sub-category contribution decreased by 1.96 percent
in 2021 compared to 2020 by 2.07 percent.
The Accommodation and Food Service Activities have gained to recover as

indicated by a positive economic growth rate in 2021. In 2020, the growth rate of
this industry contracted quite deeply by 10.26 percent. After that, the growth rate
of this industry was able to thrive by 3.89 percent. This recovery is caused by the
positive growth rate of each of its constituent sub-categories. The Accommodation sub-
category, which previously plummeted to 24.49 percent, began to thrive positively
by 5.81 percent. The Food and Beverage Service Activities sub-category, which also

contracted by 6.88 percent, managed to rise by 3.52 percent.
3.10. Information and Communication
GVA created for Information and Communication continues to increase

from 2017 to 2021. In nominal terms, the GVA of this industry was created by IDR
513,751.9 billion in 2017 and continues to rise to reach IDR 748,754.7 billion in
2021. In real terms, the GVA of this industry amounted from IDR 503,420.7 in 2017
to IDR 696,460.4 billion in 2021.
In the era of rapid technological development, Information and Communication

has an increasingly vital role within the economy. During the period 2017-2020, its
. id
contribution to the economy continued to increase albeit slightly declined in 2021.
go
By 2017, this industry was ranked eighth by contributing 3.78 percent and raised by
s.
4.51 percent in 2020. Furthermore, the contribution of this industry to the economy
p
.b
decreased to reach 4.41 percent in 2021 but is ranked sixth as the top contributor
w
to the Indonesian GVA.

w
//w
The growth rate of Information and Communication experienced a slowdown

s:
in 2021 after previously continuing to experience accelerated growth. In 2020,

tp
Information and Communication may grow by 10.61 percent. However, the growth
ht
rate of this industry slowed down by 6.81 percent in 2021.
3.11. Financial and Insurance Activities
Financial and Insurance Activities play a decisive role in describing economic

activities in the financial industries. The main activity of this industry is related to
financial management in the form of withdrawing funds from the public and
channeling them back to economic subjects or the community. GVA created in this
industry continues to thrive from 2017 to 2021. By 2017, the GVA in nominal terms
was IDR 571,203.6 billion, while in real terms, it was IDR 398,971.4 billion. In 2021,
GVA created in nominal terms is IDR 736,188.8 billion, while in real terms, it is IDR
464,638.6 billion.

The Financial and Insurance Activities contribution tends to fluctuate from
2017 to 2021. In 2020, this industry contributed to the economy by 4.51 percent,
an increase compared to the previous year, which was 4.24 percent. In 2021, the
contribution of this industry dropped by 4.34 percent. The decline in the contribution
to Indonesia’s GDP was accomplished by almost all sub-categories in Financial and
Insurance Activities.
The growth rate of Financial and Insurance Activities tends to decelerate over
the last five years. In 2021, this industry advanced at a slower rate of 1.56 percent
compared to 2020 which grew by 3.25 percent. Almost all sub-categories within
these industries also experiencing a decline in growth rate. Moreover, Other Financial
Services is still contracting from 0.58 percent to 2.40 percent in 2021. Meanwhile,
. id
Financial Support Services have experienced accelerated growth of 5.18 percent
go
compared to the previous year of 1.86 percent.s.
p
.b
3.12. Real Estate Activities

w
w
//w
The GVA created for Real Estate Activities has increased over the last five
years, both nominally and in real terms. In nominal, its GVA increased from IDR
s:
382,259.2 billion in 2017 to IDR 468,221.7 billion in 2021. In real terms, GVA also
tp
ht
increased from IDR 289.568.5 billion in 2017 to IDR 333,282.9 billion in 2021.
During the period 2017-2021, the contribution of Real Estate Activities to the
Indonesian economy did not change much. In 2017, Real Estate Activities contributed
to the economy by 2.81 percent. This contribution slightly decreased until 2018,
with a contribution of 2.74 percent. From 2019 to 2020, its contribution began to
increase. By 2019, Real Estate Activities contributed 2.78 percent to the economy,
afterward increasing to 2.94 percent in the following year.
In contrast to the shift of contributions to the economy that tends to be

constant, the growth rate of Real Estate Activities tends to fluctuate. In 2018, Real
Estate Activities grew by 3.48 percent and then accelerated to 5.76 percent in 2019.
However, its growth rate has slowed down to 2.32 percent due to the impact of the
COVID-19 pandemic in 2020. By 2021, Real Estate Activity growth slightly increased
up to 2.78 percent.

3.13. Business Activities
GVA created in Business Activities shows an increase in 2021 compared to

2020 but is still lower than 2019. By 2021, GVA in nominal terms is IDR 301,085.2,
while in real terms, it is IDR 197,106.7 billion. In 2019, GVA created in nominal terms
was IDR 304,285.5 billion, while in real terms, it was IDR 206,936.2 billion.
Business Activities’ contribution to the Indonesian economy tends to increase

during the 2017-2019 period but starts to decline from 2020 to 2021. In 2017,
Business Activities contributed 1.75 percent and escalated by 1.92 percent in 2019.
However, the contribution of this industry decreased slightly to 1.91 percent in 2020.
Subsequently, it continued to decline until it reached 1.77 percent in 2021.
. id
go
During 2018-2021, the growth rate of Business Activities tends to fluctuate.
s.
From 2018 to 2019, its growth rate has increased. However, the growth rate contracted
p
plummeted to reach 5.44 in 2020, triggered by the COVID-19 pandemic. Along with
.b
the economic recovery, the growth rate of Business Activities began to grow positively
w
w
and thrived at 0.73 by 2021.

//w
3.14. Public Administration and Defence, Compulsory Social Security

s:
tp
ht
The development of GVA experienced a difference between the nominal

and real value during the period 2017-2021. In nominal terms, the GVA consistently
increased from IDR 499,343.6 billion in 2017 to IDR 584,361.0 billion in 2021.
Meanwhile, in real terms, the GVA created has decreased from 2019 to 2021. By
2019, the GVA was IDR 365,538.8 billion and continues to decline by IDR 364,233.4
billion in 2021.
The contribution of Public Administration and Defence, Compulsory Social
Security to the Indonesian economy tend to be stable in the 2017-2021 period. In
2017, this industry contributed 3.67 percent and then experienced a slight decrease
to 3.61 percent in 2019. In 2020, the contribution of this industry increased slightly
to 3.77 percent. However, its contribution decreased again by 3.44 percent in 2021

During the period 2018-2021, the growth rate of Public Administration and
Defence, Compulsory Social Security tends to slow down. This industry had grown
to 6.97 percent in 2017. However, the growth rate of this industry experienced a
slowdown to 4.66 percent in 2019. In 2020, the growth of Public Administration and
Defence, Compulsory Social Security contracted up to 0.03 percent. Its growth rate
continues to contract by 0.33 percent in 2021.
3.15. Education
Education showed a consistent increase in value-added from 2017 to 2021,

both nominally and in real terms. In nominal, the constructed GVA for Education was
id
IDR 447,137.6 billion in 2017 to IDR 556,317.8 billion in 2021. Meanwhile, in real
.
go
terms, the GVA created was IDR 304,810.8 billion in 2017 to IDR 350,655.3 billion.
in 2021.
p s.
.b
Based on the contribution ranking to the Indonesian economy, Education is

w
consistently ranked 10th with a reasonably stable contribution rate from 2017 to
w
//w
2021. In 2017, this industry contributed 3.29 percent to the economy. In 2021,
Education contributed 3.28 percent, slightly lower than the previous year of 3.56
s:
percent.
tp
ht
The growth rate of Education tends to show positive growth during the period
2018-2021. In 2018, Education Services grew by 5.36 percent and continued to rise
to 6.30 percent in 2019. However, this industry grew sluggishly to 2.63 percent in
2020 and continued to experience a slowdown to 0.11 percent by 2021.
3.16. Human Health and Social Work Activities
During 2017-2021, GVA created for Human Health and Social Work Activities
consistently increased, both nominally and in real terms. Nominally, the constructed
GVA increased from IDR 144,830.7 billion in 2017 to IDR 226,970.8 billion in 2021.
While in real terms, the GVA also increased from IDR 109,497.5 billion in 2017 to
IDR 157,104.7 billion in 2021.

The treatment of the COVID-19 pandemic has impacted the contribution of
the Human Health and Social Work Activities to the Indonesian economy. From 2017
to 2018, its contribution showed a constant figure of 1.07 percent to the Indonesian
economy. Subsequently, it demonstrated an increase to reach 1.30 percent in 2020.
In 2021, the contribution of this industry increased by 1.34 percent.
The increasing contribution to the economy is not in line with the growth rate
of Human Health and Social Work Activities. From 2019 to 2020, this industry
experienced a significant growth reaching 11.56 percent. However, its growth rate
slightly slowed down to 10.46 percent in 2021. This condition occurred in line with the
successful impact of handling the COVID-19 pandemic.
id
3.17. Other Service Activities
.
go
s.
Other Service Activities covered a vast scope of service activities. For this
p
.b
industry, the nominally created GVA increased from IDR 239,258.6 billion in 2017
w
to IDR 309,002.0 billion in 2019. However, in 2020, it decreased to IDR 302,578.4

w
//w
billion. By 2021, GVA began to show an increase to Rp. 312,179.5 billion, higher
than in 2019. The same pattern also occurred for GVA in real terms. In 2019, GVA in
s:
real terms for this industry reached Rp. 205,011.4 billion, then it fell to Rp. 196,608.7
tp
ht
billion in 2020. In 2021, GVA in real terms again increased to Rp. 200,772.9 billion
though still lower than the year 2019.
From 2017 to 2020, the contribution of Other Service Activities to the

economy continues to increase. However, it experienced a slight decline in 2021. In
2020, Other Service Activities contributed 1.96 percent. In 2021, the contribution of
this industry to the Indonesian economy declined to 1.84 percent.
Although the contribution of Other Service Activities has decreased, the growth
rate of this industry in 2021 accelerated compared to 2020. From 2019 to 2020,
the growth rate of Other Service Activities contracted quite deeply to 4.10 percent.
The plunged in contraction growth was caused by the COVID-19 pandemic loss. In
2021, the economic recovery of this industry demonstrated by the acceleration of the
growth rate grew positively by 2.12 percent.

04
TREND OF GDP
BY EXPENDITURE
id
.
go
ps.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
HOUSEHOLD FINAL
CONSUMPTION EXPENDITURE
54.42% IDR 9,236.0 T
[56.09%] [IDR 7,623.1 T]
GROSS FIXED CAPITAL

FORMATION (GFCF)
30.81% IDR 5,227.9 T
CONTRIBUTION OF [32.16%] [IDR 4,370.6 T]
Expenditure Components to
Indonesia GDP EXPORT OF GOODS & SERVICES
21.56%
2017 & 2021 [20.18%]
IDR 3,659.0 T
[IDR 2,742.1 T]
IMPORT OF GOODS & SERVICES

Indonesia
18.86% IDR 3,201.0 T Economy by
[19.18%] [IDR 2,606.3 T]
expenditure approach
GOVERNMENT FINAL was supported by
CONSUMPTION EXPENDITURE HFCE and GFCF
id
9.14% IDR 1,551.7 T amounted to
[9.12%] [IDR 1,239.5 T] 85.23%
.
go
OTHERS in 2021
2.94%
p s. IDR 497.2 T
[1.63%] [IDR 220.9 T]
.b
* Other consists of NPISHS, Changes in Inventory and

w
statistical discrepancies
* [...] Of 2017 Figures
w
//w
GDP BY
s:
EXPENDITURE
tp
ht
All of expenditures
component experienced
positive growth
from 2020 to 2021
Export of Goods & Services

has become the expenditure
component with fastest
growth
-8.14% 24.04%
2020 2021
Besides the production approach (industry), GDP can also be observed by the
expenditure approach. This approach portrays the expenditure structure for final
demand in terms of final consumption and investment. Wherein the final demand
referred to might be from within the country (domestic) or abroad. In detail, domestic
final demand consists of household consumption, non-profit institutions serving
households (NPISHs) consumption, government consumption, gross fixed capital
formation (GFCF), and changes in inventories. Meanwhile, final demand from abroad
emerges from export activities. To fulfill domestic final demand, all goods and
services come not only from domestic production but also from imported products. In
the estimation of GDP, imports must be excluded from the final demand calculation.
Therefore, imports are counted as a subtraction component for exports where the
id
difference is referred to as net exports. The growth of each GDP by expenditure
.
go
components described as follows. p s.
Figure 4.1. Growth Rate of GDP by Expenditure, 2018-2021
.b
w
24.04% 23.31%
w
2018
2019 2021
//w
2020
10.62% 12.14%
s:
9.15%
5.05% 4.82% 6.68% 6.51%
tp
5.04% 3.27% 4.17%

4.45% 3.80%
1.96%
2.02% 1.59%
ht
-0.48%
-2.63%
-4.25% -4.96%
-7.13%
-8.14%
-16.72%
Household NPISHs Government Gross Fixed Exports of Imports of

Final Consumption Final Consumption Final Consumption Capital Goods and Goods and
Expenditure Expenditure Expenditure Formation Services Services
4.1. Household Final Consumption Expenditure
From 2017 to 2021, household final consumption expenditure has increased

considerably. Nominally, the total value of household final consumption expenditure

in 2017 equals 7,623,056 billion rupiahs before rising to 9,236,010 billion rupiahs
in 2021. In real terms, the total value of household final consumption in 2017 equals
5,379,629 billion rupiahs increased further to 5,896,697 billion in 2021.
Based on its contribution to GDP, the Household Final Consumption Expenditure

(HFCE) component has always been the key factor to the GDP by expenditure in 2017-
2021. In 2017, HFCE contributed 56.09 percent of the total GDP. The contribution
of HFCE decreasing to 54.42 percent of the total GDP in 2021. This major HFCE
contribution indicates that most of the domestic products produced in Indonesia, as
well as imported products imported from abroad, are mostly used to meet household
needs.
id
The growth rate of the HFCE in 2018 was 5.05 percent, then slowed down in
.
go
2019 by 5.04 percent and contracted by 2.62 percent in 2020. In 2021, the HFCE
growth rate has increased again by 2.02 percent. s.
p
.b
4.2. Non-Profit Institutions Serving Households (NPISHs) Final

w
w
Consumption Expenditure
//w
s:
The final consumption conducted by NPISHs has increased considerably from

tp
2017 to 2021. In nominal terms, the total value of NPISH’s final consumption in 2017
ht
was 160,594 billion rupiahs, which subsequently increased to IDR 207,767 billion
in 2021. In real terms, the total value of NPISH’s final consumption in 2017 was
112,664 billion rupiahs, rising further to 132,317 billion rupiahs in 2021.
From 2017 to 2021, the contribution of the NPISHs Consumption Expenditure

component to total GDP by expenditure was minor. In 2017, NPISHs contributed 1.18
percent to the total GDP. However, it continues to increase until 2020 NPISHs contribute
1.30 percent to total GDP. However, the contribution of PK-LNPRT decreased by 1.22
percent in 2021.
The growth rate of NPISHs final consumption expenditure in 2018 was 9.15
percent, then increased in 2019 by 10.62 percent. However, its growth contracted to
minus 4.25 percent in 2020, then increase again in 2021 by 1.59 percent.

4.3. Government Final Consumption Expenditure
From 2017 to 2021, Government final consumption expenditure has increased

remarkably. In nominal terms, the total value of government final consumption in
2017 amounted to 1,239,470 billion rupiahs, subsequently increased to 1,551,707
billion rupiahs in 2021. In real terms, its value in 2017 was 790,756 billion rupiahs,
then increased further to 909,173 billion rupiahs in 2021.
In 2017, the Government Final Consumption Expenditure component

contributed 9.12 percent to the total GDP. Its contribution to total GDP decreased
by 9.02 percent in 2018, and 8.81 percent in 2019. However, the Government Final
id
Consumption Expenditure contribution in 2020 increased from the previous year with
.
go
a contribution value of 9.55 percent. In 2021, the Government Final Consumption
Expenditure contribution has decreased again by 9.14 percent.
s.
p
The growth rate for the Government Final Consumption Expenditure component
.b
w
in 2018 was 4.82 percent, then it grew slower in 2019 by 3.27 percent and in 2020
w
by 1.96 percent. In 2021, the growth rate has increased compared to the previous
//w
year, which was 4.17 percent.

s:
tp
4.4. Gross Fixed Capital Formation (GFCF)

ht
The GFCF component of GDP by expenditure shows a description of the

goods and services used for physical investment (as capital goods). Capital goods
are equipment used for production and usually have a service life of more than
one year. In the calculation, GFCF is classified in the form of buildings, machinery
and equipment, vehicles, other equipment, Cultivated Biological Resources (CBR), and
intellectual property products.
From 2017-to 2021, GFCF has increased significantly. In nominal terms, the
total value of GFCF in 2017 amounted to 4,370,575 billion rupiahs, subsequently
increased to 5,227,854 billion rupiahs in 2021. In real terms, the total value of
GFCF in 2017 was 3,228,763 billion rupiahs, then rising further to 3,549,219 billion
rupiahs in 2021.

In 2017, the GFCF component contributed 32.16 percent to the total GDP.
The contribution of GFCF to total GDP in 2018 increased to 32.29 percent and
32.35 percent in 2019. PMTB’s contribution decreased to 31.72 percent in 2020 and
30.81 percent in 2021.
The growth rate of the GFCF component was 6.68 percent in 2018. However,
the GFCF growth rate slowed down in 2019 by 4.45 percent and experienced
a contraction of 4.96 percent in 2020. In 2021, the GFCF growth rate increased
compared to the previous year, which was 3.80 percent.
4.5. Export and Import of Goods and Services
. id
Exports and Imports of Goods and Services are one of the important
go
components to GDP by expenditure due to its large contribution and its significant
s.
role in the economy. Exports are an important part of creating national value added.
p
.b
Imports used for supply of goods and services that domestic producers cannot fulfill
w
and used for input to domestic production activities.

w
//w
From 2017 to 2021, both the total value of exports and imports has increased
s:
significantly. Nominally, the total export value in 2017 was 2,742,061 billion rupiahs
tp
then increased to 3,659,040 billion rupiahs in 2021. Meanwhile, the total nominal
ht
value of imports was 2,606,283 billion rupiahs in 2017 and 3,201,023 billion rupiahs
in 2021. In real terms, the total value of exports in 2017 amounted to 2,146,565
billion rupiahs, which increased further to 2,592,682 billion rupiahs in 2021. For
imports, the total real value in 2017 was 1,964,819 billion rupiahs then increased to
2,101,352 billion rupiahs in 2021.
The contribution of goods and services exports to GDP has increased from
20.18 percent in 2017 to 21.56 percent in 2021, likewise, the contribution of goods
and services imports decreased from 19.18 percent in 2017 to 18.86 percent in
2021.
The growth rate in exports of goods and services to GDP has increased
significantly from 6.51 percent in 2018 to 24.04 percent in 2021, as well as the
growth rate of imports of goods and services increased from 12.14 percent in 2018
to 23.31 percent in 2021.

ht
tp
s:
//w
GLOSSARY
w
w
.b
ps.
go
.id
Asset Ownership of all tangible and intangible objects
by individual, establishment or government.
In practice, usually it shows in monetary value.
Base Year The selected year as for a statistical reference,

which is used for an estimation in other years.
With this base year, series of data, detailed
indicators and real changes can be derived.
Basic Prices It is economic value of product (good and

services) recieved by producer before taxes and
subsidieries on products.
Capital Goods Production factor produced by human skill,
id
originally from nature and they are used to
.
generate income, for example : machines,
go
appliances, plants, and the like.
s.
p
Constant Prices Valuation for goods and services produced or
.b
consumed at the specific base year.

w
w
Consumption of That is a decreasing value of fixed capital

//w
Fixed Capital formation used in production process.

s:
Current Prices Valuation for goods and services produced or

tp
consumed at the year being concerned.

ht
Domestic Output Value of production of goods and services

produced by economic sectors regardless the
operating actors taken places in domestic
territory.
Export of Goods and Includes all transfers and selling goods and
Services services from residents to others conducted
in domestic area or in overseas. In practice,
the export consists of merchandise and other
goods cross to custom area or domestic territory
of a country, including direct purchased by
other countries representative and by non-
resident in the domestic area. Because export
of merchandise is valued at free on board, it
excludes cost of transport and insurance to the
country’s destination.

Final Consumption It demands for goods and services to fulfill the
final consumption, capital formation and export.
Fix Capital It covers constructing and purchasing new

Formation capital goods produced by domestic economy
and import, including used capital goods from
import. The fixed formation covered is only the
one conducted by economic sectors in domestic
territory.
Gross Value Added It is gross value added (GVA) received by

at Basic Prices producer before taxes and subsidies on products.
Import of Goods and Covering all transfers and purchases of goods
id
Services and services from the resident of a country to
.
the other resident of the country is performed
go
both in domestic and overseas areas. In practice,
s.
imports consist of merchandise and other goods
p
that cross the customs boundary or domestic
.b
territory of a country, including direct purchases

w
by the government, residents and representatives

w
of the country abroad. Because the import of

//w
merchandise is assessed with CIF, then the value

s:
of the goods including the cost of carriage and

tp
insurance.
ht
Income Factor from It is an income or a compensation received by

Overseas production factors due to their involving in
production process outside the domestic territory.
Intermediate The inputs are, finished in production process,

Consumption consist of non durable goods and services
purchased from other party or own production.
Investment Funds are set aside to be implanted as capital

in an effort to gain profit in the hopes that the
capital will return in a few years.
Net Taxes on Taxes on production and imports less subsidies on

Production and production and imports.
Import

Primary Input It is also called as a value added, consists of
compensation of employee, operating surplus,
depreciation and net indirect tax.
Production Factors Includes factors which involved in production

process either direct or indirectly, such as: land,
labor, capital and entrepreneurship.
Trade and Transport It is the difference between the value of sales

Margin (TTM) to the value of purchases, and transport costs
existed from distributing goods from producers
to purchasers.
Taxes and Subsidies There are taxes and subsidies that are payable
id
on Product per unit of somegood or service. The taxes/
.
subsidies may be a specific amount of money
go
per unit of quantity of a good or service or it
s.
may be calculated ad valorem as a specified
p
percentage of the price per unit or value of the
.b
goods or services transacted.

w
w
//w
s:
tp
ht

.id
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id
ht
tp
s:
//w
APPENDIX
w
w
.b
ps.
go
.id
Gross Domestic Product at Current Market Prices by Industry (billion
Appendix 1
rupiahs), 2017-2021
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Agriculture, Forestry, and

A 1 787 963.2 1 900 621.7 2 012 742.8 2 115 389.1 2 253 836.8
Fishing
1. Crop, Animal Production,

Hunting and Related 1 347 526.2 1 417 316.9 1 488 985.7 1 575 280.4 1 672 251.9
Service Activities
a. Food Crops 438 889.5 449 553.1 446 497.3 474 270.5 440 673.1
b. Horticultural Crops 197 325.6 218 713.2 238 830.5 250 457.8 262 547.6
id
c. Plantation Crops 471 466.4 489 185.6 517 507.8 560 225.6 668 379.8
.
d. Animal Production 213 780.8 232 274.7 256 849.6 260 146.7 268 169.6
go
e. Agriculture and Hunting
Related Service 26 063.9
s.
27 590.3 29 300.5 30 179.8 32 481.8
Activities
p
.b
2. Forestry and Logging 91 609.4 97 396.8 104 121.9 108 639.8 111 990.5
w
3. Fishing 348 827.6 385 908.0 419 635.2 431 468.9 469 594.4
w
B Mining and Quarrying 1 029 554.6 1 198 987.1 1 149 913.5 993 541.9 1 523 650.1
//w
1. Extraction of Crude
s:
Petroleum, Natural Gas and 391 449.9 460 169.9 439 602.8 332 559.6 461 703.0
Geothermal
tp
2. Mining of Coal and Lignite 323 364.5 401 276.9 368 890.5 283 194.7 603 138.0
ht
3. Mining of Iron Ores 94 322.3 111 321.4 96 824.6 130 956.9 204 590.1
4. Other Mining and

220 417.9 226 218.9 244 595.6 246 830.7 254 219.0
Quarrying
C Manufacturing 2 739 711.9 2 947 450.8 3 119 593.8 3 068 041.7 3 266 903.5
1. Manufacture of Coal
Products, Oil and Gas 309 372.7 332 299.0 336 672.6 307 606.4 320 008.5
Refineries
2. Manufacture of Food
834 425.1 927 443.5 1 012 959.8 1 057 000.7 1 121 360.2
Products and Beverages
3. Manufacture of Tobacco
122 229.6 131 937.3 140 966.5 135 935.1 135 145.8
Products
4. Manufacture of Textiles and
150 535.3 168 545.2 200 019.4 186 626.8 180 216.1
Wearing Apparel
5. Manufacture of Leather and
36 988.8 41 716.0 42 499.0 39 204.0 42 508.5
Related Product
6. Manufacture of Wood and
of Products of Wood and
Cork, Except Furniture;
81 580.8 83 710.0 80 319.9 78 689.2 76 689.5
Manufacture of Articles
of Straw and Plaiting
Materials

Continued Appendix 1
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. Manufacture of Paper and

Paper Products; Printing
96 616.2 101 758.2 109 892.2 110 562.3 113 201.7
and Reproduction of
Recorded Media
8. Manufacture of Chemicals,
Pharmaceuticals and 236 192.9 239 678.0 265 925.1 296 710.3 339 183.4
Botanical Products
9. Manufacture of Rubber and
85 869.6 92 662.6 87 975.4 82 856.6 88 607.7
Plastic Products
10. Manufacture of Other Non-
89 605.8 93 166.9 93 362.6 85 860.2 89 016.8
Metallic Mineral Products
id
11. Manufacture of Basic Metals 98 845.5 111 341.3 116 068.6 120 956.8 137 599.0
.
go
12. Manufacture of Fabricated
Metal Products, Except
Machinery and Equipment;
Computer, Electronic, Optical
252 870.9
p s.
257 687.0 265 384.3 252 142.8 257 365.9
Products and Electrical

.b
Equipment
w
13. Manufacture of Machinery

43 093.0 47 879.6 46 982.5 43 230.6 48 900.0
and Equipment
w
//w
14. Manufacture of Transport

246 916.1 260 986.8 258 287.3 208 886.0 251 893.0
Equipment
s:
15. Manufacture of Furniture 33 851.1 35 487.6 39 239.0 38 653.1 42 173.2

tp
16. Other Manufacturing;

Repair and Installation of 20 718.5 21 151.8 23 039.6 23 120.8 23 034.2
ht
Machinery and Equipment

Electricity, Gas, Steam and Air
D 162 339.8 176 640.3 185 115.3 179 741.6 190 047.2
Conditioning Supply
1. Electricity 132 975.9 144 437.1 151 975.9 150 541.1 159 078.6
2. Gas Supply and Production

29 363.9 32 203.2 33 139.4 29 200.5 30 968.6
of Ice
Water Supply, Sewerage, Waste
E Management and Remediation 9 438.6 10 023.6 10 736.1 11 304.7 12 024.9
Activities
F Construction 1 410 513.6 1 562 297.0 1 701 741.2 1 652 659.6 1 771 726.7
Wholesale and Retail Trade;

G Repair of Motor Vehicles and 1 768 865.2 1 931 813.0 2 060 268.9 1 994 125.3 2 200 528.9
Motorcycles
1. Wholesale and Retail Trade
and Repair of Motor Vehicle 356 436.0 386 619.9 416 437.3 360 035.8 407 880.4
and Motorcycle
2. Wholesale and Retail Trade,
Except of Motor Vehicles 1 412 429.2 1 545 193.1 1 643 831.6 1 634 089.5 1 792 648.5
and Motorcycles

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
H Transportation and Storage 735 229.6 797 777.0 881 505.4 689 577.8 719 632.6
1. Railways Transport 9 172.0 10 462.9 12 092.1 7 789.8 7 843.8
2. Land Transport 328 306.7 354 035.6 390 604.4 380 884.3 407 336.3
3. Sea and Coastal Water

41 985.8 45 108.9 50 534.2 48 599.6 50 358.1
Transport
4. Inland Water Transport 15 077.5 16 030.6 17 416.2 15 722.0 16 500.8
5. Air Transport 220 966.6 240 931.1 257 735.6 104 950.4 96 060.2
6. Warehousing and Support
id
Activities for Transportation; 119 721.0 131 207.9 153 122.9 131 631.7 141 533.4
Postal and Courier Activities
.
go
Accommodation and Food Ser-
I 387 013.1 412 709.7 440 207.7 394 055.0 412 260.6
vice Activities s.
1. Accommodation 91 953.3 96 571.7 99 204.0 74 611.3 79 172.5
p
.b
2. Food and Beverage Service

295 059.8 316 138.0 341 003.7 319 443.7 333 088.1
Activities
w
Information and Communi-

w
J 513 715.9 558 938.0 626 532.6 695 964.0 748 754.7
cation
//w
Financial and Insurance Ac-

K 571 203.6 616 315.1 671 433.8 696 067.2 736 188.8
tivities
s:
1. Financial Intermediary
353 059.7 375 503.9 405 183.7 418 860.0 455 258.9
tp
Services
ht
2. Insurance and Pension Fund 124 126.2 137 653.4 149 880.9 159 064.7 162 717.3
3. Other Financial Services 81 435.8 90 037.0 102 631.9 104 090.1 103 199.9
4. Financial Support Services 12 581.9 13 120.8 13 737.3 14 052.4 15 012.7
L Real Estate Activities 382 259.2 406 013.7 439 455.9 453 780.9 468 221.7
M,N Business Activities 238 217.0 267 094.0 304 285.5 294 255.5 301 085.2
Public Administration and

O Defence, Compulsory Social 499 343.6 541 685.6 571 584.1 582 628.3 584 361.0
Security
P Education 447 137.6 481 747.0 522 354.2 549 625.9 556 317.8
Human Health and Social Work

Q 144 830.7 158 070.1 174 689.0 201 191.5 226 970.8
Activities
RSTU Other Service Activities 239 258.6 268 574.7 309 002.0 302 578.4 312 179.5
13 066 595.8 14 236 758.4 15 181 161.8 14 874 528.4 16 284

Gross Value Added at Basic Price
690.8
Taxes less Subsidies on Products 523 229.9 601 997.6 651 495.4 563 489.1 686 098.4
Gross Domestic Product 13 589 825.7 14 838 756.0 15 832 657.2 15 438 017.5 16 970 789.2
* Preliminary Figures
** Very Preliminary Figures

Gross Domestic Product at Constant Prices by Industry (billion
Appendix 2
rupiahs), 2017-2021
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 1 258 375.7 1 307 253.0 1 354 399.1 1 378 331.4 1 403 710.0
Fishing

Hunting and Related 970 262.9 1 005 655.0 1 038 902.9 1 061 023.2 1 072 507.0
Service Activities
a. Food Crops 293 858.0 298 027.3 292 883.0 303 453.7 298 733.3
b. Horticultural Crops 135 649.0 145 131.2 153 157.8 159 539.3 160 429.6
id
c. Plantation Crops 373 194.2 387 496.7 405 147.5 410 570.4 425 042.6
.
d. Animal Production 148 688.8 155 539.9 167 637.9 167 057.7 167 629.1
go
e. Agriculture and
Hunting Related 18 872.9
s.
19 459.9 20 076.7 20 402.1 20 672.4
Service Activities
p
.b
2. Forestry and Logging 61 279.6 62 981.8 63 217.6 63 195.9 63 236.4

w
3. Fishing 226 833.2 238 616.2 252 278.6 254 112.3 267 966.6
w
B Mining and Quarrying 779 678.4 796 505.0 806 206.2 790 475.2 822 099.5
//w
s:
Petroleum, Natural Gas 302 653.0 298 420.1 289 980.1 272 583.2 260 546.1
and Geothermal
tp
2. Mining of Coal and Lignite 226 478.9 235 561.4 259 598.5 245 498.6 261 709.8
ht
3. Mining of Iron Ores 95 150.4 103 719.4 88 003.4 105 829.4 129 999.6
4. Other Mining and

155 396.1 158 804.1 168 624.2 166 564.0 169 844.0
Quarrying
C Manufacturing 2 103 466.1 2 193 368.4 2 276 667.8 2 209 920.3 2 284 821.7
Products, Oil and Gas 219 849.4 219 831.8 217 402.2 202 603.7 203 766.9
Refineries
639 834.4 690 462.5 744 170.5 755 914.9 775 098.4
84 572.4 87 548.7 90 486.7 85 257.5 84 133.3
Products
4. Manufacture of Textiles
116 261.6 126 406.8 145 804.6 132 851.0 127 429.1
and Wearing Apparel
5. Manufacture of Leather
26 449.0 28 941.7 28 654.1 26 142.6 28 169.3
and Related Product
6. Manufacture of Wood
and of Products of
Wood and Cork, Except
61 870.4 62 337.3 59 498.3 58 212.1 56 050.9
Furniture; Manufacture
of Articles of Straw and
Plaiting Materials

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

72 640.6 73 681.6 80 211.0 80 385.3 78 061.2
and Reproduction of
Recorded Media
Pharmaceuticals and 182 380.2 179 791.9 195 040.9 213 360.5 233 866.0
Botanical Products
9. Manufacture of Rubber
71 666.8 76 627.8 72 398.8 68 337.7 69 072.8
and Plastic Products
69 512.9 71 424.4 70 690.7 64 239.2 64 812.0
id
11. Manufacture of Basic
81 832.6 89 188.6 91 716.9 97 099.5 108 267.3
Metals
.
go
Metal Products, Except s.
206 469.3 205 216.8 204 172.5 193 026.6 189 890.0
p
Computer, Electronic,
.b
Optical Products and

Electrical Equipment
w

w
31 325.0 34 297.3 32 881.0 29 536.4 32 911.1

and Equipment
//w

197 527.9 205 907.2 198 853.9 159 359.0 187 750.7
Equipment
s:
15. Manufacture of Furniture 25 383.7 25 946.0 28 113.0 27 167.5 29 385.7

tp

ht
Repair and Installation of 15 889.9 15 758.0 16 572.7 16 426.8 16 157.0

D 101 551.3 107 108.6 111 436.7 108 826.4 114 861.1
Conditioning Supply
1. Electricity 88 663.4 93 318.0 97 623.8 96 663.1 102 083.9

12 887.9 13 790.6 13 812.9 12 163.3 12 777.2
of Ice
Water Supply, Sewerage,
E Waste Management and Re- 7 985.3 8 429.4 9 004.9 9 449.3 9 919.2
mediation Activities
F Construction 987 924.9 1 048 082.8 1 108 425.0 1 072 334.8 1 102 517.7

G Repair of Motor Vehicles and 1 311 746.5 1 376 878.7 1 440 185.7 1 385 747.4 1 450 226.3
Motorcycles
1. Wholesale and Retail
Trade and Repair of Motor 250 442.6 262 578.5 272 349.7 233 924.2 262 223.8
Vehicle and Motorcycle
Trade, Except of Motor 1 061 303.9 1 114 300.2 1 167 836.0 1 151 823.2 1 188 002.5
Vehicles and Motorcycles

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
H Transportation and Storage 406 679.4 435 336.5 463 125.9 393 437.9 406 187.6
1. Railways Transport 3 630.2 4 020.0 4 200.3 2 422.0 2 339.1
2. Land Transport 222 587.3 238 457.7 262 208.1 248 208.0 259 493.2

31 969.1 34 276.4 37 865.4 36 153.2 37 196.6
Transport
4. Inland Water Transport 10 995.1 11 566.5 12 212.2 10 624.6 10 580.0
5. Air Transport 73 084.2 77 493.4 69 926.9 32 826.9 30 198.9
6. Warehousing and
id
Support Activities for
64 413.5 69 522.5 76 713.0 63 203.2 66 379.8
Transportation; Postal and
.
go
Courier Activities
Accommodation and Food
I 298 129.7 315 068.6
s. 333 304.6 299 122.4 310 754.7
Service Activities
p
1. Accommodation 60 394.4 62 997.3 63 867.4 48 227.9 51 028.6
.b
2. Food and Beverage

w
237 735.3 252 071.3 269 437.2 250 894.5 259 726.1
Service Activities
w

J 503 420.7 538 762.7 589 536.1 652 062.9 696 460.4
//w
cation
K 398 971.4 415 620.6 443 093.1 457 482.9 464 638.6
s:
tivities
tp
246 031.8 251 912.3 267 387.0 278 028.3 285 571.6
Services
ht
2. Insurance and Pension Fund 86 687.9 93 169.9 98 453.6 102 419.0 103 155.1
3. Other Financial Services 57 290.8 61 371.0 67 894.7 67 504.0 65 886.3
4. Financial Support Services 8 960.9 9 167.4 9 357.8 9 531.6 10 025.6
L Real Estate Activities 289 568.5 299 648.2 316 901.1 324 259.4 333 282.9
M,N Business Activities 172 763.8 187 691.1 206 936.2 195 671.1 197 106.7

O Defence, Compulsory Social 326 514.3 349 277.6 365 538.8 365 439.3 364 233.4
Security
P Education 304 810.8 321 133.8 341 349.9 350 264.6 350 655.3
Human Health and Social

Q 109 497.5 117 322.2 127 487.9 142 228.4 157 104.7
Work Activities
RSTU Other Service Activities 170 174.8 185 405.6 205 011.4 196 608.7 200 772.9
9 531 259.1 10 002 10 498 610.4 10 331 662.4 10 669

Gross Value Added at Basic Price
892.8 352.7
Taxes less Subsidies on Products 381 669.0 422 959.1 450 545.0 391 392.4 449 515.8
Gross Domestic Product 9 912 928.1 10 425 851.9 10 949 155.4 10 723 054.8 11 118 868.5

Percentage Distribution of Gross Domestic Product at Current Market
Appendix 3
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 13.16 12.81 12.71 13.70 13.28
Fishing

Hunting and Related 9.92 9.55 9.40 10.20 9.85
Service Activities
a. Food Crops 3.23 3.03 2.82 3.07 2.60
b. Horticultural Crops 1.45 1.47 1.51 1.62 1.55
id
c. Plantation Crops 3.47 3.30 3.27 3.63 3.94
.
d. Animal Production 1.57 1.57 1.62 1.69 1.58
go
e. Agriculture and
Hunting Related 0.19 0.19
s. 0.19 0.20 0.19
Service Activities
p
.b
2. Forestry and Logging 0.67 0.66 0.66 0.70 0.66

w
3. Fishing 2.57 2.60 2.65 2.79 2.77

w
B Mining and Quarrying 7.58 8.08 7.26 6.44 8.98

//w
s:
Petroleum, Natural Gas 2.88 3.10 2.78 2.15 2.72

and Geothermal
tp
2. Mining of Coal and Lignite 2.38 2.70 2.33 1.83 3.55

ht
3. Mining of Iron Ores 0.69 0.75 0.61 0.85 1.21
4. Other Mining and

1.62 1.52 1.54 1.60 1.50
Quarrying
C Manufacturing 20.16 19.86 19.70 19.87 19.25
Products, Oil and Gas 2.28 2.24 2.13 1.99 1.89
Refineries
6.14 6.25 6.40 6.85 6.61
0.90 0.89 0.89 0.88 0.80
Products
1.11 1.14 1.26 1.21 1.06
and Wearing Apparel
0.27 0.28 0.27 0.25 0.25
and Related Product
and of Products of
0.60 0.56 0.51 0.51 0.45
Plaiting Materials

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

0.71 0.69 0.69 0.72 0.67
and Reproduction of
Recorded Media
Pharmaceuticals and 1.74 1.62 1.68 1.92 2.00
Botanical Products
0.63 0.62 0.56 0.54 0.52
0.66 0.63 0.59 0.56 0.52
id
0.73 0.75 0.73 0.78 0.81
Metals
.
go
1.86 1.74 1.68 1.63 1.52
p
.b
w

0.32 0.32 0.30 0.28 0.29
w
and Equipment
//w

1.82 1.76 1.63 1.35 1.48
Equipment
s:
15. Manufacture of Furniture 0.25 0.24 0.25 0.25 0.25

tp

ht
Repair and Installation of 0.15 0.14 0.15 0.15 0.14

D 1.19 1.19 1.17 1.16 1.12
Conditioning Supply
1. Electricity 0.98 0.97 0.96 0.98 0.94

0.22 0.22 0.21 0.19 0.18
of Ice
E Waste Management and Re- 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07
F Construction 10.38 10.53 10.75 10.71 10.44

G Repair of Motor Vehicles and 13.02 13.02 13.01 12.92 12.97
Motorcycles
Trade and Repair of Motor 2.62 2.61 2.63 2.33 2.40
Trade, Except of Motor 10.39 10.41 10.38 10.58 10.56

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
H Transportation and Storage 5.41 5.38 5.57 4.47 4.24
1. Railways Transport 0.07 0.07 0.08 0.05 0.05
2. Land Transport 2.42 2.39 2.47 2.47 2.40

0.31 0.30 0.32 0.31 0.30
Transport
4. Inland Water Transport 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10
5. Air Transport 1.63 1.62 1.63 0.68 0.57
6. Warehousing and
id
0.88 0.88 0.97 0.85 0.83
.
go
Courier Activities
I 2.85 2.78 s. 2.78 2.55 2.43
Service Activities
p
1. Accommodation 0.68 0.65 0.63 0.48 0.47
.b

2.17 2.13 2.15 2.07 1.96
w
Service Activities
w

J 3.78 3.77 3.96 4.51 4.41
//w
cation
K 4.20 4.15 4.24 4.51 4.34
s:
tivities
tp
2.60 2.53 2.56 2.71 2.68

Services
ht
2. Insurance and Pension Fund 0.91 0.93 0.95 1.03 0.96
3. Other Financial Services 0.60 0.61 0.65 0.67 0.61
4. Financial Support Services 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09
L Real Estate Activities 2.81 2.74 2.78 2.94 2.76
M,N Business Activities 1.75 1.80 1.92 1.91 1.77

O Defence, Compulsory Social 3.67 3.65 3.61 3.77 3.44
Security
P Education 3.29 3.25 3.30 3.56 3.28

Q 1.07 1.07 1.10 1.30 1.34
Work Activities
RSTU Other Service Activities 1.76 1.81 1.95 1.96 1.84
Gross Value Added at Basic Price 96.15 95.94 95.89 96.35 95.96
Taxes less Subsidies on Products 3.85 4.06 4.11 3.65 4.04
Gross Domestic Product 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Appendix 4
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 12.69 12.54 12.37 12.85 12.62
Fishing

Service Activities
a. Food Crops 2.96 2.86 2.67 2.83 2.69
id
.
go
e. Agriculture and
Hunting Related 0.19
s.
0.19 0.18 0.19 0.19
Service Activities
p
.b

w
3. Fishing 2.29 2.29 2.30 2.37 2.41

w

//w
s:

and Geothermal
tp

ht
4. Other Mining and

1.57 1.52 1.54 1.55 1.53
Quarrying
C Manufacturing 21.22 21.04 20.79 20.61 20.55
Refineries
6.45 6.62 6.80 7.05 6.97
0.85 0.84 0.83 0.80 0.76
Products
1.17 1.21 1.33 1.24 1.15
and Wearing Apparel
0.27 0.28 0.26 0.24 0.25
and Related Product
6. Manufacture of Wood and
of Products of Wood and
Cork, Except Furniture;
0.62 0.60 0.54 0.54 0.50
Manufacture of Articles
of Straw and Plaiting
Materials

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

0.73 0.71 0.73 0.75 0.70
and Reproduction of
Recorded Media
Botanical Products
9. Manufacture of Rubber and
0.72 0.73 0.66 0.64 0.62
Plastic Products
0.70 0.69 0.65 0.60 0.58
id
0.83 0.86 0.84 0.91 0.97
.
Metals
go
2.08 1.97 1.86 1.80 1.71
p
.b

w

w
0.32 0.33 0.30 0.28 0.30

and Equipment
//w

1.99 1.97 1.82 1.49 1.69
Equipment
s:

tp

ht

D 1.02 1.03 1.02 1.01 1.03
Conditioning Supply
1. Electricity 0.89 0.90 0.89 0.90 0.92

0.13 0.13 0.13 0.11 0.11
of Ice
F Construction 9.97 10.05 10.12 10.00 9.92

Motorcycles

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Land Transport 2.25 2.29 2.39 2.31 2.33

0.32 0.33 0.35 0.34 0.33
Transport
5. Air Transport 0.74 0.74 0.64 0.31 0.27
6. Warehousing and
0.65 0.67 0.70 0.59 0.60
id
Courier Activities
.
Accomodation and Food Ser-
go
I 3.01 3.02 3.04 2.79 2.79
vice Activities
1. Accomodation 0.61
p s.
0.60 0.58 0.45 0.46

2.40 2.42 2.46 2.34 2.34
.b
Service Activities
w

J 5.08 5.17 5.38 6.08 6.26
cation
w

//w
K 4.02 3.99 4.05 4.27 4.18

tivities
s:
2.48 2.42 2.44 2.59 2.57

Services
tp

ht

Security
P Education 3.07 3.08 3.12 3.27 3.15

Q 1.10 1.13 1.16 1.33 1.41
Work Activities

Indices of Gross Domestic Product at Current Market Prices by
Appendix 5
Industry, 2017-2021
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 187.00 198.78 210.51 221.25 235.73
Fishing

Service Activities
a. Food Crops 173.25 177.46 176.25 187.22 173.95
id
.
go
e. Agriculture and
s.
207.73 213.96 230.28
Service Activities
p
.b

w
3. Fishing 242.98 268.81 292.31 300.55 327.11

w

//w
s:

and Geothermal
tp

ht
4. Other Mining and

196.83 202.01 218.42 220.42 227.02
Quarrying
C Manufacturing 181.11 194.84 206.22 202.81 215.96
Refineries
231.50 257.31 281.03 293.25 311.11
181.76 196.19 209.62 202.14 200.96
Products
156.31 175.01 207.69 193.78 187.13
and Wearing Apparel
187.79 211.79 215.76 199.03 215.81
and Related Product
and of Products of
143.69 147.44 141.47 138.60 135.08
Plaiting Materials

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

142.11 149.68 161.64 162.63 166.51
and Reproduction of
Recorded Media
Botanical Products
128.62 138.79 131.77 124.11 132.72
175.88 182.87 183.25 168.52 174.72
id
181.46 204.40 213.08 222.06 252.61
Metals
.
go
193.40 197.08 202.97 192.84 196.84
p
.b

w

w
181.31 201.45 197.68 181.89 205.75

and Equipment
//w

183.91 194.39 192.38 155.58 187.62
Equipment
s:

tp

ht

D 223.77 243.48 255.16 247.75 261.96
Conditioning Supply
1. Electricity 225.89 245.36 258.17 255.73 270.24

214.61 235.36 242.20 213.41 226.34
of Ice
F Construction 225.00 249.21 271.45 263.62 282.61

Motorcycles

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Land Transport 242.32 261.31 288.30 281.13 300.65

193.35 207.73 232.71 223.80 231.90
Transport
5. Air Transport 576.87 628.99 672.87 273.99 250.78
6. Warehousing and
304.00 333.16 388.81 334.24 359.38
id
Courier Activities
.
go
I 193.23 206.06 219.79 196.75 205.84
Service Activities
1. Accommodation 257.11 270.02
p s.
277.38 208.62 221.37

179.35 192.16 207.28 194.17 202.46
.b
Service Activities
w

J 200.63 218.29 244.69 271.81 292.43
cation
w

//w
K 238.27 257.09 280.08 290.36 307.09

tivities
s:
235.62 250.60 270.41 279.53 303.82

Services
tp

ht

Security
P Education 221.84 239.01 259.16 272.69 276.01

Q 217.97 237.90 262.91 302.80 341.59
Work Activities

Indices of Gross Domestic Product at 2010 Constant Market Prices
Appendix 6
by Industry, 2017-2021
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 131.61 136.72 141.66 144.16 146.81
Fishing

Service Activities
a. Food Crops 116.00 117.65 115.61 119.79 117.92
id
.
go
e. Agriculture and
Hunting Related 133.80
s.
137.96 142.33 144.64 146.56
Service Activities
p
.b

w
3. Fishing 158.01 166.21 175.73 177.01 186.66

w

//w
s:

and Geothermal
tp

ht
4. Other Mining and

138.77 141.81 150.58 148.74 151.67
Quarrying
C Manufacturing 139.05 144.99 150.50 146.09 151.04
Refineries
177.51 191.56 206.46 209.72 215.04
125.76 130.19 134.55 126.78 125.11
Products
120.72 131.25 151.40 137.95 132.32
and Wearing Apparel
134.28 146.93 145.47 132.72 143.01
and Related Product
and of Products of
108.97 109.80 104.80 102.53 98.72
Plaiting Materials

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

106.85 108.38 117.98 118.24 114.82
and Reproduction of
Recorded Media
Botanical Products
107.35 114.78 108.44 102.36 103.46
136.44 140.19 138.75 126.09 127.21
id
150.23 163.73 168.38 178.26 198.76
Metals
.
go
157.91 156.95 156.15 147.63 145.23
p
.b

w

w
131.80 144.31 138.35 124.27 138.47

and Equipment
//w

147.12 153.36 148.11 118.69 139.84
Equipment
s:

tp

ht

D 139.98 147.64 153.60 150.00 158.32
Conditioning Supply
1. Electricity 150.62 158.52 165.84 164.21 173.42

94.19 100.79 100.95 88.90 93.38
of Ice
F Construction 157.59 167.18 176.81 171.05 175.87

Motorcycles

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Land Transport 164.29 176.00 193.53 183.20 191.53

147.22 157.84 174.37 166.49 171.29
Transport
5. Air Transport 190.80 202.31 182.56 85.70 78.84
6. Warehousing and
163.56 176.53 194.79 160.49 168.55
id
Courier Activities
.
go
I 148.86 157.31 166.42 149.35 155.16
Service Activities
1. Accommodation 168.87
p s.
176.15 178.58 134.85 142.68

144.50 153.22 163.77 152.50 157.87
.b
Service Activities
w

J 196.61 210.41 230.24 254.66 272.00
cation
w

//w
K 166.43 173.37 184.83 190.83 193.82

tivities
s:
164.19 168.12 178.45 185.55 190.58

Services
tp

ht

Security
P Education 151.23 159.32 169.35 173.78 173.97

Q 164.79 176.57 191.87 214.06 236.44
Work Activities

Growth Rate of Gross Domestic Product at Current Market Prices
Appendix 7
by Industry (percent), 2018-2021
Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
A Agriculture, Forestry, and Fishing 6.30 5.90 5.10 6.54

5.18 5.06 5.80 6.16
a. Food Crops 2.43 -0.68 6.22 -7.08
b. Horticultural Crops 10.84 9.20 4.87 4.83
c. Plantation Crops 3.76 5.79 8.25 19.31
id
d. Animal Production 8.65 10.58 1.28 3.08
.
go
5.86 6.20 3.00 7.63
Service Activities
2. Forestry and Logging 6.32
p s. 6.90 4.34 3.08
.b
3. Fishing 10.63 8.74 2.82 8.84

w
B Mining and Quarrying 16.46 -4.09 -13.60 53.36

w
1. Extraction of Crude Petroleum, Natural Gas

//w
17.56 -4.47 -24.35 38.83

and Geothermal
s:
24.09 -8.07 -23.23 112.98

tp
3. Mining of Iron Ores 18.02 -13.02 35.25 56.23

ht
4. Other Mining and Quarrying 2.63 8.12 0.91 2.99
C Manufacturing 7.58 5.84 -1.65 6.48

1. Manufacture of Coal Products, Oil and Gas
7.41 1.32 -8.63 4.03
Refineries
2. Manufacture of Food Products and
11.15 9.22 4.35 6.09
Beverages
3. Manufacture of Tobacco Products 7.94 6.84 -3.57 -0.58
4. Manufacture of Textiles and Wearing

11.96 18.67 -6.70 -3.44
Apparel
5. Manufacture of Leather and Related
12.78 1.88 -7.75 8.43
Product
of Wood and Cork, Except Furniture;
2.61 -4.05 -2.03 -2.54
Manufacture of Articles of Straw and
Plaiting Materials
7. Manufacture of Paper and Paper Products;
Printing and Reproduction of Recorded 5.32 7.99 0.61 2.39
Media
8. Manufacture of Chemicals, Pharmaceuticals
1.48 10.95 11.58 14.31
and Botanical Products

Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
9. Manufacture of Rubber and Plastic Products 7.91 -5.06 -5.82 6.94
10. Manufacture of Other Non-Metallic Mineral

3.97 0.21 -8.04 3.68
Products
11. Manufacture of Basic Metals 12.64 4.25 4.21 13.76
12. Manufacture of Fabricated Metal Products,

Except Machinery and Equipment;
1.90 2.99 -4.99 2.07
Computer, Electronic, Optical Products and
13. Manufacture of Machinery and Equipment 11.11 -1.87 -7.99 13.11
id
14. Manufacture of Transport Equipment 5.70 -1.03 -19.13 20.59
.
15. Manufacture of Furniture 4.83 10.57 -1.49 9.11
go
16. Other Manufacturing; Repair and
2.09
s. 8.93 0.35 -0.37
Installation of Machinery and Equipment
p
D 8.81 4.80 -2.90 5.73
.b
Supply
w
1. Electricity 8.62 5.22 -0.94 5.67

w
2. Gas Supply and Production of Ice 9.67 2.91 -11.89 6.06

//w
Water Supply, Sewerage, Waste Management

E 6.20 7.11 5.30 6.37
and Remediation Activities
s:
F Construction 10.76 8.93 -2.88 7.20

tp
Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor

G 9.21 6.65 -3.21 10.35
ht

1. Wholesale and Retail Trade and Repair of
8.47 7.71 -13.54 13.29
Motor Vehicle and Motorcycle
9.40 6.38 -0.59 9.70
H Transportation and Storage 8.51 10.50 -21.77 4.36
1. Railways Transport 14.07 15.57 -35.58 0.69
2. Land Transport 7.84 10.33 -2.49 6.94
3. Sea and Coastal Water Transport 7.44 12.03 -3.83 3.62
4. Inland Water Transport 6.32 8.64 -9.73 4.95
5. Air Transport 9.04 6.97 -59.28 -8.47
6. Warehousing and Support Activities for

9.59 16.70 -14.04 7.52
Transportation; Postal and Courier Activities
I Accommodation and Food Service Activities 6.64 6.66 -10.48 4.62
1. Accommodation 5.02 2.73 -24.79 6.11

Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
2. Food and Beverage Service Activities 7.14 7.87 -6.32 4.27
J Information and Communication 8.80 12.09 11.08 7.59
K Financial and Insurance Activities 7.90 8.94 3.67 5.76
1. Financial Intermediary Services 6.36 7.90 3.38 8.69
2. Insurance and Pension Fund 10.90 8.88 6.13 2.30
3. Other Financial Services 10.56 13.99 1.42 -0.86
4. Financial Support Services 4.28 4.70 2.29 6.83
id
L Real Estate Activities 6.21 8.24 3.26 3.18
.
go
M,N Business Activities 12.12 13.92 -3.30 2.32
Public Administration and Defence, Compul- s.

O 8.48 5.52 1.93 0.30
sory Social Security
p
P Education 7.74 8.43 5.22 1.22
.b

w
9.14 10.51 15.17 12.81

w
RSTU Other Service Activities 12.25 15.05 -2.08 3.17

//w
Gross Value Added at Basic Price 8.96 6.63 -2.02 9.48

s:
Taxes less Subsidies on Products 15.05 8.22 -13.51 21.76

tp
Gross Domestic Product 9.19 6.70 -2.49 9.93

ht

Appendix 8
Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)

3.65 3.31 2.13 1.08
a. Food Crops 1.42 -1.73 3.61 -1.56
c. Plantation Crops 3.83 4.56 1.34 3.52
id
d. Animal Production 4.61 7.78 -0.35 0.34
.
go
3.11 3.17 1.62 1.32
Service Activities
ps.
2.78 0.37 -0.03 0.06
.b
3. Fishing 5.19 5.73 0.73 5.45

w
B Mining and Quarrying 2.16 1.22 -1.95 4.00

w
1. Extraction of Crude Petroleum, Natural

//w
-1.40 -2.83 -6.00 -4.42

Gas and Geothermal
s:
4.01 10.20 -5.43 6.60

tp
3. Mining of Iron Ores 9.01 -15.15 20.26 22.84

ht
4. Other Mining and Quarrying 2.19 6.18 -1.22 1.97
C Manufacturing 4.27 3.80 -2.93 3.39

1. Manufacture of Coal Products, Oil and
-0.01 -1.11 -6.81 0.57
Gas Refineries
7.91 7.78 1.58 2.54
Beverages
3. Manufacture of Tobacco Products 3.52 3.36 -5.78 -1.32

8.73 15.35 -8.88 -4.08
Apparel
9.42 -0.99 -8.76 7.75
Product
0.75 -4.55 -2.16 -3.71
Plaiting Materials
Printing and Reproduction of Recorded 1.43 8.86 0.22 -2.89
Media
-1.42 8.48 9.39 9.61

Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
9. Manufacture of Rubber and Plastic Products 6.92 -5.52 -5.61 1.08

2.75 -1.03 -9.13 0.89
Products
11. Manufacture of Basic Metals 8.99 2.83 5.87 11.50

-0.61 -0.51 -5.46 -1.62
13. Manufacture of Machinery and Equipment 9.49 -4.13 -10.17 11.43
id
14. Manufacture of Transport Equipment 4.24 -3.43 -19.86 17.82
.
15. Manufacture of Furniture 2.22 8.35 -3.36 8.16
go
-0.83 s. 5.17 -0.88 -1.64
p
D 5.47 4.04 -2.34 5.55
.b
Supply
w
1. Electricity 5.25 4.61 -0.98 5.61

w
2. Gas Supply and Production of Ice 7.00 0.16 -11.94 5.05

//w

E 5.56 6.83 4.94 4.97
s:
F Construction 6.09 5.76 -3.26 2.81

tp

G 4.97 4.60 -3.78 4.65
ht

4.85 3.72 -14.11 12.10
4.99 4.80 -1.37 3.14
1. Railways Transport 10.74 4.49 -42.34 -3.42
2. Land Transport 7.13 9.96 -5.34 4.55
3. Sea and Coastal Water Transport 7.22 10.47 -4.52 2.89
4. Inland Water Transport 5.20 5.58 -13.00 -0.42
5. Air Transport 6.03 -9.76 -53.06 -8.01

7.93 10.34 -17.61 5.03
1. Accommodation 4.31 1.38 -24.49 5.81
2. Food and Beverage Service Activities 6.03 6.89 -6.88 3.52

Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Financial Intermediary Services 2.39 6.14 3.98 2.71
3. Other Financial Services 7.12 10.63 -0.58 -2.40
id
M,N Business Activities 8.64 10.25 -5.44 0.73
.
go
Public Administration and Defence, Compul-
O 6.97 4.66 -0.03 -0.33
P Education
ps.
5.36 6.30 2.61 0.11
Q Human Health and Social Work Activities 7.15 8.66 11.56 10.46
.b
RSTU Other Service Activities

w
8.95 10.57 -4.10 2.12

w

//w
5.17 5.02 -2.07 3.69

s:
Gross Domestic Product

tp
ht

Implicit Price Indices of Gross Domestic Product by Industry
Appendix 9
(2010=100), 2017-2021
Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A 142.09 145.39 148.61 153.47 160.56
Fishing

Service Activities
a. Food Crops 149.35 150.84 152.45 156.29 147.51
id
.
go
e. Agriculture and
s.
145.94 147.92 157.13
Service Activities
p
.b

w
3. Fishing 153.78 161.73 166.34 169.79 175.24

w

//w
s:

and Geothermal
tp
2. Mining of Coal and

ht
142.78 170.35 142.10 115.35 230.46

Lignite
4. Other Mining and

141.84 142.45 145.05 148.19 149.68
Quarrying
C Manufacturing 130.25 134.38 137.02 138.83 142.98
Refineries
130.41 134.32 136.12 139.83 144.67
144.53 150.70 155.79 159.44 160.63
Products
129.48 133.34 137.18 140.48 141.42
and Wearing Apparel
139.85 144.14 148.32 149.96 150.90
and Related Product
and of Products of
131.86 134.29 135.00 135.18 136.82
Plaiting Materials

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. Manufacture of Paper
and Paper Products;
133.01 138.11 137.00 137.54 145.02
Printing and Reproduction
of Recorded Media
Botanical Products
119.82 120.93 121.51 121.25 128.28
10. Manufacture of Other
Non-Metallic Mineral 128.91 130.44 132.07 133.66 137.35
id
Products
.
120.79 124.84 126.55 124.57 127.09
go
Metals
12. Manufacture of Fabricated s.
Metal Products, Except
p
122.47 125.57 129.98 130.63 135.53
.b
w
w

137.57 139.60 142.89 146.36 148.58
//w
and Equipment
125.00 126.75 129.89 131.08 134.16
s:
Equipment
tp

ht

D 159.86 164.92 166.12 165.16 165.46
Conditioning Supply
1. Electricity 149.98 154.78 155.68 155.74 155.83
2. Gas Supply and

227.84 233.52 239.92 240.07 242.37
Production of Ice
F Construction 142.78 149.06 153.53 154.12 160.70

Motorcycles
Trade and Repair of
142.32 147.24 152.91 153.91 155.55
Motor Vehicle and
Motorcycle

Industry 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2. Land Transport 147.50 148.47 148.97 153.45 156.97

131.33 131.60 133.46 134.43 135.38
Transport
5. Air Transport 302.35 310.91 368.58 319.71 318.09
6. Warehousing and
id
185.86 188.73 199.60 208.27 213.22
.
Courier Activities
go
I 129.81 130.99 132.07
s. 131.74 132.66
Service Activities
p
1. Accommodation 152.25 153.29 155.33 154.71 155.15
.b

124.11 125.42 126.56 127.32 128.25
w
Service Activities
w

J 102.05 103.74 106.28 106.73 107.51
cation
//w

K 143.17 148.29 151.53 152.15 158.44
tivities
s:
tp
143.50 149.06 151.53 150.65 159.42

Services
ht
2. Insurance and Pension

143.19 147.74 152.24 155.31 157.74
Fund

Security
P Education 146.69 150.01 153.03 156.92 158.65

Q 132.27 134.73 137.02 141.46 144.47
Work Activities

Growth Rate of Implicit Price Indices of Gross Domestic Product by
Appendix 10
Industry (percent), 2018-2021
Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)

1.48 1.69 3.59 5.02
a. Food Crops 1.00 1.06 2.52 -5.62
c. Plantation Crops -0.07 1.18 6.82 15.24
id
d. Animal Production 3.87 2.60 1.64 2.73
.
go
2.66 2.94 1.36 6.22
Service Activities
ps.
3.44 6.51 4.37 3.02
.b
3. Fishing 5.17 2.85 2.08 3.21

w
B Mining and Quarrying 14.00 -5.25 -11.88 47.46

w
1. Extraction of Crude Petroleum, Natural Gas

//w
19.22 -1.69 -19.52 45.25

and Geothermal
s:
19.31 -16.58 -18.82 99.78

tp
3. Mining of Iron Ores 8.27 2.51 12.47 27.18

ht
4. Other Mining and Quarrying 0.43 1.83 2.16 1.00
C Manufacturing 3.17 1.97 1.32 2.99

1. Manufacture of Coal Products, Oil and Gas
7.42 2.45 -1.96 3.44
Refineries
3.00 1.34 2.73 3.46
Beverages
3. Manufacture of Tobacco Products 4.27 3.37 2.35 0.75

2.98 2.89 2.40 0.67
Apparel
3.07 2.90 1.11 0.63
Product
1.84 0.53 0.13 1.22
Plaiting Materials
Printing and Reproduction of Recorded 3.83 -0.80 0.39 5.44
Media
2.94 2.28 2.00 4.29

Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
9. Manufacture of Rubber and Plastic Products 0.92 0.49 -0.22 5.80

1.19 1.25 1.20 2.76
Products
11. Manufacture of Basic Metals 3.35 1.37 -1.57 2.02

2.53 3.51 0.50 3.76
13. Manufacture of Machinery and Equipment 1.48 2.35 2.43 1.52
id
14. Manufacture of Transport Equipment 1.40 2.48 0.92 2.35
.
15. Manufacture of Furniture 2.56 2.05 1.94 0.87
go
2.95 s. 3.57 1.24 1.29
p
D 3.16 0.73 -0.57 0.18
.b
Supply
w
1. Electricity 3.20 0.58 0.04 0.06

w
2. Gas Supply and Production of Ice 2.49 2.74 0.06 0.96

//w

E 0.60 0.26 0.34 1.33
s:
F Construction 4.40 3.00 0.38 4.27

tp

G 4.05 1.96 0.59 5.44
ht

3.46 3.85 0.66 1.06
4.20 1.51 0.79 6.36
1. Railways Transport 3.01 10.61 11.72 4.26
2. Land Transport 0.66 0.34 3.01 2.29
3. Sea and Coastal Water Transport 0.21 1.41 0.73 0.71
4. Inland Water Transport 1.07 2.90 3.76 5.40
5. Air Transport 2.83 18.55 -13.26 -0.51

1.54 5.76 4.34 2.38
1. Accommodation 0.68 1.33 -0.40 0.29

Industry 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
2. Food and Beverage Service Activities 1.05 0.91 0.60 0.73
1. Financial Intermediary Services 3.87 1.66 -0.58 5.82
3. Other Financial Services 3.21 3.04 2.01 1.58
id
.
go
M,N Business Activities 3.20 3.33 2.27 1.58
Public Administration and Defence, Compul- s.

O 1.41 0.83 1.96 0.63
p
P Education 2.26 2.01 2.54 1.10
.b

w
1.86 1.70 3.23 2.13

w
RSTU Other Service Activities 3.03 4.05 2.11 1.03

//w

s:

tp
Gross Domestic Product 3.82 1.60 -0.44 6.02

ht

Gross Domestic Product at Current Market Prices by Expenditure
Appendix 11
Expenditure Component 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Household Final Consumption

7 623 056.1 8 274 214.4 8 965 837.4 8 899 917.6 9 236 010.0
Expenditure
2. NPISHs Final Consumption

160 594.4 180 893.3 206 094.5 201 361.9 207 766.7
Expenditure
3. Government Final Consumption

1 239 469.7 1 338 638.6 1 394 615.1 1 474 067.7 1 551 706.6
Expenditure
4. Gross Fixed Capital Formation 4 370 574.8 4 791 211.3 5 121 371.3 4 897 049.7 5 227 853.9
id
5. Changes in Inventories 210 636.3 338 633.6 226 922.8 97 857.7 111 143.0
.
go
Statistical Discrepancies#) - 150 283.1 73 763.8 - 11 772.6 - 374 188.9 178 292.1
6. Exports of Goods and

2 742 060.5
s.
3 116 546.3 2 943 532.9 2 666 365.0 3 659 039.8
Services
p
.b
Less
w
7. Imports of Goods and

2 606 283.0 3 275 145.3 3 013 944.2 2 424 413.2 3 201 022.9
w
Services
//w
8. GROSS DOMESTIC PRODUCT 13 589 825.7 14 838 756.0 15 832 657.2 15 438 017.5 16 970 789.2
s:
9. Net Factor Income from The

- 430 605.8 - 442 183.7 - 481 321.1 - 412 365.0 - 452 533.9
Rest of The World
tp
10. Gross National Product 13 159 219.9 14 396 572.3 15 351 336.1 15 025 652.5 16 518 255.3
ht
Less
11. Taxes on Production and
685 963.0 730 653.0 791 060.4 716 702.7 801 060.0
Imports
Less
12. Consumption of Fixed Capital 2 430 937.4 2 800 030.2 3 168 101.1 2 943 805.0 3 146 409.1
13. NATIONAL INCOME 10 042 319.5 10 865 889.0 11 392 174.7 11 365 144.8 12 570 786.2
#) Statistical Discrepancies between GDP by Industry and GDP by Expenditure

Gross Domestic Product at Constant Market Prices by Expenditure
Appendix 12

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

5 379 628.6 5 651 456.3 5 936 399.5 5 780 223.4 5 896 697.4
Expenditure

112 664.4 122 969.8 136 027.4 130 248.7 132 316.8
Expenditure

790 756.4 828 876.6 855 963.0 872 774.1 909 173.3
Expenditure
4. Gross Fixed Capital Formation 3 228 763.0 3 444 310.3 3 597 664.1 3 419 181.6 3 549 218.8
id
5. Changes in Inventories 126 883.6 197 369.6 129 953.8 51 334.1 62 709.1
.
go
Statistical Discrepancies#) 92 486.8 97 744.3 63 903.5 83 184.5 77 422.5

2 146 564.5
s.
2 286 394.9 2 275 488.3 2 090 273.4 2 592 682.3
Services
p
.b
Less
w
7. Imports of Goods and Services 1 964 819.2 2 203 269.9 2 046 244.2 1 704 165.0 2 101 351.7
w
8. GROSS DOMESTIC PRODUCT 9 912 928.1 10 425 851.9 10 949 155.4 10 723 054.8 11 118 868.5
//w
s:

tp

ht

Percentage Distribution of Gross Domestic Product at Current
Appendix 13

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

56.09 55.76 56.63 57.65 54.42
Expenditure

1.18 1.22 1.30 1.30 1.22
Expenditure

9.12 9.02 8.81 9.55 9.14
Expenditure
4. Gross Fixed Capital Formation 32.16 32.29 32.35 31.72 30.81
id
5. Changes in Inventories 1.55 2.28 1.43 0.63 0.65
.
go
Statistical Discrepancies#) -1.10 0.50 -0.07 -2.42 1.06

20.18 21.00
s. 18.59 17.27 21.56
Services
p
.b
Less
w

19.18 22.07 19.04 15.70 18.86
w
Services
//w
8. GROSS DOMESTIC PRODUCT 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

s:
tp

ht

Appendix 14

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

54.27 54.21 54.22 53.90 53.03
Expenditure

1.14 1.18 1.24 1.21 1.19
Expenditure
3. Government Final
7.98 7.95 7.82 8.14 8.18
id
.
go
Statistical Discrepancies#) 0.93 0.93 0.58 0.78 0.70

21.65 21.93
s. 20.78 19.49 23.32
Services
p
.b
Less
w

19.82 21.13 18.69 15.89 18.90
w
Services
//w

s:
tp

ht

Indices of Gross Domestic Product at Current Market Prices by
Appendix 15
Expenditure, 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

201.35 218.54 236.81 235.07 243.95
Expenditure
220.72 248.62 283.26 276.75 285.56
Expenditure
3. Government Final
200.50 216.55 225.60 238.45 251.01
4. Gross Fixed Capital
205.40 225.17 240.68 230.14 245.69
Formation
id
.
go
164.40 186.85 176.48 159.86 219.38
Services
169.49 212.99
p s.
196.00 157.66 208.17
Services
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Indices of Gross Domestic Product at 2010 Constant Market Prices
Appendix 16
by Expenditure, 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

142.09 149.27 156.80 152.67 155.75
Expenditure
154.85 169.01 186.96 179.01 181.86
Expenditure
127.92 134.08 138.47 141.18 147.07
Expenditure
id
.
128.70 137.08 136.43 125.32 155.44
go
Services
7. Imports of Goods and s.
127.77 143.28 133.07 110.82 136.65
Services
p
.b

w
w

//w
s:
tp
ht

Growth Rate of Gross Domestic Product at Current Market Prices by
Appendix 17
Expenditure (percent), 2018-2021
Expenditure Component 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Household Final Consumption Expenditure 8.54 8.36 -0.74 3.78
2. NPISHs Final Consumption Expenditure 12.64 13.93 -2.30 3.18
3. Government Final Consumption Expenditure 8.00 4.18 5.70 5.27
4. Gross Fixed Capital Formation 9.62 6.89 -4.38 6.76
5. Changes in Inventories - - - -
id
6. Exports of Goods and Services 13.66 -5.55 -9.42 37.23
.
go
7. Imports of Goods and Services 25.66 -7.98 -19.56 32.03
8. GROSS DOMESTIC PRODUCT 9.19

p s.6.70 -2.49 9.93
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Appendix 18
Prices by Expenditure (percent), 2018-2021

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Household Final Consumption Expenditure 5.05 5.04 -2.63 2.02
2. NPISHs Final Consumption Expenditure 9.15 10.62 -4.25 1.59
4. Gross Fixed Capital Formation 6.68 4.45 -4.96 3.80
6. Exports of Goods and Services
id
6.51 -0.48 -8.14 24.04
.
7. Imports of Goods and Services
go
12.14 -7.13 -16.72 23.31
8. GROSS DOMESTIC PRODUCT

p s.
5.17 5.02 -2.07 3.69
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Implicit Price Indices of Gross Domestic Product by Expenditure
Appendix 19
(2010=100), 2017-2021

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

141.70 146.41 151.03 153.97 156.63
Expenditure
142.54 147.10 151.51 154.60 157.02
Expenditure
3. Government Final
156.74 161.50 162.93 168.89 170.67
4. Gross Fixed Capital
135.36 139.11 142.35 143.22 147.30
Formation
id
.
go
127.74 136.31 129.36 127.56 141.13
Services
132.65 148.65
p s.
147.29 142.26 152.33
Services
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Growth Rate of Implicit Price Indices of Gross Domestic Product
Appendix 20
by Expenditure (percent), 2018-2021

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Household Final Consumption Expenditure 3.32 3.16 1.95 1.73
2. NPISHs Final Consumption Expenditure 3.20 3.00 2.04 1.57
4. Gross Fixed Capital Formation 2.76 2.33 0.61 2.84
6. Exports of Goods and Services
id
6.71 -5.10 -1.39 10.64
.
7. Imports of Goods and Services
go
12.06 -0.91 -3.41 7.08
8. GROSS DOMESTIC PRODUCT

p
3.82 s. 1.60 -0.44 6.02
.b

w
w
//w
s:
tp
ht

Income Aggregates and Per Capita Income at Current Market Prices,
Appendix 21
2017-2021
Description 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Gross Domestic Product, Billion

13 589 825.7 14 838 756.0 15 832 657.2 15 438 017.5 16 970 789.2
Rupiah
2. Per Capita Gross Domestic

51 891.2 55 992.1 59 317.9 57 269.8 62 236.4
Product, Rupiah
3. Gross National Product, Billion

13 159 219.9 14 396 572.3 15 351 336.1 15 025 652.5 16 518 255.3
Rupiah
4. Per Capita Gross National

50 246 959.1 54 323 612.8 57 514 617.6 55 740 065.0 60 576 877.6
id
Product, Rupiah
.
5. National Income, Billion Rupiah 10 042 319.5 10 865 889.0 11 392 174.7 11 365 144.8 12 570 786.2
go
6. Per Capita National Income,
38 345 435.5 41 001 034.0
s. 42 681 403.3 42 160 825.2 46 100 448.3
Rupiah
p
7. Mid-Year Population, Thousand 261 890.9 265 015.0 266 911.9 269 566.5 272 682.5
.b
w

w
//w
s:
tp
ht

Income Aggregates and Per Capita Income at Constant Market
Appendix 22
Prices, 2017-2021
Description 2017 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Gross Domestic Product,

9 912 928.1 10 425 851.9 10 949 155.4 10 723 054.8 11 118 868.5
Billion Rupiah
2. Per Capita Gross Domestic

37 851 369.3 39 340 610.5 41 021 607.5 39 778 889.4 40 775 876.3
Product, Rupiah
3. Mid-Year Population,
261 890.9 265 015.0 266 911.9 269 566.5 272 682.5
Thousand
id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Growth Rate of Some Income Aggregates and Per Capita Income
Appendix 23
at Current Market Prices (percent), 2018-2021
Description 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Gross Domestic Product 9.19 6.70 -2.49 9.93
2. Per Capita Gross Domestic Product 7.90 5.94 -3.45 8.67
3. Gross National Product 9.40 6.63 -2.12 9.93
4. Per Capita Gross National Product 8.11 5.87 -3.09 8.68
id
5. National Income 8.20 4.84 -0.24 10.61
.
go
6. Per Capita National Income 6.93 4.10 -1.22 9.34
p s.
7. Mid-Year Population 1.19 0.72 0.99 1.16
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Growth Rate of Some Income Aggregates and Per Capita Income
Appendix 24
at Constant Market Prices (percent), 2018-2021
Description 2018 2019 2020* 2021**

(1) (2) (3) (4) (5)
1. Gross Domestic Product 5.17 5.02 -2.07 3.69
2. Per Capita Gross Domestic Product 3.93 4.27 -3.03 2.51
3. Mid-Year Population 1.19 0.72 0.99 1.16
id
.
go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

DATA
MENCERDASKAN BANGSA
. id
Enlighten The Nation go
p s.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
BADAN PUSAT STATISTIK

BPS-Statistics Indonesia
Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta, 10710
Telp. (021) 3841195, 3842508, 3810291, Fax: (021) 3857046
Homepage: http://www.bps.go.id Email: bpshq@bps.go.id

Pendapatan Nasional Indonesia 2017-2021

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Pendapatan Nasional Indonesia 2017-2021

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Katalog/Catalog: 9301001

BADAN PUSAT STATISTIK

Direktorat Neraca Produksi

Direktorat Neraca Pengeluaran

Direktorat Neraca Produksi

Gambar Sampul oleh/ Cover Design by:

Direktorat Neraca Produksi

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau

tersebut disajikan dalam tabel Produk Domestik Bruto (PDB) beserta

dalam nilai dan angka persentase. Tinjauan secara deskriptif merupakan

menurut lapangan usaha dan PDB menurut pengeluaran selama tahun

2017-2021. Untuk angka tahun 2021 masih bersifat sangat sementara

dan akan disempurnakan pada publikasi selanjutnya.

Jakarta, Juni 2022

Dr. Margo Yuwono, S.Si., M.Si.

presented in Gross Domestic Product (GDP) tables and its derivative

indicators at current and 2010 constant market prices, both in value

and percentage figures. A descriptive review is a coverage of the tables

presented and contains an explanation of GDP by industry and GDP

provisional and will be revised in the subsequent publication.

This publication was arranged by collaboration and contribution

Jakarta, June 2022

Dr. Margo Yuwono, S.Si., M.Si.

KATA PENGANTAR/PREFACE iii

DAFTAR TABEL/LIST OF TABLES vIii

DAFTAR GAMBAR/LIST OF FIGURES vIii

Gambaran Umum Perekonomian Indonesia/ 5

Pengertian Pendapatan Nasional/ 8

Keterkaitan Pendapatan Nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB)/ 9

RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN/

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor/ 47

Transportasi dan Pergudangan/ 48

Transportation and Storage 162

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum/ 49

Informasi dan Komunikasi/ 51

DAFTAR ISTILAH PENTING/ GLOSSARY 175

DAFTAR GAMBAR/LIST OF FIGURES

Appendix 3 Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen), 2017-2021/

Market Prices by Industry (percent), 2017-2021

Lampiran 4/ Kontribusi Terhadap Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga 81

Percentage Distribution of Gross Domestic Product at Constant

Market Prices by Industry (percent), 2017-2021

Lampiran 5/ Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar 84

at Current Market Prices by Expenditure (billion rupiahs), 2017-

Appendix 12 Pengeluaran (miliar rupiah), 2017-2021/ Gross Domestic Product 213

Appendix 13 Berlaku Menurut Pengeluaran (persen), 2017-2021/ Percentage 214

Appendix 19 aran (2010=100), 2017-2021/ Implicit Price Indices of Gross

Appendix 20 Menurut Pengeluaran (persen), 2018-2021/ Growth Rate of 221

Lampiran 21/ Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapa- 112

79,3% 54,7% 0,6% 3,7%

280 Juta Rp 16.970,8 T

AMERIKA INGGRIS JEPANG

PERBANDINGAN PDB & PENDAPATAN NASIONAL, 2021

Kondisi perekonomian Indonesia dapat digambarkan melalui struktur dan

Dari sisi pengeluaran, struktur perekonomian Indonesia tidak mengalami

tahun tersebut, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) selalu

Perekonomian Indonesia yang sempat melemah akibat adanya Pandemi

Dari 17 kategori lapangan usaha yang ada, 14 lapangan usaha diantaranya

Pendapatan Nasional Indonesia 2017 - 2021 5

Dibandingkan dengan lapangan usaha yang telah disebutkan, beberapa

lapangan usaha dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada

Berbeda dengan sisi lapangan usaha, percepatan laju pertumbuhan ekonomi

Selain Indonesia, kondisi pemulihan ekonomi akibat Pandemi COVID-19 juga

6 National Income of Indonesia 2017 - 2021