Anda di halaman 1dari 14

PENYELESAIAN SENGKETA INVESTOR ASING selaras dengan tuntutan perkembangan

DALAM MEKANISME INVESTOR STATE DISPUTE masyarakatnya. Investasi disuatu negara yang
SETTLEMENT (ISDS) DAN IMPLIKASINYA DALAM berlangsung secara baik dan dapat bermanfaat bagi
SISTEM HUKUM INDONESIA1 negara dan rakyatnya dimana negara mampu
Oleh: Martines Eklesia 2 menerapkan dan menetapkan kebijakan investasi
Jeany Anita Kermite 3 berdasarkan amanah konstitusi.6
Rudolf S. Mamengko 4 Meningkatnya angka investasi disuatu
negara salah satu faktornya ditentukan oleh adanya
ABSTRAK forum dan mekanisme penyelesaian sengketa
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk investasi, karena investor memerlukan kepastian
mengetahui bagaimana akseptasi atau pengakuan hukum dalam rangka menjalankan investasinya. Hal
atas eksistensi mekanisme ISDS dalam sistem ini yang mengakibatkan semakin kompleksnya
hukum Indonesia dan bagaimana penyelesaian pengaturan kebijakan ekonomi internasional.
sengketa antara investor asing dengan negara Dewasa ini, perkembangan investasi global
penerima investasi melalui mekanisme ISDS, yang telah berkembang sangat pesat, dan perlindungan
dengan metode penelitian yuridis normatif hukum atas investasi menjadi aspek yang
disimpulkan: 1. Mekanisme ISDS dapat diterapkan fundamental untuk menarik dan menjamin hak-hak
apabila ada kesepakatan perjanjian antara negara dari pihak investor agar secara pasti dapat
asal investor dengan negara penerima investasi. terlindungi sehingga kelangsungan investasi dapat
Itulah sebabnya ISDS merupakan suatu instrumen terlaksana. Faktor kepastian hukum inilah yang
hukum internasional publik. ISDS dapat tertuang selalu menjadi pertimbangan penting bagi investor
dalam perangkat peraturan nasional, perjanjian asing dalam menanamkan modalnya di suatu
investasi bilateral dan multilateral atau dalam negara. Peraturan dan kebijakan hukum nasional
bentuk perjanjian investasi internasional. 2. negara penerima investasi (host country) seringkali
Akseptasi sistem hukum Indonesia terhadap tidak berpihak dan merugikan pihak investor asing
penyelesaian sengketa ISDS yakni bahwa hukum sehingga memunculkan isu, masalah dan sengketa
nasional Indonesia meratifikasi konvensi ICSID antara negara penerima investasi dan pihak
dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1968 sebagai investor. Hal ini yang kemudian melatar belakangi
mekanisme penyelesaian perselisihan antara warga munculnya mekanisme penyelesaian sengketa
negara asing dengan negara mengenai penanaman Negara-investor atau dikenal dengan Investor-State
modal. Dispute Settlement (ISDS).
Kata Kunci: Investasi/Penanaman Modal; Sengketa Mekanisme ISDS dibentuk dengan tujuan
Hukum; Penyelesaian Sengketa Internasional; untuk melindungi kepentingan investor asing yang
Investor State Dispute Settlement. melakukan investasi di Negara penerima sehingga
akan menarik minat dan adanya jaminan kepastian
PENDAHULUAN hukum bagi para investor asing untuk menanamkan
A. Latar Belakang modalnya di negara lain. Salah satu bentuk jaminan
Seiring dengan arus globalisasi dalam kepastian hukum terhadap investor asing adalah
bidang ekonomi yang pesat, kemajuan teknologi adanya perjanjian internasional, perjanjian bilateral
dan komunikasi memberikan implikasi pada antara negara penerima investasi dengan negara
kegiatan ekonomi yang tidak lagi terkungkung oleh asal investor melalui perjanjian kerjasama
batas-batas negara.5 Setiap negara membutuhkan perdagangan dan investasi tentang ISDS. Perjanjian
investasi untuk meningkatkan pertumbuhan yang telah disepakati inilah yang menjadi dasar
ekonomi termaksud negara Indonesia. Investasi hukum perlindungan hukum kepada investor asing
merupakan suatu keharusan atau keniscayaan dalam hal memberi hak kepada individu investor
karena investasi merupakan salah satu penggerak dan atau perusahaannya untuk dapat menggugat
ekonomi agar negara dapat mendorong pemerintah negara penerima investasi.
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang Dalam konteks Indonesia sebagai negara
yang sedang berkembang dan membutuhkan
1 adanya modal atau investasi yang besar, upaya
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM 18071101173 perlindungan terhadap investor telah lama
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
5 6
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, (Cetakan https://repository.unair.ac.id/l 0277
keempat, Rajawali Pers, Bandung, 2005), hlm 1. 6/4/4.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
dilakukan. Hal ini dapat dilihat sejak dikeluarkannya antara kedua bela pihak. Sebab tidak dapat
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang disangkal bahwa dengan adanya suatu usaha kerja
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang sama antara penanaman modal asing dan nasional
Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal tentu saja akan melahirkan berbagai implikasi, dan
Dalam Negeri.7 salah satunya adalah terjadinya sengketa yang
Indonesia merupakan negara yang tentunya memerlukan penyelesaian secara tuntas
berpotensi dalam kegiatan penanaman modal. agar tidak menimbulkan image yang buruk dari
Hadirnya penanaman modal khususnya penanaman penanaman modal asing.10 Semua pihak yang
modal asing di Indonesia tentunya akan bersengketa, termaksud perselisihan yang timbul
memberikan dan membawa dampak signifikan bagi akibat kegiatan penanaman modal, mendambakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga penyelesaian sengketa secara adil dengan metode
dibutuhkan adanya suatu pengaturan yang yang transparan.
seimbang agar penanaman modal asing di satu
pihak dan pemerintah di lain pihak dapat B. Rumusan Masalah
memperoleh manfaatnya dan terlindungi 1. Bagaimana akseptasi atau pengakuan atas
kepentingannya. eksistensi mekanisme ISDS dalam sistem
Setiap penanam modal asing tidak begitu hukum Indonesia ?
saja menanamkan modalnya di suatu negara, akan 2. Bagaimana penyelesaian sengketa antara
tetapi akan melalui penelitian yang cukup rumit investor asing dengan negara penerima
apakah dengan modal yang ditanamkan itu dapat investasi melalui mekanisme ISDS?
memberikan keuntungan (investment return), rasa
aman, dan juga aspek politik dan kepastian C. Metode Penulisan
hukumnya. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi Metode yang digunakan dalam penulisan
setiap penanam modal dalam menanamkan skripsi ini adalah metode kepustakaan (library
modalnya disuatu negara di sebabkan adanya rasa research) atau yang lebih dikenal dengan metode
kekuatiran.8 penelitian hukum normatif.
Berbagai masalah atau kendala yang di
hadapi oleh para pihak khususnya pemodal dalam PEMBAHASAN
negeri dalam rangka kerja sama patungan (joint A. Akseptasi Mekanisme ISDS Dalam Sistem
ventures) dengan penanaman modal asing Hukum Indonesia
menimbulkan banyak ketidakpuasan antara kedua Secara historis keberadaan penanaman
belah pihak. Sengketa penanaman modal timbul modal asing di Indonesia sebenarnya bukan
karena ketidakpatuhan terhadap kontrak yang merupakan fenomena yang baru, mengingat modal
sudah ada. Hal tersebut terjadi karena ada asing sudah hadir di Indonesia sejak zaman kolonial
beberapa sebab, yaitu: pertama, adanya perbedaan dahulu. Namun tentunya kehadiran penanaman
interpretasi terhadap isi kontrak yang telah modal asing pada masa kolonial berbeda dengan
disepakati oleh kedua bela pihak. Kedua, adanya masa setelah kemerdekaan, karena tujuan dari
perubahan terhadap kebijakan pemerintah atau penanaman modal asing di masa kolonial tentu
adanya perubahan peraturan perundang-undangan didedikasikan untuk kepentingan pihak penjajah
yang membawa dampak terhadap kontrak yang dan bukan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
sudah disepakati oleh kedua bela pihak.9 Penanaman modal asing di Indonesia
Hal ini yang menimbulkan potensi menjadi sesuatu yang sifatnya tidak dapat
perselisihan atau sengketa antara penanam modal dihindarkan (inevitable), bahkan mempunyai
asing dan pemerintah penerima investasi seperti di peranan yang sangat penting dan strategis dalam
Indonesia maupun dengan partner lokal dikemudian menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
hari, untuk itu peran pemerintah sangat diperlukan Hal ini disebabkan pembangunan nasional
melalui suatu kebijaksanaan yang terarah dan dapat memerlukan pendanaan yang sangat besar untuk
memberikan kepastian hukum serta rasa keadilan di dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi
yang diharapkan.11
7
Peningkatan penanaman modal asing di
Salim, Hukum Investasi di Indonesia, Cetakan ketiga, Raja
Indonesia tidak datang dengan sendirinya. Hal itu
Grafindo, Jakarta, 2012, hlm. 1
8
Aminuddin S. Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia,
10
Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 217-218 Ibid, hlm. 109.
9 11
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/vie David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di
w/17317 Indonesia, Kencana, Jakarta, 2013, hlm.1-2
memerlukan kerja keras untuk dapat menciptakan 5. Kebersamaan: asas yang mendorong peran
iklim investasi yang kondusif. Salah isu klasik yang seluruh penanaman modal secara bersama-
sangat signifikan dalam menciptakan iklim investasi sama dalam kegiatan usahanya untuk
yang kondusif di Indonesia adalah masalah mewujudkan kesejahteraan rakyat.
penegakan hukum (law enforcement), di samping 6. Efisiensi berkeadilan: asas yang mendasari
masalah-masalah lainnya, seperti keterbatasan pelaksanaan penanaman modal dengan
infrastruktur, keamanan, dan stabilitas sosial politik. mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
Dalam melakukan penegakan hukum (law usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,
enforcement) terdapat tiga unsur yang harus di kondusif, dan berdaya saing.
perhatikan, yaitu : kepastian hukum (legal 7. Berkelanjutan: asas yang secara terencana
certainty), kemanfaatan (benefit), dan keadilan mengupayakan berjalannya proses
(justice) yang harus berjalan secara harmonis.12 pembagunan melalui penanaman modal untuk
Penanaman modal asing mempunyai menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam
korelasi yang erat dengan masalah law segala aspek kehidupan baik untuk masa kini
enforcement, di mana hal tersebut direalisasikan maupun yang akan datang.
dalam bentuk kepastian hukum dan ketentuan- 8. Berwawasan lingkungan: asas penanaman
ketentuan hukum yang berlaku, bukan saja atas modal yang dilakukan dengan tetap
peraturan yang mengatur masalah penanaman memperhatikan dan mengutamakan
modal secara khusus, tetapi juga peraturan- perlindungan dan pemeliharaan lingkungan
peraturan lainnya baik yang sifatnya sektoral hidup.
maupun lintas sektoral. Oleh karenanya asas-asas 9. Kemandirian: asas penanaman modal yang
penanaman modal sebagaimana di atur dalam UU dilakukan dengan tetap mengedepankan
Penanaman Modal syarat dengan muatan law potensi bangsa dan negara dengan tidak
enforcement, yaitu : menutup diri pada masuknya modal asing demi
1. Kepastian hukum: asas dalam negara hukum terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
yang meletakkan hukum dan ketentuan 10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
peraturan perundang-undangan sebagai dasar nasional: asas yang berupaya menjaga
dalam setiap kebijakan dan Tindakan dalam keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah
bidang penanaman modal (Penjelasan Pasal 3 dalam kesatuan ekonomi nasional.13
ayat [1] huruf a UU 25/2007). Selain di atur dalam Pasal 3 UU 25/2007,
2. Keterbukaan: asas yang terbuka terhadap hak terdapat beberapa aturan di UU 25/2007 yang
masyarakat untuk memperoleh informasi yang merefleksikan prinsip-prinsip hukum investasi
benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang internasional. Prinsip full protection and security
kegiatan penanaman modal (Penjelasan Pasal 3 termuat di dalam Pasal 30 ayat (1) UU 25 2007
ayat [1] huruf b UU 25/2007) bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah
3. Akuntabilitas: asas yang menentukan bahwa menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi
setiap kegiatan dan hasil akhir dari pelaksanaan penanaman modal. Pasal 14 UU
penyelenggaraan penanaman modal harus 25/2007 berisi prinsip ini khususnya prinsip
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat perlindungan kepada penanam modal untuk
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan mendapatkan hak berupa:
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan 1. Kepastian hak, hukum dan perlindungan
peraturan perundang-undangan (Penjelasan 2. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha
Pasal 3 ayat [1] huruf c UU 25/2007) yang dijalankannya
4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan 3. Hak pelayanan
asal negara: asas perlakuan pelayanan 4. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
nondiskriminasi berdasarkan ketentuan dengan ketentuan peraturan perundang-
peraturan perundang-undangan, baik antara undangan.14
penanaman modal dalam negeri dan Dalam pasal 1 angka 9 Undang-Undang
penanaman modal asing maupun antara Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
penanaman modal dari satu negara asing dan juga telah ditentukan pengertian penanaman modal
penanaman modal dari negara asing lainnya. asing. Penanaman modal asing adalah: “kegiatan
13
Mas Rahmah, Hukum Investasi, Kencana, Jakarta, 2020, hlm.
12
Soedikmo Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, 63-64
14
Cet.5, Yogyakarta, Liberty, 2005, hlm. 160-162 Ibid, hlm. 64
menanam merupakan usaha di wilayah negara menanam modalnya di negara tersebut melalui
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam arbitrase.
modal asing baik yang menggunakan modal asing Bilateral Investmen Treaty (BIT), Free Trade
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan Agreement (FTA), dan Comprehensive Economic
penanam modal dalam negeri”.15 Partnership Agreement (CEPA) adalah jenis
Dalam hal ini terjadi sengketa di bidang perjanjian yang biasanya mengatur perihal investasi
penanaman modal antara pemerintah dan penanam asing. Saat ada bab yang mengatur tentang investasi
modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan asing, otomatis juga terdapat juga bab yang
sengketa tersebut melalui musyawarah mufakat mengatur penyelesaian sengketa investasi. Salah
(Pasal 32 ayat (1) UU 25/2007). Apabila satu mekanisme yang sangat umum untuk
penyelesaian sengketa secara musyawarah dan menyelesaikan sengketa investasi adalah
mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa mekanisme Investor State Dispute Settlement
tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau (ISDS).
alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan ISDS adalah suatu mekanisme yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- memberikan kewenangan kepada investor asing
undangan (Pasal 32 ayat (2) UU 25/2007). Adapun untuk menuntut Negara tujuan investasi investasi
apabila terjadi sengketa di bidang penanaman melalui pengadilan arbitrase internasional. Gugatan
modal antara pemerintah dan penanam modal bisa di layangkan apabila Negara tujuan investasi di
asing, para pihak akan menyelesaikan tersebut anggap melanggar perjanjian yang telah di sepakati
melalui arbitrase internasional yang harus kedua Negara, atau Negara tujuan investasi
disepakati oleh para pihak (Pasal 32 ayat (4) UU membuat regulasi yang di anggap mempersulit
25/2007). Pilihan untuk menyelesaikan sengketa proses investasi.
antara pemerintah dan penanam modal asing Indonesia merupakan salah satu Negara
melalui jalur arbitrase juga diatur di dalam Pasal 7 yang meratifikasih konvensi International Centre for
ayat (3) bahwa apabila diantara para pihak tidak Settlement of International tahun 1968, melalui
tercapai kesepakatan tentang kompensasi atau Undang-Undang Nomor 5 tahun 1968. Hal ini
ganti rugi akibat nasionalisasi yang dilakukan oleh menandakan bahwa Indonesia telah mengikatkan
pemerintah atas perusahaan modal asing, diri dengan mekanisme ISDS sesuai dengan tujuan
penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase. di bentuknya ICSID.16
Untuk penanam modal asing, Investor dapat menggugat Negara tujuan
penyelesaiannya tidak harus dilakukan melalui investasi dengan syarat kedua Negara sepakat
pengadilan setempat di host state dengan memasukkan mekanisme ISDS dalam bab
pertimbangan ketidaktahuan penanam modal asing penyelesaian sengketa pada penjanjian investasi
pada hukum setempat, agar penyelesaian lebih bilateralnya. Indoneisa memiliki beberapa
objektif, netral/tidak memihak pemerintah perjanjian investasi bilateral yang di dalamnya
setempat/memihak kepentingan nasional, lebih memasukkan mekanisme ISDS dalam bab
cepat dan menjamin confidentialily dari penanam penyelesaian sengketa.
modal. Oleh karena itu, umumnya penyelesaian Indonesia telah meratifikasi konvensi ICSID
sengketa bagi penanaman modal dilakukan di 1958 melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968
arbitrase internasional. Lembaga arbitrase untuk menjamin penyelesaian sengketa secara
internasional untuk menyelesaikan sengketa khusus antara penanam modal asing dan pihak
penanam modal antara pemerintah dan penanam pemerintah Indonesia, baik oleh pemerintah sendiri
modal asing adalah Internasional Centre For maupun swasta. Arbitrase diatur di dalam Bab IV
Settlement of Internasional Dispute (ICSID) yang dari ICSID Convention dan Rules of Procedure for
didirikan atas dasar Washington Convention on the Arbitration Proceedings (Arbitration Rules).
Settlement of Investment Disputes Between States Penyelesaian sengketa di ICSID merupakan
and Nationals of Other State tahun 1966 (ICSID penyelesaian sengketa di luar peradilan yang
Convention). Konvensi ini intinya mengatur didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
mengenai penyelesaian perselisihan antara suatu secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa
negara dan perorangan atau perusahaan asing yang dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan proses arbitrase pada umumnya. Artbitrase

15 16
Salim, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Raja https://news.detik.com/kolom/d-5279487/peniadaan-
Grafindo, Jakarta, 2012, hlm. 148 mekanisme-isds-dalam-rcep
menjadi pilihan para pihak yang bersengketa karena
memiliki keunggulan mengingat prosedurnya yang
mudah, putusannya mengikat, tidak ada proses
banding ke peradilan yang lebih tinggi, dan sengketa
umumnya sangat teknis operasional sehingga dapat
ditunjuk arbiter yang kompeten dibidangnya.17
Untuk penanam modal asing, penyelesaian
sengketa dilakukan di arbitrase internasional, antara
lain melalui ICSID yang didirikan atas dasar ICSID
Convention. Konvensi ini telah diratifikasi oleh
Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1968 tentang persetujuan atas
konvensi tentang penyelesaian perselisihan antara
Negara dan Warga Negara Asing mengenai
penanaman modal yang ditunjukan untuk menjamin
penyelesaian sengketa secara khusus antara
penanaman modal asing dan pihak Indonesia, baik
oleh pemerintah sendiri maupun swasta.
Penyelesaian sengketa di ICSID merupakan
penyelesaian sengketa di luar peradilan yang
didasarkan pada kesepakatan atau perjanjian yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa18 Berkaitan dengan investasi, hingga saat ini
ICSID adalah Lembaga internasional Indonesia telah menandatangani 71 Bilateral
berdasarkan Konvensi tentang penyelesaian Investment Treaty (BIT). Dari BIT yang telah ada,
perselisihan investasi antara negara dengan warga maka terjadi perjanjian penanaman modal dan
negara lain yang dibentuk di bawah naungan Bank beberapa di antaranya telah menimbulkan sengketa
Dunia untuk mendorong investasi asing swasta di yang telah dimintakan penyelesaiannya melalui
negara-negara berkembang. Tujuannya adalah Lembaga ICSID. Salah satu contoh kasus Sengketa
untuk mengatasi rasa takut investor dari resiko penanaman modal yang melibatkan investor asing
politik dengan menghapus sengketa dari yuridiksi dan pemerintah Indonesia yang diselesaikan melalui
nasional dan tekanan politik. Melalui karakter yang Lembaga arbitrase ICSID adalah PT Newmont Nusa
dimilikinya, maka ICSID diharapkan memiliki otoritas Tenggara v. Republik Indonesia.19
yang diperlukan untuk menangani bidang politik Melalui siaran persnya, PT. Newmont
yang sensitive dalam hubungan ekonomi. menyampaikan telah mengajukan permohonan
Mengingat banyaknya sengketa investasi, untuk arbitrase terhadap pemerintah Indonesia,
nasionalisasi dan renegosiasi pada tahun 1960-an permintaan arbitrase ini dikaitkan dengan
dan 1970-an, sehingga Bank Dunia diharapkan keharusan perusahaan tambang untuk melakukan
sebagai naungan yang baik bagi ICSID. pengolahan dan pemurnian hasil penambangan
Proses lahirnya sengketa investasi yang yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan
diselesaikan melalui arbitrase ICSID adalah sebagai Pemerintah Nomor 1 tahun 2014 beserta aturan
berikut : pelaksanaannya. Dalam masa transisinya
Proses lahirnya sengketa investasi pemerintah menetapkan pengenaan bea keluar
hingga tahun 2017. Oleh karenanya bila ada bahan
tambang yang hendak di ekspor tetapi belum diolah
dan dimurnikan sepenuhnya di Indonesia akan
dikenai bea keluar. Besaran bea keluar dikaitkan
dengan tingkat pengolahan dan pemurnian yang
dilakukan di Indonesia. Gugatan diajukan karena
penanam modal merasa dirugikan oleh kebijakan
yang di ambil pemerintah. Inti dari gugatan PT.
Newmont tidak dapat beroperasi karena ada bea
17
Mas Rahmah, Op.cit, hlm. 135-136
18 19
Mas Rahmah, Op.cit, hlm. 177-178 Nurhaningsi Amriani, Op.cit, hlm. 203
keluar yang diterapkan pemerintah, padahal arbitrase Centre dalam setiap tahap proses
pemerintah terikat untuk tidak mengeluarkan pemeriksaan (any stage of the proceedings),
apapun pajak ataupun bea selain yang diatur dalam dapat:
kontrak karya.20 1) Memanggil atau meminta pihak-pihak
Ada begitu banyak contoh kasus sengketa untuk menyerahkan dokumen atau alat
investasi antara investor asing dengan negara bukti yang dianggap penting.
Indonesia yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan 2) Juga dapat melakukan pemeriksaan
yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang setempat atau memeriksa langsung barang,
mengakibatkan investor asing merasa dirugikan dan orang serta mengajukan pertanyaan-
akhirnya mengunggat pemerintah Indonesia ke pertanyaan yang dianggap patut dan
arbitrase internasional sebagai alternatif bermanfaat menyelesaikan perselisihan.
penyelesaian sengketa para pihak. 3) Kewenangan yang dikemukakan,
Dalam Undang-Undang No 30 tahun 1999 merupakan kewenangan yang diberikan
Pasal 4 ayat (1) bahwa dalam hal para pihak telah pasal 43 konvensi pada Centre. Akan tetapi,
menyetujui bahwa sengketa di antara mereka akan kewenangan itu akan gugur dalam hal para
di selesaikan melalui arbitrase dan para [ihak telah pihak menentukan lain dalam perjanjian
memberikan wewenang, maka arbiter berwenang 4. Tahap pengambilan putusan
menentukan dalam putusannya mengenai hak dan Tujuan utama arbitrase Centre ialah memutus
kewajiban para pihak jika hal tidak di atur dalam perselisihan yang timbul apabila perselisihan itu
perjanjian mereka.21 telah diajukan kepadanya. Sehubungan dengan
Dalam penanaman modal sangat besar masalah tersebut pasal 48 konvensi ICSID
kemungkinan terjadi perselisihan atau sengketa menentukan tata cara pengambilan putusan.
antara pihak investor asing dan pemerintah 5. Tata cara pembatalan putusan
Indonesia maka dari itu perselisihan atau sengketa Ketua dewan administratif (chairman of the
tersebut harus mendapat penyelesaiannya. administrative council), dalam hal ini Presiden
Menurut Richard L.Abel penyelesaian sengketa Bank Dunia, menunjuk anggota arbiter untuk
adalah “pernyataan publik mengenai tuntutan yang duduk dalam suatu komite ad hoc yang terdiri
tidak selaras (inconsistent claim) terhadap sesuatu dari tiga (3) orang. Penunjukan anggota arbiter
yang bernilai”22 yang akan duduk dalam komite ad hoc, tidak
Penyelesaian sengketa investasi asing boleh diambil dari anggota arbiter yang semula
melalui konvensi International Centre for Settlement menjatuhkan putusan yang dimohon
of Investment Dispute atau yang disebut juga Centre pembatalan.
melalui beberapa tahap antara lain : 6. Selama permohonan berjalan, pelaksanaan
1. Tahap pengajuan permohonan putusan dapat ditangguhkan, dan atau;
Dalam pengajuan permohonan penyelesaian 7. Jika putusan dibatalkan, atas permintaan salah
sengketa kepada International Centre for satu pihak, perselisihan semula akan diputus
Settlement of Investment Dispute, yang diatur oleh tribunal arbitrase baru yang dibentuk
dalam pasal 28 jo. Angka 34, 35 dan 37. untuk itu.
2. Tahap pembentukan Tribunal Setiap putusan yang di jatuhkan arbitrase
Apabila Sekretaris Jenderal telah menerima dan Centre bersifat “mengikat” atau Binding kepada
mendaftar permohonan perselisihan yang para pihak. Bersamaan dengan sifat mengikat
diajukan salah satu pihak, Centre harus sesegera tersebut, putusan juga bersifat final dan
mungkin membentuk mahkamah arbitrase “menentukan” kepada para pihak. Selain dari pada
(tribunal arbitral) itu, sifat mengikat dan final atas putusan arbitrase
Centre kepada para pihak, sekaligus menutup upaya
3. Tahap kewenangan memanggil dan melakukan apapun terhadap putusan.23
pemeriksaan setempat Sebagaimana telah di uraikan sebelumnya
Dalam hal dianggap dan dipertimbangkan bahwa UU 25/2007 tidak mengatur secara perinci
sangat perlu memeriksa suatu dokumen atau tentang penyelesaian sengketa melalui jalur
alat bukti maupun pemeriksaan setempat, arbitrase . UU 30/1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa hanya mengatur
20
https://law.ui.ac.id/v3/hadapi-gugatan-newmont-2/
21
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
22 23
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Raja https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article
Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 65 /view/19963
mengenai arbitrase nasional yang dapat dipakai (2) Full protection and security yang memuat
sebagai landasan hokum bagi investor dalam negeri kewajiban negara untuk memberikan ganti rugi
yang menggunakan forum ini untuk penyelesaian atas kerugian yang di derita oleh korporasi
sengketa investasinya. Hanya saja UU 5/1968 akibat perang, konflik bersenjata, revolusi,
menegaskan bahwa pemerintah menyetujui keadaan darurat negara, kerusuhan ataupun
ketentuan yang ada dalam konvensi ICSID yang pemberontakan. Biasanya perlindungan ini
salinan ketentuannya dilampirkan pada UU 5/1968. dalam bentuk pemberian kopensasi atau
Sehingga penyelesaian sengketa investasi melalui pemulihan;
arbitrase internasional harus merujuk pada (3) perlindungan dari pengambil-alihan atau
ketentuan konvensi ICSID. Poin penting yang lain nasionalisasi dan mengharuskan pemberian
terdapat pada di dalam UU 5/1968 bahwa kopensasi ganti rugi;
walaupun konvensi ICSID telah berlaku, tetapi tidak (4) mekanisme penyelesaian sengketa yang
ada kewajiban bahwa setiap perselisihan harus di mensejajarkan antara level investor dan negara
selesaikan menurut konvensi karena syarat mutlak atau dikenal dengan “Investor state dispute
untuk penyelesaian perselisihan menurut konvensi settlement (ISDS).
adalah persetujuan dari kedua bela pihak yang ISDS merupakan suatu instrumen hukum
berselisih atau choise of law dari para pihak.24 internasional publik. Pada dasarnya, mekanisme
penyelesaian sengketa antara investor asing dan
B. Penyelesaian Sengketa Melalui Mekanisme negara penerima investasi dapat tertuang dalam
Investor State Dispute Settlement (ISDS) perangkat peraturan nasional, perjanjian investasi
Perjanjian perlindungan investasi bilateral dan perjanjian investasi internasional.
internasional di mulai pasca perang dunia ke II di ISDS adalah suatu sistem dimana investor
mana aktivitas ekonomi internasional mulai dari suatu negara dapat menggugat pemerintah
bergeliat. Tujuannya untuk memberikan negara lain penerima investasi yang kedua negara
perlindungan bagi keberadaan investasi asing yang tersebut telah sepakat menyetujui mekanisme ISDS.
beroperasi di luar batas Negara asalnya. Ada 2 (Dua) Apabila negara penerima investasi asing tersebut
alasan yang mendasari kemunculan perjanjian melanggar hak-hak yang sudah diberikan kepada
investasi internasional pada saat itu, yaitu : investor dari negara luar maka pihak investor asing
pertama, kemerdekaan negara-negara terjajah; tersebut dapat membawa dan mengajukan
kedua, tindakan pengambil-alihan aset atau gugatannya terhadap pemerintah negara penerima
nasionalisasi perusahaan asing masa colonial, investasi di forum peradilan arbitrase (arbitral
khususnya terkait penguasaan atas sumber-sumber tribunal). Dalam hal terjadinya sengketa investasi
daya alam yang selama periode kolonialisasi berada antara investor dengan negara penerima investasi,
di bawah kekuasaannya.25 pada umumnya sengketa tersebut di bawa ke forum
Praktik perjanjian investasi pertama kali di penyelesaian sengketa internasional.
kenal dengan perjanjian perlindungan investasi Pada umumnya arbitrase internasional
bilateral, dikenal dengan BIT, yang ditandatangani menjadi forum yang paling umum dipilih dalam
oleh Jerman dan Pakistan pada 195926. BIT adalah menyelesaikan sengketa investor dan negara
perjanjian investasi yang ditandatangani oleh dua disebabkan beberapa keuntungan bagi kedua belah
Negara dan mengikat hak dan kewajiban dalam pihak yang bersengketa dalam penyelesaian
memfasilitasi masuknya investasi di masing-masing sengketanya secara netral, independen dan adil,
negara. Perjanjian ini mengatur mengenai standar- lebih murah dan fleksibel. Hal ini seperti yang
standar perlindungan investasi yang harus dilakukan dideskripsikan dalam salah satu artikel UNCTAD
oleh Negara tuan rumah, seperti : sebagai berikut:
(1) Perlakuan yang setara dan adil atau tidak ada In addition to serving as a de-politicized forum,
diskriminasi dari s segala jenis investasi baik international arbitration was expected to offer other
asing maupun domestik; advantages for settling investor-State disputes.
Investors could have their claims heard by an
24
independent and qualified tribunal and be assured
Mas Rahmah, Hukum Investasi, (Kencana, Jakarta 2020), hlm. of adjudicative neutrality and independence. Both
182
25
Howard Mann, “Reconseptualizing International Investment parties could exercise control over the procedure by
Law, its role in Sustainable Development” Lewis and Clark selecting arbitrators according to their expertise in
review, hlm.17-2, Hilman Ramadhani, hlm.64 the issues likely to arise in the case. Arbitration is
26
Nathalie Bernasconi and All, “Investment Treaties & Why often described as swifter, cheaper, and more
They Matter To Sustainable Development”, IISD, 2012, hlm.4
flexible than other dispute settlement mechanisms. Singkatnya, ISDS bertujuan untuk memberikan
In addition, arbitral awards are readily enforceable jaminan terhadap bingkai aturan yang aman dan
in most jurisdictions under the ICSID Convention.27 dapat diprediksi bagi investor internasional serta
Konsep arbitrase telah menjadi teknik untuk memfasilitasi keputusan dan investasi.31
penyelesaian sengketa yang paling sering digunakan Mekanisme penyelesaian sengketa Investor
dalam penyelesaian sengketa. Dengan menyediakan State Dispute Settlement (ISDS) melalui
forum diluar pengadilan domestik suatu negara.28 International Centre for Settlement of Investment
Mekanisme penyelesaian sengketa investasi Settlement (ICSID) ditetapkan melalui suatu
antara investor dan negara pertama kali di kenal konvensi yang disebut Convention on the settlement
melalui instrumen perjanjian bilateral antara negara of investment dispute between state and national of
yang biasa dikenal dengan Bilateral Investment other states yang disahkan pada tanggal 18 Maret
Treaty (BIT). Sebelum BIT dikenal, sengketa investasi 1965 di Washington, Amerika serikat. Konvensi ini
melibatkan negara melawan negara lain, sehingga terdiri 75 pasal yang terbagi beberapa bagian mulai
investor tidak dapat menuntut negara secara dari pendirian dan organisasi, konsiliasi, arbitrase,
langsung. Dengan begitu, apabila negara melakukan sampai klausula terakhir. Dalam konvensi ini
pelanggaran terhadap hukum investasi ditetapkan dibentuk suatu institusi yang bertugas
internasional, investor memiliki opsi terbatas untuk untuk menyelesaikan sengketa investasi yang
mendapatkan ganti rugi yang mengharuskan bernama the Centre.32 Tujuan didirikannya institusi
investor meminta negaranya untuk mengajukan ini adalah untuk dilaksanakannya konsiliasi dan
gugatan atas nama investor kepada Mahkamah arbitrase terhadap sengketa investasi antara negara
Internasional (International Court of Justice disebut anggota dan warga negara-negara anggota lainnya
ICJ) sehingga ICJ yang memiliki jurisdiksi untuk sesuai klausula yang diatur dalam konvensi ini.33 The
menyelesaikan sengketa antar negara dan dapat Center terdiri atas dewan administratif dan
menyelesaikan sengketa investor dan negara sekretariat serta wajib membentuk panel konsiliator
tersebut.29 dan panel arbitrator.34
Investor state dispute settlement menurut Panel konsiliator dan panel arbitrator terdiri
Indonesia for Global Justice (ICJ) merupakan atas individu-individu yang memiliki kompetensi
penyelesaian sengketa yang membolehkan gugatan dan memiliki keinginan mengabdi baik sebagai
para investor terhadap Negara atas penerapan konsiliator maupun sebagai arbitrator.35 Setiap
perundang undangan yang ‘dianggap tidak negara dapat menunjuk 4 orang sebagai panel yang
melindungi kepentingan investor’ di lembaga tidak harus berasal dari negara asalnya.36 Ketua
arbitrase internasional bernama International panel konsiliator maupun arbitrator dapat menujuk
Center Settlement for Investment Dispute (ICSID).30 10 orang yang terdiri dari warga negara yang
ISDS atau Investor State Dispute Settlement berbeda beda.37 Anggota panel terpilih akan
merupakan bagian dari sistem Hukum Investasi mengabdi terhadap panel selama 6 tahun dalam 1
Internasional yang tidak terpisahkan satu sama lain. periode yang dapat diperpanjang. 38
Prinsip dalam ISDS digunakan untuk mencegah Dalam bagian kedua konvensi ini, diatur
suatu negara untuk mengambil Langkah dan mengenai jurisdiksi The Centre dalam melakukan
kebijakan yang tidak adil, baik secara langsung dalam melakukan penyelesaian sengketa investasi
maupun tidak langsung bagi aset dari investor serta
memberikan kompensasi ketika hal tersebut terjadi 31
E. Fabry and G. Garbasso. (2015). ‘ISDS in the TTIP: The Devil
yang menyebabkan kerugian besar bagi investor. Is In The Detail’. Jacques Delors Institute Policy Paper 122,
Januari 2015.
32
Convention on the settlement of Investment disputes between
27
United Nations Conference on Trade and Development states and nationals of other states, Psl. 1 ayat (1).
33
UNCTAD, ‘Investor-State Dispute Settlement’ UNCTAD Series Convention on the settlement of Investment disputes between
on Issues on International Investment Agreements states and nationals of other states, Psl. 1 ayat (2)
34
<https://unctad.org/system/files/official- Convention on the settlement of Investment disputes between
document/diaeia2013d2_en.pdf> states and nationals of other states, Psl 3.
28 35
Christian Tietje. The Impact of Investor-State-Dispute Convention on the settlement of Investment disputes between
Settlement (ISDS) in the Transatlantic Trade and Investment states and nationals of other states, Psl 12
36
Partnership. Juni 2016, hlm. 1 Convention on the settlement of Investment disputes between
29
S. D. Franck. Foreign Direct Investment, Investment Treaty states and nationals of other states, Psl 13 ayat (1)
37
Arbitration and the Rule of Law, 19 Global Business & Convention on the settlement of Investment disputes between
Development Law Journal. 2007, hlm. 337, 343. states and nationals of other states, Psl 13 ayat (2).
30 38
Indonesia for Global Justice, Lembar Fakta Ancaman Convention on the settlement of Investment disputes
Perjanjian TPP: Masyarakat Indonesia#TolakTPP, 2016, hlm. 1 between states and nationals of other states, Psl 16 ayat (1).
yang terdiri atas 3 pasal, mulai pasal 25 hingga pasal 3. Mengenai adanya persetujuan mereka
27. untuk mengajukan perselisihan yang timbul
The jurisdiction of the centre shall extend to any menurut ketentuan Centre.
legal dispute arising directly out of an investment, Setelah menerima permohonan tersebut,
between a Contracting state (or any constituent Sekretaris Jenderal mendaftar permohonan Kecuali
subdivision or agency of a Contracting state dia menemukan dalam penjelasan permohonan
designated to the centre by that state) and a bahwa perselisihan yang timbul nyata-nyata berada
national of another Contracting state, which the diluar yuridiksi Centre. Dalam hal perselisihan yang
parties to the dispute consent in writing to submit to diajukan berada diluar yuridiksi Centre, Sekretaris
the centre. When the parties heve given their Jenderal menolak untuk mendaftar. Untuk itu,
consent, no party may withdraw its consent Sekretaris Jenderal membuat dan menyampaikan
unilaterally. (Yuridiksi dari centre meliputi setiap penolakan dalam bentuk “pemberitahuan” atau
sengketa hukum yang timbul secara langsung dari notice kepada para pihak. Dalam permohonan
suatu investasi, antara suatu negara peserta (atau memenuhi syarat, dan permohonan telah didaftar,
setiap subdivisi atau badan dari negara peserta yang maka Sekretaris Jenderal menyampaikan
ditunjuk pada centre oleh negara itu) dan warga “pemberitahuan” kepada para pihak dan Salinan
dari negara peserta yang lain, para pihak pada permohonan kepada pihak lain.
sengketa yang menyetujui secara tertulis untuk 2. Pembentukan Tribunal Arbitrase
mengajukannya pada centre. Dalam hal para pihak Apabila Sekretaris Jenderal telah menerima
sudah memberikan persetujuan, tidak satu pihak dan mendaftar permohonan perselisihan yang
pun dapat menarik persetujuannya secara diajukan salah satu pihak, Centre harus sesegera
sepihak.39 mungkin membentuk Mahkamah Arbitrase
Ada sejumlah multilateral institutions (Tribunal Arbitral)
adjudicate investor-state disputes seperti the Menurut artikel 37 ayat (2) ICSID telah
Permanent Court of Arbitration di Belanda atau the ditentukan pembentukan Mahkamah Arbitrase yang
London Court of International Arbitration. Satu dilakukan Centre. Mahkamah Arbitrase :
Lembaga yang paling penting yaitu International a. Boleh hanya terdiri dari seorang arbiter
Center for Settlement of Investment Disputes (ICSID) (arbitrator) saja.
yang didirikan pada tahun 1965 sebagai bagian dari b. Tetapi boleh juga arbiternya terdiri dari
World Bank, dengan jumlah anggota 163 negara beberapa orang yang jumlahnya ganjil (any
yang telah sepakat menyetujui untuk mengakui uneven number of arbitrator)
legitimasi atas system arbitrase.40 Jika para pihak menyetujui jumlah arbiter
1. Tata Cara Pengajuan Permohonan Arbitrase yang ditunjuk atau mereka tidak dapat menerima
Dalam artikel 36 ICSID telah ditentukan tata tata cara penunjukan yang dilakukan Centre, cara
cara pengajuan permohonan penyelesaian sengketa lain penunjukan arbiter merujuk kepada ketentuan
kepada Centre, melalui forum Arbitrase (Arbitral artikel 37 ayat (2) huruf b ICSID, dengan acuan
tribunals). Dalam ketentuan itu, ditentukan tata penerapan:
cara sebagai berikut. a. Anggota harus terdiri dari tiga orang arbiter
a) Pengajuan permohonan disampaikan kepada b. Masing-masing menunjuk seorang arbiter
Sekretaris Jenderal Dewan Administratif Centre. c. Anggota yang ketiga ini, langsung mutlak
b) Permohonan diajukan secara tertulis menjadi ketua (presiden) dari tribunal arbitrase
c) Permohonan membuat penjelasan tentang: yang bersangkutan.
1. Pokok-pokok perselisihan Para pihak dapat menyetujui arbiter yang
2. Identitas para pihak ditunjuk Centre. Sebaliknya dapat menolak apabila
arbiter yang ditunjuk tidak mereka setujui, atau
apabila metode dan tata cara penunjukkan mereka
anggap kurang sesuai. Dalam hal yang demikian,
pengangkatan anggota arbiter sepenuhnya menjadi
39
Nurhaningsih Amriani, Prinsip Transparansi Putusan hak dan kewenangan para pihak untuk mengangkat
Arbitrase, Studi Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui ICSID masing-masing seorang arbiter. sementara itu,
dan Pengalaman di Beberapa Negara, Genta, Yogyakarta,
2019, hlm. 66 pengangkatan atau penunjukan arbiter ketiga harus
40
James McBride and Andrew Chatzky, ‘How Are Trade atas persetujuan Bersama dari semua pihak. Dan
Disputes Resolved?’< anggota yang ketiga ini langsung akan bertindak
https://www.cfr.org/backgrounder/how-are-trade-disputes- sebagai ketua (presiden).
resolved>
Selanjutnya menurut artikel 38 ICSID, acuan penerapannya dapat dijabarkan secara
apabila dalam tempo 90 hari dari tanggal ringkas, sebagai berikut.
pemberitahuan pendaftaran permohonan tribunal 1. Centre harus memutus berdasarkan hukum
arbitrase belum dibentuk, maka ketua Dewan yang telah disepakati para pihak dalam
Administratif Centre (Chairman of the Administratif perjanjian.
Council) berwenang menunjuk seorang atau 2. Dalam perjanjian tidak menentukan tata
beberapa orang arbiter. Kewenangan yang demikian hukum mana yang akan diterapkan, centre
ada pada diri Ketua Dewan Administratif apabila menetapkan tata hukum dari negara
telah ada permohonan dari salah satu pihak. Di peserta yang sedang berselisih. Dalam
samping itu, kewenangan penunjukan arbiter yang menerapkan tata hukum yang demikian,
seperti itu tidak boleh diambil dari negara peserta harus senantiasa berpedoman pada
konvensi yang sedang berselisih. ketentuan dan asas hukum internasional.
Satu hal lagi yang perlu diketahui dalam 3. Centre dilarang menerapkan hukum yang
komposisi anggota arbiter, yaitu mayoritas anggota tidak dikenal oleh para pihak-pihak yang
arbitrase harus ditunjuk dari luar peserta konvensi berselisih.
yang sedang berselisih. Hal ini ditegaskan dalam 4. Akan tetapi centre dapat memutus
artikel 39 konvensi. Namum demikian, ketentuan ini perselisihan berdasar “kepatuhan” atau “ex
dapat dikesampingkan apabila para pihak aequo et bono”, jika hal itu disepakati para
menyetujui bahwa arbiter tunggal ditunjuk dari pihak dalam perjanjian.
salah satu negara para pihak atau mereka setuju b. Memanggil dan melakukan pemeriksaan
mayoritas anggota arbiter dapat ditunjuk dari salah setempat.
satu negara para pihak. Dalam artikel 43 ICSID telah ditentukan
3. Kewenangan dan Fungsi Tribunal Arbitrase kewenangan tribunal. Kewenangan itu,
Arbitrase Centre merupakan mahkamah meliputi:
yang bersifat internasional. Kewenangan dari 1. Memanggil dan meminta pihak-pihak untuk
Arbitrase Centre adalah untuk mengadili atau menyerahkan dokumen atau alat bukti yang
memutus perselisihan sesuai dengan dianggap penting.
kompotensinya (artikel 40 ICSID). Berarti, selama 2. Melakukan pemeriksaan setempat atau
apa yang disengketakan para pihak masih memeriksa langsung barang, orang, serta
termaksud bidang yuridiksi yang ditentukan pasal mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
32 dan artikel 25 ICSID. Para anggota arbiter dianggap patut dan bermanfaat dalam
sepenuhnya berwenang untuk memutus penyelesaian perselisihan.
perselisihan. c. Putusan provisi
Dalam hal ada bantahan (objection) dari Dalam artikel 47 ICSID telah ditentukan
salah satu pihak yang menyatakan apa yang kewenangan dari Centre. Kewenangan itu
diperselisihkan adalah di luar yuridiksi Centre atau adalah menjatuhkan :
berdasar alasan lain yang memperlihatkan apa yang 1. Putusan pendahuluan; atau
diperselisihkan di luar kewenangan tribunal 2. Putusan provisi; maupun
arbitrase yang dibentuk, tribunal yang bersangkutan 3. Tindakan sementara.
lebih dahulu mempertimbangkan dan memutus Penjatuhan putusan itu didasarkan pada
tentang hal tersebut dalam bentuk putusan pertimbangan untuk melindungi dan menghormati
pendahuluan (preliminary). Akan tetapi, bisa juga hak dan kepentingan salah satu pihak. Dalam
hal itu dipertimbangkan dan diputus bersamaan Tindakan atau putusan sementara, dapat
dengan pokok persengketaan apabila tata cara yang dimasukkan penyitaan barang-barang yang
demikian lebih bermanfaat. disengketakan, agar gugatannya tidak mengalami
Sehubungan dengan kewenangan dan illusoir dikemudian hari. Bisa juga pelarangan
fungsi memutus perselisihan, lebih lanjut di uraikan penjualan atau pemindahan barang, asalkan itu
dalam hal-hal di bawah ini. merupakan objek yang langsung terlibat dalam
a. Memutus sengketa menurut hukum persetujuan.41
Menurut artikel 42 Konvensi, arbitrase centre 4. Putusan Arbitrase Centre
terikat pada ketentuan hukum (rules of law)
dalam memutus perselisihan yang terjadi.
Prinsip ini merupakan patokan utama yang
41
H. Salim, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Raja
Grafindo, Jakarta, 2008, hlm. 367-371
Tujuan utama arbitrase Centre ialah statement of his dissent. (setiap anggota majelis
memutus perselisihan yang timbul apabila dapat melampirkan pandangan pribadinya pada
perselisihan itu telah diajukan kepadanya. Dalam putusan, apakah pendapatnya berbeda dari
artikel 48 ICSID telah ditentukan tata cara pendapat mayoritas atau tidak, atau suatu
pengambilan putusan. pernyataan mengenai ketidaksetujuan)
Agar putusan dianggap sah, menurut 5. The centre shall not publish the award without
Schmitthoff, maka putusan harus mengandung hal- the consent of the parties. (Centre tidak
hal berikut : mempublikasikan putusan tampa persetujuan
1. Harus mengikuti perjanjian dan tidak dari para pihak)
memutuskan hal-hal yang tidak diperjanjikan. Pasal 1 sampai 4 bersifat memaksa (wajib)
Jika ada putusan atas sesuatu diluar perjanjian sehingga apabila salah satu tidak terpenuhi maka
maka batal demi hukum, dan jika bagian itu dapat mengakibatkan pembatalan putusan.
tidak dapat dipisahkan dari putusan yang ada Sedangkan Pasal 5 bersifat pilihan (opsional, meski
maka seluruh putusan batal demi hukum. sifat putusan rahasia, namun sifat ini masih dapat
2. Merupakan suatu hal tertentu yang pasti. jika ditembus oleh kesepakatan para pihak. Putusan
tidak, maka tidak dapat dilaksanakan. majelis dibuat setelah persidangan selesai, yang
3. Harus final suatu putusan, oleh karena itu pihak biasanya memakan waktu 2-3 tahun sejak para
ketiga harus mencantumkan jumlah kerugian pihak mendaftarkan permohonannya ke Sekertariat
yang timbul atal pelanggaran kontrak karena ICSID dan berdasarkan aturan 46 ICSID Arbitration
ingin finalitas. Rules maka putusan harus ditandatangani dalam
4. Harus beralasan hukum yang memungkinkan. jangka waktu 120 hari sejak persidangan berakhir
5. Harus menghilankan semua perbedaan yang dimana jangka waktu ini dapat diperpanjang hingga
diajukan kepada arbitrase. Namun, jika semua 60 hari. 43
hal dalam sengketa antara para pihak yang Putusan arbitrase ICSID terbagi menjadi dua
diajukan ke arbitrase, putusan akan baik jika bentuk putusan yaitu putusan atas sengketa yang
berhubungan dengan segala hal yang dihentikan sementara pemeriksaannya (pending
disampaikan kepada arbiter, meskipun mengkin cases) dan putusan atas sengketa yang diselesaikan
ada perbedaan lain di antara para pihak.42 hingga memperoleh putusan akhir (concluded
Putusan arbitrase ICSID diatur dalam Bab IV, cases). Dalam penggambilan putusan, majelis
Bagian 4, Pasal 48 dan 49, yang mana dalam memiliki dua acara yaitu dengan voting dari salah
pembahasannya tidak terlepas dari Bagian 3, Pasal satu suara anggota sesuai Aturan 13 dan 14 ICSID
42 yang mengatur tentang kekuasaan dan fungsi Arbitration Rules atau melalui korespondensi sesuai
Majelis Arbitrase. Pasal 48 Konvensi berbunyi: pasal 16 ICSID Arbitration Rules. Majelis juga harus
1. The tribunal shall decide questions by a majority memutuskan berdasarkan suara terbanyak dari
of the votes of all its members.(majelis harus seluruh arbiter sesuai Pasal 48 ayat (1) Konvensi.
memutus permasalahan dengan suara Putusan dalam hal ini merupakan
mayoritas dari semua anggota) keputusan arbiter, di mana putusan harus jelas dan
2. The award of the tribunal shall be in writing and tidak menimbulkan penafsiran, harus merupakan
shall be signed by the members of the tribunal hal tertentu dan dapat dilaksanakan. Putusan harus
who voted for it. (putusan majelis harus tertulis dalam bentuk tertulis dan beralasan serta
dan harus ditandatangani oleh seluruh anggota ditandatangani oleh arbiter yang menyetujuinya
majelis yang menyetujuinya) sesuai Pasal 48 ayat (2) Konvensi, artinya bahwa
3. The award shall deal with every question putusan berisi alasan pertimbangan arbiter yang
submitted to the tribunal, and shall state the diberikan kepada pembaca untuk mengerti apa
reasons upon which it is based. (putusan harus yang ditemukan dan kesimpulan apa yang dicapai,
berkenaan dengan setiap permasalahan yang apa yang harus diputuskan, berapa jumlah uang
diajukan pada majelis dan harus menyatakan yang harus dibayar dan kepada siapa, berikut
alasan-alasan atas mana hal itu didasarkan) perhitungannya. Selanjutnya setelah Menyusun
4. Any member of the tribunal may attach his putusannya, arbiter akan menandatangani dan
individual opinion to the award whether he memberi tanggal.
dissents from the majority or not, at a
42
Clive M. Schmitthoff, Commercial Law in A Changing
43
Economic Climate, Sweet and Maxwell, London, 1981, hlm. Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Penanaman
548 Modal, CV. Keni Media, Bandung, 2011, hlm. 92-93
Menurut Konvensi ICSID maka suatu other party decide any question which it had
putusan arbitrase harus memenuhi syarat-syarat omitted to decide in the award, and shall rectify
yaitu : harus beralasan dan sejalan dengan masalah any clerical, arithmetical or similar error in the
yang disepakati sebelum majelis arbitrase. Putusan award. Its decision shall become part of the
harus disetujui oleh mayoritas arbiter dan berlaku award and shall be notified to the parties in the
hanya bagi Anggota Majelis yang menyetujui hal itu, same manner as the award. The periods of time
jika yang mayoritas tidak mengiginkannya. provided for under paragraph (2) of article 51
Putusan arbitrase ICSID juga harus and paragraph (2) of article 52 shall run from
memenuhi syarat formal dan materil putusan. the date on which the decision was rendered.
Syarat formalnya adalah putusan harus berbentuk (majelis atas permohonan dari salah satu pihak
tertulis dan harus ditandatangani oleh anggota yang dibuat dalam 45 hari setelah tanggal
arbiter yang menyetujuinya, sesuai Pasal 48 ayat (2) putusan diambil, setelah pemberitahuan pada
Konvensi. Sedangkan syarat materilnya adalah pihak lain dapat memutuskan permasalahan
putusan harus membuat uraian dasar yang diabaikan dalam putusan, dan harus
pertimbanggannya sesuai Pasal 48 ayat (4) memperbaiki setiap kesalahan penulisan,
Konvensi. perhitungan atau kesalahan yang serupa dalam
Negara-negara anggota Konvensi ICSID putusan. Keputusannya harus menjadi bagian
sudah memberi komitmennya untuk mengakui dan dari putusan dan harus diberitahukan kepada
melaksanakan putusan arbitrase sebagai putusan para pihak dalam cara yang sama sebagaimana
yang mengikat dan tidak dapat ditinjau ulang oleh putusan tersebut. Jangka waktu yang
pengadilan nasional disetiap negara peserta ditentukan sesuai pasal 51 ayat (2) dan pasal 52
konvensi serta segala upaya hukum terhadap ayat (2) dihitung sejak tanggal dimana putusan
putusan hanya dapat dilakukan dalam kerangka dikirimkan)46
konvensi.44 Permohonan penafsiran putusan hanya
Selanjutnya, Sekretaris Jenderal harus dapat diajukan oleh salah satu pihak apabila
segera mengirimkan Salinan putusan kepada para terdapat perbedaan pengertian atau ruang lingkup
pihak. Putusan dianggap punya daya mengikat atau putusan serta menyatakan dengan jelas hal apa saja
binding terhitung dari tanggal pengiriman Salinan yang dimohonkan untuk ditafsirkan. Perselisihan itu
selama dalam jangka waktu 45 hari dari tanggal sifatnya harus memiliki akibat praktis terhadap
dimaksud, para pihak dapat mengajukan putusan. Sekedar keberatan karena kurang jelasnya
pertanyaan yang berkenaan dengan kesalahan putusan atau penafsiran terhadap putusan
pengetikan, perhitungan atau kekeliruan lain yang sementara atau putusan majelis mengenai yuridiksi,
sejenis. Walaupun putusan itu telah diputuskan upaya penafsiran putusan diatur dalam pasal 50
oleh Centre, namun para pihak atau salah satu pihak Konvensi.47
diperkenankan melakukan upaya perbaikan, Salah satu pihak juga dapat mengajukan
penafsiran dan revisi serta pembatalan terhadap permintaan revisi putusan sesuai dengan Pasal 51
putusan.45 Upaya perbaikan putusan diatur dalam Konvensi. Permohonan revisi putusan hanya dapat
pasal 49 Konvensi berbunyi : diajukan oleh salah satu pihak apabila terdapat
1. The secretary general shall promply dispatch fakta baru yang sebelumnya tidak disadari oleh
certified copies of the award to the parties. The pemohon. Sehingga fakta baru itu bersifat
award shall be deemed to have been rendered menentukan dan mempengaruhi putusan.
on the date on which the certified copies were Permohonan revisi harus menjelaskan revisi apa
dispatched. (Sekretaris Jenderal harus segera saja yang dimohonkan.48
mengirimkan Salinan putusan yang sah kepada Upaya hukum terakhir atas putusan
para pihak. Putusan harus dianggap telah putus arbitrase ICSID adalah berupa dimungkinkannya
sejak tanggal Salinan yang sah dikirimkan) diajukan pembatalan putusan berdasarkan alas an
2. The tribunal upon the request of a party made yang ada dalam pasal 52 Konvensi dan aturan 50
within 45 days after the date on which the ICSID Arbitration Rules, yaitu : susunan majelis tidak
award was rendered may after notice to the terbentuk secara patut, majelis melebihi
kewenangannya, arbiter telah melakukan korupsi,
44
Nurhaningsih Amriani, Prinsip Transparansi Putusan telah terjadi penyimpangan serius terhadap hukum
Arbitrase, Studi Penyelesaian Sengketa Investasi Melalui ICSID
46
dan Pengalaman di Beberapa Negara, Genta, Yogyakarta, Nurhaningsi Amriani, Op.cit, hlm.77
47
2019, hlm. 75-77 Ibid. hlm. 78
45 48
H Salim, Budi Sutrisno, Op.cit, hlm. 372 Ibid. hlm. 79
acara yang fundamental, dan atau putusan arbitrase tersebut sangat mempengaruhi bagi investor
tidak mencatumkan alasan yang menjadi dasar untuk menilai apakah iklim berbisnis di
putusan atau pertimbangan hukum untuk putusan. Indonesia sehat dan menarik, untuk itu
Pembatalan putusan arbitrase seringkali pemerintah perlu membuat payung hukum
mengundang perhatian public, publikasi ini tidak pengganti ISDS dikarenakan saat ini Indonesia
jarang mengakibatkan persepsi luas yang kurang melakukan penundaan penerapan skema ISDS
tepat mengenai arbitrase, seolah-olah putusan dalam Regional Comprehensive Economic
arbitrase begitu mudahnya dapat dibatalkan, Partnership Agreement (RCEP).
padahal sengketa yang dibatalkan hanya satu atau 2. Perlu pembaharuan lebih lanjut terhadap
dua sengketa saja dan selebihnya dilaksanakan penyelesaian sengketa investasi yang
dengan itikad baik dan sukarela oleh para pihak terkandung dalam pasal 4 Undang-undang No.
karena putusan dibuat oleh para ahli benar-benar 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dan
memuaskan para pihak.49 Undang-undang No.5 tahun 1968 tentang
penyelesaian perselisihan antara negara dan
PENUTUP warga negara asing mengenai penanaman
A. Kesimpulan modal. Mengingat, perkembangan investasi
1. Mekanisme penyelesaian sengketa Investor asing di Indonesia saat ini yang semakin
State Dispute Settlement (ISDS) melalui forum menunjukan pertumbuhan yang signifikan.
International Centre for Settlement of
Investment Settlement (ICSID) yang mengakui DAFTAR PUSTAKA
legitimasi sistem arbitrase dalam penyelesaian Amriani Nurhaningsih, Prinsip Transparansi Putusan
sengketa investasi internasional. ICSID Arbitrase, Studi Penyelesaian Sengketa
ditetapkan melalui suatu konvensi yang disebut Investasi Melalui ICSID dan Pengalaman di
Convention on the settlement of investment Beberapa Negara, Genta, Yogyakarta, 2019.
dispute between state and national of other Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, Cetakan
states yang disahkan pada tanggal 18 Maret keempat, Rajawali Pers, Bandung, 2005.
1965 di Washington, Amerika Serikat. …………..., Hukum Penyelesaian Sengketa
Mekanisme ISDS dapat diterapkan apabila ada Penanaman Modal, CV. Keni Media, Bandung,
kesepakatan perjanjian antara negara asal 2011.
investor dengan negara penerima investasi. …………..., Hukum Perdagangan Internasional, Raja
Itulah sebabnya ISDS merupakan suatu Grafindo, Jakarta, 2005.
instrumen hukum internasional publik. ISDS Ilmar Aminuddin S., Hukum Penanaman Modal Di
dapat tertuang dalam perangkat peraturan Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010.
nasional, perjanjian investasi bilateral dan Kairupan David, Aspek Hukum Penanaman Modal
multilateral atau dalam bentuk perjanjian Asing Di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2013.
investasi internasional. Mann Howard, “Reconseptualizing International
2. Akseptasi sistem hukum Indonesia terhadap Investment Law, its role in Sustainable
penyelesaian sengketa ISDS yakni bahwa hukum Development” Lewis and Clark review.
nasional Indonesia meratifikasi konvensi ICSID Mertokusumo Soedikmo, Mengenal Hukum Suatu
dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1968 Pengantar, Cet.5, Yogyakarta, Liberty, 2005.
sebagai mekanisme penyelesaian perselisihan Rahmah Mas, Hukum Investasi, Kencana, Jakarta,
antara warga negara asing dengan negara 2020.
mengenai penanaman modal. Dengan demikian Salim H., Budi Sutrisno, Hukum Investasi di
sudah ada jaminan kepastian hukum hak Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, 2008.
investor untuk dapat melakukan penyelesaian ………………, Hukum Investasi di Indonesia, Raja
sengketa investasi melalui mekanisme ISDS. Grafindo, Jakarta, 2012.
Salim, Hukum Investasi di Indonesia, Cetakan ketiga,
B. Saran Raja Grafindo, Jakarta, 2012.
1. Pemerintah perlu memperkuat atau Schmitthoff Clive M., Commercial Law in A Changing
membentuk skema penyelesaian yang jelas dan Economic Climate, Sweet and Maxwell,
tepat untuk menangani sengketa antara London, 1981.
investor asing dan pemerintah, pasalnya aspek Tietje Christian. The Impact of Investor-State-
Dispute Settlement (ISDS) in the Transatlantic
49
Trade and Investment Partnership. Juni 2016.
Ibid, hlm. 79
Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
Sumber-sumber Lain :
Bernasconi Nathalie and All, “Investment Treaties &
Why They Matter To Sustainable
Development”, IISD, 2012.
Convention on the settlement of Investment
disputes between states and nationals of
other states
Fabry E. and G. Garbasso, ‘ISDS in the TTIP: The Devil
Is In The Detail’. Jacques Delors Institute
Policy Paper 122, Januari 2015.
Franck S. D.. Foreign Direct Investment, Investment
Treaty Arbitration and the Rule of Law, 19
Global Business & Development Law Journal.
2007.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocieta
tis/article/view/19963
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum
/article/view/17317
https://law.ui.ac.id/v3/hadapi-gugatan-newmont-2/
https://repository.unair.ac.id/l 0277
6/4/4.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
Indonesia for Global Justice, Lembar Fakta Ancaman
Perjanjian TPP: Masyarakat
Indonesia#TolakTPP, 2016.
McBride James and Andrew Chatzky, ‘How Are
Trade Disputes Resolved?’<
https://www.cfr.org/backgrounder/how-are-
trade-disputes-resolved>
United Nations Conference on Trade and
Development UNCTAD, ‘Investor-State
Dispute Settlement’ UNCTAD Series on Issues
on International Investment Agreements
<https://unctad.org/system/files/official-
document/diaeia2013d2_en.pdf>

Anda mungkin juga menyukai