Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang Internasional Kelas A
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2024
United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL)
UNCITRAL terdiri dari 60 negara peserta yang dipilih oleh Majelis Umum.
Keanggotaan dipilih untuk mewakili keragaman geografis, kemajuan ekonomi, dan sistem
hukum global. Masa keanggotaan dalam UNCITRAL adalah enam tahun, dengan setengah
dari anggota mengakhiri masa keanggotaan setiap tiga tahun (dan bisa diperpanjang atau
digantikan oleh negara lain dengan wilayah geografis yang sama). Negara-negara Asia yang
menjadi anggota UNCITRAL hingga tahun 2010 termasuk India, Iran, Mongolia, Pakistan,
dan Thailand; sementara yang akan selesai keanggotaannya pada tahun 2013 termasuk China,
Jepang, Malaysia, Korea, Singapura, dan Sri Lanka.
Organ tertinggi dari UNCITRAL adalah the Commission, terdiri dari perwakilan
negara-negara anggota yang hadir dalam Sidang UNCITRAL, yang dilakukan setahun sekali
secara bergantian di New York atau Vienna. Sidang ini juga dihadiri oleh negara observer
maupun lembaga internasional yang terkait seperti FIDIC, OECD, EC, dsb. Untuk
melaksanakan tugas pokoknya. the Commission membentuk enam Working Groups untuk
menangani isu yang berbeda-beda, yaitu: Working Group 1 (Procurement), W (International
Arbitration and Conciliation), III (Transport Law), IV (Electronic Commerce), V (Insolvency
Law), dan VI (Security Interests). Masing-masing Working Group melaksanakan tugasnya
dalam satu atau dua kali sesi persidangan setiap tahunnya, bertempat di New York atau
Vienna secara bergantian pula.
Melalui proses di atas, UNCITRAL telah menciptakan beberapa Model Hukum yang
merupakan hasil dari kesepakatan bersama dan memiliki karakteristik non-binding, antara
lain: Model Hukum UNCITRAL tahun 1994 tentang Pengadaan Barang, Konstruksi, dan Jasa
(selanjutnya disebut Model Hukum), serta panduannya yang tak terpisahkan yang disebut
Panduan Pelaksanaan (selanjutnya disebut sebagai Panduan). Model Hukum UNCITRAL
telah menjadi salah satu acuan dalam pembuatan Keputusan Presiden No. 80/2003 serta
peraturan-peraturan sebelumnya terkait pengadaan publik di Indonesia. Selain Model Law
tersebut, UNCITRAL juga telah menghasilkan berbagai pedoman lain yang berkaitan dengan
masalah perdagangan internasional.
UNCITRAL, dengan wewenangnya yang luas, mengelola berbagai aspek hukum yang
terkait dengan perdagangan internasional. Ini mencakup perjanjian jual beli internasional,
arbitrase, pembiayaan bisnis, prosedur kebangkrutan, isu-isu elektronik dan digital dalam
perdagangan internasional, serta perlindungan konsumen dalam transaksi internasional, dan
banyak lagi. Karya-karya yang dihasilkan oleh UNCITRAL berfungsi sebagai panduan
hukum yang dapat digunakan oleh negara-negara anggota dalam menyusun dan mereformasi
hukum nasional mereka, meskipun bukan di dalam yurisdiksi khusus.
Salah satu kontribusi paling terkenal dari UNCITRAL adalah Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perjanjian Penjualan Internasional Barang (CISG), yang mulai
berlaku pada tahun 1980. CISG telah menjadi instrumen hukum universal yang mengatur
kontrak jual beli internasional dan telah diadopsi oleh lebih dari 90 negara. Meskipun
keberhasilan CISG, UNCITRAL terus berusaha untuk mengembangkan dan memperbaiki
hukum perdagangan internasional dengan meningkatkan harmonisasi, standardisasi, dan
keadilan dalam transaksi global.
UNCITRAL berfungsi sebagai platform untuk dialog dan diskusi antara negara-
negara anggota, praktisi hukum global, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya.
Melalui pertemuan, seminar, dan kegiatan lainnya, UNCITRAL memfasilitasi pertukaran
gagasan, pengalaman, dan praktik terbaik dalam hukum perdagangan internasional.
ICC berperan penting dalam memengaruhi arah dan evolusi bisnis global. Dengan
berkolaborasi bersama pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta, ICC berupaya
menciptakan iklim bisnis yang stabil, adil, dan mendukung pertumbuhan ekonomi dunia.
Sebagai perwakilan bisnis dan perusahaan di seluruh dunia, ICC bertindak sebagai
advokat dan mediator dalam memperjuangkan kepentingan bisnis internasional. Fokus
utamanya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi global
dan memperjuangkan perspektif bisnis dalam peraturan, kebijakan, dan perdagangan
internasional.
Di samping itu, ICC merupakan badan swasta yang memiliki fokus pada
mempromosikan bisnis dan perdagangan internasional. ICC menyediakan layanan seperti
arbitrase dan mediasi untuk menangani konflik bisnis. Anggota ICC mencakup perusahaan,
bisnis, dan organisasi dari berbagai sektor di seluruh dunia.