Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan permasalahan yang kerap dihadapi oleh setiap
negara. Inflasi mengambil peran dalam tingkat kesejahteraan masyarakat
dalam suatu negara. Setiap negara berupaya menekan inflasi dengan
berbagai kebijakan agar inflasi tetap berada dalam batas normal yang
ditetapkan.
Menurut Pratama Rahardja (2008:359), inflasi adalah kenaikan harga
barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Inflasi menurut
Julius R. Latumaerissa (2011:22) ialah kecenderungan dari harga-harga
untuk naik secara terus-menerus. Selain terjadi secara terus-menerus,
kenaikan harga bisa disebut dengan inflasi apabila kenaikan harga
tersebut mencakup keseluruhan jenis barang. Jadi, inflasi merupakan
kecenderungan meningkatnya harga secara umum dan terjadi terus-
menerus.
2. Pengertian Investasi
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan di masa mendatang.” (Eduardus Tandelilin, 2010:2).
Sedangkan menurut Jogiyanto (2013:5), investasi merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode
waktu tertentu. Dengan kata lain, investasi adalah penyimpanan aset
dalam jangka waktu tertentu agar mendapat keuntungan di kemudian hari.
Menurut Dewi dan Vijaya (2018:3), investasi terdiri dari beberapa jenis
yaitu:
1. Investasi kekayaan rill, investasi pada aset nampak atau nyata
misalnya tanah, gedung, dan bangunan.
2. Investasi kekayaan pribadi yang tampak, investasi pada benda pribadi
misalnya emas, berlian, dan baang antik.
3. Investasi keuangan, investasi surat berharga seperti deposito, saham,
obligasi.
4. Investasi komoditas, investasi pada komoditas barang seperti kopi dan
kelapa sawit.
3. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)
Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau
nilai tukar (exchange rate). Menurut Nopirin (2012:163), nilai tukar adalah
harga di dalam pertukaran dua macam mata uang yang berbeda, akan
terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tertentu,
perbandingan inilah yang disebut nilai tukar. Nilai tukar menurut Latifah,
dkk (2022:834) merupakan nilai dari satu mata uang yang ditransaksikan
ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap
Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Jadi, nilai
tukar adalah jumlah nilai uang suatu negara yang harus dibayarkan untuk
mendapat satu unit mata uang asing.

Referensi:
Latifah, dkk. 2022. “Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Suku Bunga Bank
Indonesia terhadap Nilai Tukar Rupiah Tahun 2013-2021”. Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol. 12, No. 6.
Mahmudah, Siti. 2019. “Analisis Portofolio untuk Pemilihan Portofolio Optimal
Menggunakan Single Index Model dan Naive Diversifiction pada Perusahaan
yang Terdaftar di LQ 45 Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Sarjana, Pekanbaru:
Univesitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Devi, Risma Nuzulla. 2019. “Analisa Fundamental dalam Pengambilan Keputusan
Pembelian Saham Perusahaan Pertambangan Batu Bara yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII)”.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Infalasi dan investasi dapat memengaruhi nilai tukar rupiah secara garis
besar.

Nilai tukar didefinisikan sebagai mata uang yang dapat ditukar per unit ke mata
uang lain, atau harga satu mata uang ke mata uang lainnya. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan investasi terhadap nilai tukar
rupiah di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar
ruiah terhadap dollar. Dalam fungsinya sebagai alat tukar, manusia menggunakan
uang dalam berbagai kegiatan ekonomi. Kegiatan perdagangan merupakan salah
satu kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Esensi dari perdagangan adalah proses pertukaran. Setiap proses pertukaran
tersebut memiliki adanya satu kesamaan yaitu penetapan nilai tukar, sehingga
dibutuhkan alat pertukaran atau mata uang yang dapat diterima oleh semua pelaku
ekonomi dengan mudah. Setiap negara selalu menjaga agar nilai tukar mata uang
domestik negaranya dalam keadaan yang stabil terhadap nilai tukar mata uang
asing. Nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestik
terhadap mata uang negara lain. Dengan keadaan nilai tukar yang stabil diharapkan
keadaan ekonomi suatu negara juga dalam keadaan yang baik. Terdepresiasinya
nilai tukar mata uang domestik menyebabkan kekacauan pada berbagai bidang
ekonomi. Perekonomian Indonesia pada awal tahun 1983 mengalami pergerakan
yang pasang surut, ini disebabkan karena menurunnya harga minyak dunia. Pada
masa itu, perekonomian Indonesia dihadapkan pada pertumbuhan ekonomi yang
menurun, dan defisit neraca pembayaran. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah
over-valued dan menurunkan daya saing ekspor Indonesia di luar negeri. dalam
rangka meningkatkan daya saing ekspor, kebijakan nilai tukar yang dilakukan adalah
mendevaluasi kembali nilai tukar rupiah pada 30 maret 1983 sebesar 38,1 persen
yaitu dari Rp.702,50 menjadi Rp.970 per dollar AS. Selanjutnya pada September
1986 pemerintah kembali mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 45 persen dari
Rp.1.134 menjadi Rp.1.644 per dollar AS (Simorangkir,2005:44) . Mengingat
besarnya dampak dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian, maka diperlukan suatu
manajemen kurs yang baik, yang menjadikan kurs stabil, sehingga fluktuasi kurs
dapat diprediksi dan perekonomian dapat berjalan dengan stabil. Apabila terjadi
kegagalan pada manajemen kurs, maka hal tersebut mengakibatkan gangguan
terhadap kestabilan perekonomian. Penelitian mengenai pengaruh inflasi dan
investasi terhadap nilai tukar rupiah per dollar AS sangat penting dilakukan,
tujuannya ialah untuk mengetahui bagaimana hubungan dan seberapa besar
pengaruh inflasi dan investasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS. Pada akhirnya dapat diketahui kebijakan-kebijakan yang dapat
diambil untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang berkaitan dengan variabel
inflasi dan investasi. Pergerakan nilai tukar berhubungan dengan inflasi, hal ini
karena inflasi merupakan cerminan dari perubahan tingkat harga barang yang terjadi
di pasar, dan akan berujung pada tingkat permintaan dan penawaran uang. Pada
data menunjukkan bahwa indeks harga konsumen pada tahun 2005 berada pada
nilai 89,49 dan terus meningkat menjadi 95,47 tahun 2006. Peningkatan terus terjadi
pada tahun berikutnya yaitu menjadi 101,83 dan 113,86 pada tahun 2007 dan 2008.
Kemudian pada tahun 2009 sebesar 117,03. Walaupun Indeks Harga Konsumen
(IHK) terus meningkat dari tahun ke tahun tetapi memilki tingkat selisih yang
berbeda antara tahun yang satu dengan tahun yang lain. Triyono (2008) dengan
penelitiannya yang berjudul ”Analisis Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel inflasi,
jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, dan nilai impor terhadap kurs rupiah/dollar
AS. Penelitian ini menggunakan metode Error Corection Model (ECM). Hasil dari
penelitian ini adalah variabel yang berpengaruh dengan analisis jangka pendek
adalah JUB dan SBI sedangkan inflasi dan impor tidak berpengaruh. Dalam analisis
jangka panjang seluruh variabel independen berpengaruh secara positif terhadap
kurs, kecuali untuk variabel JUB yang secara signifikan berpengaruh negatif Tri dan
Hidayat (2005), dengan penelitiannya yang berjudul ”Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah”, kurun waktu yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Januari 2000 sampai dengan Juni 2005, sedangkan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar Rp/US$, Wholesale Price Index
(WPI) Indonesia.

2.2 Dampak yang ditimbulkan k etika nilai tukar mata uang di suatu negara
tidak stabil.
Semua masyarakat Indonesia mengetahui bahwa nilai tukar Rupiah (Kurs Transaksi)
sangat lemah terhadap dolar saat ini. Berdasarkan data di Website Bank Indonesia,
nilai tukar Rupiah terhadap USD pada bulan Januari 2018 sebesar Rp 13,474. Dolar
sempat naik di Rp 14,000-an pada bulai Mei tetapi turun kembali pada angka Rp
13,000an di awal Juni. Dolar kembali naik sejak bulan Juli sampai dengan bulan
November 2018, yaitu mencapai Rp 15,000-an (seperti yang terlihat grafik Kurs
Transaksi) Melemahnya nilai Kurs (rupiah terhadap dolar) memberi dampak negatif
terhadap kondisi ekonomi di Indonesia. Dampak negatif ini bukan hanya dirasakan
oleh pengusaha yang menggunakan bahan baku impor tetapi juga pada masyarakat
umum yang bukan pengusaha. Seorang teman bercerita bahwa pada bulan Januari,
beliau meminjam uang dari temannya di Amerika sebesar USD 2,500. Uang yang
masuk ke rekeningnya seberar Rp 32,750,000. Bulan Oktober lalu beliau harus
melunasi hutangnya USD 2,500 dan jumlah Rupiah yang harus dia transfer sebesar
Rp 38,250,00. Beliau harus mengeluarkan tambahan Rp 5,500,00 akibat Kurs
Transaksi terhadap Dolar naik. Mungkin banyak masyarakat umum lainnya
mengalami kondisi yang sama dan bertanya-tanya mengapa pemerintah Indonesia
tidak dapat mengatasi masalah melemahnya Kurs Transaksi terhadap mata uang
asing. Ketidakstabilan nilai tukar mata uang suatu negara dapat menimbulkan
berbagai dampak ekonomi, antara lain:. Pengaruh terhadap Kebutuhan dan Ekspor-
Impor. Ketika nilai tukar mata uang suatu negara tidak stabil, hal ini dapat
meningkatkan kebutuhan akan mata uang asing. Selain itu, dampak negatif juga
dapat dirasakan pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, terutama pada
pengusaha yang menggunakan bahan baku impor dan masyarakat umum yang
bukan pengusaha. Pengaruh terhadap Kebijakan Fiskal dan Monete. Ketidakstabilan
nilai tukar juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal dan moneter suatu negara.
Misalnya, kebijakan fiskal seperti peningkatan pengeluaran pemerintah atau
pemotongan pajak dapat memengaruhi jumlah uang yang diinvestasikan ke luar
negeri, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang. Pengaruh
terhadap Perdagangan Internasional. Ketidakstabilan nilai tukar mata uang dapat
mempengaruhi perdagangan internasional. Ketika mata uang suatu negara
terdepresiasi, hal ini dapat menguntungkan investor asing karena investasi modal
menjadi lebih murah bagi mereka. Namun, dampaknya terhadap ekspor dan impor
dapat dirasakan secara signifikan dalam jangka Panjang.
2.3 keterkaitan perdagang internasional dengan nilai pertukaran mata uang di
Indonesia.

Keterkaitan Perdagangan Internasional dengan Nilai Tukar Mata Uang di Indonesia

Studi menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang memiliki keterkaitan yang erat
dengan perdagangan internasional di Indonesia. Beberapa aspek keterkaitan
tersebut antara lain: Pengaruh terhadap Ekspor dan Impor
Nilai tukar mata uang memengaruhi daya saing ekspor dan impor suatu negara.
Ketika nilai tukar menguat, hal ini dapat membuat produk ekspor menjadi lebih
mahal bagi negara mitra dagang, sehingga dapat mengurangi daya saing produk
ekspor Indonesia. Sebaliknya, depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan daya saing
produk ekspor, namun juga dapat membuat impor menjadi lebih mahal..Pengaruh
terhadap Kebijakan Ekonomi. Nilai tukar mata uang juga memengaruhi kebijakan
ekonomi suatu negara, terutama dalam hal kebijakan perdagangan internasional.
Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi kebijakan ekspor-impor, serta kebijakan
fiskal dan moneter lainnya. Pengaruh terhadap Kinerja Ekonomi Global
Kondisi nilai tukar mata uang Indonesia juga dapat memengaruhi kinerja ekonomi
global. Misalnya, devaluasi mata uang Indonesia dapat berdampak negatif pada
pasar keuangan di negara asal dan dalam perekonomian secara umum,
Perdagangan luar negeri merupakan aktivitas yang dilakukan suatu negara untuk
menopang perekonomiannya. Perdagangan luar negeri yang meliputi ekspor dan
impor selalu terjadi antar negara di dunia sebagai upaya dalam memenuhi
ketersediaan barang dan jasa penduduknya. Masing-masing negara memiliki produk
unggulan dan efisien sehingga mampu diekspor ke negara lain. Ekspor menjadi
penopang perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Ekspor memiliki
peranan penting dalam perekonomian. Ekspor menjadi salah satu penyumbang
cadangan devisa Indonesia. Pada tahun 2016 jumlah ekspor Indonesia mencapai
117.157.518.996 USD. Jumlah tersebut lebih besar daripada tahun sebelumnya
yang hanya mencapai 150.366.291.503 USD. Produk ekspor Indonesia beraneka
ragam antara lain produk manufaktur, pertanian, dan industri. Negara tujuan ekspor
industri Indonesia yaitu amerika serikat, China, dan Jepang. Pertumbuhan ekonomi
global pada tahun 2012 ini lebih rendah dari pada tahun sebelumnya. Penurunan
ekspor ini sebagai akibat dari penurunan permintaan dari Negara tujuan utama
ekspor Indonesia seperti India dan China. Komoditas yang mengalami penurunan
permintaan terutama pada komoditas pertanian seperti karet dan komoditas industri
seperti produk kimia. Sedangkan perlambatan ekspor yang paling utama yaitu pada
sektor pertambangan dan manufaktur. Pertumbuhan ekspor ini dipengaruhi oleh nilai
tukar dan jumlah uang beredar. Nilai tukar suatu negara akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekspor. Nilai tukar yang semakin menguat akan berakibat pada jumlah
ekspor suatu negara mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena barangbarang di
dalam negeri lebih mahal daripada barang luar negeri. Begitupun sebaliknya. Dalam
penelitian Ari Mulianta (Goeltom, 1998) rupiah mendapatkan tekanan-tekanan
depresiatif yang sangat besar diawali dengan krisis nilai tukar di Thailand dan
menyebar ke negara ASEAN lainya. Nilai tukar rupiah secara simultan mendapatkan
tekanan yang cukup berat karena besarnya kapital outflow akibat hilangnya
kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Tekanan
terhadap nilai tukar tersebut diperberat lagi dengan semakin maraknya kegiatan
spekulatif buble, sehingga sejak krisis berlangsung nilai tukar sempat mengalami
depresiasi hingga mencapai 75%. Jumlah uang beredar juga berepengaruh
terhadap perkembangan ekspor suatu negara. Dimana apabila jumlah uang beredar
semakin meningkat maka jumlah ekpor juga semakin tinggi. Berdasarkan
pemaparan di atas hubungan antara ekspor, nilai tukar dan jumlah uang beredar
sangat erat kaitannya dalam mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai