Anda di halaman 1dari 12

Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga terhadap

Cadangan Devisa di Indonesia Pada Tahun 2017-2021


Tri Puji Lestari1, Cep Jandi Anwar2
Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Kota Serang, Provinsi Banten, Indonesia1,2
Email : tpujil22@gmail.com1, cepjandianwar@untirta.ac.id2

Abstrak
Cadangan devisa yang sering disebut dengan international reserves and foreign currency liquidity (IRFCL)
atau official reserve assets didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas
moneter dan dapat digunakan setiap waktu, guna membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau
dalam rangka stabilitas moneter dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan untuk tujuan
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar atau kurs
dan tingkat suku bunga terhadap cadangan devisa di Indonesia pada hubungan jangka panjang dan jangka
pendek. Data yang digunakan pada penilitian ini adalah data sekunder Data yang digunakan adalah data
sekunder berbentuk runtut waktu (time series) yang merupakan data dengan periode tahun 2017-2021. Hasil
dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa dalam hubungan jangka pendek dan jangka panjang tingkat
suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Ameika terhadap cadangan devisa Indonesia bertanda
positif dan juga hasil dari penelitian ini membuktiksn bahwa terdapat pengaruh pada tingkat suku buna dan
nilai tukar atau kurs terhadap cadangan devisa Indonesia.

Kata Kunci: Cadangan Devisa, Nilai Tukar Rupiah US$, Tingkat Suku Bunga Acuan BI

Abstract
Foreign exchange reserves, which are often referred to as international reserves and foreign
currency liquidity (IRFCL) or official reserve assets, are defined as all foreign assets controlled by
monetary authorities and can be used at any time, to finance balance of payments imbalances
or in the framework of monetary stability by intervening in foreign exchange market and for
other purposes. This study aims to be able to determine and analyze the effect of exchange rates
or exchange rates and interest rates on foreign exchange reserves in Indonesia in the long-term
and short-term relationships. The data used in this research is secondary data. The data used is
secondary data in the form of a time series which is data for the period 2017-2021. The results
of this study indicate that in the short and long term the relationship between interest rates and
the rupiah exchange rate against the American dollar against Indonesia's foreign exchange
reserves is positive and also the results of this study prove that there is an influence on interest
rates and exchange rates or exchange rates on Indonesia's foreign exchange reserves.

Keywords: Foreign Exchange Reserves, US$ Rupiah Exchange Rate, BI Reference Interest Rate
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana negara Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari dinamika kegiatan ekonomi internasional. Selain hal tersebut, Indonesia
melanjutkan pembangunan di segala bidang untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Salah satu sumber pembiayaan utama yang digunakan Indonesia untuk
berpartisipasi dan berkembang dalam roda kegiatan ekonomi internasional adalah devisa.
Di antara berbagai sumber pendapatan dalam kegiatan ekonomi internasional, mata uang
merupakan salah satu sumber pendapatan yang paling penting. Karena perdagangan
internasional, cadangan devisa harus diperlakukan sebagai aset asing negara dalam hal
ini karena merupakan indikator penting yang menjelaskan kemampuan suatu negara
dalam perdagangan internasional.
Cadangan devisa dapat menjadi indikator penting untuk menilai seberapa lama suatu
negara dapat berpartisipasi dalam perdagangan internasional dan menunjukkan kekuatan
dan kelemahan fundamental ekonomi negara tersebut. Indonesia sendiri memiliki
cadangan devisa yang sedikit, sehingga Indonesia tidak dapat melakukan pembayaran
internasional, dan stabilisasi nilai tukar menyebabkan defisit neraca pembayaran dan
depresiasi rupiah. Cadangan devisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ekspor, impor,
nilai tukar rupiah dan inflasi. Hubungan antara ekspor dan cadangan devisa adalah dengan
melakukan kegiatan ekspor, suatu negara memperoleh nilai dalam mata uang atau secara
umum mata uang, yang juga merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah.
Bahwa jika tingkat ekspor menurun maka cadangan devisa juga akan berkurang.
Cadangan devisa suatu negara dapat diukur dengan membandingkan rasio cadangan
devisa terhadap impor. Cadangan devisa suatu negara dianggap aman jika dapat menjaga
impor negara tersebut selama 3 bulan. Namun, jika cadangan devisa hanya mampu
menutup impor selama 2 bulan atau bahkan kurang, maka gambaran pembayaran menjadi
tertekan. Oleh karena itu, negara harus menjaga cadangan devisanya agar perdagangan
internasional dapat berjalan dengan stabil (Herlina et al., 2021). Hal ini tidak hanya
mempengaruhi negara-negara yang kesulitan mengimpor barang yang mereka butuhkan
dari luar negeri, tetapi juga melemahkan nilai mata uang dan nilai tukar di pasar valuta
asing.
Indonesia sendiri merupakan negara dengan cadangan devisa yang relatif sedikit,
sehingga Indonesia tidak mampu melakukan pembayaran internasional dan menstabilkan
nilai tukar sehingga menyebabkan defisit neraca pembayaran dan depresiasi rupiah.
Setelah Indonesia diguncang oleh dua krisis mata uang pada tahun 1997-1998, yang
berakhir tidak hanya pada krisis keuangan, tetapi juga pada krisis sosial dan politik, yang
terjadi lagi pada tahun 2008 sebagai akibat jatuhnya nilai aset Amerika. Dan itu
menyebabkan nilai cadangan devisa Indonesia turun menjadi $50 miliar. Cadangan
devisa Indonesia mulai membaik pada pertengahan 2011 dan mencapai $125 miliar
(Islami & Rizki, 2018). Cadangan devisa suatu negara dikatakan aman jika memenuhi
kebutuhan impor minimal tiga bulan ke depan, jika tidak mencukupi maka posisinya
dianggap rentan. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah Indonesia memiliki rezim
kebijakan devisa bebas, dimana kebijakan devisa tersebut mempengaruhi pergerakan
bebas modal masuk dan keluar negeri, sehingga perekonomian Indonesia rentan.
terhadap risiko yang timbul dari aktivitas spekulatif para pemilik modal, yang setiap saat
mengumpulkan uang. Cadangan devisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti BI rate,
SIBOR (Singapore interbank offers rate) dan rupee (USD).
Hubungan antara nilai tukar dan cadangan devisa adalah bahwa semakin banyak mata
uang asing atau mata uang berada di tangan suatu negara dan penduduknya, semakin
besar kemampuan negara tersebut untuk melakukan transaksi ekonomi dan keuangan
internasional, dan semakin kuat nilai mata uang. Hal ini juga menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai tukar mata uang negara itu sendiri, maka semakin kuat perekonomian
negara tersebut sehingga dapat menghasilkan lebih banyak mata uang.
Dengan suku bunga yang tinggi, pihak asing mulai berebut pinjaman ke Indonesia. Bagi
perekonomian Indonesia, penjualan atau ekspor barang di Indonesia sangat penting untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia. Dengan menjual atau mengekspor barang di
Indonesia menghasilkan devisa ,kegiatan perdagangan Indonesia tidak hanya
mengekspor produk migas, tetapi juga non migas, seperti: industri, pertanian, perkebunan
dan banyak lainnya. Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap cadangan devisa adalah
jika nilai tukar rupiah melemah maka cadangan devisa menurun, akan tetapi jika
niali tukar rupiah menguat maka cadangan devisa akan meningkat.
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah: Apakah Inflasi berpengaruh terhadap cadangan devisa Negara
Indonesia?, Apakah NilaitTukar Rupiah (USD) berpengaruh terhadap cadangan devisa
Negara Indonesia?, Apakah Suku Bunga berpengaruh terhadap cadangan devisa Negara
Indonesia? dan Apakah Ekspor berpengaruh terhadap cadangan devisa Negara Indonesia?

TINJAUAN PUSTAKA
Cadangan Devisa
Cadangan devisa atau cadangan devisa adalah simpanan mata uang asing yang dilakukan
oleh bank sentral dan lembaga keuangan (Kurniawan dan Bendesa 2012). Cadangan
devisa, juga dikenal sebagai cadangan devisa, adalah simpanan mata uang asing dan
obligasi yang dimiliki oleh bank sentral dan lembaga keuangan (Arunachalam, 2010).
Berdasarkan penjelasan cadangan devisa di atas, dapat didefinisikan bahwa cadangan
devisa merupakan instrumen transaksional perdagangan internasional, yaitu. mata uang
dalam dolar yang dipertahankan oleh bank sentral dan lembaga keuangan untuk menjaga
stabilitas keuangan, untuk membayar pembayaran luar negeri. utang dan ada juga
tabungan nasional.
Cadangan devisa merupakan bagian dari tabungan nasional, sehingga pertumbuhan dan
besarnya cadangan devisa merupakan sinyal bagi pasar keuangan global tentang
keandalan dan kredibilitas kebijakan moneter negara. Besarnya cadangan devisa suatu
negara biasanya ditentukan oleh perdagangan negara tersebut (ekspor dan impor) dan
arus modal. Sementara itu, kecukupan cadangan devisa ditentukan oleh besarnya
kebutuhan impor dan sistem nilai tukar yang digunakan. Dalam sistem nilai tukar yang
berkembang bebas, fungsi cadangan devisa adalah untuk menjaga stabilitas ekonomi
moneter dan terbatas pada kegiatan yang mengurangi fluktuasi nilai tukar yang kuat. Oleh
karena itu, cadangan devisa wajib tidak harus sama dengan cadangan devisa wajib jika
negara menganut kurs tetap.
Menurut (Herlina et al., 2021) cadangan devisa memiliki pengaruh cukup penting
terhadap posisi nilai tukar suatu negara. Peningkatan cadangan devisa di neraca
pembayaran akan berdampak pada mata uang, rupiah akan terapresiasi. Fluktuasi nilai
tukar rupiah yang stabil terhadap mata uang asing (terutama dollar AS) akan berdampak
kuat pada cadangan devisa. Devaluasi rupiah terhadap dollar akan mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia diluar negeri, terutama dalam persaingan harga.

Suku Bunga
Menurut (Islami & Rizki, 2018), bunga adalah biaya pinjaman. Bunga dinyatakan sebagai
persentase modal per satuan waktu. Bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satu unit
mata uang yang dipinjam selama jangka waktu tertentu. Suku bunga dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana tingkat bunga
nominal adalah perbandingan antara jumlah uang yang dikembalikan dengan jumlah uang
yang dipinjam. Jika tingkat bunga riil lebih menekankan rasio antara daya beli uang yang
dilunasi dan daya beli uang yang dipinjam. Tingkat bunga riil adalah perbedaan antara
tingkat bunga nominal dan inflasi.
Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan Kurs adalah harga satu unit mata
uang asing dalam konversi ke mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata
uang domestik terhadap mata uang asing. Kurs biasanya dijadikan sebagai penentu daya
beli terhadap suatu barang yang diperdagangkan. Dalam melakukan perdagangan
internasional perubahan kurs berpengaruh terhadap harga barang yang diperjualbelikan
dalam melakukan perdagangan internasional. Menurut teori tingkat pembayaran
Keynesian, penguatan nilai tukar karena alasan apa pun dapat menyebabkan peningkatan
volume impor secara proporsional. Kenaikan volume impor disebabkan oleh naiknya
harga barang ekspor, sedangkan harga barang impor turun akibat menguatnya nilai tukar.
Jika kapasitas impor lebih besar dari kapasitas ekspor, maka dapat mengakibatkan defisit
pada gambaran pembayaran internasional melalui neraca perdagangan, yang selanjutnya
berdampak pada melemahnya cadangan devisa negara dan sebaliknya jika karena suatu
hal rupiah. dipertukarkan. pajak melemah relatif, itu meningkatkan volume ekspor.
Peningkatan volume ekspor tersebut disebabkan karena harga barang dalam negeri yang
murah bagi negara lain mendorong kemampuan ekspor melebihi impor. Oleh karena itu,
menurut teori tingkat pembayaran Keynesian, dengan asumsi ceteris paribus, hubungan
antara nilai tukar dan cadangan devisa adalah negatif.
Tabel 1 Kerangka Konseptual

X1= Nilai
Tukar(Kurs)
Y= Cadangan
Devisa

X2= Suku Bunga


METODE PENELITIAN
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Error
Correction Model (ECM) merupakan analisis data time series yang digunakan untuk
variabel-variabel yang memilki ketergantungan yang sering disebut dengan kointegrasi.
Metode ECM memiliki cara analisis yang hampir sama seperti OLS, akan tetapi metode
ECM dapat digunakan untuk menyeimbangkan hubungan ekonomi jangka pendek
variabel-variabel yang telah memiliki keseimbangan/hubungan ekonomi jangka panjang.
Uji Stasioneritas
Dalam pengujian stasioneritas data pada data penelitian ini, uji yang digunakan oleh
pwnulis adalah uji akar unit. Uji ini dikembangkan oleh Dickey-Fuller dan dinamakan
Augmented DickeyFuller (ADF). Uji akar unit Augmented Dickey-Fuller (ADF) dapat
digunakan menguji stasioneritas pada tingkat level, apabila data belum stasioner dapat
dilanjutkan ke uji derajat integrasi yaitu pengujian dengan melihat pada diferensiasi
tingkat keberapa data stasioner. Untuk menentukan data stasioner atau tidak adalah
dengan cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistik
Mackinnon. Nilai kritis Mackinnon adalah α = 1%; α = 5%; α = 10%. Apabila nilai absolut
statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diuji menunjukkan stasioner
dan jika sebaliknya nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya, maka data
tidak stasioner.

Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dapat digunakan untuk dapat mengetahui apakah dua atau lebih suatu
variabel ekonomi atau variabel finansial memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka
panjang. Apabila data variabel-variabel suatu penelitian telah stasioner artinya antara
variabel tersebut terkointegrasi atau memiliki hubungan secara jangka panjang. Untuk
melihat apakah antar variabel terkointegrasi dapat dilihat stasioner atau tidaknya data dan
darpat menggunakan metode uji Engle-Granger (EG) atau uji Augmented Engel-Granger,
yaitu pengujian yang dilakukan dengan memanfaatkan uji Augmented Dickey-Fuller
dengan cara mengestimasi model regresi kemudian menghitung nilai residualnya.
Jika nilai statistiknya lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel-variabel yang diamati
saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang dan jika sebaliknya
maka variabel yang diamati tidak berkointegrasi. Hipotesa yang digunakan adalah
sebagai berikut: • H0 : nilai ADF < nilai kritis, maka model tidak terkointegrasi. • H1 :
nilai ADF > nilai kritis, maka model terkointegrasi.

Error Correction Model (ECM)


Setelah dilakukannya uji kointegrasi, dimana hasilnya menunjukkan variabel
terkointegrasi yang berarti keduanya ada hubungan jangka pendek antar variabel, oleh
karena itu kita bisa lanjut ke estimasi ECM. Menurut Engle-Granger, jika dua variabel Y
dan X tidak stasioner tetapi terkointegrasi maka hubungan antara keduanya dapat
dijelaskan dengan model ECM. Adapun persamaannya sebagai berikut (Widarjono,
2013:322):
ΔYt = α0 + α1ΔXt + α2ECT + et
Dimana :
Y = Variabel yang diamati
Ect = Error Correction Term (et-1) (Yt-1 – β0 – β1Xt–1)
α0 = Konstanta
α1 = koefisien jangka pendek
T = Time trend (Trend waktu)
Dalam hal ini koefisien 𝑎1 adalah koefisien jangka pendek sedangkan β1 adalah koefisien
jangka panjang. Koefisien koreksi ketidakseimbangan 𝑎2 dalam bentuk nilai absolut
menjelaskan seberapa cepat waktu diperlukan untuk mendapatkan nilai keseimbangan.
Adapun persamaan ECM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ΔYt = α0 + α1ΔX1t + α2ΔX2t + α3ΔLOGX3t + α4ECT + et
ECT= Yt–1 – β0 – β1X1t–1 – β2X2t–1 – β3LOGX3t–1
Dimana:
ΔLOGYt : Perubahan cadangan devisa dalam logaritma natural
ΔX1t : Perubahan tingkat suku bunga acuan BI dalam persen
ΔX2t : Perubahan Sibor dalam persen
ΔLOGX3t : Perubahan nilai tukar rupiah dalam logaritma natural
α0 : Konstanta
ECT : Error Correction Term (et-1)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Stasioneritas (Parsial-Unit Root Test)
Parsial
Tabel 2 Cadangan Devisa

Null Hypothesis: D(DEV) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)

t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.852300 0.0006
Test critical values: 1% level -3.689194
5% level -2.971853
10% level -2.625121

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : Data Olahan Eviews 10

Tabel 3 Kurs

Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.753910 0.0001


Test critical values: 1% level -3.689194
5% level -2.971853
10% level -2.625121

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : Data Olahan Eviews 10

Tabel 4 Suku Bunga

Null Hypothesis: D(SBI) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.212786 0.0028


Test critical values: 1% level -3.689194
5% level -2.971853
10% level -2.625121

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : Data Olahan Eviews 10


Berdasarkan hasil pada table atau ouput dapat disimpulkan bahwa semua variabel diatas
dapat dinyatakan stasioner pada 1st difference karena nilai prob Augmented Dickey-Fuller
dari semua data diatas berada pada angka yang < a(alpha=0,05) yaitu masing-masing
variabel seperti cadangan devisa yang memiliki prob ADF nya sebesar 0,0006 lalu ada
variabel KURS yang memiliki prob ADF ya sebesar 0,0001 dan yang terakhir ada
variabel suku bunga yang memiliki variabel 0,0028. Setelah melihat hasil tersebut maka
dapat disimpulkan semua variabel telah stasioner pada tingkat 1st difference.
Tabel 5 Uji Stasioneritas Parsial
Nilai Kritis MacKinnon
Variabel Adf Prob Ket

1% 5% 10%
Y -4.852300 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0006 Stasioner
X1 -5.753910 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0001 Stasioner
X2 -4.212786 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0028 Stasioner
Sumber : Data Olahan Eviews 10

Simultan
Setelah melakukan pengujian stasioneritas secara parsial, langkah selanjutnya adalah kita
harus menguji data secara parsial agar dapat mengetahui apakah seluruh variabel telah
stasioner atau tidak. Berikut adalah hasil data secara simultan:
Tabel 6 Uji Stasioneritas Simultan

Group unit root test: Summary


Series: DEV, KURS, SBI
Date: 11/28/22 Time: 16:17
Sample: 1 30
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test

Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -7.47141 0.0000 3 84

Null: Unit root (assumes individual unit root process)


Im, Pesaran and Shin W-stat -6.62762 0.0000 3 84
ADF - Fisher Chi-square 46.3628 0.0000 3 84
PP - Fisher Chi-square 46.3905 0.0000 3 84

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi


-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Sumber: Data Olahan Eviews 10


Dapat dilihat berdasarkan hasil output dari data diatas, dapat dikatakan bahwa seluruh
data penelitian dinyatakan stasioner karena nilai Prob ADF-Fisher Chi Square pada data
diatas < a(alpha=0,05) yaitu pada 0,0000.

Uji Kointegrasi
Dari hasil uji stasioneritas dan data telah dinyatakan stasioner, maka selanjutnya kita
harus melakukan uji kointegrasi untuk dapat mengetahui apakah data yang kita gunakan
terkointegrasi atau tidak. Berikut adaalah hasil dari output dari uji kointegrasi :
Tabel 7 Uji Kointegrasi

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05


No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.945544 86.48529 29.79707 0.0000


At most 1 * 0.316222 16.63670 15.49471 0.0335
At most 2 * 0.268804 7.513779 3.841466 0.0061

Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level


* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Sumber: Data Olahan Eviews 10

Untuk dapat menentukan apakah data penelitian dapat dinyatakan terkointegrasi, maka
kita harus melihat dari Prob ADF pada None,At most 1 dan At most 2 apakah
<a(alpha=0,05) atau tidak.
Berdasarkan hasil dari table diatas, maka dapat dikatakan seluruh data penelitian telah
terkointegrasi karena besaran Prob ADF dari None,At most 1 dan At most 2 berada pada
<a(alpha=0,05) yaitu pada angka 0,0000 pada None lalu 0,0335 pada At most 1 dan
0,0061 pada At most 2.
Estimasi Persamaan Jangka Panjang
Setelah data penelitian telah dinyatakan terkointegrasi secara positif, maka selanjutnya
kita akan melakukan estimasi persamaan jangka panjang. Berikut adalah hasil regresi
persamaan jangka panjang:
Tabel 8 Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 160419.8 23384.69 6.860036 0.0000


KURS 1.044354 1.666567 0.626650 0.5362
SBI -9887.865 911.4256 -10.84879 0.0000

R-squared 0.814861 Mean dependent var 130252.3


Adjusted R-squared 0.801146 S.D. dependent var 9346.215
S.E. of regression 4167.757 Akaike info criterion 19.60278
Sum squared resid 4.69E+08 Schwarz criterion 19.74290
Log likelihood -291.0417 Hannan-Quinn criter. 19.64761
F-statistic 59.41799 Durbin-Watson stat 0.510696
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Data Olahan Eviews 10


Berdasarkan tabel hasil ouput pada data penelitian kita, dapat disimpulkan bahwa yang
berpengaruh terhadap Cadangan Devisa dalam estimasi jangka panjang hanya KURS
dengan besaran determinasi sebesar 81,48% dan memperoleh persamaan model jangka
panjang sebagai berikut:
Yt=160419.8 + 1.044354 X1t - 9887.865 X2t

Uji Stasioner Residual (ECT)


Setelah mengetahui hasil dari persamaan jangka panjang pada data kita, maka selanjutnya
adalah melakukan uji stasioner residual untuk dapat mengetahui estimasi persamaan
jangka pendeknya. Berikut adalah hasil dari uji stasioner residual:
Tabel 9 Uji ECT

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.321087 0.0002


Test critical values: 1% level -3.689194
5% level -2.971853
10% level -2.625121

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.


Sumber : Data Olahan Eviews 10

Berdasarkan hasil uji stasioner residual pada tabel diatas maka dapat disimpulkan Prob
ADF < a(alpha=0,05) yaitu sebesar 0,0002 yang berarti < a(alpha=0,005) dan dapat
disimpulkan bahwa data telah stasioner yang berarti kita dapat melakukan estimasi jangka
pendek.

Estimasi Persamaan Jangka Pendek


Langkah selanjutnya setelah mengetahui data telah stasioner secara residual menentukan
estimasi persamaan jangka pendek. Berikut adalah hasil dari perhitungan:
Tabel 10 Estimasi Persamaan Jangka Pendek

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 297.2212 451.5859 0.658172 0.5167


D(KURS) -3.928416 1.317043 -2.982755 0.0065
D(SBI) -8859.509 1610.413 -5.501388 0.0000
ECT(-1) -0.275416 0.127723 -2.156354 0.0413

R-squared 0.617383 Mean dependent var 575.6543


Adjusted R-squared 0.569556 S.D. dependent var 3567.170
S.E. of regression 2340.357 Akaike info criterion 18.48556
Sum squared resid 1.31E+08 Schwarz criterion 18.67587
Log likelihood -254.7978 Hannan-Quinn criter. 18.54374
F-statistic 12.90864 Durbin-Watson stat 2.038489
Prob(F-statistic) 0.000032

Sumber : Data Olahan Eviews 10

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, maka dapat diinterpretasikan dalam
rumus sebagai berikut:
DYt= 297.2212 - 3.928416DX1t - 8859.509DX2t-0.275416ECT(-1)

Berdasarkan hasil dari tabel perhitungan estimasi persamaan jangka pendek diatas, hasil
prob ADF dari ECT(-1) adalah 0,0413 yang berarti < a(0,05) Hal ini menunjukan bahwa
ECT memiliki hubungan yang signifikan pada tingkat keyakinan 95% dengan variabel
perubahan cadangan devisa (DYt). Hasil ini menunjukan bahwa model ECM yang
digunakan sudah valid dan terdapat penyesuaian pada model jangka pendek untuk
mencapai keseimbangan jangka panjang. Hasil estimasi dari persamaan jangka pendek
menunjukkan nilai R-square sebesar 0.617383 artinya bahwa 61.73% model perubahan
cadangan devisa dapat dijelaskan oleh variabel tingkat suku bunga dan nilai tukar Rupiah,
dan sisanya 38.27% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan diatas dengan metode ECM, maka dapat disimpulkan
bahwa secara parsial data penelitian dari seluruh variabel telah stasioner pada tingkat 1st
difference dan pada hasil uji stasioneritas secara simultan pun variabel yang digunakan
telah dinyatakan stasioner pada tingkat 1st difference. Dan setelah melakukan uji
kointegrasi dapat dinyatakan seluruh data penelitian telah terkointegrasi karena besaran
Prob ADF dari None,At most 1 dan At most 2 berada pada <a(alpha=0,05) yaitu pada
angka 0,0000 pada None lalu 0,0335 pada At most 1 dan 0,0061 pada At most 2. Pada
hasil perhitungan jangka panjang maka dapat dilihat nilai R-squared sebesar 0.814861
dengan nilai determinasi sebesar 81,48 yang menggambarkan bahwa terdapat sumbangan
Variabel Independen (KURS dan SB) terhadap naik turunnya atau variasi Variabel
Dependen (Cadangan Devisa) sebesar 81,48 dan sisanya adalah 18.52. Sedangkan untuk
besarnya korelasi pada nilai r (Adjusted R-squared) sebesar 0.801146 atau 80,11% berarti
hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen dalam penelitian
tersebut dapat dikatakan mempunyai hubungan yang kuat karena dekat dari 100%.
Sedangkan pada hasil perhitungan jangka pendek maka dapat dilihat nilai R-squared
sebesar 0.617383 dengan nilai determinasi sebesar 61,73 yang menggambarkan bahwa
terdapat sumbangan Variabel Independen (KURS dan SB) terhadap naik turunnya atau
variasi Variabel Dependen (Cadangan Devisa) sebesar 61,73 dan sisanya adalah 38.27.
Sedangkan untuk besarnya korelasi pada nilai r (Adjusted R-squared) sebesar 0.569556
atau 56,95% berarti hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
dalam penelitian tersebut dapat dikatakan mempunyai hubungan yang cukup kuat karena
cukup dekat dari 100%.

DAFTAR RUJUKAN
(Agustina & Reny, 2014; Herlina et al., 2021; Islami & Rizki, 2018; Juliansyah et al.,
2020; Kahar et al., 2017; Masitha & Pangidoan, 2020; Palembangan et al., 2020;
Suwarno et al., 2021)Agustina, & Reny. (2014). 214-507-1-Sm. Pengaruh Impor
Nilai Tukar Rupiah Dan Tingkat Inflasi Terhadap Cadangan Devisa, 4, nomor 0,
61–70.
Herlina, D., Chendrawan, T. S., Sobri, L., & Tahun, I. (2021). Ecosains : Jurnal ilmiah
ekonomi dan pembangunan Analisis Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2008-
2018 aktivitas ekonomi internasional yang juga memiliki perkembangan dan
dinamikanya sendiri . cadangan resmi dan impor . Cadangan devisa suatu negara
dinyataka. 10, 69–81.
Islami, H., & Rizki, C. Z. (2018). Pengaruh Suku Bunga, Kurs dan Inflasi Terhadap
Cadangan Devisa Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi
PembangunanFakultas Ekonomi Dan Bisnis Unsyiah, 3(1), 1–10.
Juliansyah, H., Moulida, P., & Apridar, A. (2020). Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhui Cadangan Devisa Indonesia Bukti (Kointegrasi dan Kausalitas).
Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 3(2), 32.
https://doi.org/10.29103/jeru.v3i2.3204
Kahar, G. N., Suhendra, I., & Suharto, U. S. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Neraca Pembayaran Di Indonesia Tahun 1986-2016. Jurnal
Ekonomi-Qu, 7(2). https://doi.org/10.35448/jequ.v7i2.4975
Masitha, I. P., & Pangidoan, E. (2020). Pengaruh suku bunga, nilai tukar rupiah, inflasi,
ekspor dan impor terhadap cadangan devisa di Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Dan Keuangan, 8(1), 59–65.
Palembangan, I. T., Kumaat, R. J., Mandeij, D., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F., &
Ratulangi, U. S. (2020). Analisis Pengaruh Tingkat Bunga Acuan Bi, Sibor, Dan
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Di Indonesia (2011:Q1-2019:Q4).
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 20(02), 152–164.
Suwarno, I., Wianto Putra, I. M., & Sutapa, I. N. (2021). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah (USD), Suku Bunga Dan Ekspor Terhadap Cadangan Devisa Negara
Indonesia Tahun 2009-2019. Jurnal Riset Akuntansi Warmadewa, 2(1), 48–
53.https://doi.org/10.22225/jraw.2.1.2933.48-53

Anda mungkin juga menyukai