Anda di halaman 1dari 12

Universitas Pamulang Prodi Manajemen

PERTEMUAN 16
KURS VALUTA ASING

A. Tujuan Pembelaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu menjelaskan pengertian
valas, mampu menjelaskan penentuan kurs valas, mampu menjelaskan system kurs
valas dan mampu menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs

B. Uraian Materi
Setiap negara mempunyai mata uang tersendiri yang mencirikan tentang nilai
mata uang yang berlaku didalam perekonomiaanya.Selain digunakan dalam transaksi
didalam negeri, mata uang tersebut digunakan juga untuk transaksi antara
negara.Terkait dengan transaksi perdagangan inetrnasional, maka nilai kekuatan mata
uang akan diukur dari sejauh mana mata uang tersebut mampu membeli barang dan
jasa dari negara lain. Untuk itu aspek kekuatan mata uang sebuah negara banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk bagaimana negara tersebut menggunakan
system mata uang yang digunakan.

16.1 Definisi Kurs Valuta Asing


Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang sesuatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara
tertentu.Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestic
yang dibutuhkan atau kalo kita analogikan kedalam rupiah banyaknya rupiah
yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Jika kurs dollar
menunjukkan U$1.00 sama dengan Rp.15.000,- berarti untuk medapatkan 1
dollar maka harus menyiapkan uang sebesar Rp. 15.000.
Beberapa ahli di bidang ilmu ekonomi pernah menjelaskan mengenai
definisi kurs (nilai tukar), diantaranya adalah:

1. Fabozzi dan Franco


Menurut Fabozzi dan Franco, pengertian kurs adalah jumlah satu mata uang
yang bisa ditukar per unit mata uang lain, atau harga satu mata uang dalam mata
uang lain.

2. Ekananda
Pengertian kurs menurut Ekananda adalah harga mata uang suatu negara relatif
terhadap mata uang negara lain. Nilai mata uang punya peranan penting dalam
keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita
menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang
sama.

3. Paul R. Krugman dan Maurice


Menurut Paul R Krugman dan Maurice, pengertian kurs adalah harga sebuah
mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang
negara lainnya.

4. Nopirin

218
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

Menurut Nopirin, definisi kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/ harga antara kedua mata
uang tersebut.

5. Salvator
Pengertian kurs atau nilai tukar menurut Salvator adalah harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Definisi kurs/ nilai tukar juga dikenal sebagai rasio
pertukaran antara dua mata uang yang berbeda negara. Dengan kata lain, kurs
dapat diartikan sebagai harga satu unit mata uang asing dinyatakan dalam mata
uang domestik.

6. Mankiw
Menurut Mankiw valuta asing atau sering disebut kurs (exchange rate) adalah
tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Kurs sering juga dsebut dengan valas, yaitu nilai tukar mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lain.

7. Adiningsih, dkk
Menurut Adiningsih, dkk, pengertian kurs atau nilai tukar mata uang adalah harga
mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dalam hal ini, nilai
tukar mata uang Indonesia (Rupiah) merupakan nilai dari satu mata rupiah yang
ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain, misalnya Dollar Amerika.

Dari beberapa pendapatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kurs


merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham
maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk
melakukan investasi portofolio. Terdepresiasinya kurs rupiah terhadap mata
uang asing khususnya dolar Amerika memiliki pengaruh yang negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).
Menurut Mohamad Samsul (2006: 202), perubahan satu variabel makro
ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak
negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah
terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap harga
saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan
menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini
berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan
di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak
positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif
tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya. Kurs mata uang
menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain.
Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain
ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran
mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika
demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan
terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi
apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating
exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar
(Kuncoro, 2001).

219
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi
valas, foreign exchange transaction (Kuncoro, 1996). Harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang/exchange
rate (Salvatore, 1997). Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai harga
mata uang suatu negara dalam suatu negara dalam unit komoditas (seperti mata
uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai mata uang. Kurs menunjukkan
harga suatu mata uang, jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Sebagai
contoh, nilai kurs Rp/USD sebesar 13,240.00, berarti bahwa untuk membeli 1
USD diperlukan Rp. 13,240.00 (Yulianti dan Prasetyo, 1998).
Valuta asing (foreign exchange) adalah mata uang negara lain (foreign
currency)dari suatu perekonomian (Berlianta, 2004). Untuk dapat digunakan
dalam kegiatan ekonomi, maka mata uang yang dipergunakan mempunyai harga
tertentu dalam mata uang negara lain. Harga tersebut menggambarkan berapa
banyak suatu mata uangharus dipertukarkan untuk memeroleh satu unit mata
uang lain. Istilah dari rasio pertukaran ini adalah nilai tukar atau kurs (exchange
rate).

Gambar 48. Pergerakan Rupiah terhadap Dollar

Penurunan kurs antara Rupiah dan USD (misalnya, dari Rp.8000/USD


menjadi Rp.9000/USD) berarti Dollar menjadi lebih mahal dalam nilai Rupiah. Ini
mencerminkan bahwa nilai Dollar naik karena jumlah Rupiah yang diperlukan
untuk membeli Dollar meningkat. Dengan kata lain, Dollar mengalami apresiasi
terhadap Rupiah. Dari sisi lain, Rupiah menjadi lebih murah dinilai dalam Dollar,
artinya Rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar. Untuk menghindari
kebingungan, harus diingat bahwa kurs antara mata uang domestik dan mata
uang asing diartikan sebagai jumlah mata uang domestik yang diperlukan untuk
membeli mata uang asing. Bila kurs meningkat berarti mata uang domestik
mengalami depresiasi dan mata uang dolar mengalami kenaikan.

16.2 Penentuan Kurs Valuta Asing


a. Berdasarkan Permintaan dan Penawaran Mata Uang Asing dalam
Pasar Bebas
Permintaan Mata Uang Asing. Kurs pertukaran valuta asing
adalah faktor yang sangat penting dalam menentukkan apakah barang-
barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari
barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri. Semakin tinggi mata

220
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

uang negara lain maka semakin sedikit permintaan ke atas mata uang
tersebut. Namun sebaliknya semakin rendah harga mata uang negara
tsb semakin banyak permintaan ke atas mata uang tersebut.
Penawaran Mata Uang Asing. Semakin tinggi penawaran
harga mata uang negara tertentu semakin banyak penawaran mata uang
tersebut.Dan semakin rendah mata uang tersebut maka semakin sedikit
penawaran mata uang tersebut.
Penentuan Harga Mata Uang Asing. Dengan adanya
permintaan dan penawaran mata uang, maka keseimbangan akan
tercipta di pasar bebas dengan memadukan antara permintaan dan
penawaran tersebut. Dalam kondisi keseimbangan dalam pasar bebas
menunjukkan nilai dan jumlah kurs yang akan diperjualbelikan. Seperti
digambarkan dalam gambar 48.

b. Penentuan Kurs Pertukaran Oleh Pemerintah


Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukkan kurs
valuta sing. Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak
menimbulkan efek yang buruk ke atas perekonomian. Kurs yang
ditetapkan oleh pemerintah akan berbeda dengan yang ditetapkan oleh
pasar bebas. Nilai kurs yang ditetapkan pemerintah bergantung kepada
kebijakan dan keputusan pemerintah mengenai kurs yang sesuai untuk
tujuan-tujuan pemerintah dalam mestabilkan dan mengembangkan
perekonomian. Apabila harga sesuatu mata uang domestic ditetapkan
oleh pemerintah lebih rendah dari yang ditentukan oleh pasar bebas,
maka mata uang domestic dinamakan mata uang yang terlalu rendah
(undervalued currency) sedangkan apabila harga mata uang domestic
ditetapkan oleh Pemerintah pada kurs yang lebih tinggu dari yang
ditentukan pasar maka mata uang tersebut dinilai terlalu tinggi.

Kurs D S
Pertukar
an
Harga
dollar
dalam
Rupiah

14.500

Kuantitas dollar (billion)


2,5
Gambar 49. Permintaan dan Penawaran ke atas Dollar AS

221
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

16.3 Sistem Kurs Valuta Asing


Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang
yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate). Sistem kurs ini
ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi
oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua
macam kurs mengambang, yaitu :
a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank
sentral/otoritas moneter. Sistem ini sering disebut clean floating
exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak
diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk
menetapkan atau memanipulasi kurs.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs
pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya
dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valuta asing untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
2) Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu
negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya dengan suatu mata uang
negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata
uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata
uang berarti nilai tukar mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang
yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan
tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang
lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya
3) Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini,
suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar mata
uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai
tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah
suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang
lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini
dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat
revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
4) Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara
terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai tukar mata
uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem
ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu Negarakarena
pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi
mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh
peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang
yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya
terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara
dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang
berbeda.
5) Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara
mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs
ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah

222
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan
berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

16.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs


Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai
tukar, yaitu (Madura, 1993):
a. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi,
suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar
dan intervensi bank sentral.
b. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa
pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara
penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya
apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka
nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.
c. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik
yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik
atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau
berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

Lebih lengkap dikemukan oleh Adler (2003) yang menjelaskan factor-


faktor yang memengaruhi perubahan kurs, yakni :
a) Permintaan terhadap valas (Foreign Exchange Demand) Permintaan terhadap
valas akan timbul jika penduduk/perusahaan suatu negara membutuhkan
barang dan jasa yang diproduksi oleh negara lain. Dapat dikatakan, permintaan
valas naik ketika impor meningkat. Faktor yang memengaruhi permintaan valas
misalnya harga valas itu sendiri (nilai tukarnya), tingkat pendapatan, tingkat
suku bunga, selera dan kebijakan pemerintah.
b) Penawaran terhadap valas (Foreign Exchange Supply) Penawaran valas akan
meningkat ketika negara lain meningkatkan impornya atau saat ekspor
perusahaan domestik meningkat.
c)Kontrol Pemerintah. Pemerintah suatu negara dapat memengaruhi
keseimbangan pasar valas dengan beberapa cara, misalnya, (1)
memberlakukan halangan perdagangan valas maupun barang dan jasa
(barriers), (2) melakukan intervensi (membeli atau menjual valas) (3)
memengaruhi variabel makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat
pendapatan.
d) Spekulan di pasar valas. Aksi spekulan yang masuk ke pasar valas dapat
menyebabkan kenaikan atau penurunan kurs yang efeknya langsung terasa
seketika dan dapat pula bertahan lama.
e) Informasi yang mendukung permintaan maupun penawaran valas. Informasi,
baik berita baik ataupun buruk, dapat mengundang investor untuk membeli
atau menjual valas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara:

223
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

1. Kebijakan Pemerintah
Berbagai kebijakan yand dibuat oleh pemerintah suatu negara akan
berpengaruh pada nilai tukar mata uang di negara tersebut. Kebijakan
tersebut berfungsi sebagai kontrol untuk:
 Menghindari berbagai hambatan terhadap nilai tukar valuta asing
 Menghindari berbagai hambatan terhadap perdagangan
internasional
 Upaya intervensi dalam pasar uang dengan cara jual-beli mata
uang. Intervensi pasar ini dilakukan biasanya dengan alasan
berikut:
 Memudahkan perubahan nilai tukar mata uang domestik
 Mengkondisikan nilai tukar mata uang domestik pada batasan yang
sudah ditentukan
 Sebagai respon terhadap hambatan yang bersifat sementara
 Untuk mempengaruhi variabel-variabel makro, misalnya inflasi,
tingkat pendapatan, dan tingkat suku bunga

2. Tingkat Inflasi
Dalam pasar valuta asing, yang menjadi dasar utama adalah
perdagangan internasional, baik berbentuk jasa maupun barang. Dengan
begitu, perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar
negeri merupakan faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai mata uang
asing. Misalnya; Tiongkok merupakan mitra dagang Indonesia. Tiongkok
mengalami inflasi yang cukup tinggi yang menyebabkan harga barang
akan menjadi lebih tinggi. Hal ini otomatis akan mengakibatkan penurunan
permintaan terhadap produk relatif. Paritas daya beli berfungsi sebagai
titik kurs yang mencerminkan hukum nilai. Inilah alasan mengapa inflasi
akan memberikan dampak pada kurs mata uang suatu negara. Inflasi di
suatu negara akan mengakibatkan menurunnya mata uang domestik,
begitu juga sebaliknya.

3. Perbedaan Tingkat Suku Bunga


Arus modal internasional dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku
bunga suatu negara. Dengan kata lain, kenaikan suku bunga akan
memancing masuknya modal asing. Tingkat suku bunga akan
mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika terjadi
aktivitas transaksi, maka bank akan mempertimbangkan perbedaan suku
bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang
berasal dari keuntungan. Pihak Bank lebih memilih mendapatkan
pinjaman murah di pasar uang asing dengan tingkat bunga yang lebih
rendah dan tempat mata uang asing pada pasar kredit domestik jika
tingkat bunganya yang lebih tinggi.

4. Aktivitas Neraca Pembayaran


Nilai tukar mata uang juga dipengaruhi oleh neraca pembayaran.
Neraca pembayaran aktif akan meningkatkan nilai mata uang domestik
dengan meningkatnya jumlah debitur asing. Jika saldo pembayaran pasif,
hal ini akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uang domestik
sehingga debitur akan akan menjual semuanya dengan mata uang asing
untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka. Dampak dari

224
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

neraca pembayaran diukur terhadap nilai tukar yang sudah ditentukan


oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Pembatasan impor, perubahan tarif,
kuota perdagangan, dan subsidi akan mempengaruhi neraca
perdagangan.

5. Tingkat Pendapatan Relatif


Laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri
merupakan faktor lain yang mempengaruhi penawaran dan permintaan
dalam pasar valuta asing. Kurs mata uang asing akan melemah ketika laju
pertumbuhan pendapatan domestik membaik.

6. Ekspektasi
Ekspektasi nilai tukar mata uang suatu negara di masa depan juga
menjadi faktor yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing. Seperti halnya
pasar keuangan lainnya, pasar valas akan bereaksi cepat terhadap
berbagai berita yang dianggap berdampak pada masa depan. Sebagai
contoh, berita tentang prediksi peningkatan inflasi di Amerika
kemungkinan besar akan mendorong para pedagang valas melakukan
aksi jual terhadap dollar. Hal ini karena diperkirakan harga dollar akan
turun di masa depan. Dan reaksi ini akan langsung menekan nilai tukar
dollar di pasar.

16.5 Pengaruh Kurs Terhadap Bisnis


Seperti yang sudah disinggung dalam pengertian kurs di atas bahwa
tujuannya adalah untuk mengukur nilai mata uang satu terhadap mata uang yang
lain. Sehingga perubahan nilai pada kurs tentu akan berpengaruh terhadap
bisnis yang berkaitan dengan perdagangan internasional (ekspor-impor) yang
melibatkan mata uang asing.

1. Pengaruh Terhadap Importir


Jika Anda memiliki bisnis dibidang penjualan produk yang
mengharuskan mengimpor bahan baku dari luar negeri, tentu nilai kurs sangat
menentukan keuntungan yang akan Anda dapatkan. Namun, dalam kondisi
rupiah yang melemah terhadap mata uang asing yang umumnya dollar, maka
akan membuat perusahaan Anda mengeluarkan uang lebih banyak daripada
biasanya. Jika terjadi kondisi seperti ini, maka perusahaan Anda akan
mengalami kerugian jika tidak menaikkan harga jual produk.

2. Pengaruh Terhadap Eksportir


Perubahan nilai kurs lebih sering menguntungkan bagi pebisnis yang
melakukan kegiatan ekspor. Nilai tukar dollar yang sering menguat
menyebabkan harga jual produknya yang di ekspor keluar negeri akan
semakin terjual dengan harga tinggi karena konsumen membayar dengan
dollar. Tentu hal ini sangat menguntungkan.

3. Pengaruh Terhadap Hutang Piutang


Jika nilai tukar rupiah terus melemah terhadap mata uang asing, ini
akan merugikan pengusaha yang memiliki utang luar negeri. Karena nilai
utangnya akan semakin tinggi juga.

225
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

4. Pengaruh Terhadap Pemilik Dollar


Saat ini sudah banyak masyarakat kita yang mengumpulkan uang
dollar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai tukar yang lebih tinggi
daripada saat ia membeli dollar tersebut. Taktik ini sebenarnya sah-sah saja
dan bisa diterapkan sebagai uang deposito perusahaan.

16.6 Perkembangan Kebijakan Sistem Nilai Tukar di Indonesia


1. Multiple Exchange System (Sistem Nilai Tukar Bertingkat)
Sistem ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971. Penggunaan
sistem ini dilakukan dalam rangka menghadapi berfluktuasinya nilai rupiah
serta untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang hilang
karena adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.

2. Fixed Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Tetap)


Sistem yang berlaku mulai Agustus 1971 hingga Oktober 1978 ini
mengaitkan secara langsung nilai tukar rupiah dengan dollar Amerika
Serikat yaitu tarif US$1 =Rp415,00. Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh
kuatnya posisi neraca pembayaran pada kurun waktu 1971-1978. Neraca
pembayaran tersebut kuat karena sektor migas mempunyai peran besar
dalam penerimaan devisa ekspor yang didukung oleh peningkatan harga
minyak mentah (masa keemasan minyak).
Sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate ) dimana lembaga
otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestik
terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa
memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing
yang terjadi. Bila terjadi kekurangan atau kelebihan penawaran atau
permintaan lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah, maka dalam hal
ini akan mengambil tindakan untuk membawa tingkat nilai tukar ke arah
yang telah ditetapkan. Tindakan yang diambil oleh otoritas moneter bisa
berupa pembelian ataupun penjualan valuta asing, bila tindakan ini tidak
mampu mengatasinya, maka akan dilakukan penjatahan valuta asing
(Hendra Halwani, 2005). Sistem nilai tukar tetap yang berlaku di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964 dengan nilai tukar
resmi Rp 250/US Dollar, sementara nilai tukar Rupiah terhadap mata uang
lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah per US Dollar di bursa
valuta asing Jakarta dan di pasar internasional. Selama periode tersebut di
atas, Indonesia menganut sistem kontrol devisa yang relatif ketat. Para
eksportir diwajibkan menjual hasil devisanya kepada Bank Indonesia.
Dalam rezim ini tidak ada pembatasan dalam hal pemilikan, penjualan
maupun pembelian valuta asing. Sebagai konsekuensi kewajiban
penjualan devisa tersebut, maka Bank Indonesia harus dapat memenuhi
semua kebutuhan valuta asing bank komersial dalam rangka memenuhi
permintaan valuta asing oleh importir maupun masyarakat. Berdasarkan
sistem nilai tukar tetap ini, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh
dalam mengawasi transaksi devisa. Sementara untuk menjaga kestabilan
nilai tukar pada tingkat yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan
intervensi aktif di pasar valuta asing.
Pemerintah Indonesia telah melakukan devaluasi sebanyak tiga kali
yaitu yang pertama kali dilakukan pada tanggal 17 April 1970 dimana nilai
tukar Rupiah ditetapkan kembali menjadi Rp 378/US Dollar. Devaluasi

226
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

yang kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp


415/US Dollar dan yang ketiga pada tanggal 15 November 1978 dengan
nilai tukar sebesar Rp 625/US Dollar. Kebijakan devaluasi tersebut
dilakukan karena nilai tukar Rupiah mengalami overvaluated sehingga
dapat mengurangi daya saing produk-produk ekspor di pasar internasional.

3. Managed Floating Exchange Rate (Sistem Nilai Tukar Mengambang


Terkendali)
Nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah
mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta
asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan
neraca pembayaran. Sistem ini belaku sejak November 1978 sampai
Agustus 1997. Pada masa ini nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan
dengan dolar Amerika Serikat akan tetapi terhadap sekeranjang mata uang
asing (basket currency). Pada periode ini telah terjadi tiga kali devaluasi
yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983, dan September 1986.
Setelah devaluasi tahun 1986, nilai nominal rupiah diperbolehkan
terdepresiasi sebesar 3-5% per tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil
yang lebih baik.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan
bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar
33 %. Pada sistem ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap
sekeranjang mata uang (basket currencies) negara-negara mitra dagang
utama Indonesia. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan
kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread
tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank
Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas
atau batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005).
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di
Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami
depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp
644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai
tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.

4. Free Floating Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Mengambang


Bebas)
Nilai tukar mengambang bebas, dimana pemerintah tidak
mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan
pada permintaan dan penawaran valuta asing. Penerapan sistem ini
dimaksudkan untuk mencapai penyesuaian yang lebih berkesinambungan
pada posisi keseimbangan eksternal (external equilibrium position). Tetapi
kemudian timbul indikasi bahwa beberapa persoalan akibat dari kurs yang
fluktuatif akan timbul, terutama karena karakteristik ekonomi dan struktur
kelembagaan pada negara berkembang masih sederhana. Dalam sistem
nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem perekonomian yang
sudah mapan (Eric Yuliana, 2000).
Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang.
Dalam sistem ini Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta
asing karena semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah
yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Awalnya, penerapan

227
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

sistem nilai tukar mengambang ini menyebabkan terjadinya gejolak yang


berlebihan (overshooting). Misalnya kurs pada tangga 14 Agustus
melemah tajam menjadi Rp2.800 per dolar dari posisi Rp2.650 per dolar
pada penutupan hari sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan nilai
tukar rupiah terus merosot, mulai dari aksi ambil untung (profit taking) oleh
pelaku pasar, tingginya permintaan perusahaan domestik terhadap dolar
untuk pembayaran hutang luar negeri yang jatuh tempo, memburuknya
perkembangan perbankan nasional.
Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang
melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk
Indonesia. Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan
intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward
exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan
nilai tukar Rupiah. Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap depresiasi
Rupiah semakin meningkat.
Dalam rangka menyelesaikan persoalan tersebut, pada bulan
November 1997, International Monetary Fund (IMF) masuk ke Indonesia.
Namun program pemulihan ekonomi yang dilakukan bersama-sama
dengan IMF tidak dengan segera membuahkan hasil. Sampai akhir
Desember 1997, nilai tukar rupiah ditutup pada kisaran Rp5.000 per dolar,
tetapi pergerakan nilai tukar rupiah semakin tak terkendali hingga
mencapai puncaknya pada 22 Januari 1998 dimana kurs mencapai
Rp16.000 per dolar.
Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang
terus berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia
memutuskan untuk menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar
Rupiah dibiarkan mengikuti mekanisme pasar.

C. Soal Latihan dan Tugas


Untuk mengetahui apakah anda telah memahami kurs valuta asing, kerjakan
latihan soal dibawah ini :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kurs atau valuta asing ?
2. Bagaimana penentuan dari kurs valas dari sisi permintaan dan penawaran ?
3. Jelaskan jenis-jenis dari system kurs valas ?
4. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs ?
5. Uraikan yang dimaksud dengan depresiasi dan apresiasi sebuah kurs mata
uang?

228
Teori Ekonomi Makro
Universitas Pamulang Prodi Manajemen

D. Referensi
Sukirno, Sadono, (2001). Pengantar Teori Makroekonomi,ed. 2.PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Novianto, Adi (2011). “Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah
(Us$/Rp), Tingkat Suku Bunga Sbi, Inflasi, Dan Jumlah Uang Beredar (M2)
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei)
Periode 1999.1 – 2010.6” (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas DIponegoro,
Semarang, halaman 16-21)

229
Teori Ekonomi Makro

Anda mungkin juga menyukai