P = e P'
eP
Real Exchange Rate =
P
Jika nilai tukar riil > 1, maka lebih dari 1 unit barang domestik dibutuhkan
untuk membeli barang luar negeri yang identik. Jika nilai tukar riil < 1, maka kurang
dari 1 unit barang domestik dibutuhkan untuk membeli barang luar negeri yang
identik.
Untuk obligasi, paritas daya beli ini juga berlaku seperti pada nilai tukar uang,
tentunya dengan menerapkan beberapa modifikasi pada persamaan matematisnya.
Seperti juga untuk pasar barang di mana harga menjadi sama dengan adanya
kondisi arbitrase, maka pada rate of return dari obligasi-obligasi identik juga akan
sama. Jika tidak ada biaya transaksi dan biaya-biaya lainnya, maka dua obligasi di
dua negara yang bernilai sama masing-masing akan mempunyai return yang sama
di manapun juga. Persamaan matematis berikut menggambarkan apa yang
dinamakan sebagai 'interest arbitrage', atau 'interest parity', atau 'bond arbitrage
condition':
1
1 + i = e ∗ x [ (1 + 1′ )]
e
e∗
1+i = ( 1 + i′ )
e
Untuk menggambarkan interest parity antara IDR dan SGD secara simbolis,
persamaan di atas dapat dimodifikasi menjadi persamaan berikut yang dapat
memperlihatkan perbedaan antara expected return dari dua aset yang diukur dalam
Rupiah:
(e∗IDR/SGD − eIDR/SGD )
R IDR = R SGD +
eIDR/SGD
di mana: R = expected return on asset
e* = expected future exchange rate (perkiraan nilai tukar) e
e = exchange rate (nilai tukar)
Tingkat harga P dan P' ditentukan melalui interaksi pewnintaan dan penawaran
uang di masing-masing negara. Kemudian, tawar-menawar dari kesempatan
arbitrase akan memaksa nilai tukar e ke tingkat di mana persamaan paritas daya beli
P = e P' berlaku.
Dalam teori Neoklasikal, tingkat harga dalam suatu negara dapat berubah
karena berubahnya penawaran uang atau karena faktor-faktor yang mendahului
perubahan 'ari output negara tersebut seperti kebijakan fiskal, teknologi,
peperangan, cuaca, dan lain sebagainya. Kenaikan penawaran IDR akan
mengakibatkan Rupiah mengalami depresiasi, sebaliknya kenaikan penawaran mata
uang asing (misalnya SGD) akan mengakibatkan Rupiah mengalami apresiasi. Jika
terjadi kenaikan penawaran uang yang signifikan, maka otomatis akan terjadi
kenaikan harga yang signifikan pula (inflasi). Kita ketahui bahwa tingkat harga
melonjak naik karena terjadi penurunan permintaan uang, juga lonjakan dari nilai
tukar (depresiasi) uang. Lonjakan ini dinamakan 'exchange rate overshooting'.
Exchange rate overshooting ini adalah salah satu fenomena yang penting karena
bisa membantu kita dalam menjelaskan mengapa nilai tukar uang bergerak tajam
dari hari ke hari.3 Untuk lebih jelasnya, marilah kita telaah grafik berikut:
Tampak pada ilustrasi di atas bahwa tingkat harga dan tingkat nilai tukar uang
akan menyesuaikan diri pada tingkat jangka panjangnya (long run level).
Sebaliknya, kenaikan output (produksi barang dan jasa) suatu negara akan
menyebabkan nilai tukar mata uangnya mengalami apresiasi terhadap mata uang
asing, sedangkan jika terjadi kenaikan output (produksi barang dan jasa) negara
asing akan menyebabkan nilai tukar mata uang domestik mengalami depresiasi
terhadap mata uang asing.
Pada pasar pertukaran uang asing, seseorang dapat memperdagangkan IDR
untuk SGD dan menerima SGD yang dibelinya secepat ia memberikan IDR. Selain
itu, ada juga pasar pertukaran uang yang lain yang dinamakan pasar pertukaran
uang berjangka (futures exchange market).
Pasar pertukaran uang berjangka ini bergerak dengan asumsi bahwa harga
masa depan (futures price) dari nilai mata uang asing adalah perkiraan yang terbaik
dari harga spot mata uang asing di masa depan (expected future spot price)
tersebut, atau dengan kata lain bahwa harga masa depan didasarkan pada apa yang
diharapkan oleh para pelaku pasar tentang nilai tukar tersebut.
Untuk menarik para pembeli, sebuah kontrak berjangka haruslah dihargai tidak
lebih tinggi dari expected future spot pnce-nya. Di lain sisi, untuk menarik para
penjual, sebuah kontrak berjangka haruslah dijual tidak lebih rendah dari expected
future spot price-nya. Agar semua kontrak dapat diperjualbelikan maka kontrak
berjangka tersebut haruslah dijual tepat pada tingkat perkiraan (expectation) terbaik
pasar tentang future spot price.
5. Penawaran Uang dan Nilai Tukar Uang dalam Jangka Pendek
Analisis penentuan nilai tukar uang yang dibahas di bagian ini adalah analisis
untuk jangka pendek karena analisis jangka panjang terhadap kejadian-kejadian
ekonomi mengizinkan adanya penyesuaian menyeluruh dari tingkat harga dan dari
semua faktor produksi untuk mencapai tingkat full employment.
Berikut adalah penjelasan grafis tentang penentuan nilai tukar uang adalah
equilibrium atau keseimbangan dari pasar pertukaran uang adalah pada titik 1 di
mana expected return Rupiah dari deposito IDR dan deposito SGD adalah sama.
Grafik di atas menunjukkan bagaimana keseimbangan dari nilai tukar uang
ditentukan dalam pasar pertukaran uang asing dengan tingkat suku bunga tertentu
dan ekspektasi tentang nilai tukar di masa depan.
Lebih lanjut, jika grafik di atas digabungkan dengan grafik berikut:
Grafik 8.5. Hubungan antara Exchange Rate, Rate of Return on Deposits dan
Real Money Holding
di mana pada ilustrasi grafik gabungan ini kita dapat menemukan hubungan antara
xchcmge rate—rate of return on deposits—real money holding.
Tampak pada ilustrasi bahwa kontraksi terhadap kurva permintaan uang akar
mengakibatkan rates of return dari IDR turun sehingga selanjutnya akan mengak
batkan melemahnya nilai tukar (depresiasi) IDR terhadap SGD (eIDR/SGD).
Penurunan penawaran SGD akan mengakibatkan nilai tukar IDR terhadap SGD
melemah (depresiasi) yaitu dari e1IDR/SGB ke e2IDR/SGD> hal ini dikarenakan
meningkatnya expected return on SGD deposits dari R1SGD ke R2SGD. Nilai tukar
uan: yang melemah akan mengakibatkan barang-barang yang diimpor dari luar
neger menjadi lebih mahal sehingga industri-industri yang harus mengimpor
baran: input yang dibutuhkan dalam proses produksinya dari luar negeri harus
membe_. lebih mahal, yang lebih lanjut akan membuat harga barang
produksinya jacL lebih mahal.
Lalu bagaimana cara pemerintah (otoritas moneter) menanggulangi hal ini"
Mengambil analogi seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab r.a_
Bank Indonesia dapat melakukan intervensi dengan cara mengurangi
penawarar IDR yaitu melalui penjualan cadangan devisa (SGD). Turunnya
penawaran IDR dari MS11DR ke MS2IDR akan mengakibatkan naiknya
expected return on IDR deposits.
Hal tersebut akan membuat nilai tukar IDR terhadap SGD menguat (apresiasi)
kembali yang yaitu dari e2IDR/SGD ke e31DR/SGD.
2. Engineered/Manipulated Changes:
Disebut sebagai Engineered/Manipulated Changes adalah karena perubahan
yang terjadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu yang dimaksudkan untuk merugikan pihak lain. Misalnya para fund
manager di Singapura melepas IDR yang dimilikinya sehingga terjadi 'banjir
Rupiah' yang mengakibatkan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi secara
tiba-tiba atau drastis di luar perkiraan BI.
Tindakan para fund manager Singapura menimbun IDR untuk dilepaskan saat
tertentu untuk mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar IDR merupakan
tindakan yang dilarang oleh Islam yaitu: Pertama, termasuk dalam kategori
Ikhtikar (rekayasa penawaran untuk mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal tanpa adanya rekayasa).
Ikhtikar ini dapat kita ilustrasikan sebagai berikut:
Grafik 8.8. Penurunan Nilai Tukar sebagai Akibat Adanya Tindakan Ikhtikar
dan Penentuan Titik Original Supporting Level
Apabila hal ini terjadi, mengambil analogi dari pemikiran ibn Taimiyah,
pemerm: seharusnya menetapkan sistem nilai tukar dipagu secara temporer
(sementar untuk mencegah tindakan-tindakan yang merugikan tersebut.
Penetapan nL tukar harus dilakukan oleh Bank Indonesia pada tingkat 'original
supporting la IDR yaitu nilai tukar IDR sebelum terjadinya rekayasa yang
membuat fluktua IDR tersebut (pada gambar adalah e'IDR/SGD)- Kebijakan ini
dilakukan samr 'serangan' fund managers tersebut mereda. Kedua, ketika para
fund manager di Singapura melakukan manipulasi terhan permintaan IDR,
misalnya melalui mekanisme forward transaction yang dikc: binasikan dengan
margin trading, sehingga seakan-akan permintaan IDR menurun drastis di
mana selanjutnya para fund manager itu kemudian mengambil kentungan dari
fluktuasi nilai tukar IDR tersebut. Hal ini pun dilarang dalam Isla yaitu termasuk
dalam kategori Ba'i Najasy (rekayasa permintaan untuk me: ambil keuntungan
di atas keuntungan normal tanpa adanya rekayasa). Ba'i Najasi ini dapat kita
ilustrasikan sebagai berikut: