Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS FAKTOR PENGUNJUNG SEBELUM DAN PADA SAAT COVID-19 DI

WADUK SETUPATOK

Latar Belakang

Waduk setupatok merupakan tempat wisata dan tempat penyimpanan air


untuk mengaliri sawah-sawah di beberapa desa yakni Setupatok, Sinarancang dan
Penpen, juga mempunyai bukit di tengah waduk tersebut dinamakan waduk
setupatok karena dahulu konon katanya dari tokoh masyarakat setempat tempat
itu selalu banjir akhirnya ada tokoh ulama di situ menancapkan sebuah patok
untuk supaya tidak banjir lagi ke warga sekitar makanya di namakan waduk situ
patok.

Banyak orang datang ke waduk tersebut untuk jogging/olah raga apalagi saat
weekend selalu ramai, mulai dari para pedagang, para pejalan kaki, dan juga para
pengunjung yang ingin melihat keindahan waduk setupatok.

Namun akhir-akhir ini waduk setupatok banyak di kunjungi orang-orang baik


dalam kota, luar kota, bahkan dari mancanegara, apalagi saat pandemik covid-19
jumlah pengunjung meningkat drastis walaupun di hari biasa, bahkan aparat polisi
pun pernah membubarkan keramaian tersebut karena banyak kerumunan.

Warga sekitarpun banyak yang memanfaatkan keramaian tersebut, baik dengan


berjualan, jasa pemotretan, bahkan lahan parkirpun dijadikan bisnis.

Sayangnya keramaian tersebut banyak yang mengabaikan protokol kesehatan,


baik rendahnya menggunakan masker, jaga jarak di abaikan, dan berdoa saja
semoga tidak ada kejadian yang tidak di inginkan.

Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud pandemic covid-19


2. Apa factor yang menyebabkan pengunjung datang ke situpatok
3. Bagaimana perbedaan jumlah pengunjung di situpatok sebelum dan pada saat
pandemic covid-19?

BAB I
Landasan Teori

1. Pengertian pandemic covid-19

Kewenangan lockdown berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018


tentang Kekarantinaan Kesehatan merupakan wewenang absolut Pemerintah
Pusat. (dalam Pasal 1 Angka 1) dinyatakan bahwa "kekarantinaan kesehatan
dilakukan untuk mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit
dan/atau faktor risiko kesehatan masyrakat yang berpotensi menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat." Maka dari itu jika ada pemerintah daerah
yang merasa daerahnya memiliki situasi kedaruratan dan hendak melakukan
lockdown, tentunya hal ini inkonstitusional dan perlu adanya konsul dari kepala
daerah dengan pemerintah pusat sebelum mengambil kebijakan terkait.

Sebagai warga negara dan pendukung kebijakan pemerintah seharusnya kita


dapat menaati segala kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Karena
hal tersebut merupakan kewajiban sebagai warga negara. (dalam 27 ayat (1) UUD
1945) berbunyi: "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya". Dari sini kita dapat melihat untuk dapat mencapai suatu
tujuan dari kebijakan maka pemerintah dan warga negara harus bergotong
royong dalam mewujudkannya."

a. Law Enforcement

Dalam hal penegakan hukum, mari kita tinjau dari awal munculnya virus tersebut
di Indonesia. Pemerintah RI berdasarkan Pasal 154 UU Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, wajib mengumumkan wilayah yang menjadi sumber
penularan penyakit ke masyarakat. Ini berarti pemerintah wajib mengungkapkan
jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi menular atau menyebar dalam
waktu yang singkat serta menyebutkan daerah yang menjadi sumber penularan.
Namun, faktanya pemerintah lamban dalam menyebarkan informasi terkait kasus
pertama Covid--19 yakni pengumuman secara resmi baru disampaikan setelah
sepekan sejak dinyatakannya dua pasien positif virus SARS-Cov-2 dan tidak
adanya pemberitahuan domisili dua pasien tersebut.[17] Hal ini membuktikan
bahwa pemerintah terlihat ragu dalam menghadapi pandemi global ketika
sebelumnya terlalu jumawa dalam mengantisipasi datangnya virus tersebut ke
Indonesia.

Tetapi dalam membahas suatu permasalahan, kita tidak bisa berlarut-larut


membahas hal yang sudah terjadi dan terlanjur menyimpang. Maka lebih baik
memperbaiki ke depan, pemerintah harus mempersiapkan skenario lebih lanjut
dalam penanganan Covid-19 terutama untuk mengatisipasi lonjakan jumlah
infeksi yang sudah di prediksi, bahwa disini hukum juga harus ditegakan baik
ketika penanganan dan dapat turut mencegah jika wabah serupa terjadi di depan
(futuristik). Dalam penegakan hukum yang harus dilakukan mari kita lihat
beberapa hal diantaranya :

b. Dasar konstitusional atas Jaminan Kesehatan

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, yang belakangan telah
dijamin haknya secara konstitusional. Sesungguhnya jaminan konstitusi terhadap
hak atas kesehatan telah ada sejak masa Konstitusi Republik Serikat (RIS) 1949
"Penguasa senantiasa berusaha dengan sunguh-sungguh memajukan kebersihan
umum dan kesehatan rakyat". Setelah bentuk negara serikat kembali ke bentuk
negara kesatuan dan berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS),
ketentuan Pasal 40 Konstitusi RIS di adopsi ke dalam Pasal 42 UUDS.[18]

Sejalan dengan itu, Konstitusi World Health Organization (WHO) 1948 telah
menegaskan pula bahwa "memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya
adalah suatu hak asasi bagi setiap orang" (the enjoyment of the highest attainable
standard of health is one of the fundamental rights of every human being). Istilah
yang digunakan bukan "human rights", tetapi "fundamental rights", yang kalau
kita terjemahkan langsung ke Bahasa Indonesia menjadi "Hak hak Dasar".[19]

Kemudian pada tahun 2000, melalui Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar


1945, kesehatan ditegaskan sebagai bagian dari hak asasi manusia. Dalam Pasal
28H ayat (1) dinyatakan, bahwa: "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan." Masuknya ketentuan tersebut
ke dalam Undang-Undang Dasar 1945, menggambarkan perubahan paradigma
yang luar biasa. Kesehatan dipandang tidak lagi sekedar urusan pribadi yang
terkait dengan nasib atau karunia Tuhan yang tidak ada hubungannya dengan
tanggung jawab negara, melainkan suatu hak hukum (legal rights) yang tentunya
dijamin oleh negara.[20]

c. Tindak Lanjut one health Approach

Untuk menindaklanjuti antisipasi kedaruratan penyakit zoonosis, selain telah ada


serangkaian regulasi yang mengatur upaya perlindungan dan pencegahan
penyakit menular juga perlu ada Pedoman Koordinasi Pendekatan One Health,
yang nantinya mengkoordinasikan peran antar kementerian terkait dalam
penanganan penyakit misalnya mengkoordinasikan Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Upaya ini diharapkan dapat
mendukung keberadaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yang
menetapkan wabah penyakit sebagai salah satu bencana non-alam yang perlu
dikelola potensi ancamannya.

d. Kebijakan Social Distancing

Adanya Social Distancing sejauh ini sangat efektif dalam menghambat


penyebaran virus/penyakit, yakni dengan mencegah orang sakit melakukan
kontak dekat dengan orang-orang untuk mencegah penularan.[21] Namun
melihat fenomena sekarang, nyatanya social distancing masih berbentuk imbauan
yang jika tidak dibantu diviral--kan di media sosial akan lebih sedikit mayarakat
yang mengetahuinya. Maka dari itu, sebaiknya kebijakan social distancing harus
dimuat dalam dalam peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang
upaya penanganan wabah Covid-19, yang salah satunya mengatur social
distancing adalah kewajiban, jika perlu terdapat penegasan berupa sanksi sesuai
hukum positif, agar masyarakat tidak hanya sadar akan pentingnya social
distancing tetapi juga menerapkan praktiknya. Hal ini dirasa perlu untuk
melakukan pembatasan hak individual dalam melakukan social distancing karena
kondisi yang terjadi adalah kegentingan yang mengancam kesehatan publik.

e. Perlindungan bagi Tenaga Kesehatan sebagai Garda Depan

Berkenaan dengan social distancing, sebenarnya kita juga turut membantu tenaga
kesehatan yang berdiri di garda depan dalam mencegah bertambahnya jumlah
infeksi. Selain itu, pemerintah pula perlu menjamin perlindungan dan
keselamatan kerja bagi tenaga medis dalam upaya penanganan Covid-19.
Tuntutan perlindungan tenaga kesehatan bergulir setelah ada tujuh dokter
meninggal karena positif terinfeksi, kelelahan hingga serangan jantung.[22] Maka
dari itu, harus ada pengaturan jam kerja, penambahan jumlah rumah sakit
rujukan, pemenuhan kebutuhan primer setiap tenaga kesehatan, penyediaan Alat
Pelindung Diri (APD), kemudian penentuan skala prioritas pemberian APD harus
diutamakan ketimbang pemberian insentif (meskipun ini juga perlu). Jangan
sampai garda depan kekurangan senjata dalam menangani pandemik, terlebih
belum ada vaksin.

Kepastian hukum merupakan instrumen penting dalam menjamin keselamatan


tenaga kesehatan sehingga pemerintah tidak dapat melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap penugasan tenaga kesehatan. Terlebih jika melihat
peraturan perundang-undangan mengenai tenaga kesehatan nampaknya belum
ada yang mengatur penjaminan kepastian hukum bagi tenaga kesehatan
sekalipun sudah ada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan. Maka dari itu Pemerintah perlu menerbitkan peraturan pelaksanaan
dan petunjuk teknis UU Tenaga kesehatan dan undang-undang lainnya yang
mengatur tentang perlindungan hukum dan keselamatan kerja bagi Tenaga
kesehatan. [23] Sejalan dengan hal tersebut, Ketua Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia Agus Dwi Susanto, menyatakan bahwa jumlah dokter spesialis paru
terbatas, hal ini harus diupayakan oleh pemerintah dengan mengadakan
kebijakan lebih lanjut agar jumlah kasus infeksi tidak membuat kewalahan tenaga
kesehatan, hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus seperti
dengan melakukan pengadaan karantina parsial dan social distancing.

2. Sejarah Situ patok


Setupatok adalah nama bendungan yang terletak di desa Setupatok
Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Bagi masyarakat Cirebon, nama Setu
Patok bukanlah nama yang asing. Selain bendungan ini mampu mengairi hektaran
sawah, juga menjadi wisata domestik. Pemerintah Kabupaten Cirebon telah
membuat setu patok sedemikian rupa sehingga Setu Patok sangat menarik untuk
dikunjungi oleh wisatawan domestik, terutama di hari minggu atau hari libur. Di
daerah ini, konon dahulu kala sering terjadi banjir. Sungai Nanggela, yang
mengaliri melalui desa setu sering meluap dan membanjiri desa setu dan
sekitarnya. Apalagi di musim hujan, desa setu dan sekitanya telah menjadi
langganan banjir. Tentu hal ini membuat masyarakat desa setu dan sekitarnya
merasa tidak nyaman dan sengsara bila banjir datang. Bukan itu saja, pertanian
masyarakatpunmenjadi rusak dan bahkan kadang sampai membuat gagal panen.
Tentu persoalan ini merupakan persoalan yang sangast serius bagi masyarakat.
Ternyata persoalan masyarakat tersebut dipikirkan dengan sangat serius oleh
seorang tokoh kharismatik desa setu yang juga masih keturunan Pangeran Luwung
yaitu Kiai Entol Rujitnala. Selain disegani, Kiai Entol Rujitnala terkenal sangat
sakti. Sebagai pemuka masyarakat yang sangat peduli dengan berbagai persoalan
yang di hadapi oleh masyarakat, Kiai Entol Rujitnala terus berfikir bagaimana
caranya agar masyarakat desa setu dan sekitarnya terhindar dari banjir. Maka
dengan di bantu oleh seluruh masyarakat, Kiai Entol Rujitnala membuatan
bendungan untuk menampung luapan sungai Nanggela yang sering mengakibatkan
banjir. Namun setelah bendungan jadi, kesengsaraan masyarakat desa setu dan
sekitar belum juga surut. Bendungan yang dibuat kiai entol rujitnala dan
masyarakat, ternyata belum mampu menahan luapan sungai Naggela. Kalau tidak
bocor, kadang bobol. Hal ini membuat Kiai Entol Rujitnala terus berfikir keras
bagaiman membuat bangunan bendungan yang kokoh. Sudah berkali-kali
bendugan itu di perbaiki, namun setiap kali ada banjir selalu saja bocor, dan
bahkan malah bobol. Karena tekadnya yang kuat untuk menolong masyarakat,
akhirnya kiai entol rujitnalan memutuskan untuk membangun kembali bendungan
dengan cara sayembara itu di umumkan siapa saja yang sanggup untuk
membangun bendungan yang kokoh sekaligus tidak terjadi lagi banjir, akan
dinikahkan dengan putrinya yang cantik dan elok rupawanj yaitu Nyai Ratu
Randulawang. Setelah sayembara di umum kan, datanglah seorang pemuda yang
gagah dan digdaya. Ia memperkenalkan dirinya bernama Muqoyyim seya
menjelaskan kehadirannya untuk ikut sasyembar. Dengan kerendahan hati dan
penuh sopan santun, Kiai muqoyyim mengutarakan bahwa dirinya sanggup
menyempurnakan bangunan bendungan setu  sebagimana yang diharapkan oleh
Kiai Entol Rujitnala, tapi dengan satu syarat yaitu Kiai Entol Rujitnala agar turut
membantunya. Melihat tutur kata yang sopan dan santun serta penampilan yang
simpatik serta rendah diri, Kiai Entol Rujitnala bersedia memenuhi persyaratan
yang dianjukan oleh Kiai Muqoyyim. Tidak beberapa lama sesuai pembicaraan,
keduanya berangkat menuju bendungan. Setibanya di bendungan, Kiai Muqoyyim
langsung memasang patok di setiap sudut bendungan. Kemudian dari kantong
jubahanya, Kiai Muqoyyim mengeluarkan seutas benang. Benang benang itu lalu
dililitkan dari satu patok ke patok yang lainnya. Maka terpancanglah benang dari
satu patok ke patok yang lain. Masyarakat yang melihat ulah kiai muqoyyim tentu
terheran-heran. Untuk apa gerangan seutas tali yang dililitkan dari satu patok ke
patok yang lain? Kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul dari masyarakat yang
melihat ulah Kiai Muqoyyim. Selasai memasang benang, Kiai Muqoyyim
kemudian duduk bersila di samping kiai entol rujitnala. kiai muqoyyim munajat
kepada allah, begitupun kiai entol rujitnala. Kedua tokoh tersebut berdo’a dengan
khusyu’ kepada Allah SWT. Dan saat itu, berkat pertolongan dan izin allah, tiba-
tiba terjadi keajaiban. Benang yang dililitkan pada patok-patok tadi, berubah
menjadi sebuah bendungan yang kuat dan kokoh bagai bukit beton yang tak
terpecahkan. Kejadian tersebut selain menakjubkan masyarakat, juga di sambut
gembira oleh masyarakat desa tersebut. Harapan masyarakat agar desanya tidak
dilanda banjir kembali, akan menjadi kenyataan. Dan memang benar, setelah
kejadian tersebut, desa setu dan sekitarnya tidak pernah kebanjiran lagi.
Masyarakat dapat menanam padi, palawija dan tanaman yang lainnya tanpa takut
terkena banjir bahkan sebaliknya, periran menjadi semakin baik dan lancar
walaupun masa kemarau datang. Dan karena itulah desa ini dinamai desa setu
patok. Artinya bendungan dari  patok. Sesuai dengan ketentuan sayembara, bahwa
siapa saja yang mampu memperbaiki bendungan sehingga dapat menahan luapan
sungai naggela, akan dijodohkan dengan Nyi Ratu Randulawang. Karena yang
mampu membuat bendungan adalah Kiai Muqoyyim, maka ia dinikahkan dengan
putri Ki Entol Rujitnala yaitu nyi ratu randulawang. Konon, karena nyi ratu
randulawang mendapat jodoh Kyai Muqoyyim melalu pinangan sayembara, maka
Nyai Ratu Randuwalang terkenal dengan sebutan nyai pinang
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

Bogdan dan Taylor mendefisinikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut keduanya,

pendekatan dengan metode kualitatif diarahkan pada latar dan individu

tersebut secara utuh (holistic).(Lexy J.M. Metode Penelitian Kualitatif,)

Diantara alasan pengambilan metode penelitian kualitatif ini adalah

karena penelitian ini mencoba mengungkap Faktor pengaruh Pengunjung

Sebelum Dan Pada Saat Covid-19 Di Waduk Setupatok. Selain itu, metode

ini sesuai bila peneliti hendak mendapatkan wawasan tentang yang baru

sedikit diketahui, karena sampai saat ini para pengunjung bertambah drastis

ketika pada saat pandemi saat ini. Alasan berikutnya, karena metode

kualitatif dapat memberikan rincian yang konpleks tentang fenomena yang

sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.


Secara umum penelitian ini termasuk juga dalam jenis penelitian

lapangan (field Research), yaitu penulisan langsung ke lapangan atau

keobjek penelitian untuk mengetahui secara langsung Analisis faktor

pengunjung sebelum dan pada saat covid-19 di waduk setupatok

2. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif ini intsrumen penelitiannya adalah

manusia (peneliti itu sendiri). Peneliti pada penelitian kualitatif disebut

human instrument. Human instrument berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data

dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Menurut pak Nurtani selaku pengelola waduk situpatok ia

mengatakan bahwa dulu sebelum pandemi waduk situpatok ini sepi

pengunjung dan hanya beberapa orang saja yang datang namun padatnya

pengunjung di waduk situpatok itu di karenakan ketikaa pemerintah

menetapkan awal PSBB salah satunya di wilayah Cirebon, dan di dalam

aturan tersebut salah satunya tidak boleh keluar rumah, bekerja di rumah

dan lain sebagainya. Maka masyarakat sekitar merasa jenuh karena lamanya

PSBB dan dari kejenuhan itulah masyarakat merasa ingin jogging di waduk

situpatok, lalu pemerintah daerah membolehkan keluar rumah tetapi dengan

menjaga protokol kesehatan, di situlah baru masyarakat sekita mengunjungi

waduk situpatok baik untuk jogging, senam, maupun untuk melihat sunset

pada sore hari di waduk situpatok, mulai ramainya ketika para pengunjung
mengekspose panorama dan keindahan situpatok ke media sosial, baru lah

waduk situpatok menjadi sangat ramai sampai saat ini.

3. Teknik Pengumpualan Data

a. Observasi

Menurut Cartwright dalam bukunya Herdiansyah, observasi

adalah suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam

perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi adalah

suatu kegiatan mencari data yang digunakan untuk memberikan suatu

kesimpulan atau diagnose. (M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur,


Metodologi Penelitian Kualitatif,)

Objek dari pengamatan ini adalah melihat kebenaran di hari biasa

dan weekend data tentang meningkatnya jumlah para pengunjung

sebelum dan pada saat pandemic covid-19 di situpatok. Pengamatan

dilakukan dengan cara observasi partisipasi yaitu observasi berinteraksi

dengan observiewer (beberapa pengunjung dan pedagang).

b. Wawancara

Menurut Maleong dalam buku Hardiansyah menyatakan bahwa

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewancara (yang mengajukan pertanyaan) dan

narasumber (yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut). (Ibid.,


h. 118)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara


pertama kepada Pengelola waduk Situpatok, sebab beliau yang selalu

mengamati seluruh interaksi di waduk situpatok baik di hari biasa

maupun di weekend. Kedua, kepada para pedagang, sebab dari pedagang

ini yang menjadi penyambung informsi. Ketiga, kepada para pengunjung

baik yang sedang joging, senam, maupun cuma sebatas berfoto sebab

para pengunjung menjadi pelaku.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data dan Analisis Data


Setelah peneliti melakukan penelitian di Waduk Setupatok Kec.Mundu Kab.Cirebon

dengan metode observasi dan wawancara kepada pengunjung dan pengelola dapat di

paparkan temuan penelitian sebagai berikut :

1. Pengunjung

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Anton dan mas Rio selaku pengunjung waduk
setupatok mengatakan bahwa :
Korespondensi I
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ada pengalaman yang berbeda setelah Ada,untuk plesiran kali ini sangat berbeda
mengunjungi waduk setu patok dengan beriringan karena adanya wabah yang mengharuskan kita
bersama wabah virus corona yang melanda? menggunakan masker setiap saat dan wajib
bertanggungjawab atas dirinya untuk lebih
menjaga kebersihan dan kesehatan.

2. Menurut anda, ketika pandemi seperti ini, apakah Menurut saya untuk hal protokolnya sendiri
destinasi waduk setupatok para pengunjungnya sudah tidak terlalu memenuhi. Karena masih banyak
sesuai protokol kesehatan? para pengunjung yang tidak menggunakan
masker dan juga di pintu utamanya tidak ada
sabun cuci tangan

3. Mengapa anda datang ke setupatok di saat pandemi Karena lamanya PSBB akhirnya saya jenuh
covid-19 ini? di rumah, kebetulan di medsos banyak yang
memosting destinasi Waduk Setupatok,
akhirnya saya penasaran dan ketika ke
waduknya sungguh panorama sangat indah
apalagi ketika melihat sunset di sore hari.
4. Pesan anda untuk para pengujung yang lainnya pada Tetap mengikuti protokol kesehatan ,jangan
saat pandemi? membuang sampah sembarangan dan
jangan lupa berdoa.
5. Untuk biaya masuk ke setupatok, apakah ada Tidak, saya ke sini gratis hanya saja bayar
pemungutan ? parkir dan harga makanan di sini pun sangat
murah

2. Pengelola

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Nurtani selaku kepala pengelola waduk
setupatok mengatakan bahwa :

Korespondensi 2
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah berpengaruh pada pekerjaan pada saat Iya, karena sebelum pandemi kita sebagai
pandemi seperti ini di waduk setupatok? pengelola Cuma menjaga kebersihan,
pengelola air untuk di alirkan ke masyarkat,
dan menjaga ketertiban baik itu pengunjung
maupun para pedagang, tetapi ketika
pandemi seperti ini, kita sering melakukan
edukasi kepada pengunjung supaya terus
menjaga protokol kesehatan dan lain
sebagainya.
2. Aktivitas apa yang biasa dilakukan masyarakat Banyak orang datang ke waduk tersebut
yang berkunjung ke situpatok?
untuk jogging/olah raga apalagi saat
weekend selalu ramai, mulai dari para
pedagang, para pejalan kaki, dan juga para
pengunjung yang ingin melihat keindahan
waduk setupatok.

3. Apa saja dampak yang dihasilkan dengan adanya Warga sekitarpun banyak yang memanfaatkan
tempat wisata ini secara sosial maupun ekonomi? tempat wisata ini, baik dengan berjualan, jasa
pemotretan, bahkan lahan parkirpun di jadikan
bisnis.

4. Bagaimana cara meningkatkan kualitas tempat Pemerintah Kabupaten Cirebon telah


wisata ini supaya lebih terkenal? membuat setu patok sedemikian rupa
sehingga Setu Patok sangat menarik untuk
dikunjungi oleh wisatawan domestik,
terutama di hari minggu atau hari libur.
5. Apakah ada perbedaan jumlah pengunjung Iya, jumlah pengunjung sebelum pandemi
sebelum dan pada saat pandemi covid-19? itu kisaran 10-70/Minggu, sedangkan pada
saat pendemi jumlah pengunjung naik drastis
antara 100-1000/Minggu

B. Kesimpulan

Dari hasil wawancara kepada beberapa pengunjung dapat di simulkan bahwa

banyak perbedaan sebelum dan pada saat pandemi covid-19, salah satunya melonjaknya

jumlah pengunjung, menggunakan masker sesuai protokol kesehatan, kemudian naiknya

harga pangan serta banyaknya sampah di saat pandemi covid-19 ini.1

Kemudian, Dari hasil wawancara ke kepala pengelola dapat di simpulkan bahwa

kegiatan sebelum dan pada saat pandemi covid-19 itu sangat meningkat, sekarang selain

mengelola air untuk masyarakat, membersihkan sampah, menjaga kelestarian waduk, di

saat pandemi juga selalu mengedukasi para pengunjung untuk tetap menggunakan

masker dan juga jangan membuang sampah sembarangan.2

1
Wawancara kepada pengunjung, Cirebon, 28 Oktober 2020 Pukul 09.00 WIB
2
Wawancara kepada pengelola, Cirebon, 28 Oktober 2020 Pukul 09.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai