Anda di halaman 1dari 8

Manusia adalah makhluk sosial, karena itu manusia yang satu secara naluriah harus berinteraksi dengan

manusia lainnya agar di antara sesamanya dapat terjalin kerja sama yang saling menguntungkan
terutama dalam upayamemenuhi kebutuhan hidupnya dan mensejahterakan hidup dan kehidupannya.
Pada masyarakat yang masih sederhana atau masyarakat primitif setiap anggota masyarakat selalu
berusaha untuk menghasilkan segala apa yang dibutuhkannya

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat tidak dapat melakukan semuanya seorang diri. Ada
kebutuhan yang dihasilkan oleh pihak lain, dan untuk mendapatkannya seorang individu harus
menukarnya dengan barang atau jasa yang dihasilkan. Seiring dengan kemajuan zaman, merupakan
suatu hal yang tidak praktis jika untuk memenuhi suatu kebutuhan, setiap individu harus menunggu atau
mencari orang yang mempunyai barang atau jasa yang dibutuhkannya dan secara bersamaan
membutuhkan barang atau jasa yang dimilikinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sarana lain yang
berfungsi sebagai media pertukaran dan satuan pengukur nilai untuk melakukan sebuah transaksi.

Jauh sebelum bangsa barat menggunakan uang dalam setiap transaksinya, dunia Islam telah mengenal
alat pertukaran dan pengukur nilai tersebut, bahkan Al Quran secara eksplisit menyatakan alat pengukur
nilai tersebut berupa emas dan perak dalam berbagai ayat. Para fuqaha menafsirkan emas dan perak
tersebut sebagai dinar dan dirham. Sebelum manusia menemukan uang sebagai alat tukar, ekonomi
dilakukan dengan menggunakan sistem barter, yaitu barang ditukar dengan barang atau barang dengan
jasa
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud. Pengertiannya ada
beberapa makna, yiatu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham, menggenggam dirham, dan al-
naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-Qur‟an dan hadist karena bangsa arab
umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar
untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar
yang terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata „ain
untuk menunjukkan dinar emas. Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan
yang digunakan untuk membeli barang-barang murah (Rozalinda, 2014: 279)

Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Uang didefenisikan sebagai
sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan harga adalah standra
untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk manusia yang masing-masing merupakan perkiraan
masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga orang. Perkiraan nilai-nilai barang dan jasa ini dinegeri
manapun dinyatakan dengan satuan-satuan, maka satuansatuan inilah yang menjadi standar yang
dipergunakan untuk mengukur kegunaan barang dan tenaga yang kemudian menjadi alat tukar (medium
of exchange) dan disebut dengan satuan uang (Taqiyuddin An-Nabhani,2000: 297).

Selain itu uang didefenisikan sebagai segala sesatu (benda) yang diterima oleh masyarakat sebagai alat
perantara dalam melakukan tukar-menukar atau perdagangan. Agar masyarakat menerima dan
menyetujui penggunaan benda sebagai uang maka harus memenuhi dua persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat memuaskan bermacam-macam keinginan
dari orang yang memilikinya sehingga semua orang mau mengakui dan menerimanya.

b. Syarat teknis adalah syarat yang melekat pada uang, diantaranya:


1) Tahan lama dan tidak mudah rusak
2) Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai
3) Mudah dibawa
4) Nilainya relative stabil

5) Jumlahnya tidak berlebihan

6) Terdiri atas berbagai nilai nominal.

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional. Dalam
ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang bukan capital. Sedang uang
dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara interchangeability/bolak-balik, yaitu uang
sebagai uang dan sebagai capital.

Para ahli dalam perkonomian Islam mengakui manfaat uang sebagai media pertukaran. Nabi
Muhammad saw sendiri menyukai penggunaan uang dibandingkan menukarkan barang dengan barang.
Pelarangan atas riba Al-Fadl dalam Islam adalah langkah menuju transisi ke suatu perekonomian uang
dan juga suatu upaya yang diarahkan untuk membuat transaksi barter bersifat rasional dan bebas dari
elemen ketidakadilan serta eksploitasi (Muhammad Ayub, 2009: 141).

Uang sebagai medium of exchange (alat tukar).


Fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar. Dengan uang, pertukaran dapat dilakukan dengan mudah,
tanpa harus menukarkan dengan barang. Sehingga dengan demikian kesulitankesulitan yang timbul
akibat sistem barter sebagaimana dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu dapat diatasi.Dari fungsi
uang sebagai alat tukar ini bisa ditarik kesimpulan bahwa uang bukan barang. Oleh karena itu uang tidak
boleh jadi komoditas perdagangan seperti barang-barang lainnya. Dalam hukum Islam, uang tidak boleh
diperdagangkan kecuali dengan syarat harus tunai dan harus semisal. Dua syarat ini apabila tidak
dipenuhi, maka perdagangan uang akan dimasuki riba. Riba ialah tambahan tertentu tanpa imbalan yang
disyaratkan dalam akad sebagai hak salah satu pihak, yang terjadi baik dalam akad hutang piutang
maupun akad jual beli (Ichsan,

2. Uang sebagai unit of account (satuan hitung)/measure of value (pengukur nilai).

Fungsi lain uang ialah sebagai unit of account (satuan hitung) atau measure of value (pengukur nilai).
Uang sengaja diciptakan untuk menunjukkan nilai berbagai barang dan jasa yang diperjualbelikan,
menunjukkan kekayaan, dan menghitung besar kecilnya hutang. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat
penunjuk harga. Dengan uang, harga barang dan jasa ditentukan, seperti menentukan nilai sebuah
rumah atau mobil dengan satuan uang, seperti rupiah, dolar, dan lainnya. Sebagai satuan hitung, uang
mempunyai peran yang besar dalam memperlancar pertukaran. Abu Ubaid (w. 224 H) dan Imam Ghazali
(w. 505 H) menegaskan fungsi uang sebagai pengukur nilai ini sebagaimana dalam (Susanti, 2018). Abu
Ubaid berpendapat bahwa uang dinar dan dirham merupakan nilai harga sesuatu, sementara segala
sesuatu yang lain tidak bisa dijadikan sebagai nilai harga keduanya itu. Lebih jauh lagi, Imam Ghazali
menyatakan dengan tegas bahwa Allah menciptakan dinar dan dirham menjadi hakim pengadil di antara
seluruh harta kekayaan, agar supaya seluruh harta kekayaan itu dapat dinilai dan diukur dengan
keduanya. Sebagai contoh, seekor unta menyamai 100 dinar, dan sekian ukuran minyak za'faran sama
dengan 100 dinar. Oleh karena keduanya kira-kira sama dengan satu ukuran, maka keduanya
mempunyai nilai yang sama.

Di samping itu, uang juga memainkan peranan religious. Peran uang dalam arti religius terletak pada
realita bahwa uang bisa digunakan untuk menghitungbeberapa ketentuan agama seperti nisab dan
kadar zakat, ukuran minimal mahar, kaffarah (denda) bagi yang menyetubuhi istri yang sedang haid,
nisab potong tangan bagi pencuri, diyat, jizyah dan lainnya dengan tepat (Al-Iraqi, 2013). (Muthoifin,
2019)

3. Uang sebagai store of value (penyim- pan nilai).

Fungsi ketiga uang adalah sebagai penyimpan nilai. Maksudnya, uang yang dimiliki oleh seseorang itu
tidak dibelanjakan seluruhnya dalam satu waktu, tapi uang akan disisihkan atau disimpan untuk
keperluan di masa yang akan datang seperti untuk membeli barang atau jasa atau untuk persiapan di
waktu sakit atau untuk mengantisipasi kerugian di waktu yang akan datang. Sebabnya, motivasi orang
mendapat uang adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk berjaga-jaga dari
kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga seperti kondisi di atas. Fungsi uang sebagai penyimpan
nilai

Pada contoh di atas, uang berfungsi sebagai penyimpan nilai. Karena jika Dhini menyimpan nilai
tersebut dalam bentuk mobil pada saat itu, maka ia akan mengalami berbagai kesulitan. Mungkin mobil
itu akan hilang atau rusak karena tidak adanya garasi yang melindunginya. Adapun jika disimpan dalam
bentuk uang, itu akan mempermudah Dhini dalam menyimpannya.Agar terwujudnya uang pada fungsi
ini, para ahli ekonomi mensyaratkan terjaganya kestabilan nilai atau daya beli pada masa mendatang.
Jika hal itu tidak terjadi, maka membelanjakan uang dalam bentuk barang pada masa sekarang bisa jadi
lebih baik dari pada menyimpannya dalam bentuk uang. Dr. Muhammad Zaki Syafi'i mengatakan bahwa
uang akan

mengalami fluktuasi nilai atau daya beli suatu produk dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi pada Perang
Dunia I, dimana harga barang naik, sehingga nilai uang menjadi rendah. Pada saat itu, setiap manusia
menyimpan hartanya dalam bentuk saham atau barang-barang tahan lama, seperti: rumah, tanah dan
sawah.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali menegaskan bahwa "Barang siapa yang memiliki uang (emas dan perak),
maka ia akan memiliki segalanya." Ibnu Khaldun juga mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan dalam
perkataan beliau: "Kemudian Allah Ta'ala menciptakan dari dua barang tambang emas dan perak,
sebagai nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini merupakan simpanan orang-orang di dunia

Uang Barang (Commodity Money)

Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komuditas atau bisa diperjual belikan apabila barang
tersebut digunakan bukan sebagai uang. Namun tidak semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga
kondisi utama, agar suatu barang bisa dijadikan uang, antara lain: Kelangkaan (scarcity), persediaan
barang itu harus terbatas. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama. Nilai tinggi,
maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi.

Kemudian pilihan terhadap barang yang bisa digunakan sebagai uang jatuh pada logam-logam mulia
seperti emas dan perak. Ada sejumlah alasan mengapa harus emas dan perak dipilih sebagai uang.
Kedua logam tersebut memiliki nilai tinggi, langka, dan dapat diterima secara umum sebagai alat tukar.
Kelebihan lainnya, emas dan perak dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang kecil dengan tetap
memiliki nilai yang utuh. Selain itu, logammulia ini juga tidak mudah susut atau rusak.

Uang Logam (Metalic Money)

Sejalan berubahnya zaman uang komoditas atau uang barang dianggap mempunyai banyak kelemahan.
Diantaranya, uang barang tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan dan sulit untuk dibawa atau di
angkut. Kemudian manusia mulai memikirkan alternatif lain untuk membuat suatu barang lain yang bisa
digunakan sebagai uang.

Kemudian terhadap barang yang bisa digunakan sebagai uang, jatuh pada logam-logam mulia, seperti
emas dan perak. Ada sejumlah alas an mengapa emas dan perak dipilih sebagai uang. Kedua logam
tersebut memiliki nilai tinggi, langka, dan dapat diterima secara umum sebagai alat tukar. Kelebihan
lainnya, emas dan perak dapat dipecah menjadi bagian- bagian yang kecil dengan tetap mempunyai nilai
yang utuh. Selain itu logam mulia ini juga tidak mudah susut dan rusak'

Uang Tanda/Kertas (Token Money)

Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak yang melihat peluang
meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak. Pihak tersebut adalah bank, orang
yang meminjamkan uang dan pandai emas atau took-toko perhiasan. Mereka melihat bukti
peminjaman, penyimpanan atau penitipan emas dan perak di tempat mereka juga bisa diterima di
pasar.

Berdasarkan hal itu pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang kertas) dengan nilai yang besar
dari emas dan perak yang dimilikinya. Karena kerta ini didukung oleh kepemilikan atas emas dan perak,
masyarakat umum menerima uang kertas itu sebagai alat tukar. Jadi aspek penerimaan masyarakat
secara luas dan umum berlaku, sehingga menjadikan uang kertas sebagai alat tukar yang sah.

Ini kemudian berlanjut sampai uang kertas berlaku sebagai alat tukar yang dominan dan semua sistem
perekonomian menggunakannya sebagai alat tukar utama. Bahkan sekarang uang yang dikeluarkan oleh
bank sentral tidak lagi didukung oleh cadangan emas.

Ada beberapa keuntungan penggunaan uang kertas, diantaranya biaya pembuatan rendah,
pengirimannya mudah, penambahan dan pengurangan lebih mudah dan cepat, serta dapat dipecah-
pecahkan dalam jumlah berapa pun.

Uang Giral (Deposit Money)

Yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang beredar pada bank yang dapat diambil oleh si
pemegangnya sewaktu-waktu. Uang giral muncul dari gagasan masyarakat seiring dengan
perkembangan perbankan. Uang kertas yang dirasa mempunyai kelemahan dalam menyelesaikan
transaksi-transaksinya terutama untuk transaksi dalam jumlah yang besar di mana sejumlah uang kertas
harus dibawa-bawa sehingga menimbulkan resiko tertentu dan keadaan yang tidak praktis, maka uang
giral muncul untuk menyelesaikan transaksi-transaksi perdagangan. Penggunaan uang giral dan semakin
berkembangnya penggunaan cek dan giro bilyet dalam kegiatan perekonomian masyarakat tergantung
dari kemajuan cara berpikir masyarakat dan kemajuan perekonomian suatu negara, artinya bila
kemajuan perekonomian telah cukup baik maka kepercayaan masyarakatterhadap jasa-jasa perbankan
akan semakin besar dan mereka semakin banyak memerlukan uang giral Keuntungan uang giral sebagai
alat pembayaran adalah":

 Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga tidak bisa diuangkan oleh yang tidak berhak.
 Dapat dipindahtangankan dengan cepat dan ongkos yang rendah.
 Tidak diperlukan uang kembali sebagai cek dapat ditulis sesuai dengan nilai transaksi

Pengertian dan Konsep Nilai Waktu dari Uang


Time value of money atau nilai waktu uang adalah sebuah konsep yang menyebutkan bahwa uang
sebesar satu rupiah yang dapat diterima saat ini adalah lebih bernilai dibanding satu rupiah yang baru
akan diterima pada waktu yang akan datang. Karena uang tersebut akan memperoleh hasil yang lebih
besar bila diinvestasikan, dibanding uang yang baru dapat diterima pada masa yang akan datang.

Dari pengertian sementara di atas, riba dalam hutang didefinisikan sebagai penambahan atas harta
pokok atau prosentase dari modal pokok karena unsur waktu tanpa adanya transaksi bisnis riil. Lalu,
apakah time value of money juga identik atau serupa

dengan riba dalam hutang? Kita akan mengetahui jawabannya dari konsep nilai waktu dari uang itu
sendiri.

Konsep nilai waktu uang diperlukan oleh manajer keuangan dalam mengambil keputusan ketika akan
melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan keputusan ketika akan menentukan sumber
dana pinjaman yang akan di pilih. Suatu jumlah uang tertentu yang diterima waktu yang akan datang jika
dinilai sekarang maka jumlah uang tersebut harus didiskon dengan tingkat bunga tertentu (discount
factor).Istilah yang digunakan :

Py Present Value (Nilai Sekarang)

SI= Simple interest dalam rupiah

Fv Future Value (Nilai yang akan datang)

An Annuity (serangkaian pembayaran yang sama selama periode waktu tertentu yang sama pula)

1 = bunga (i = bunga/suku bunga)

n = tahun ke-(jumlah periode)

PO= (Jumlah pokok yang akan diakumulasikan)

Formulasi FV = PV (1 + i)"

PV=FV / (1+i)"

Konsep nilai waktu uang (time value of money concept) merupakan konsep yang dipahami sebagian
besar orang di dunia. Teorinya: uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dibandingkan jumlah yang
sama di masa depan. Sebagai contoh: uang sejumlah Rp.6.000 sekarang dapat membeli satu liter beras
kualitas sedang. Namun, uang sejumlah tersebut di atas tidak dapat membeli satu liter beras pada tahun
depan, mungkin 0,9 liter. Disini terlihat bahwa secara kualitas, nilai uang tergerus seiring dengan
jalannya waktu.

Tergerusnya nilai uang tersebut disebut sebagai inflasi.

Inflasi muncul melalui banyak sebab. Dari sudut makro ekonomi, inflasi bisa berarti kabar yang baik
(pada batasan tertentu). Jika pengangguran menurun, artinya banyak orangmenerima penghasilan,
artinya pula ada banyak uang yang beredar di pasar. Selaras dengan hukum penawaran dan permintaan,
maka saat daya beli meningkat, karena orang-orang menerima penghasilan, maka harga-harga biasanya
ikut naik. Kenaikan harga tersebut sudah kita pahami sebelumnya sebagai inflasi. Maka jelas inflasi
(sekali lagi pada batas tertentu) merupakan salah satu indikator menurunnya pengangguran.

Tujuan dari rencana keuangan adalah untuk mencapai keadaan perekonomian seseorang seperti yang
ditargetkan sebelumnya. Misalnya dalam keputusan memilih investasi. Jangan sampai pengorbanan
sekarang yang kita lakukan, alih-alih mendapat nilai tambah, akhirnya justru menurun.

Anda mungkin juga menyukai