LAZUARDI IMANI
• Dalam pandangan al-Ghazali, uang adalah:
“…nikmat Allah (barang) yang dipergunakan
masyarakat sebagai mediasi atau alat untuk
mendapatkan bermacam-macam kebutuhan
hidupnya, yang secara substansial tidak memiliki
nilai apa-apa, tetapi sangat dibutuhkan manusia
dalam upaya pemenuhan bermacam-macam
kebutuhan mereka (sebagai alat tukar).”
• Definisi uang menurut al-Ghazali, yaitu uang adalah:
Barang atau benda yang berfungsi sebagai sarana
mendapatkan barang lain. Dengan kata lain uang
adalah barang yang disepakati fungsinya sebagai
media pertukaran (medium of exchange).
Benda tersebut dianggap tidak mempunyai nilai
sebagai barang (nilai intrinsik).
• Tahapan-tahapan tersebut menurut Werner Sombart adalah sebagai berikut:
• “Mula-mula masyarakat yang tinggal di sebuah tempat hidup secara sederhana
(primitive) dalam corak kehidupan komunal. Komponen utama masyarakat
terdiri atas para keluarga petani yang secara praktis memproduksi barang
untuk dikonsumsi sendiri. Dengan demikian belum ada pemisahan antara faktor
produksi dan faktor konsumsi. Sehingga pelaku ekonomi sekaligus berperan
sebagai produsen dan konsumen. Karenanya sejauh itu masyarakat belum
membutuhkan adanya media transaksi semacam uang. Pada suatu masyarakat
yang setingkat di atasnya pertukaran barang sudah mulai dijumpai meskipun
masih terbatas pada suatu komunitas yang sempit. Pertukaran tersebut sifatnya
masih terselubung (siluet trade), dalam arti bahwa pertukaran belum mengenal
adanya pasar dan hanya akan terjadi jika ada keinginan atau kebutuhan yang
dapat saling dipenuhi. Sistem inilah yang disebut dengan barter. Setiap barang
dapat berfungsi sebagai uang selama terdapat kesepakatan di antara mereka
yang mengadakan transaksi maupun mengenai rasio tukarnya. Akan tetapi
sistem barter ternyata menimbulkan kesulitan-kesulitan tersendiri dalam
pelaksanaannya. Kesulitan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan
digunakannya uang dalam transaksi pertukaran barang dan jasa.
• Davanzati dan Montanri mengajukan teori Konvensi yang
secara ringkas menyatakan bahwa uang dibentuk oleh
masyarakat berdasarkan mufakat atau konvensi. Teori tersebut
didasarkan atas kesadaran bahwa dalam kehidupan ekonomi
barang dan jasa saling berhadapan antara yang satu dengan
yang lain, sehingga karenanya memerlukan adanya perantara
yang dapat mempertemukan kebutuhan terhadap barang-
barang dan jasa-jasa tersebut. Perantara itu tidak lain adalah
uang.
• Mata uang yang berlaku pada masa al-Ghazali terbuat dari
emas dan perak, yaitu dinar dan dirham, yang merupakan
bahan terbaik untuk membuat mata uang. Dalam sejarah
ekonomi modern, dipilihnya emas dan perak sebagai bahan
mata uang memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan
bahan-bahan yang lain.
• Meskipun emas dan perak dianggap sebagai bahan terbaik
untuk dijadikan uang, tetapi menurut al-Ghazali hal tersebut
bukanlah sebuah keharusan. Menurutnya boleh saja mata uang
terbuat dari benda selain emas atau perak, tetapi pemerintah
harus dapat menjaga dan mengendalikan stabilitas nilainya.
Sebab kedua bahan tersebut dinilai memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai uang. Syarat-syarat tersebut
adalah:
• Generally acceptability (diterima secara luas). Maksudnya adalah suatu benda dapat djadikan uang
apabila ia diterima atau disukai oleh masyarakat umum dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Suatu
kenyataan bahwa sekarang ini baik uang logam maupun uang kertas yang kadang-kadang memiliki nilai
nominal jauh melebihi nilai intrinsiknya dapat berlaku karena diterima oleh masyarakat. Alasan
penerimaan ini bukan karena melihat bentuk maupun bahannya, melainkan karena uang memiliki
purchasing power (daya beli). Artinya dengan uang dapat dibeli barang atau jasa apapun yang
diinginkan oleh pemilik uang tersebut.
• Stability of value (stabilitas nilai atau harga). Uang harus memiliki stabilitas nilai yang tinggi, yaitu suatu
kestabilan atau ketetapan nilai atau harga walaupun bukan sesuatu hal yang mustahil masih mempunyai
kemungkinan untuk berfluktuasi, tetapi harus diusahakan agar kemungkinan tersebut sekecil mungkin.
Sebab jika nilai atau harga uang selalu berubah-ubah akan menimbulkan kesulitan sehubungan dengan
fungsinya sebagai media pertukaran, pengukur nilai maupun fungsi baku moneter lainnya. Dengan kata
lain nilai uang adalah netral, tidak terpengaruh oleh bahan bakunya.
• Portability (bentuknya simpel), hal ini ditujukan agar uang dapat mudah dibawa-bawa, meskipun dalam
jumlah yang besar. Dalam perkembangan perekonomian modern, uang logam dianggap belum
memenuhi persyaratan ini. Karena itu kemudian muncul uang kertas yang dianggap lebih praktis untuk
dibawa dalam jumlah besar sekalipun. Bahkan kemudian muncul pula uang giral seperti giro, cek,
kartu kredit dan lain-lain yang lebih efisien lagi. Akan tetapi penggunaan uang kertas ternyata
mengabaikan syarat-syarat yang lain sehingga mudah sekali mengalami fluktuasi nilai.
• Durability (tahan lama). Artinya adalah uang secara fisik harus tahan lama dan tidak
mudah untuk tujuan pemakaian jangka panjang. Sebab pada dasarnya baik uang
logam maupun uang kertas dibuat untuk dipergunakan dalam transaksi berkali-kali
dan jangka panjang. Sehingga harus tahan lama.
• Difficult to imitate (sukar dipalsu). Syarat ini dimaksudkan untuk menjaga
kestabilan nilai uang. Sebab jika uang mudah ditiru atau dipalsu akan menimbulkan
kecenderungan atau kemungkinan munculnya dua jenis uang yang berbeda dengan
nominal yang sama, yaitu good money (uang baik) atau uang asli dan bad money
(uang buruk) atau uang palsu. Sehingga berlakulah Hukum Gresham.
• Divisible to small units (mudah dibagi menjadi bagian-bagian kecil). Maksudnya
uang harus mudah untuk ditentukan perbandingannya dalam satuan-satuan kecil.
Tujuannya untuk mempermudah proses transaksi. Ini pula yang menjadi kelebihan
relatif uang kartal dibanding dengan sistem pertukaran barang secara langsung.
Sebab meskipun dalam transaksi yang paling kecilpun dapat dipergunakan.
• Suplainya elastis. Maksudnya uang harus bisa mencukupi kebutuhan
perekonomian agar dapat mengimbangi kegiatan usaha dan memperlancar
transaksi.
• Continuity, yaitu dalam pemberlakuannya tidak terlalu sering mengalami
pergantian. Sebab hal tersebut akan menimbulkan keraguan dalam masyarakat yang
menggunakannya.
• Mudah disimpan. Syarat ini erat kaitannya dengan motif precauntionary (berjaga-
jaga), untuk penundaan kebutuhan dimasa yang akan datang dan kebutuhan yang
sifatnya tidak terduga. Juga terkait dengan keamanan uang itu sendiri.
• Murtada Muttahari menjelaskan bahwa nilai sebuah mata uang terkait erat
dengan wujud uang itu sendiri. Hal demikian dikarenakan wujud suatu
barang sangat menentukan nilai dari barang itu sendiri. Menurutnya uang
memiliki beberapa kategori wujud, yaitu; wujud hakiki (real existence),
Wujud Zihni (mental existence), dan wujud relatif (relative existence)
• Real existence bagi mata uang ditunjukkan oleh bahan pembuat uang itu
sendiri. Seperti emas, perak, tembaga, kertas dan lain-lain. Nilai uang yang
ditunjukkan oleh real existence ini disebut dengan nilai intrinsik atau nilai
barang.
• Sedangkan mental existence mata. uang ditunjukkan oleh nilai atau harga
uang terhadap barang-barang lain. Misalnya seratus rupiah sama nilainya
dengan dua buah jarum tangan. Dalam hal ini nilai uang berbanding
terbalik dengan nilai barang. Maksudnya adalah jika nilai uang menguat
maka nilai barang mengalami penurunan, sebaliknya jika nilai uang
melemah maka nilai barang mengalami kenaikan. Yang demikian dikenal
dengan asas Das reziproke preisnieau. Karena semua harga dinyatakan
dengan satuan uang, nilai uang dapat dilihat dari tingkat harga pada
waktu tertentu
• Nilai uang yang ditunjukkan oleh mental existence ini adalah
nilai nominalnya, yaitu nilai yang tertera pada mata uang. Di
sini dibedakan antara nilai obyektif dan subyektif. Nilai
obyektif menunjukkan nilai tukar uang dengan barang-barang
lain, sedangkan nilai subyektif adalah nilai yang terkandung
dalam uang sebagai subyek ekonominya. Sementara itu wujud
relatif dari uang ditunjukkan oleh perbandingan nilai suatu
mata uang dibandingkan dengan mata uang yang lain.
Misalnya sepuluh ribu Rupiah sama nilainya dengan satu US$.
Nilai mata uang yang ditunjukkan oleh relative existence of
money ini disebut dengan nilai tukar mata uang (foreign real
exchange).
• Nilai uang menurut al-Ghazali hanya dibuat sebagai standar harga
barang dan alat tukar, maka uang tidak memiliki nilai intrinsik. Atau
lebih tepatnya nilai intrinsik suatu mata uang yang ditunjukkan oleh
real existencenya dianggap tidak pernah ada. Uang yang terbuat
dari emas dengan nilai nominal satu US$ sama nilainya dengan uang
kertas dengan nilai nominal yang sama. Sehingga seolah-olah nilai
emas bahan uang tersebut sama dengan kertas bahan uang dengan
nominal yang sama, atau dapat dikatakan nilai emas dan kertas
tersebut dianggap tidak pernah ada. Ia beralasan jika uang memiliki
nilai intrinsik, maka tidak akan dapat berfungsi sebagai alat tukar,
karena nilainya akan berbeda-beda tergantung dari bahan
pembuatnya. Setiap barang mungkin diperlukan bendanya untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Tetapi uang tidak diperlukan bendanya
dalam arti yang menjadi motif permintaannya adalah kemampuan
daya beli yang terkandung di dalam uang itu. Anggapan al-Ghazali
bahwa uang tidak memiliki nilai intrinsik ini nantinya terkait erat
dengan permasalahan permintaan terhadap uang, riba dan jual beli
mata uang.
al-Ghazali menjelaskan beberapa fungsi yang dimiliki uang.
Fungsi-fungsi tersebut adalah :
• Qiwam ad-dunya
• Alat at-tabadul
• Sarana pencapaian tujuan dan untuk mendapatkan barang-
barang lain.
• Muhtasib adalah orang atau badan yang bertindak sebagai pelaksana pengawasan.
Untuk dapat ditunjuk sebagai muhtasib seseorang harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu; mukallaf, muslim, adil, mendapatkan ijin dari penguasa dan walinya. Sedangkan
Muhtasab Fih adalah obyek bagi muhtasib, yaitu setiap tindakan atau keadaan yang
secara nyata bertentangan dengan syari’at Islam.
TERIMA KASIH