Anda di halaman 1dari 5

KONSEP UANG DAN HARGA MENURUT IMAM AL-GHOZALI

Disusun untuk memenuhi tugas pada materi:

EKONOMIKA PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu :

Al-Ustadz Dr. Syamsuri, M.Sh.

Oleh :

Aziz Abdurrachman
(40.2019.412.30)

Prodi Ekonomi Islam


Fakultas Ekonomi Dan Manajemen

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR


TAHUN AKADEMIK 1441/2020
Dalam konsep ekonomi islam uang adalah milik masyarakat (money is goods

public). Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti

mengurangi jumlah uang beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian.

Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan

menghalangi proses atau kelancaran jual beli. Implikasinya proses pertukaran dalam

perekonomian terhambat. Di samping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong

manusia cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal

(zakat, infak dan sadaqah) sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik

terhadap kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya islam melarang penumpukan/

penimbunan harta, memonopoli kekayaan. “ Al-Kanzu” sebagai mana telah di sebutkan

dalam Al-Quran .

Artinya;“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-

orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan

batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang

menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka

beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”

Imam Al-Ghozali dalam kitab Ihya Ulumudiddin, mengibaratkan uang sebagai

cermin. Cermin tidak memiliki warna tetapi dapat merefleksikan warna. Begitu juga uang,

uang bukanlah harga, namun uang dapat merefleksikan semua harga. Uang tidak

diciptakan untuk seseorang saja, akan tetapi diciptakan untuk diedarkan agar mencari

perantara (alat tukar) bagi manusia. Maksudnya adalah uang tidak berfungsi sebagai alat

penimbun kekayaan. Sebab, hal tersebut sebagai tindakan yang zhalim karena terjadi

penumpukan atau penimbunan harta. Tetapi uang berfungsi sebagai alat tukar. uang

menurut Al-Ghazali hanya sebagai standar harga barang atau benda maka uang tidak

memiliki nilai intrinsik. Atau lebih tepatnya nilai intrinsik suatu mata uang yang
ditunjukkan oleh real existence-nya dianggap tidak pernah ada. Anggapan Al-Ghazali

bahwa uang tidak memiliki nilai intrinsik ini pada akhirnya terkait dengan permasalahan

seputar permintaan terhadap uang, riba, dan jual beli mata uang.

Menurut Al-Ghazali dan Ibn Khaldun, definisi uang adalah apa yang digunakan

manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media

simpanan. Al-Ghazali berkata: Uang adalah nikmat Allah (barang) yang dipergunakan

masyarakat sebagai mediasi atau alat untuk mendapatkan bermacam-macam kebutuhan

hidupnya, yang secara subtansial tidak memiliki nilai apa-apa, tetapi sangat dibutuhkan

manusia dalam upaya pemenuhan bermacam-macam kebutuhan mereka (sebagai alat

tukar)

1. Uang sebagai ukuran harga

Abu Ubaid (w. 224 H) menyatakan bahwa dirham dan dinar adalah nilai harga

sesuatau, sedangkan segala sesuatu tidak bisa menjadi nilai harga keduanya. Imam Ghazali

(w. 505 H) menegaskan bahwa Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim

penekah diantara seluruh harta agar seluruh harta bisa diukur dengan keduanya. Ibn al-

Qayyim (w. 752 H) mengungkapkan bahwa dinar dan dirham adalah nilai harga barang

komoditas. Nilai harga adalah ukuran yang dikenal untuk mengukur harta maka wajib

bersifat spesifik dan akurat, tidak meninggi (naik) dan tidak menurun. Karena kalau unit

nilai harga bisa naik dan turun seperti komoditas sendiri, tentunya kita tidak bisa lagi

mempunyai unit ukuran yang bisa dikukuhkan untuk mengukur nilai komoditas.
2. Uang Sebagai Media Transaksi

Uang yang menjadi media transaksi yang sah dan yang harus diterima oleh siapapun bila

ditetapkan oleh negara maka, perbedaan uang dengan media transaksi lain seperti cek.

Yang berlaku juga sebagai cek alat pembayaran karena penjual dan pembeli sepakat

menerima cek sebagai alat bayar. Begitu pula dengan kartu debet, kartu kredit dan alat

bayar lainnya, pihak yang dibayar dapat saja monolak penggunaan cek atau kartu kredit

sebagai alat bayar, sedangkan uang berlaku sebagai alat pembayaran karena negara

mesahkannya.

3. Uang Media Penyimpan Nilai

Kemudian diperlukan jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang terus-

menerus. Jenis harta yang bertahan lama adalahbarang tambang. Maka dibuatlah uang dari

emas, perak, dan logam. Ibn Khaldun juga mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan.

Kemudian Allah ta’ala menciptakan dua dari barang tambang, emas, dan perak, sebagai

nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini merupakan simpanan dan perolehan orang-orang

didunia kebanyakannya.
Sumber : https://www.kompasiana.com/tutiksoraya/58536be823afbdd53d643069/konsep-

dan-fungsi-uang-menurut-pemikiran-imam-alghazali#:~:text=Maka%20uang

%20didefinisikan%20sebagai%20benda,mengadakan%20tukar%20menukar%20atau

%20perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai