Anda di halaman 1dari 16

MENGANALISIS UANG

DALAM ISLAM

Sindi andriana 250200004


Definisi Uang menurut Islam
Secara etimologi , definisi uang (nuqud) adalah :

1. Al-Naqdu :yaitu yang baik dari dirham

2. Al-Naqduyaitu tunai (lawan dari tunda) yakni memberikan bayaran dengan segera.
Dalam hadist jabir disebutkan bahwa “Naqadani at-tsaman “ yakni membayarku
dengan tunai kemudian digunakan barang yang sudah dibayarkan termasuk
penggunaan kata masdar.

Orang Arab padda zaman Rasulullah tidak mengenal kata Nuqud mereka
menggunakan kata Dinar dan dirham sebagai alat tukar. Sedangkat fulus adalah uang
tembaga yang juga merupakan uang tambahan untuk membeli barang-barang yang
murah. Adapun pengertian dinar dan dirham adalah :

a. Dinar merupakan barasal dari bahasa romawi yaitu kata Denarius yang artinya
emas cetakan

b. Adapun dirham berasal dari bahasa yunani yaitu Drachma yang berarti perak
cetakan.
Cendikiawan muslim Al-ghazali dan Ibn Khaldun uang dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang digunakan sebagai :
1. standar ukuran nilai harga
2. Media transaksi
3. Media penyimpan nilai
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari uang yang
terpenting adalah stadarnya bukan bentuk uang itu sendiri. Uang emas diterbitkan ole Raja
Dinarius dari kerajaan Romawi. Uang emas sendiri memiliki nilai yang stabil. Hal ini juga
berlaku untuk dirham yang berasal dari persia tepatnya dari keraan Sasanid. Oleh sebab itu
walaupun bukan diterbitkan oleh negara Islam Rasululla SAW mempergunakannya sebagai
alat tukar. ( Susanti, 2017 :34-35)
Definisi Uang dalam Ilmu Konvensional
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai
sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya sertauntuk pembayaran utang.
(Abdul Mukhi, 2011 : 1 dalam fadilla, 2017 : 26-27)

Ada beberapa macam fungsi uang antara lain :


1. Alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran.
2. Satuan hitung (unit of account) digunakan untukmenunjukan nilai berbagai macam
barang/jasa yangdiperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, danmenghitung
besar kecilnya pinjaman, juga dipakai untukmenentukan harga barang/jasa (alat
penunjuk harga).
3. Alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli
dari masa sekarang kemasa mendatang.
4. Standar pembayaran dimasa mendatang (standar of demand payment). (Abdul
Mukhi, 2011 : 2 dalam fadilla 2017: 26-27)
Para ahli Ekonomi sudah memnahas tentang standar sesbuah benda dapat di
jadikan sebagai uang. Benda tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan,
syarat tersebun antara lain :
a. Harus diterima secara umum (acceptability).
b. Memiliki nilai tinggi atau dijamin keberadaannya olehpemerintah yang
berkuasa.
c. Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability),
d. kualitasnya cenderung sama (uniformity),
e. jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tidak mudah
dipalsukan (scarcity).
g. Harus mudah dibawa (portable) dan mudah dibagi tanpa mengurangi
nilai (divisibility)
h. memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of
value) . (Abdul Mukhi, 2011 : 2 dalam fadilla 2017)

Adapun jenis uang sendiri, dibagi menjadi beberapa macam yaitu


menurut bentuknya, jenisnya bahan pembuatnya dan nilainya.
Pembagian uang menurut jenisnya antara lain :
1. uang kartal (sering pula disebut sebagai (common money) adalah alat
bayar yang sahdan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan
transaksi jual-beli sehari- hari.
2. uang giral, adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk
simpanan ( deposito)yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. (Abdul Mukhi,
2011 : 3 dalam fadilla 2017)
B. SEJARAH PEMAKAIAN UANG PADA ZAMAN RASUL

Ketika Nabi Muhamad SAW diutus sebagai nabi dan Rasul, beliau menetapkan apa
yang sudah menjadi tradisi penduduk mekkah. Beliau memerintahkan penduduk
madinah untuk mengikuti ukuran timbangan penduduk Mekkah ketika itu mereka
bertransaksi menggunakan dirham dalam jumlah bilangan bukan timbangan
Rasulullah SAW bersabda :
“Timbangan adalah timbangan penduduk Mekkah sedangkan takaran penduduk
Madinah”

Karena adanya perintah tersebut adanya pernedaan ukurn dirham di Persia karena
terdapat 3 bentuk pencetakan uang yaitu :
a. Ukuran 20 karat
b. Kuran 12 karat
c. Ukuran 10 karat
Lalu ditetapkan dalam dirham Islam menjadi 14 karat dengan membagi
semuanya dengan rata-rata 3. Dengan perhitungan (20+12+ 10)/3 = 14 Nilai ini sama
dengan nilai daniq seukuran dengan 7 mitscal di masa sekarang disamakan dengan
gram.
Masa Khalifah Rasyidin
a. Abu Bakar
Pada masa pemetrintahan Khalifah Abu Bakar keadaan bentuk uang masih sama
dengan masa Rasulullah SAW yaitu menggunakan mata uang Dinnar dan dirham.

b. Ummar Bin Khatab


Pada tahun 18 H yaitu pada masa Khalifah Ummar di cetaklah dirham Islam. Khalifah
Ummar melakukan hal- hal pentingdalam masalah uang seperti:
1) Pencetakan uang dirham dengan ciri-ciri yang menunjukkan keIslaman. Pada masa ini
bentuk uang hampir sama dengan persia namun ada tulisan tambahan seperti “Al-
hamdulillah”.
2) Ditetapkan standar dirham yaitu sama dengan dinnar 1 dirham sama dengan 7/10 dinar atau
setara dengan 2,97 gram dengan landasan standar nilai dinar sebesar 4,25 gram.
3) Dibuat uang dalam bentuk lain yaitu kulit hewan dengan pemikiran bahwa bahan dasar kulit
hewan mudah dibawah, namu hal itu diurungkan karena banyak sahabat yang tidak setuju
dengan pertimbangann bahwa kulit tidak dapat dijadikan standar penilaian karena harga kulit
berfluktuasi. Akhirnya khalifah Ummar menetapkan standar koin dinnar dan dirham berat 7
dinnar sama dengan 10 dirham. Standar dinar emas memakai 22 karat dengan berat 4,25 gram.
Sedangkan dirham harus menggunakan perak murniseberat 3,0 gram. Keputusan ini telah
ditetapkan para ulama pada masa itu.
c. Utsman bin Affan
Pada masa ini perkembangan percetakan uan dinar dan dirham dengan
memodifikasinys dengan menggunakan simbol-simbol Isla. Didalam uang dinnar
tersebut tertulis “Allahu akbar”. Di batas koin terdapat kata-kata aksara kuffi yang
artinya “ Rahmat dengan asmaAllah, dengan asma Tuhanku bagi Allah daan
Muhammad.
d. Ali bin Abi Thalib
Pada masa khalifah Ali pencetakan dirham mengikuti khalifah Ustman bin
affan hanya saja menuliskan di salah satu lingkarannya kalimat Bismillah, Bismillah
Rabbi, dan Rabiyallah dengan tulisan kufi. (Susanti, 2017 : 37-39)

Masa Bani Dinasti Umayah


Pencetakan uang pada Dinasti Umayah semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan masih
meneruskan model Sasanid dengan menambahkan beberapa kata tauhid. Pada tahun
76 H Andul Malik bin Marwan membuat mata uang yang bernafaskan model Islam
tersendiri. Abdul Malik Mampu merealisasikan stebilitas politik dan ekonomi,
mengurangi pemalsuan dan manipulasi terhadap mata uang. Pada masa Abdul Malik
dan Hisyam bin Abdul Malik bahkan beliau menghukum orang yang memalsukan
uang dengan hukuman 1000 cambuk dan jumlahnyan lebih dari 100 orang. Pada
Akhirnya Dinnar pada Dinasti Ummayyah terkenal halus, akurat dan murni.
(Susanti, 2017 ; 39)
Opcit, susanti 2017
C. DINAR DAN DIRHAM

Penerapan mata uang dinar emas dan dirham perak, sudah di awali zaman Rasulullah
dan para sahabatnya. Pernyataan Abul Hassan dalam International Conference di Universitas
Trisakti: the Prophet Muhammad determined that gold and silver be used as money and
exclusively made them the monetary measure to evaluate goods and services . Rosul Muhammad
SAW sudah menetapkan bahwa emas (dinar) dan perak (dirham) di gunakan sebagai mata uang
dan membuatnya sebagai ukuran sistem moneter guna mengevaluasi barang- barang dan jasa.
Ada beberapa keunggulan dari mata uang emas (dinar) dan juga perak (dirham).
Dinar adalah mata uang emas atau koin berlapis emas 22 karat seberat 4,25 gram dan
berdiameter 23 mm, sedangkan dirham terbuat perak murni seberat 3 gram yang berdiameter 25
mm. Spesifikasi bentuk dinar dan dirham sekarang sama dengan bentuk dinar saat awal
digunakan oleh kerajaan Bizantium (Romawi Timur) lalu koin dirham merupakan salinan perak
dirham dari kerajaan Persia (Yezdigird Sassanian III). Kedua kerajaan tersebut menjadi sentral
dalam bidang kemiliteran dan perekonomian pada jamannya.
Pada mulanya mata uang uang dinar (emas) dan dirham (perak) yang pakai pada saat
itu bukan berasal dari kawasan dunia Islam, sebab ketika itu kaum muslimin tidak begitu pandai
dalam industri mata uang. Maka tidak aneh manakala diantara kaum muslimin menggunakan
transaksinya dengan mata uang tersebut yang berlogo perang salib dan disisi sebelahnya
bergambar rumah persempahan api.
Namun semenjak khalifah Ustman r.a, membe- dakan dengan koin aslinya dengan adanya tulisan
Arab yang berlafazkan “Bismillah”, sejak saat itulah pandangan bahwa itu mata uang yang
dicetak oleh kaum muslimin. Berdasarkan ketetapan yang diemban oleh Umar Ibn Khattab r.a,
pada tahun 20 Hijriyah dalam sistem dua logam harus ditentukan suatu perbandingan yang
sifatnya tetap dalam berat maupun kemurnian antara satuan mata uang emas dengan perak.

Dinar yakni koin emas 22 karat seberat 4,25 gram emas, spesifikasi teknis dinar sama dengan
dinar klasik dan dirham ialah koin perak murni seberat 3 gram . Beliau mencetak uang dirham
baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan hanya ditambah dengan
lafadz yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, seperti “Bismillah” (Dengan nama Allah) dan
Bismillahi Rabbi (Dengan nama Allah Tuhanku) yang terletak pada tepi lingkaran .

Pada tahun 75 H (695 M) Khalifah Abdul Malik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak
dirham yang pertama dengan lafadz-lafaz Islam yang ditulis dengan huruf Arab gaya Kufi, dan
baru tahun 77 H ( 697 M ) memulai Dinar dimunculkan. Ia memesan koin yang diberi cap
dengan kalimat “Allahu Ahad” serta “Laa ilaha illallah” memberikan perubahan figur hewan dan
manusia dalam koin tersebut digantikan dengan kalimat yang bercorak Islami .

Segala sesuatu yang ada sebelum Islam namun setelah turunnya Islam, dalam penggunaan hal
tersebut tidak dilarang atau bahkan diterapkan oleh zaman Rasulullah, maka hal itu menjadi
ketetapan (Taqrir) pada Rasulullah SAW, ini dimaksudkan sudah menjadi bagian keimanan dan
keislaman itu sendiri.
D. ALASAN DINAR DIRHAM TIDAK BERLAKU DI INDONESIA
Pada masa lalu, dinar dan dirham merupakan mata uang yang digunakan di beberapa peradaban
Muslim klasik, seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan lain-lain. Namun, di zaman modern,
mata uang yang digunakan di sebagian besar negara di dunia adalah mata uang fiat, yang nilainya
ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga moneter.
Ada beberapa alasan mengapa dinar dan dirham tidak dapat digunakan secara luas pada zaman
sekarang, terutama di Indonesia:
1. Kepercayaan dan kebiasaan masyarakat: Sebagian besar masyarakat telah terbiasa
menggunakan mata uang fiat seperti rupiah di Indonesia. Pengenalan kembali dinar dan
dirham sebagai mata uang utama akan memerlukan perubahan besar dalam kebiasaan dan
kepercayaan masyarakat
2. Infrastruktur keuangan: Sistem keuangan modern, termasuk perbankan, transaksi elektronik,
dan lembaga keuangan lainnya, telah didasarkan pada mata uang fiat. Untuk menggunakan
dinar dan dirham, infrastruktur keuangan yang sesuai akan perlu dikembangkan, yang
memerlukan investasi besar dan waktu yang cukup lama.
3. Fluktuasi nilai: Nilai dinar dan dirham berdasarkan nilai emas dan perak, yang cenderung
fluktuatif tergantung pada pasar logam mulia. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan
nilai tukar dan sulit bagi pemerintah untuk mengatur ekonomi.
4. Keterbatasan penggunaan: Sementara dinar dan dirham mungkin cocok untuk perdagangan
logam mulia dan beberapa transaksi lainnya, penggunaannya mungkin terbatas dalam
transaksi modern yang kompleks dan beragam, termasuk transaksi keuangan internasional.
E. PANDANGAN ULAMA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UANG
Pandangan Ulama Klasik
a. Teori Uang Menurut Imam Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali, ada dua fungsi uang (function of money) yaitu membuat orang dapat
mudah memanfaatkannya, serta mudah menggunakan secara efektif tanpa harus membawa
barang (harta miliknya) dalam memenuhi kebutuhannya untuk ditukarkan dengan milik orang
lain. Kedua fungsi uang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Allah SWT menjadikan (mata uang) dinar dan dirham, sebagai hakim dan dua
penengah (double justice and concidence) diantara harta benda yang lain-lainnya. Kedua,
keduanya dinar dan dirham itu menjadi perantara (wasilah) kepada barang-barang yang lainnya
(medium of exchenge for goods and service). Karena keduanya adalah barang milik pada dirinya
dan tidak ada maksud pada diri keduanya, dan perbandingan keduanya kepada harta-harta
yang lain adalah satu perbandingan .
Jadi uang tidaklah dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Ada beberapa larangan berkenaan tentang
uang, yakni:
1) Al-Ghazali mengecam penimbunan uang. Karena penimbunan uang berarti menarik
uang dari peredaran untuk sementara, sedangkan melebur uang berarti menarik uang dari
peredaran selamanya. Lambatnya perputaran uang maka bisa mengakibatkan melesukan
perekonomian.
2) Larangan peredaran uang palsu dimana tidak berlaku di negara manapun sehingga
menurutnya mencetak uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri seribu dirham.
3) Melarang perdagangan uang, menurutnya perdagangan dinar dengan dinar sama
halnya dengan memenjarakan fungsi uang tersebut, karena semakin banyak uang yang
diperdagangkan, semakin sedikit yang dapat berfungsi sebagai alat tukar.
b. Teori Uang Menurut Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa praktek mengimpor tembaga dari negara-negara Eropa adalah
bagian dari bisnis uang. Ada beberapa catatan penting tentang uang, yakni:
1) Perdagangan uang akan memicu inflasi
2) Hilangnya kepercayaan orang akan stablitas nilai tukar uang akan mencegah orang
melakukan kontrak jangka panjang dan mendzalimi golongan masyarakat berpenghasilan tetap.
3) Perdagangan domestik akan menurun karena adanya kekhawatiran terdapat stabilitas
nilai uang.
4) Logam berharga akan mengalir keluar negeri.
5) Perdagangan internasional akan menurun

c. Teori Uang Menurut Ibnu Khaldun


Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang, tetapi oleh
tingkat produksi dan neraca pembayaran positif negara tersebut. Bisa saja satu negara mencetak
uang sebanyak- banyaknya. Namun, bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan
sektor produksi, uang yang melimpah itu tidak menimbulkan permintaan atas faktor produksi
lainnya ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga
kerja, meningkatkan pendapatan pekerja dan negara yang mampu mengekspor adalah negara
yang berproduksi lebih besar daripada tuntunan kebutuhan domestiknya, sekaligus lebih efisien
dalam berproduksi.
Pandangan Ulama Kontemporer
a. Teori Uang Menurut Taqyuddin An-Nabhani
Masalah mata uang yang terbuat dari emas sudah kita lihat di zaman Rasulullah dari berbagai
literatur yang ada. Pada zaman tersebutlah pola-pola transaksi dengan menggunakan mata uang
dinar (emas) dan dirham (perak) sudah menunjukkan azas berkeadilan dalam aspek muamalah,
walaupun ketika itu tidak membuat melainkan hanya menjalankan roda perekonomian yang
sudah ada sebelumnya dengan mata uang dinar dan dirham.

Syekh Taqyuddin An-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang benar
menurut Islam hanya emas, yakni:
1. Ketika Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan
larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta (maal) itu mencakup semua barang yang
bisa dijadikan kekayaan,
2. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-
ubah, ketika Islam mewajibkan diyat tersebut dengan ukuran tertentu dalam bentuk emas,
3. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai uang dan beliau
menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang,
4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat tersebut
dengan nisab emas dan perak,
5. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang hanya
dilakukan dengan emas dan perak, semua transaksi dalam bentuk finansial yang dinyatakan
dalam Islam hanya dinyatakan dengan emas dan perak
b. Teori Uang Menurut Umer Chapra
Tokoh ini, bagaimana Umer Chapra melihat, menganalisis berbagai literatur yang ada, juga yang
tidak kalah pentingnya yakni fakta dilapangan mengenai kebijakan moneter kaitannya uang,
maka beliau menyimpulkan diantaranya:
1. Hanya pemerintah yang dapat menerbitkan uang sebagai alat pembayaran yang sah di
negara itu sendiri.
2. Pemerintah harus menjamin stabilitas nilai uang agar dapat berfungsi sebagai ukuran
nilai, alat tukar, dan alat penyimpan daya beli melalui (cadangan) harta yang dimiliki pemerintah.
3. Pemerintah harus mengelola permintaan uang melalui pengelolaan (i) nilai moral, (ii)
lembaga yang mempengaruhi mekanisme harga, dan (iii) tingkat keuntungan usaha.
4. Pemerintah harus mengelola penawaran uang melalui instrument (i) cadangan wajib,
(ii) rasio likuiditas, (iii) pagu kredit, dan (iv) nisbah bagi hasil
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai