Anda di halaman 1dari 37

EKONOMI MAKRO ISLAMI

FUNGSI UANG
Kaitan Makro dan Mikro Ekonomi

• Perbedaan istilah ekonomi makro dan mikro adalah pada


level pengambilan keputusan; makro pada negara, mikro
pada individu.
• Level individu pada mikro terkait perilaku rumah tangga dan
perusahaan serta aktivitas mereka di pasar, level makro
terkait dengan aktivitas negara dalam mengupayakan tujuan
ekonomi negara atau masyarakat.
• Kerangka teori ekonomi mikro maupun makro memenuhi
kriteria ekonomi bahwa: meminimumkan biaya untuk
mendapatkan hasil (return) tertentu, atau memaksimumkan
hasil dengan sejumlah biaya tertentu.
Kontribusi Pemikiran Ekonomi
7M Pemikiran Ekonomi Dunia Islam
Rasulullah SAW
Periode I Periode II
Abu Yusuf, Abu Al Ghazali,
Hanifa, dll Taimiyah,
Khaldun, dll

Great gap
SM 1M 13 M 18 M
Yunani, Bibel Scholastic Adam Smith
Romawi St Thomas
Pemikiran Ekonomi di Barat
Penafian pemikiran Ekonomi Islam dalam sejarah ilmu ekonomi:
Great gap pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun pada
dark ages, J A Schumpeter (1954).
Sesungguhnya pada masa itu adalah era kejayaan peradaban
Islam, sinyalemen great gap adalah tidak obyektif MISSING LINK ?
PERIODESASI KONTRIBUSI PEMIKIRAN EKONOMI

1M 5M 11M 15M 20M 21M

PRA MASEHI Hammurabi 1700 SM


Xenophone 440 – 355 SM
Plato 427-357 SM Aristoteles 350 SM

1–5M DARK ECONOMICS

5 – 11 M Zaid bin Ali 699-738 Abu Hanifa 699-767


Al-Awza’I 707-774 Malik 717-769
Abu Yusuf 731-798 Qudamah bin Ja’far 948

11 – 15 M Al Ghazali 1055-1111 Mawardi 1058


Al Kasani 1182 Ibn Al Qoyyim 1292-1350
Ibnu Taimiyah 1263 Najmuddin Ar Razi 1256
Ibn Al-Ukhuwah 1329 Ibnu Khaldun 1332, dll

BARAT: Skolastik: Thomas Aquinas 1270, A Magnus 1206


15 – 20 M Merkantilisme =
J. Boudin 1530-1596 Thomas Mun 1571-1641
JB Colbert 1619-1683 Sir William Petty 1623-1683
David Hume 1711-1776
Fisiokrasi = Klasik =
Francis Quesnay 1694-1774 Adam Smith 1723-1790

Shah Wali Allah 1703-1762

Neoklasik =
R. Malthus 1766-1834 David Richardo 1772-1823
JB Say 1767-1832 JS Mill 1806-1873
Sosialisme  Robert Owen 1771-1858
Komunisme  Karl Marx 1818-1883, Frederich Engels 1848
Neo Kapitalism =
A. Marshall 1842, Irving Fisher, JM Keynes, Alvin H Hasen

Jamaluddin Al Afghani 1897

MODEREN Simon Kuznets, JR Hicks, Wassily Leontief, JK Gaalbrait,


Paul Samuelson, WW Rostow, Milton Freidman
Muhammad Iqbal 1873-1938,
Dr Yusuf Qardawi, Dr. Omer Chapra 6
Definisi Uang
Menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun, definisi Uang adalah apa
yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga,
media transaksi pertukaran, dan media simpanan.
Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah
diantara seluruh harga agar seluruh harta bisa diukur dengan
keduanya. (Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin)
a. Uang sebagai ukuran harga
Nilai harga adalah ukuran yang dikenal untuk mengukur harta
maka wajib bersifat spesifik dan akurat, tidak meninggi (naik)
dan tidak menurun. Karena kalau unit nilai harga bisa naik dan
turun seperti komoditas sendiri, tentunya kita tidak lagi
mempunyai unit ukuran yang bisa dikukuhkan untuk
mengukur nilai komoditas. Bahkan semuanya adalah barang
komoditas. (Ibn al-Qayyim)
b. Uang sebagai media transaksi
Uang menjadi media transaksi yang sah dan harus diterima oleh
siapa pun bila ia ditetapkan oleh negara. (Karim)
Dibutuhkan adanya otoritas negara yang mengesahkan
penggunaan uang sebagai alat pertukaran barang/jasa ditengah
masyarakat.
Ibarat darah didalam tubuh manusia maka fungsi uang sebagai
media transaksi inilah yang paling penting dalam pandangan ahli
ekonomi. (Abdul Mannan).

c. Uang sebagai media penyimpan nilai


Ibnu Khaldun mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan. Ia
menyatakan, “kemudian Allah Ta’ala menciptakan dari dua
barang tambang, emas dan perak, sebagai nilai untuk setiap
harta. Dua jenis ini merupakan simpanan dan perolehaan orang-
orang di dunia kebanyakan.
Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan
telah dikenal ribuan tahun yang lalu seperti dalam sejarah Mesir
kuno sekitar 4000 SM – 2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih
standar uang emas dan perak diperkenalkan oleh Julius Caesar
dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius Caesar ini pula yang
memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak
dan sebaliknya dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap
emas. Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia Eropa
selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204.

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak


yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan sejak
awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti
zakat dan diyat sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki
tahun 1924.
DINAR dan DIRHAM

Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits


Rasulullah SAW,”Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah,
dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud).

Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga
dikenal uang logam yang dibuat dari tembaga atau perunggu. Dalam
fiqih Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang
hakiki (thaman haqiqi atau thaman khalqi) sedangkan uang dari
tembaga atau perunggu dikenal sebagai fulus dan menjadi alat tukar
berdasar kesepakatan atau thaman istilahi. Dari sisi sifatnya yang
tidak memiliki nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih
dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sampai sekarang
UKURAN UANG DI ZAMAN RASULULLAH

Pada masa Nabi sudah dikenal beberapa istilah pengukuran antara


lain:
Mitsqal, Auqiyah/Uqiyah, Nasy, Nuwah, Qirath ‫ط‬C‫يرا‬CC‫ ) )ق‬dan Habbah-
sya’irah (‫ِير ًة‬ َ ‫ َّب ًة‬C‫ ) َح‬juga Daniq‫نيق‬C‫ ))دا‬Dirham dan Dinar
َ ‫ع‬C ‫ش‬
Mitsqal
Mitsqal secara bahasa artinya ‘berat’ (Lihat QS 099:007-008). Maka 1
mitsqal adalah satu satuan berat atau berat dasar yang jadi ukuran
berat-berat lainnya. Mitsqal sendiri ditakar beratnya menggunakan
biji gandum yaitu biji gandum Barley yang memang digunakan di
Tanah Arab dan Romawi. Ditetapkan bahwa berat 1 Mitsqal setara
dengan 72 biji gandum yang dipotong kedua ujungnya.
Mitsqal merupakan berat yang diketahui umum setara dengan 22
qirath. Ada yang mengatakan 21 3/7 qirath (22 qirath dikurangi 1 biji
yang dipotong kedua ujungnya). Sedang yang mengatakan 20
qirath tidak memiliki dasar. Qirath sendiri diartikan sebagai ‘biji
kacang polong (carob)’ atau ‘satuan kecil’ dan mungkin berasal dari
kata Yunani ‘keration’ yang dalam bahasa Indonesia disebut ‘karat’,
yang digunakan untuk mengukur perhiasan. Berat dasar
menggunakan yaitu biji gandum. Mitsqal merupakan berat yang
diketahui umum setara dengan 22 qirath. Ada yang mengatakan 20
qirath, tapi ini pendapat yang lemah atau minoritas.
Pengukuran Berat standar Gram
Penggunaan gram sebagai satuan berat mulai digunakan tahun
1586M dan ditetapkan standarnya 20 Mei 1875 dan diadopsi oleh 
International System of Unit dan ditetapkan bahwa
1 gram (g) = 15,4323583529 biji gandum utuh (gr) atau
1 biji gandum = 64,798 91 mg = 1 biji gandum (gr)
= 0,06479891 grams (g)
Konversi Berat Tradisional Dasar ke Gram
Maka perhitungan syar’i konversi berat tradisional uang ke gram adalah
sebagai berikut ;
1 mitsqal = 1 dinar
Berat 1 mitsqal = 72 biji gandum dipotong kedua ujungnya = 68-69
biji gandum utuh.

Berat 1 mitsqal = 4.443353828571429 gram


Konversi ke gram dengan cara penghitungan standar 68 biji gandum
utuh didapatkan 4.40632588 gram;
Konversi ke gram dengan cara penghitungan standar 69 biji gandum
utuh didapatkan 4.47112479 gram. Maka Berat 1 Mitsqal adalah
antara 4.40632588 - 4.47112479 gram
Mengikuti pendapat Al Maqrizi dalam Ighotsah Imam Maqrizi, beliau
mengatakan bahwa 1 mitsqal adalah 22 qirath. Dari pengetahuan umum
yang ada 1 qirath = 200 mg maka
1 mitsqal = 22 x 200 mg = 4400 mg = 4.4 gram
Menurut Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah ‫))اﻟﻤﻗﺩﻤﻪ‬

…… Ketahuilah bahwa terdapat persetujuan umum (ijma) sejak


permulaan islam dan masa Para Nabi dan Rasul, masa
Rasulullah Muhammad SAW, Khulafa’ur rasyidun, sahabat-
sahabat serta tabiin, tabiit tabiin bahawa dirham yang sesuai
syariah adalah yang sepuluh kepingnya seberat 7 mistqal
(dinar) emas. Berat 1 mistqal emas adalah 72 butir gandum,
sehingga dirham yang nilainya 7/10 setara dengan 50 dan 2/5
butir.

Catatan: Dinar adalah emas murni = adz-dzahab (24K)


1327H
Dinarius dan Drachma

Troy-ounce (ozt) adalah standar umum yang digunakan sebagai


berat emas batangan dan koin di Dinasti Romawi, Yunani dan
Persia yang diadopsi dari masa-masa sebelumnya. Berat ini
digunakan untuk keping Denarius dan Drachma. Perlu dicatat
bahwa istilah Denarius dan Drachma (sedang di Persia
disebut Drahm dan 1/6 drahm itu adalah 1 Danake atau
daniq) didasarkan pada mata uang yang sudah digunakan
pada jaman Fir’aun Mesir awal yaitu pada jaman Nabi Ya’kub
dan Jusuf AS.
Rasulullah SAW mengadopsi berat Denarius Romawi tersebut
dengan menetapkan 1 mitsqal adalah 22 qirath [Ighotsah
Imam Al-Maqriziy,‫لمقريزي‬UU‫]ا‬. Sedangkan untuk koin Drachma
perak yang diambil dari Persia, Rasulullah melakukan
penyesuaian. Tiga jenis Drachma dengan ukuran kadar yang
berbeda-beda, yakni Drachma besar 20 qirath, Drachma kecil
10 qirath dan Drachma sedang 12 qirath, dirata-ratakan
kadarnya.
Sehingga Formula 14/20 ini setara dengan 7/10 yang
merupakan prinsip wazan sab’ah yang sesuai dengan standar
kuno yang digunakan sejak jaman Nabi Yusuf AS (Menteri
Keuangan Mesir) yang menetapkan kembali dinar/dirham
sesuai dengan RaqimU‫لرَّ ِقي ِم‬UU‫)ا‬ ) dan Wariq di jaman Nabi Idris AS
(QS 018:009).
Standarisasi Dinar dan Dirham pada masa Rasulullah Saw sama
dengan ukuran Raqim dan Wariq pada masa Nabi Idris sampai 
Nabi Ishaq, dan sama pula ukurannya dengan Dinar dan Dirham
pada masa Nabi Ya’qub dan Yusuf (perhatikan koin Yahudi)
sampai Nabi Muhammad SAW.

Ukuran ini adalah ukuran yang telah disepakati oleh Jumhur


Ulama’. Yaitu: nisab zakat harta yang harus ditarik sebanyak 20
Dinar untuk Zakat Emas dan 200 Dirham untuk Zakat Perak haul
satu tahun.

Standar ini diikuti para Khulafa-ur Rasyidin, serta para pemimpin


Islam sesudah mereka juga menggunakan standar yang sama
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642
Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama
di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan
perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10
Dirham. Berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama
dengan 2.975 gram.

Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih


setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang
dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di
musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka
di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang
diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah
4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium
yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut
Drachma.
Sampai pertengahan abad ke 13 M, baik di negeri Islam maupun di
negeri non Islam sejarah menunjukan bahwa mata uang emas yang
relatif standar tersebut secara luas digunakan. Keaneka ragaman
mata uang di Eropa kemudian dimulai ketika Republik Florence di Italy
pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri yang disebut emas Florin,
kemudian diikuti oleh Republik Venesia dengan uangnya yang disebut
Ducat.

Pada akhir abad ke 13 tersebut Islam mulai merambah Eropa dengan


berdirinya kekalifahan Usmaniyah terutama ketika tahun 1453
Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel dan terjadi
penyatuan dari seluruh kekuasan Kekhalifahan Usmaniyah.

Selama tujuh abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan
Dirham adalah mata uang yang paling luas digunakan. Penggunaan
Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Usmaniyah
yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika
bagian utara dan sebagian Asia.
Konversi Dinar
Konversi Dirham
Istilah dalam Uang
Dalam Al Qur’an

DINAR‫ار‬ ٍ ‫)دِي َن‬ ) disebut dalam QS 3:75. Ayat ini menjelaskan bahwa Dinar adalah
mata uang yang sudah diterapkan lama, dan juga berfungsi penyimpan nilai
(memiliki nilai bawaan genuine).
DIRHAMC‫ ) )د َِر ِهم‬telah digunakan di Mesir masa Nabi Yusuf AS masih muda
terlihat di QS 12:020. Jelas disebutkan bahwa Dirham pada saat itu telah
digunakan sebagai alat pembayaran.
Emas‫ل َّذ َه ِب‬UU‫ ) )ا‬ada di QS 3:14; 3:91; 9:34-35; 22:23; 35:33; 43:35,53,71
Perak ِ‫ل ِفضَّة‬UU‫)ا‬ ْ ) ada di QS 9:34-35
Zukhruf‫ل ُز ْخر َُف‬UU‫)ا‬ ْ ) ada di QS 17:93 dan QS 7:148 yang menunjukkan
harta/kekayaan atau uang.
Maal ْ ) seperti 9:24; 2:247; 10:88; 17:6; 18:34
‫ل‬UU‫ل َم ِا‬UU‫)ا‬,
Khazanah atau perbendaharaan ‫ن ٌز‬U‫)ك‬ َ ), dalam QS 11:12; 11:31]. Juga mudah
ditemukan istilah Maha Kaya‫ل َغن ُِّي‬UU‫)ا‬ ْ ) Maha Memberi Rejeki‫ل ِر ْز َق‬UU‫)ا‬
ْ ) , dsb.
Istilah Lain
Nuqud
Semua hal yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik
Dinar emas, Dirham perak maupun fulus tembaga (Al-Sayyid ’Ali, 1967)

Nuqud adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh masyarakat, baik
terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya, dan
diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas (Qal’ah Ji,1999).
Sesuatu yang dipandang sebagai uang harus memenuhi sekurang-kurangnya
dua syarat. Pertama, substansi benda tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara
langsung melainkan hanya sebagai media untuk memperoleh manfaat;
dan kedua, dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk menerbitkan
uang, yaitu Amir yang sah.

Atsman
Arti lain; qimah, yakni nilai sesuatu, dan “harga pembayaran barang yang dijual”
yakni sesuatu dalam bentuk apa pun yang diterima oleh pihak penjual sebagai
imbalan dari barang yang dijualnya; sedangkan dalam tataran fiqih, kata itu
digunakan untuk menunjukkan uang emas dan perak. Al-Ashfahani (1961)
Istilah Lain
Fulus
Fulus (bentuk jamak fals) digunakan untuk pengertian logam bukan emas dan
perak yang dibuat dan berlaku di tengah-tengah masyarakat sebagai uang dan
pembayaran, misalnya terbuat dari perunggu, tembaga, atau besi.

‘Umlah
‘Umlah yang memiliki dua pengertian; pertama, satuan mata uang yang berlaku
di negara atau wilayah tertentu, misalnya ‘umlah yang berlaku di Yordania
adalah Dinar dan di Indonesia adalah Rupiah; kedua, mata uang dalam arti
umum sama dengan nuqud. Namun demikian, para ulama fiqih pada umumnya
lebih banyak menggunakan istilah nuqud dan tsaman dari pada istilah lainnya.

Sikkah
Sikkah (bentuk jamaknya adalah sukak) dipakai untuk dua pengertian; pertama,
stempel besi untuk mencap (mentera) mata uang, dan kedua, mata uang dinar
dan dirham yang telah dicetak dan distempel (diotorisasi).
Istilah Lain
Qirthas
Qirthas adalah uang kertas yang sekarang dipergunakan yang dikenal juga
sebagai legal tender. Uang kertas tidak memiliki nilai tapi ‘dianggap’ bernilai
karena otoritas yang menerapkan nilai itu atasnya. Istilah ini tidak dikenal dalam
fiqh maupun sejarah Islam tapi sudah digunakan sebagai badal/pengganti dari
emas ataupun perak sejak lama (istilahnya underlying value). Namun sejak
Kesepakatan Bretton Woods 1944, kertas menjadi uang (fiat money) dan bukan
badal/pengganti dari emas/perak.

Beberapa ulama mengharamkan penggunaan kertas sebagai uang karena tidak


memiliki nilai intrinsik yang dibawa dan hal ini merupakan riba.
Fiat money
Syeikh Muhammad Taqi Usmani:
Faktor yang membedakan uang dengan komoditas.
1. Uang tidak memiliki kegunaan instrinsk (intrinsic utility). Dalam istilah
ekonomi, uang hanya memiliki value in exchange sementara komoditas
memiliki value in exchange dan value in use sekaligus.
2. Uang tidak memerlukan kualitas untuk menentukan nilainya, dalam artian
uang kertas Rp 100,000 yang sudah lusuh terbitan tahun 2007 dengan uang
kertas Rp 100,000 terbitan 2015 memiliki daya beli yang sama.
3. Uang tidak memerlukan spesifikasi ketika berlakunya transaksi, sementara
komoditas mempunyai sifat yang spesifik ketika berlakunya transaksi.
Sebagai contoh, jika kita ingin membeli barang kita akan memilih barang
yang kita inginkan sesuai selera kita, seperti warna, aksesoris pelengkap
lainnya. Artinya, jika si penjual menawarkan barang yang sama tapi
warnanya tidak sesuai dengan selera kita mungkin kita akan menolak.
Namun, uang tidak spesifik. Membeli barang seharga Rp100 ribu, bisa
dibayar 1 lembar Rp100 ribu, atau 10 lembar Rp10 ribu, atau 50 lembar Rp2
ribu.
Fiat money
 Uang kertas (fiat money) yang berlaku saat ini tidak memiliki nilai intrinsik
(intrinsic value). Uang kertas menjadi alat tukar yang sah melalui undang-
undang yang dikeluarkan sebuah negara yang menyatakan keabsahan uang
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa diterimanya uang kertas sebagai alat
pembayaran hanya dikarenakan faktor kepercayaan kepada pemerintah
yang menjamin keabsahan uang kertas tersebut. Artinya, apabila
kepercayaan itu hilang atau berkurang maka nilai uang tersebut akan
melemah (terdepresisasi) dikarenakan orang lebih banyak melepas, dengan
cara menjual uang tersebut, daripada ingin memilikinya. Karena jelas,
memilikinya tidak punya nilai intrinsik.
 Namun, perlu juga ditegaskan di sini bahwa uang fiat adalah uang yang sah
di sisi syariah. Memang, benar uang emas adalah uang yang paling baik dan
paling stabil nilainya, dan kalau kita bisa kembali menggunakan emas
sebagai standar nilai uang, sudah tentu sistem keuangan dunia akan jauh
lebih baik. Namun, mengklaim bahwa hanya emas atau perak saja yang
diakui Islam sebagai uang dan selain emas dan perak maka tidak sah, hal ini
adalah klaim yang berlebihan. Buktinya, Khalifah Umar pernah berniat untuk
menjadikan kulit unta sebagai mata uang, namun kemudian dinasihati
supaya tidak melakukannya, karena nantinya unta punah dari kehidupan.
Beberapa pendapat ahli fiqh mengenai uang
Al Ghazali
 Uang ibarat cermin tak berwarna, tapi dapat merefleksikan semua warna.
Uang tidak memiliki harga, namun merefleksikan harga semua barang.
[Dalam istilak ekonomi klasik: uang tidak memberikan kegunaan langsung
(direct utility function), namun dapat digunakan untuk membeli barang yang
bermanfaat].
 Penimbun uang adalah penjahat dan lebih buruk lagi jika ia melebur dinar
dan dirham menjadi perhiasan emas atau perak. Sebab, menimbun uang
berarti menarik uang dari peredaran untuk sementara, sementara melebur
uang berarti menarik dari peredaran untuk selamanya.
 Mencetak dan mengedarkan uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri
seribu dirham.
 Memperdagangkan dinar dengan dinar sama halnya memenjarakan uang
sehingga tidak uang lagi dapat berfungsi secara optimal.
 Menyatakan membolehkan peredaran uang yang tidak mengandung emas
dan perak, asalkan pemerintah menyatakan uang itu sebagai alat
pembayaran resmi
Ibnu Taimiyah
 Pada masa itu abad 12-13 M, fulus diperkenalkan sebagai mata uang dan
memberikan inspirasi pemerintahan Bani Mamluk untuk menambah jumlah
uang, dengan cara membuat uang baru dari tembaga.
 Karena perekonomian menjadi memburuk (karena nilai nominal tidak sesuai
dengan nilai intrinsik tembaga), Sultan Burquq mengimpor tembaga dari
eropa. Karena fulus beredar makin meluas, dirham menghilang dari
peredaran dan terjadi inflasi tinggi. Pada awal pemerintahan Bani Mamluk,
1 dirham = 2/3 perak + 1/3 tembaga…. Pada zaman Nasir = 2/3 tembaga
+ 1/3 perak.
 Ibnu Taimiyah menasehati sultan agar tidak melakukan seinorage,
mengambil untung dari pencetakan uang berupa selisih antara biaya
pencetakan dengan nilai nominal yang dicetak.
 Ibnu Taimiyah menyampaikan praktek impor tembaga merupakan bisnis
uang karena memicu inflasi, hilangnya kepercayaan masyarakat pada
stabilisasi nilai uang, menurunkan perdagangan dan mengalirkan logam ke
luar negeri.
 Masa era Nasir Hasan (1358) pemerintah menyatakan fulus yang beredar
tidak berlaku lagi.
Ibnu Khaldun
 Kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang, namun oleh
tingkat produksi dan neraca pembayaran positif (Ekpor > Impor). Du ahal
terakhir mendorng pembangunan, menyerap tenaga kerja, mendorong
tingkat permintaan masyarakat dan faktor produksi lainnya.
 Negara yang mampu mengekspor adalah yang mempu berproduksi lebih
besar dari tuntutan kebutuhan domestik dan lebih efisien dalam produksinya.
 Negara bisa mencetak uang sebanyaknya, namun hal ini tidak merefleksikan
pertumbuhan sektor produksi.

 Uang tidak harus mengandung emas dan perak. Yang paling utama adalah
menjadikan emas dan perak sebagai standar nilai uang, sementara
pemerintah menetapkan nilainya secara konsisten. Jika Rp100 ribu setara
dengan 0,2 gr emas, maka pencetakan uang baru nilainya juga harus sama,
tidak berkurang atau lebih. Oleh karena itu, harga emas dan perak harus
dijaga utnuk tetap konstan, sementara harga komoditas lain boleh
berfluktuasi.
Uang Menurut Ekonomi Konvensional
JUMLAH UANG BEREDAR

• Uang dalam Arti Sempit ( Narrow Money )


‘Uang Kartal’ dan ‘Uang Giral’ yang dikuasai oleh masyarakat dan
siap dibelanjakan.
- ‘Uang Kartal’ merupakan uang tunai ( logam dan kertas)
yang dikeluarkan pemerintah ( BI ) yang berada ditangan
masyarakat untuk digunakan.
- ‘Uang Giral’ merupakan selurah saldo rekening koran
( giro ) milik masyarakat yang ada di bank-bank umum.

Ms = K + D
Ms = Uang beredar
K = Uang Kartal ( currency )
L = Uang Giral ( demand deposit )
Uang dalam arti luas ( Quasi Money )

- Uang milik masyarakat yang disimpan di bank dalam


bentuk deposito berjangka ( time deposit ) atau tabungan.
- deposito berjangka dan tabungan disebut juga ‘Quasi
Money’ atau ‘Near Money’
- Jumlah uang beredar = Narrow Money + Quasi Money

Ms = Jumlah uang beredar


K = Uang Kartal
MsL= K=+Uang
D + T Giral
T = Deposito berjangka
Money Multiflier Process
Uang Inti (reserve money )

.
Uang yang dikeluarkan oleh Saldo Rekening Koran (Giro)
Bank Sentral (Pemerintah) +
Pada Bank Sentral

Di Masyarakat Umum Di Bank Umum + Milik Bank-Bank

Uang Kartal Cadangan Bank

Sebagai Jaminan

Rekening Giro pada Bank


Milik Masyarakat

Jumlah Uang Beredar (JUB)

Anda mungkin juga menyukai