Anda di halaman 1dari 38

SEJARAH

PEMIKIRAN
EKONOMI ISLAM
Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
• Great gap selama 500-an tahun dalam sejarah pemikiran ekonomi
pada dark age di barat (sebagaimana disinyalir oleh schumpeter).
Disisi lain dunia Islam justru mencapai kegemilangan.
• Terjadi Transformasi pemikiran ekonomi (demikian pula ilmu
pengetahuan secara umum) dari Islam ke barat pada abad
pertengahan. Banyaknya kesamaan/kemiripan antara pemikiran
sarjana muslim & barat, memunculkan beberapa dugaan :
a. terjadi dua kebetulan yg sama antara pemikiran sarjana
muslim dan barat.
b. sarjana barat dipengaruhi oleh pemikiran sarjana muslim.
c. sarjana barat melakukan plagiasi atas karya para sarjana
muslim
Komparasi Sejarah Pemikiran Ekonomi Dunia Islam & Barat
Plato, Aristoteles, Xenophon dll :
Abad 2-4 SM
Mengecam pembungaan uang
Ekonomi rumah tangga
Awal Masehi Abad ke 7 M:
Bibel :
Etika & moralitas, bisnis, riba dll Quran & Hadist
Sumber hukum tertinggi, pedoman hidup lengkap

g Abad 7-11M (fase dasar)


-Abu Yusuf (798)
r Keuangan negara, perpajakan, mekanisme harga
e Peranan negara, peranan pasar.
-Muh. Bin Hasan (750)
a Pentingnya perdagangan, pertanian, parteneship,
t Abad 10 Mudharabah, teori konsumsi .
-Abu Ubayd
Keuangan publik, kompesium ekonomi Rasulullah
g -Ibnu Maskawih
Peranan pertukaran uang, stabilitas emasb& moneter
a -Mawardi.
p Mekanisme pasar, peranan pengawas pasar, tanah

Abad 11-15 fase kedua


Abad 13 scholastik -Al Gazali (1111)
St. Thomas (1274): mengutuk bunga (dosa) Perilaku ekonomi, mekanisme pasar, stabilitas uang dan
Emas, elastisitas prmintaan, spesialisasi, perdagangan dll
-Ibnu Taimiyah (1328)
Mekanisme & konsep harga, mekanisme pasar bebas
Abad ke 16-18 Markantilisme Peranan pemerintah, beban pajak & uang dll
Jean Bodiin :hubungan uang, barang & monopoli -Ibnu Khaldun (1404)
Thomas Mun : manfaat dagang menjual>mengkonsumsi Pembagian keraj, uang & harga, produksi & distribusi
David Hume : hubungan uang-harga Perdagangan internasional, pertumbuhan & pemerataan
-Nasirudin Tusi (1442)
Political economy, peranan tabungan, perilaku konsumsi
Abad 17-18 Psiokrasi
Laissez faire laisszes passer
Quesney : perekonomian sistim yang analog
dg kehidupan biologis manusia

Abad ke 16-19 fase ketiga


Abad 18-19 Klasik Shah Waliullah 1762
Adam Smith 1776 : Tonggak ekonomi modern, Relasi ekonomi-sosial, larangan judi spekulasi, riba.
kemakmurantergantung proDuktifitas, manusia self Distribusi SDA, perpajakan, teori perilaku konsumsi.
interest, mekanisme pasar bebas, teori nilai, pembagian Muhammad Iqbal (1873-1938)
tenaga kerja dll. Kritik kapitalisme sosial, tugas negara, zakat
Robert Malthus 1798: Disekuilibrium pertumbuhan
penduduk & pangan, kontrol populasi. Abad 19
David Ricardo 1817: distribusi kekayaan, keunggulan
komparatif, analisis marjinal.
JB Say 1832 : keseimbangan demand supply.
J Stuart Mill 1873 : elastisitas permintaan
Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
• Ekonomi Islam muncul pertama kali bersamaan dengan lahirnya ajaran
Islam (pada abad ke 7 M)karena ajaran Islam tidak hanya memberikan
panduan ritual, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat.
• Sejarah perekonomian Islam pada dasarnya bersumber dari ide dan
praktek ekonomi yang dilakukan oleh Muhammad saw dan para
sahabatnya serta pengikutnya sepanjang zaman.
• Deversifikasi praktek ekonomi dilakukan masyarakat muslim setelah
masa nabi Muhammad saw, bisa dianggap sebagai acuan sejarah ekonomi
Islam selama tidak bertentangan dengan ajaran ekonomi Islam.
• Periodeisasi sejarah pemikiran ekonomi Islam dikategorikan menjadi :
1. Periode pertama (Masa awal Islam 450 H/1058M).
2. Periode kedua (450-850H/1058-1446M).
3. Periode ketiga (850-1350H/1446-1932M).
4. Periode kontemporer (1350H – sekarang/ 1932M – sekarang)
Sejaraha Ekonomi Islam.
(pada masa Rasulullah SAW)

• Ekonomi Islam diterapkan Rasulullah SAW setelah


hijrah dari Mekah ke Yathrib (Madinah).
• Setelah menata bidang politik dan pemerintahan
(konstitusional, tahap selanjutnya Rasulullah menata
bidang ekonomi & sosial.
Sejaraha Ekonomi Islam
(pada masa Raulullah SAW)

• Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi Islam (pada masa Rasulullah SAW) adalah :


1. Kekuasaan tertinggi adalah Allah dan Allah adalah pemilik absolut atas
semua yang ada.
2. Manusia merupakan kalifah Allah di bumi tapi bukan pemilik yg
sebenarnya.
3. Semua yg dimiliki & didapat manusia adalah karena seizin Allah, oleh
karena itu saudara2nya yg kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaannya.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk atau ditimbun.
5. Kekayaan harus berputar
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuk harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dalam perekonomian, hal
tersebut dapat menghapus konflik antar golongan.
8. Menetapkan kewajiban yg sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu termasuk masyarakat miskin
Sejaraha Ekonomi Islam
(pada masa Raulullah SAW)
Sistim pencatatan penerimaan negara tersebut diawal pemerintahan
Rasulullah SAW tidak dilakukan, namun demikian bukti penerimaan
dan distribusi dilakukan dengan rapi, karena :
a. Jumlah orang Islam yg bisa membaca & menulis masih sedikit.
b. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat sederhana baik
distribusi maupun penerimaan.
c. Sebagian dari zakat didistribusikan secara lokal.
d. Bukti penerimaan dari berbagai daerah berbeda-beda & tidak
umum digunakan.
e. Ghanimah umumnya dibagikan setelah terjadi peperangan.
KONSEP MAKRO EKONOMI ISLAM I
• Islam memiliki khasanah fiqih
muamalah yang sangat kaya dan
luas, diantara khasanah tersebut
adalah prinsip Syirkah al Inan, al
Mudharabah, Bai’as Salam, bai’al
Istishna, Bai’al Murabahah, Ijarah,
hawalah, ar Rahn, al Wakalah, al
Qardh dan al Ajr wal Umulah.
• Khasanah fikih muamalah selain bersumber
dari Quran dan hadis juga bersumber dari Kitab
atau karya-karya para ulama antar lain :
1. al-Kindi, 2. al Ghazali,
3. Ibnu Rusd, 3. al-Khaawrizmi,
4. Ibnu Khaldun, 5. Ibnu Haitam,
6. Ibnu Hazm, 6. al-Farabi,
7. Jabir Ibnu Hayam, 8. Ibnu Sina,
9. Ibnu hajja. 10. Ar razi dll.
Bahkan beberapa ekonom barat yang terinspirasi karya ekonom
muslim
adalah :
• Teori Pareto Optimum diambil dari kitab Nahjul Balaqah Imam
Ali.
• Abu Yusuf (798 M) dalam kitabnya al-Kharaj yang menulis
tentang tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan rakyat.
• Adam Smith (1776) dengan bukunya The Wealt of Nation banyak
terinspirasi oleh buku al-Amwal-nya Abu Ubaid (838 M).
• Teori Leffer’s Curve yang diciptakan oleh Leffer (penasehat
ekonomi Presiden Ronald Reagan) teori ini diciptakan pada saat
krisis yang melanda Amerika diakhir masa jabatan Reagen yang
pertama dan terori ini cukup ampuh untuk menanggulangi krisis
tsb. Leffer berterus terang bahwa teorinya terinspirasi oleh buku
Ibnu Khaldun (1404 M).
Dalam buku The Wealth of Nation karya Adam Smith (1776 M)
yang terdiri dari lima jilid.
Dalam jilid ke lima bab pertama, Adam Smith
membandingkan masyarakat dengan tingkat perekonomian
yang berbeda (bangsa dengan ekonomi terbelakang dan
bangsa dengan ekonomi maju)

Contoh masyarakat terbelakang adalah masyarakat Indian di


Amerika, sedangkan contoh masyarakat ekonomi maju
adalah bangsa Arab dan Tartar.
Adam Smith menjelaskan, bangsa arab
yang dimaksud adalah yang dipimpin
oleh :

“Mohamet and his immediate


successor”
atau lebih tepatnya Rasululloh saw dan
Khulafaur Rasyidin
Tepatnya pada 774 M, Raja Offa yang
berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin
emas yang merupakan direct copy dari
dinar Islam berikut tulisan Arabnya.
Yang uniknya koin (uang) tersebut
mencatumkan kalimat Laa ilaaha illallah,
Muhammad Rasululloh dan juga dua buah
salib kecil, karena Raja Offa bergama Nasrani.
Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah saw

• Kharaj (sejenis pajak tanah),


• Zakat, kums (pajak 1/5),
• jizya (sejenis pajak atas badan orang non Muslim) dan
• penerimaam lain-lain (diantaranya Kaffarah/denda).
• Ushr (pajak)
• Ghanimah (pampasan perang)
• Amwal Fadhla (Muslim yg meninggal tanpa ahli waris).
• Nawaib (pajak bagi kaum muslim yg kaya u/ keperluan
negara yg sifatnya darurat.
Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah SAW

Sumber penerimaan negara


meliputi
Dari kaum muslim Dari kaum non muslim Dari masyarakat umum
1. Zakat.
2. Ushr (5-10%) 1. ghanimah.
3. Ushr (2,5%) 2. Fa
4. Zakat fitrah. 1. jizya. 3. Uang tebusan
5. Wakaf. 2. Kharaj 4. Pinjaman dari kaum
6. Amwal Fadhla 3. Ushr (5%) muslim
7. Nawaib 5. Hadiah dari pemimpin/
8. Sadaqah yag lain negara lain
9. khums
• Penerimaan zakat dan kums dihitung secara proporsional,
secara ekonomi hal ini akan menciptakan built-in stability
(hal ini akan menstabilkan harga dan menekan inflasi).
• Sistim zakat perniagaan dihitung dari hasil usaha (tax on
quasi rent) sehingga tidak mempengaruhi harga dan
jumlah penawaran. Ini berbeda dengan sistim Pajak
pertambahan nilai (Ppn) yang ada sekarang yg dihitung
atas harga barang, sehingga harga barang bertambah
mahal dampak jumlah yang ditawarkan lebih sedikit (up-
ward shift on supply curve).
• Sedangkan zakat ternak, Islam menerapkan sistim yang
progresif untuk memberi insentif peningkatan produksi.
Makin banyak ternak yang dimiliki makin kecil zakat yang
harus dibayar, ini akan mendorong skala produksi yang
lebih besar dan terciptanya efisiensi biaya.
Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah saw

Disisi pengeluaran, terdiri dari pengeluaran


untuk :
• dakwah,
• pendidikan dan kebudayaan,
• iptek,
• hankam,
• kesejahteraan
• social dan
• belanja pegawai
Peranan Institusi keuangan publik
• Peranan Baitul Maal (Keuangan Publik)
adalah
1. Menampung sumber penerimaan negara dan mendistribusikannya ke
berbagai sektor.
2. Pengelolaan keuangan negara langsung dibawah pengawasan
Rasulullah dengan sekretaris khusus.
3. Sebagian besar disalurkan untuk kebutuhan ekonomi, social dan
budaya.
4. Sistim distribusidan sangat fleksibel (tidak birokratis)
Kebijakan moneter sejak zaman Rasulullah
SAW
• Kebijakan dilaksanakan tanpa mungganakan instrumen bunga.
• Perekonomian jazirah Arab sebagian besar adalah sektor perdagangan
(bukan ekonomi yang berbasis sumber daya alam).
• Mitra dagang terbesar adalah Parsia dan Roma.
• Persyaratan untuk melakukan transakasi adalah alat pembayaran yang
dapat dipercaya yaitu Dinar dan Dirham.
1. kedua koin tersebut memiliki berat yang tetap dan
2. memiliki kandungan emas dan perak yang tetap,
3. nilai satu dinar sama denga sepuluh dirham.
• Secara alamiah transaksi yang beredar didaerah Mesir atau Syam
menggunakan Dinar sebagai alat tukar, sementara di kekaisaran Persia
menggunakan Dirham.
• Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah Kekaisaran Persia dan Roma
menyebabkan perputaran uang semakin meningkat.
• Selama pemerintahan Nabi uang tidak dipenuhi dari keuangan negara
semata melainkan dari hasil perdagangan dengan luar negri.
Kebijakan moneter sejak zaman Rasulullah
SAW

• Karena tidak adanya pemberlakukan tariff dan bea


masuk pada barang impor, uang diimpor dalam jumlah
cukup untuk memenuhi permintaan internal.
• Pada sisi lain nilai emas dan perak pada kepingan
Dirham maupun Dinar sama dengan nilai nominal (face
velue) uanganya (sehingga dapat dipergunakan
sebagai hiasan atau ornamen).

Dapat disimpulkan bahwa awal periode Islam penawaran


uang
(Money Supply) terhadap pendapatan sangat elastis.
Kebijakan moneter sejak zaman Rasulullah
SAW

• Selain Dirham dan Dinar, alat pembayaran yang


digunakan pada awal periode Islam khususnya para
pedagang besar dan bereputasi tinggi adalah :
1. Surat wesel dagang dan
2. Surat hutang
• Meningkatnya perdagangan antara Yaman dan Syam
menciptakan kemungkinan untuk menerbitkan dan
menerima alat pembayaran lainnya yaitu surat wesel
tagih atau surat hutang diantara pedagang,
• Pada masa kekalifahan Umar Ibn Khatab, diterbitkannya
surat pembayaran yg disebut dengan Saq, yg saat ini
dikenal dg sebutan “cek” yang penggunaannya dapat
diterima masyarakat.
Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW

• Pemercepatan peredaran uang.


Dengan sistim pemerintahan yang legal dan perangkat
hukum yang tegas dalam menentukan peraturan etika
dagang dan penggunaan uang, maka hal-hal yang dilarang
adalah :
1. Larangan terhadap Kanz (penimbunan uang untuk spekulasi)
cenderung mencegah dinar dan dirham kelaur dari perputaran.
2. Larangan praktek bunga mencegah tertahannya uang ditangan
pemilik modal.
Sedangkan pemercepatan peredaran uang, Rasul
mendorong masyarakat untuk mengadakan kontrak
kerjasama dan mendesak mereka untuk memberikan
pinjaman tanpa bunga sehingga lebih memeprkuat
peredaran uang.
Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Kebijakan fiskal terhadap nilai uang.
1. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
kaum Muslim dalam melakukan aktivitas produktif
dan ketenagakerjaan.
2. Rasulullah mendesak golongan Anshar dan Muhajirin
untuk melakukan perjanjian Mudharabah (bagi hasil),
Muzara’a (pembagian panen) dan Musaqat (satu pihak
menyediakan kebun, pihak lain mengatur irigasi dan j
jasa tenaga kerja).

dengan kerjasama ini meningkatkan penawaran agregat


masyarakat yang berdampak pada stabilitas nilai uang
ketingkat equilibrium yang tinggi.
Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Mobilisasi dan utilitas tabungan.
Pihak pemilik dana dan enterprenuer bekerjasama dengan
exente agreement share yang menghasilkan nilai tambah.
Karena kegiatan ekonomi saat itu adalah jasa, agricultural,
perdagangan, dan kerajinan, bentuk hukum yang sesui
kegiatan tersebut adalah Mudharabah, Muzara’ah, Musaqat
dan Musyarakah.
Tabungan yang dimiliki oleh masyarakat (investor)
dialokasikan untuk perdagangan dan Kerajinan, sedangkan
assets fisik seperti tanah peralatan digunakan untuk
gricultural.

Dengan bimbingan Rasulullah kaum Muhajirin dan Ansar


bekerjasama dengan share 50% :50%
Kebijakan Fiskal Khalifah Umar ibnu
Khatab

• Administrasi telah ditata dengan dengan


pencatatan double entry system,
penataan ini sejalan dengan makin
bertambahnya pemeluk Islam dan luas
wilayahnya
• Selain Baitul Maal pusat didirikan pula
Baitul Maal distrik, propinsi dan lokal
Kebijakan Fiskal Khalifah Umar ibnu
Khatab
• Disisi pengeluaran, pembangunan infrastruktur mendapat
perhatian besar.
• Memerintahkan Gubernur Mesir, Amr Ibn Ash untuk
membelanjakkan sepertiga APBN untuk :
1. Melakukan penggalian kanal dari Fustat (Kairo) ke Suez
untuk memudahkan transoprtasi dagang antara
semenanjung Arab dan Mesir.
2. Juga membangun dua kota bisnis : Kufa (untuk bisnis
dengan Romawi) dan Basra (bisnis dengan Persia).

Catatan
APBN jarang sekali mengalami defisit, karena pengeluaran hanya
dilakukan apabila ada pemasukan (sistim cash bassis).
Kebijakan Moneter Khalifah Umar ibnu
Khatab

• Diiterbitkannya surat pembayaran cek


yang penggunaannya dapat diterima
masyarakat.
• Menginstruksikan untuk mengimpor
sejumlah barang dagangan dari Mesir ke
Madinah, karena barang yang diimpor
dalam jumlah yang besar sehingga
distribusinya menjadi terhambat, Oleh
karena itu Khalifah Umar menerbitkan
saq/cek kepada yang berhak
Kebijakan Fiskal pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib
Tugas Baitul Maal diatur dan diuraikan sebagi
berikut :
• Mengatur dan mengurus permasalah dan
kebutuhan masyarakat.
• memeperbaharui kota tua dan membangun
yang baru.
• mengumpulkan kharaj.
• mempersiapkan pertahanan negara.
Kebijakan pembangunan pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib

• Pembangunan sektor-sektor umum yang


diorganisasi masing-masing distrik.
• Penetapan secara rinci tingkat ekonomi
dalam masyarakat dan menjamin bagian
masing-masing orang (Ia mengatakan
setiap individu mendapatkan bagian
pada pendapatan nasional)
• Menekankan kepada para gubernur
untuk benar-benar mendistribusikan
pendapatan kepada kelompok
masyarakat sehingga tercapailah
Kebijakan Moneter pada jaman khlifah
Ali bin Abuthalib
• Dinar dan Dirham merupakan satu-
satunya mata uang yang dipakai.
• Pada masa pemerintahan Imam Ali, Islam
mencetak uang sendiri, namun demikian
masa pemerintahan Imam Ali tidak terlalu
lama (-/+ 4 tahun), sehingga uang yang
dicetak tersebut tidak dapat beredar
luas. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa penawaran uang selama masa itu
sama seperti pada masa Nabi
Kesimpulan
• Tidak ada satu pun instrumen
kebijakan moneter yang digunakan
pada masa awal periode keislaman.
• Karena penggunaan uang sebagai
alat tukar, tidak ada alasan untuk
melakukan perubahan supply uang
melalui kebijakan diskresioner.
KONSEPMAKRO
EKONOMI ISLAMII
(Sektor Keuangan)
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
• Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dimuka bumi
ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT (kepemilikan oleh
manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan
ketentuanNya).
• Status harta yang dimiliki manusia adalah :
1. Harta sebagai amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT.
2. Einstain berpendapat, manusia tida mampu menciptakan
energi, yang mampu manusia lakukan adalah mengubah
dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain.
5. Harta sebagai perhiaasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa meninkmati dengan baik dan tidak berlebihan.
6. Harta sebagai ujian keimanan. (menyangkut cara
mendapatkan dan memanfaatkan.
7. Harta sebagai bekal ibadah
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
• Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha
(a’mal) atau mata pencaharian (ma’isyah).
• Dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang dapat melupakan
kematian (Q.S. At Takatsur: 1-2), melupakan Dzikurullah (Q.S. Al
Munafiqun: 9), Melupakan shalat & Zakat (Q.S. An Nur: 37), dan
memusatkan kekayaan pada sekelompok orang saja (Q.S. Al Hasyr: 7).
• Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :
1. Kegiatan Ribawi (Q.S. Al Baqarah: 275-281).
2. Berjual beli barang yang dilarang atau haram (Q.S. Al Maidah: 90-91).
3. Mencuri/merampok/penggasaban (Q.S. Al Maidah: 38).
4. Curang dalam takaran dan timbangan (Q.S. Al Muthaffifin: 1-6).
5. Melalui cara-cara yang bathil dan merugikan (Q.S. Al Baqarah: 188).
6. Melalui cara suap menyuap (H.R Imam Ahmad).
Sektor Lembaga Keuangan
1. Secara implisit didalam Al Quran dan Hadist
tidak tercantum istilah “bank”.
2. Fungsi perbankan secara partial telah
diaplikasikan sejak zaman Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin (yaitu menerima
simpanan, menyalurkan dana dan
memberikan jasa pengiriman uang)
Sektor Lembaga Keuangan
Fungsi perbankan secara partial (satu orang melakukan satu
fungsi dari perbankan) tersebut adalah :
• Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekah untuk menerima simpanan harta, sehingga pada saat hijrah
ke Madinah, beliau meminta kepada syaidina Ali ra untuk mengembalikan
semua titipan itu kepada yang memiliki, yang dititipi tidak dapat
memanfaatkan harta titipan tersebut. (Wadiah ad Amanah).
• Sahabat Rasulullah, Zubair bin al Awwam lebih suka menerima titipan dalam
bentuk pinjaman yang memiliki hak untuk memanfaatkan (Wadiah at
Dhomanah). Karena bentuknya pinjaman maka ia wajib mengembalikan utuh.
• Penggunaan cek (media pembayaran yang pada waktu itu istilahnya “saq”)
telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri
Syam dan Yaman.
• Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek tersebut
kemudian mereka mengambil gandum di Baitul Mal.
• Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti Mudharabah,
Musyarakah, Muzara’ah, Musaqah telah dikenal sejak awal diantara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.
Sektor Lembaga Keuangan
• Ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu tumbuh dan
berkembang dizaman Bani Abbasiyah, dan lebih berkembang pesat
lagi setelah beredarnya jenis mata uang
• Pada zaman Abbasiyah, pada saat pemerintahan Muqtadir (908-932 M).
Saat itu setiap wazir mempunyai bankir sendiri, misalnya Ibnu Abi Isa
menunjuk Ali Ibn Isa ; Hamid Ibnu Wahab mnunjuk Ibrahim Ibnu
Yuhana.
• Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya alat pembayaran saq (cek) sangat luas sebagai media
pembayaran.
• Perbankan saat itu tidak menggunakan konsep bunga dalam
operasionalnya, namun menggunakan konsep bagi hasil disisi
penghimpunan dananya, dan jual beli, gadai, sewa dan bagi hasil disisi
pembiayaannya.

Anda mungkin juga menyukai