Anda di halaman 1dari 14

Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.

2 (Juli, 2017), Hal 217-230


Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

UANG DALAM PANDANGAN ISLAM


Juliana
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. DR. Setibudi No. 229, Bandung. Indonesia
julian@upi.edu

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan bergulirnya konsep Gresham dan Fungsi
turunan uang yang menyebabkan uang telah mengalami pergeseran dari fungsi aslinya.
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan sekaligus merekonstruksi fungsi uang dalam
pandangan Islam. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah kualitatif dengan
menggunakan literur review yang di ambil dari beberapa buku dan sumber bacaan yang
relevan. Adapun hasil penelitian ini menyatakan bahwa dengan adanya teori Grasham,
menyebabkan uang “baik” hilang dan tergantikan oleh uang yang “jelek”. Hal ini berkorelasi
dengan adanya fungsi turunan uang yang berdampak uang “baik” lebih banyak di timbun dan
tidak beredar di masyarakat. Adapun perspektif Islam, aktivitas menimbun uang tidak
dibenarkan dan bertentangan dengan dalil syara. Adapun fungsi uang hanya dua yaitu, satuan
hitung dan sebagai alat tukar aktivitas.

Keyword: Teori Gresham, Fungsi Uang, Menimbun Emas, Uang Emas dan Perak

Abstract
This research is motivated by the rolling of the Gresham concept and the derivative
function of money that causes the money to have shifted from its original function. This paper
aims to describe as well as reconstruct the function of money in the view of Islam. The
method used in this research is qualitative by using a review literature taken from several
books and relevant reading sources. The results of this study states that with the theory of
Grasham, cause money "good" lost and replaced by money "bad". This is correlated with the
existence of a money derivative function that affects "good" money more in heap and does not
circulate in the community. As for the Islamic perspective, the accumulation of money is not
justified and contrary to the argument of syara. The function of money only two that is, unit
count and as a tool of activity exchange.

Keyword: Gresham Theory, Money Function, Stockpiling of gold, Gold and Silver Money

I. PENDAHULUAN
Dalam sistem ekonomi, keberadaan sulit untuk diganti dengan variabel
uang merupakan hasil inovasi besar dalam lain. Oleh karena itu, uang merupakan
evolusi perekonomian dunia. Sebagai salah bagian suatu fungsi yang terintegrasi
satu bagian variabel penting dalam dalam suatu perekonomian. Uang
perekonomian, maka posisi uang merupakan bagian yang tidak dapat
dipandang sangat strategis fungsinya di dipisahkan dalam suatu sistem ekonomi
dalam sebuah bingkai sistem ekonomi dan modern (Pujiyono, 2004)
217
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

Begitupun dalam sistem ekonomi dalam pembayaran tunda, kerena usaha


modern saat ini, uang merupakan media yang dilakukan saat ini tidak ada kepastian
tukar yang dapat memperlancar proses di masa depan, ‘Dan tiada seorangpun
berputarnya roda pembangunan ekonomi. yang dapat mengetahui secara pasti apa
Uang memungkinkan perdagangan dan yang akan diusahakannya' (QS. Luqman:
transaksi ekonomi dapat dilaksanakan 34). Meski demikian, risk return profile
secara efisien, sehingga dapat mencapai tetap dilakukan dengan analisa rasional
tingkat spesialisasi optimum dengan ekonomi, bukan sebagaimana mekanisme
disertai peningkatan produktifitas. Dalam yang telah ditetapkan melalui tingkat
proses perkembangannya, penggunaan bunga tetap (fixed rate). Adanya fluktuasi
uang kertas merupakan evolusi yang dan ketidakstabilan uang kertas dengan
sangat fondamental dalam perekonomian. sistem bunga inilah yang membedakannya
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan dengan uang emas sebagai standar
kajian kritis terhadap teori Grasham serta moneter.
telaah pustaka tentang dinar sebagai sistem Dalam sejarah komoditi uang
standar tunggal emas ditinjau menurut sebagai standar, terdapat dua standar yang
sistem moneter Islam. umum digunakan yaitu standar emas (gold
Menurut (Pujiyono, 2004) dalam currency standards) dan standar perak
tulisannya yang berjudul Sistem Standar (silver currency standards). Meski
Tunggal Emas bagi Negara Mayoritas demikian secara umum dapat didefinisikan
Muslim dalam Sistem Ekonomi Global sebagai satuan moneter dari emas dengan
menyatakan bahwa Uang adalah ukuran tertentu terhadap satu satuan mata
timbangan atas nilai suatu barang, yang uang (termasuk perak) dan mendapat ijin
identik dengan fungsi uang sebagai alat penuh dalam mengkonversi antara emas
pengukur nilai. Lebih lanjut dia dengan uang dan antara uang dengan
mengatakan bahwa sebagai pengukur nilai, emas. Hubungan mekanis emas dan satuan
uang seharusnya memiliki standar ukur moneter jelas akan mendorong keyakinan
yang benar. akan nilai unit moneter. Hal inilah yang
Dalam Al-Quran sendiri dijelaskan menjamin stabilitas terhadap sistem
“Dan sempurnakanlah takaran dan moneter.
timbangan dengan adil” (Al-An' Am : Berbicara terkait uang emas atau
152). Uang sebagai penyimpan nilai dalam hal ini penulis sebut dengan Dinar,
diharapkan juga mampu berbuat adil maka menimbulkan polemik pro dan

218
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 217-230
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

kontra dikalangan masyarakat khususnya Tidak beda jauh, Peter Bernstein


para akademisi. Hal ini sangat wajar seorang pakar keuangan terkemuka dunia
terjadi karena disebabkan diantara mengatakan secara terbuka bahwa: “Gold
masyarakat ada yang menggunakan sudut is the ultimate certainly and escape from
pandang ekonomi yang cenderung risk”. Ketika semua mata uang kertas
berbeda, namun disatu sisi tidak sedikit berjatuhan, emas akan menunjukkan
dari masyarakat khususnya para intelektual kesaktiannya. Ketika fiat money satu
muslim menggunakan sudut pandangan persatu berjatuhan, emas (Dinar)
ekonomi Islam. Bahkan yang menarik lagi menunjukkan nilai yang stabil dan
adalah bagi intelektual dan pakar ekonomi cenderung menguat terhadap mata uang
barat sendiri yang objektif melihat bahwa kertas. Ungkapan senada juga dilontarkan
terkait penggunaan emas adalah sistem oleh Jerome F Smith “As fewer and fewer
moneter paling baik yang lebih stabil dan people have confidence in paper as store
tahan terhadap inflasi. of value, the price of gold will continue to
Hal ini sesuai pernyataan Alan rise”.
Greenspan (mantan Chairman The Fed), (Hamidi, 2007) menjelaskan bahwa
“Emas masih menjadi bentuk utama sejarah membuktikan emas bisa menjelma
pembayaran di dunia. Dalam kondisi manjadi mata uang yang sangat stabil
ekstrem, tidak ada yang mau menerima dibanding banding mata uang kertas (fiat
uang fiat. Tapi emas selalu diterima”. money) manapun, termasuk dolar. Pada
Begitupun menurut Cristopher Wood, tahun 1800 harga emas persatu troy ons
seorang analis Emerging Market CLSA, setara dengan 19,39 dolar AS, sementara
mengatakan “Emas adalah satu-satunya tahun 2004, satu troy ons emas senilai
jaminan nyata terhadap ekses-ekses 455,757. Dengan kata lain selama dua
keuangan massif yang masih dirasakan abad berlalu, emas mengalami apresiasi
dunia Barat. Wood juga mengatakan yang luar biasa sebesar 2.250 persen
ketika nilai tukar dolar anjlok, harga emas terhadap dolar”.
akan terus naik”. Hal yang sama Dari pemaparan diatas terlihat bahwa
disampaikan Robert Mundell, penerima emas merupakan solusi fundamental
nobel ekonomi memperkirakan bahwa terhadap sistem moneter international.
emas akan kembali menjadi bagian system Namun semua paparan diatas nyaris
keuangan internasional pada abad ke-21 terbantahkan akibat dari konsep atau teori
(Hamidi, 2007). Gresham yang menyatakan “bad money

219
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

out drive good money”. Teori ini keuntungan tanpa batas dengan
menjelaskan bahwa uang baik akan meminimalisir resiko serendah mungkin
tergantikan oleh uang yang jelak. Menurut telah menjebak para pelaku ekonomi untuk
sudut pandang penulis uang emas dan memposisikan uang pada tempat yang
perak atau dinar dan dirham dapat salah. Dampak yang nyata dari hal tersebut
digolongkan terhadap uang baik. sudah jelas, semakin mudah timbulnya
sebaliknya uang kertas (fiat money) gejolak ekonomi yang melanda negara-
menurut menulis merupakan uang yang negara dengan basis ekonomi dan politik
jelak. Maka berdasarkan teori Gresham yang lemah, tidak terkecuali Indonesia.
tersebut uang emas dan perak pasti
tergantikan oleh uang kertas. II. PEMBAHASAN
Asumsi ini terjadi ketika, mata uang A. Konsep Uang
fiat money dan uang emas beredar secara Banyak ekonom yang telah
bersamaan. Maka yang terjadi adalah uang mendefinisikan uang, salah satu
emas akan terkalahkan oleh fiat money, diantaranya menurut A.C.Pigau, dalam
karena uang baik (emas) akan banyak bukunya: “The Veil of Money”, dia
ditimbun dan pada akhirnya yang akan menejelaskan “Money are those things that
beredar di masyarakat adalah uang jelek are widely used as a media for exchange”.
atau uang kertas. Hal inilah yang menjadi Dengan kata lain, uang menurutnya adalah
salah satu penghambat penerapan sistem segala sesuatu yang umum dipergunakan
mata uang emas. Mereka menempatkan sebagai alat penukar (Manulang, 1993:
emas lebih banyak untuk di simpan dan 13). Adapun Robertson dalam bukunya:
sebagai penimbun kekayaan. Ini akibat “Money”, menjelaskan bahwa“Money is
dari fungsi turunan uang menempatkan something wich is widely accepted in
fungsi emas sebagai fungsi “Store of payments for goods”, yaitu segala sesuatu
Value” atau penyimpan kekayaan. yang umum diterima dalam pembayaran
Kenyataan di atas, jika dirunut lebih barang-barang (Suparmono, 1990).
jauh, berpangkal dari pergeseran fungsi Berdasarkan definisi-definisi di atas,
uang itu sendiri. Uang sudah sedemikian dapat disimpulkan bahwa uang adalah
jauh meninggalkan fungsinya aslinya dan segala sesuatu yang umum diterima
menemukan fungsi-fungsi baru yang sebagai alat penukar dan sebagai alat
sebenarnya tidak berakar dari watak pengukur nilai, yang pada waktu yang
aslinya. Motif ekonomi untuk meraih bersamaan bertindak sebagai alat

220
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 217-230
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

penimbun kekayaan” (Manullang, 1993). diperjualbelikan, menunjukkan besarnya


Dengan adanya uang, mampu kekayaan, dan menghitung besar kecilnya
menyediakan alternatif transaksi yang pinjaman. Uang juga dipakai untuk
lebih mudah daripada barter dan cocok menentukan harga barang/jasa (alat
digunakan dalam sistem ekonomi modern. penunjuk harga). Sebagai alat satuan
Selain itu, keberadaan uang mampu hitung, uang berperan untuk memperlancar
menciptakan Efisiensi, karena uang pada pertukaran.
akhirnya akan mendorong perdagangan Menurut Keynesian uang bukan
dan pembagian tenaga kerja yang hanya sebagai alat transaksi, tetapi juga
kemudian akan meningkatkan sebagai penyimpan nilai. Fungsi
produktifitas dan kemakmuran. penyimpan nilai inilah yang
memungkinkan uang di gunakan sebagai
B. Fungsi Uang alat memperoleh keuntungan, melalui
Secara umum, uang memiliki fungsi fungsi turunan lainya seperti spekulasi,
sebagai perantara untuk pertukaran barang penimbun kekayaan. pemindah kekayaan
dengan barang, juga untuk menghindarkan (modal), alat untuk meningkatkan status
perdagangan dengan cara barter. Secara sosial dan berjaga-jaga. Karena itu uang
lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi tidak bersifat netral.
dua: fungsi asli dan fungsi turunan. Fungsi
asli uang ada dua, yaitu sebagai alat tukar C. Konsep dan Teori Gresham
dan sebagai satuan hitung.Uang berfungsi Menurut kamus Bank Indonesia teori
sebagai alat tukar atau medium of Gresham mengatakan bahwa orang
exchange yang dapat mempermudah cenderung menggunakan uang lusuh
pertukaran. Orang yang akan melakukan (jelek) sehingga akan mengakibatkan uang
pertukaran tidak perlu menukarkan dengan yang masih baik keluar dari peredaran;
barang, tetapi cukup menggunakan uang misalnya, apabila terdapat dua macam
sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan mata uang yang nominalnya sama,
pertukaran dengan cara barter dapat diatasi seseorang akan terdorong untuk menahan
dengan pertukaran uang. uang yang baik dan menggunakan yang
Uang juga berfungsi sebagai satuan lusuh (gresham law).
hitung (unit of account) karena uang dapat Uang "bagus" adalah uang yang
digunakan untuk menunjukan nilai menunjukkan sedikit perbedaan antara
berbagai macam barang/jasa yang nilai nominal (nilai nominal koin) serta

221
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

nilai komoditas (nilai dari logam yang satu bentuk keharaman bagi seorang
dibuat, seperti logam mulia, nikel, atau muslim. Hal ini sesuai dengan salah satu
tembaga) Di sisi lain, uang "buruk" adalah firman Allah dalam Al Quran surat At
uang yang memiliki nilai komoditas yang Taubah ayat 34. Maksud dari ayat tersebut
jauh lebih rendah dari nilai nominalnya adalah adanya ancaman berupa siksaan
dan beredar bersama dengan uang yang yang pedih atas orang yang menimbun
baik, dimana kedua bentuknya diperlukan emas dan perak merupakan qarinah
untuk dapat diterima pada nilai yang sama (indikasi) yang menunjukkan bahwa
sebagai legal tender. larangan itu bersifat tegas (jazim).
Ketika tidak seorangpun yang Dengan demikian, menimbun emas dan
menginginkan penurunan nilai uang perak hukumnya haram. Keharaman itu
logam, yang terbuat dari logam lebih bersifat pasti dan umum.
murah dibandingkan dengan mata uang Untuk itu,dalam tulisan secara tidak
logam yang telah beredar, setiap orang langsung mengajak kembali kepada
berupaya untuk menukarkan uang “buruk” fungsi uang yang sebenarnya yang telah
ini dan dalam waktu yang sama dijalankan dalam konsep Islam, yakni
menyimpan uang “bagus”. Dengan sebagai alat pertukaran dan satuan nilai,
demikian, koin-koin yang lebih baik bukan sebagai penimbun kekayaan. Harus
mutunya, tidak lagi beredar dan koin-koin disadari bahwa sesungguhnya uang itu
yang lebih rendah kualitasnya yang hanyalah sebagai perantara untuk
dipakai sebagai alat untuk nilai pertukaran menjadikan suatu barang kepada barang
komersial inilah yang melatar belakangi yang lain.
lahirnya “Gresham Law” pada tahun 1858 An Nabhani menyatakan Islam telah
di Inggris. memberikan kebebasan kepada manusia
D. Uang Emas dalam Pandangan untuk melakukan pertukaran dengan
Ekonomi Islam mempergunakan apa saja yang dia sukai.
Fungsi turunan uang mengakibatkan Hanya saja, pertukaran barang dengan
uang menjadi objek komoditas dan satuan uang tertentu itu telah ditunjukkan
penimbun kekayaan yang bisa di jual oleh Islam satu sistem moneter. Dan Islam
belikan serta dapat di timbun. Sebagai telah menetapkan bagi kaum muslimin
salah satu efek dari fungsi turunan kepada jenis tertentu yaitu emas dan
tersebut yaitu adanya penimbunan emas. perak. Kesimpulan ini berdasarkan
Padahal penimbunan uang adalah salah

222
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 217-230
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

beberapa alasan berikut ( (An-Nabhani, perak dengan perak, maupun antar


1990) : jenis yang berbeda seperti membeli
1. Islam mengharamkan menimbun (al emas dengan perak.
kanz) emas dan perak larangan pada E. Fungsi Uang dalam pandangan
Al Quran surat At-Taubah ayat 34 di Ulama
tertuju pada penimbunan emas dan Konsep Gresham, jauh sebelumnya
perak, sebagai emas dan perak, dan sudah disinggung oleh seorang ulama yang
sebagai mata uang dan alat tukar. bernama Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah
2. Islam telah mengaitkan emas dan menyatakan bahwa uang yang buruk akan
perak dengan hukum-hukum yang menyingkirkan uang yang berkualitas baik
baku, seperti diyat dalam pembunuhan dari peredaran, leboh jelasnya Ibnu
sebesar 1000 dinar dan batasan bagi Taimiyah menyatakan apabila penguasa
potong tangan atas pencurian atas membatalkan penggunaan mata uang
harta yang mencapai ¼ dinar. tertentu dan mencetak jenis mata uang
3. Rasulullah SAW telah menetapkan yang lain bagi masyarakat, hal ini akan
emas dan perak sebagai mata uang, merugikan orang-orang kaya yang
dan menjadikan hanya emas dan perak memiliki uang karena jatuhnya nilai uang
sajalah sebagai standar uang. Dimana lama menjadi hanya sebuah barang. Ia
standar barang dan jasa akan berarti telah melakukan kedzaliman karena
dikembalikan kepada standar tersebut. menghilangkan nilai tinggi yang semula
4. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat mereka miliki. Lebih daripada itu, apabila
uang, maka Allah telah mewajibkan nilai intrinsik mata uang tersebut berbeda,
zakat tersebut untuk emas dan perak, hal ini akan menjadi sebuat sumber
kemudian Allah menentukan nishab keuntungan bagi para penjahat untuk
zakat tersebut dengan nishab emas dan mengumpulkan mata uang yang buruk dan
perak. menukarnya dengan mata uang yang baik
5. Ketika Islam menetapkan hukum dan kemudian mereka akan
pertukaran uang (sharf), Islam membawwanya ke daerah lain dan
menetapkan uang dalam bentuk emas menukarkannya dengan mata uang yang
dan perak. Sharf adalah menukarkan buruk di daerah tersebut untuk dibawa
atau membeli uang dengan uang, baik kembali ke daerahnya. Dengan demikian,
dalam jenis yang sama seperti nilai barang masyarakat akanmenjadi
membeli emas dengan emas atau hancur (Amalia, 2010).

223
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

Pada pernyataan diatas, Ibnu pihak membayar tunai sementara pihak


Taimiya menyebutkan akibat yang akan lainnya berjanji membayar dikemudian
terjadi atas masuknya nilai mata uang yang hari, kemudian pihak yang pertama tidak
buruk bagi masyarakat yang sudah akan bisa menggunakan uang yang
terlanjur memilikinya. Jika mata uang dijanjikan untuk bertransaksi sampai uang
tersebut kemudian dinyatakan tidak tersebut dibayar, hal ini berarti pihak
berlaku lagi sebagai mata uang, berarti pertama telah kehilangan kesempatannya
hanya akan diperlakukan sebagai barang (Amalia, 2010).
biasa yang tidak memiliki nilai yang sama Adapun menurut AL Ghazali
dibandingkan dengan ketika berfungsi memiliki pandang yang khas mengenai
sebagai mata uang. Disisi lain, seiring uang, hal itu di tulisnya pada bab as-
dengan kehadiran mata uang yang baru, Syukru, dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin. Al-
masyarakat akan memperoleh harga yang Ghazali membicarakan masalah uang yang
lebih rendah untuk barang-barang mereka digunakan manusia sebagai nikmat dari
(Amalia, 2010) Allah SWT, dengan sistem transaksi
Lebih jauh Ibnu Taimiyah Barter.43 Lebih jauh Al Ghazali
menyebutkan dua fungsi utama uang yaitu menjelaskan uang sebagai sesuatu yang
sebagai pengukur nilai dan media penting dalam peraturan bisnis,
pertukaran bagi sejumlah barang yang menurutnya, karena uang merupakan salah
berbeda. Ia menyatakan “atsman” (harga satu nikmat Allah yang harus ditempatkan
atau yang dibayarkan sebagai harga, yaitu sesuai dengan aturan-aturan-Nya (Al-
uang) dimaksudkan sebagai pengukur nilai Ghazali).
barang-barang (mi’yar al-amwal) yang Lebih jelasnya lagi kata al-Ghazali,
dengan jumlah nilai barang-barang uang (baca: dinar dan dirham) adalah
(maqodir al-amwal) dapat diketahui; dan Khadimani wa la khadimun la huma wa
uang tidak pernah dimaksudkan untuk diri muradani wa la yuradani, (alat untuk
mereka sendiri. mencapai suatu maksud, yakni sebagai
Berdasarkan pandangannya Ibnu suatu alat perantara saja dan tidak untuk
Taimiyah menentang keras segala bentuk yang lain). Dengan demikian, maka
perdagangan uang, karena hal ini definisi yang dikemukakan al-Ghazali
mengalihkan fungsi uang dari tujuan yang semakna dengan definisi-definisi lainnya.
sebenarnya. Apabila dua orang saling Akan tetapi diakui bahwa signifikansi
mempertukarkan uang dengan kondisi satu argumentasi dalam definisi yang

224
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 217-230
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

dikemukakan al-Ghazali adalah bahwa mengalir adalah public goods, sedangkan


uang ternyata hanya sebagai alat tukar yang mengendap merupakan milik
(Unit of Exchange) dan penengah seseorang dan menjadi milik pribadi
(Interdemiary) saja yang selanjutnya (private good).
dalam perekonomian modern uang sangat Islam telah lebih dahulu mengenal
penting dalam peraturan bisnis baik konsep public goods, sedangkan dalam
regional maupun internasional (Al- ekonomi konvensional konsep tersebut
Ghazali). baru dikenal pada tahun 1980-an seiring
Menurut al-Ghazali, ada dua fungsi dengan berkembangnya ilmu ekonomi
uang yang membuat orang dapat mudah lingkungan yang banyak membicarakan
memanfaatkannya. Pertama, Allah SWT. masalah externalities, public goods dan
Menjadikan (mata uang) dinar dan sebagainya. Konsep public goods
dirham, sebagai hakim dan dua penengah tercermin dalam sabda Rasulullah SAW,
(Double justice and coincident), diantara yakni “Tidaklah kalian berserikat dalam
harta benda-benda lain-lainnya. Sehingga tiga hal, kecuali air, api, dan rumput.”
dapat dipastikan harta benda itu dengan Persamaan fungsi uang dalam sistem
dinar dan dirham. Kedua, keduanya (dinar ekonomi Islam dan konvensional adalah
dan dirham) itu menjadi perantara kepada uang sebagai alat pertukaran (medium of
barang-barang yang lainnya (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of
exchange for goods and service) account), sedangkan perbedaannya
(Mardiana, 2014). ekonomi konvensional menambah satu
Dalam konsep ekonomi Islam, uang fungsi lagi sebagai penyimpan nilai (store
adalah uang, bukan capital, sementara of value) yang kemudian berkembang
dalam konsep ekonomi konvensional, menjadi “motif money demand for
konsep uang tidak begitu jelas, misalnya speculation” yang merubah fungsi uang
dalam buku “Money, Interest and Capital” sebagai salah satu komoditi perdagangan.
karya Colin Rogers, uang diartikan sebagai Padahal jauh sebelumnya, Imam al-
uang dan capital secara bergantian, Ghazali telah memperingatkan bahwa
sedangkan dalam konsep ekonomi Islam “Memperdagangkan uang ibarat
uang adalah sesuatu yang bersifat flow memenjarakan fungsi uang, jika banyak
concept dan merupakan public goods, uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal
sedangkan capital bersifat stock concept sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai
dan merupakan private goods. Uang yang uang.”

225
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

Dengan demikian, dalam konsep mereka akan mendapat) siksa yang


Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi pedih.(QS At Taubah: 34”)
utilitas karena manfaat yang kita dapatkan Menurut Yahya Abdurrahman selaku
bukan dari uang itu secara langsung, ahli tafsir mengatakan bahwa maksud dari
melainkan dari fungsinya sebagai ayat tersebut adalah adanya ancaman
perantara untuk mengubah suatu barang berupa siksaan yang pedih atas orang yang
menjadi barang yang lain. Dampak menimbun emas dan perak merupakan
berubahnya fungsi uang dari sebagai alat qarinah (indikasi) yang menunjukkan
tukar dan satuan nilai mejadi komoditi bahwa larangan itu bersifat tegas (jazim).
dapat kita rasakan sekarang, yang dikenal Dengan demikian, menimbun emas dan
dengan teori “Bubble Gum Economic”. perak hukumnya haram. Keharaman itu
bersifat pasti dan umum, alasannya:
F. Menimbun Emas dalam Pandangan Pertama: ayat ini bersifat umum
Ekonomi Islam berlaku untuk semua penimbunan emas
dan perak. Keharaman menimbun emas
       
dan perak dalam ayat ini ditunjukkan
     dengan penunjukan yang pasti. Penerapan
larangan menimbun dalam ayat ini hanya
     
untuk emas dan perak yang tidak
      dikeluarkan zakatnya, atau dengan kata

      lain membolehkan penimbunan emas dan
perak setelah dikeluarkan zakatnya,
Artinya:
memerlukan adanya nash lain yang
“Hai orang-orang yang beriman,
memalingkan larangan dalam ayat ini atau
Sesungguhnya sebahagian besar dari
yang me-nasakh-nya. Padahal tidak
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
terdapat nash yang memalingkannya atau
Nasrani benar-benar memakan harta
me-nasakh-nya. Adapun riwayat yang
orang dengan jalan batil dan mereka
menyatakan bahwa emas dan perak yang
menghalang-halangi (manusia) dari jalan
dikumpulkan baik yang dipendam atau
Allah. dan orang-orang yang menyimpan
tidak, jika dikeluarkan zakatnya tidak
emas dan perak dan tidak
termasuk penimbunan yang dilarang,
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
semuanya bukanlah hadis yang sahih.
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
Sebabnya, riwayat-riwayat itu adalah

226
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 217-230
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

riwayat mawqaf, yakni sanad-nya berhenti menunjukkan bahwa penimbunan emas


pada Sahabat dan tidak sampai kepada dan perak yang terkena ancaman ayat di
Nabi saw. atas bukan hanya dalam jumlah yang
Kedua: ath-Thabari meriwayatkan sudah mencapai nishab dan tidak
berturut-turut dari: al-Hasan, Abd ar- dikeluarkan zakatnya. Setiap penimbunan
Razaq, Mamar dari Qatadah, Syahr bin emas dan perak berapapun terkena
Hawsyab dari Abu Umamah bahwa ia ancaman ayat di atas dan hukumnya
berkata: Seorang laki-laki dari kalangan haram, meski hanya satu atau dua dinar.
Ahlush Shuffah meninggal dunia. Di Ketiga: ancaman ayat di atas terkait
sakunya terdapat uang satu dinar. dengan dua macam aktivitas: aktivitas
Rasulullah saw. bersabda, Kayyah (satu menimbun emas dan perak; dan aktivitas
stempel dari api). Kemudian seorang tidak membelan-jakannya di jalan Allah.
Ahlush Shuffah yang lain meninggal dunia Artinya, ada orang yang tidak menimbun
dan di sakunya terdapat dua dinar. emas dan perak tetapi tidak
Rasulullah saw bersabda, Kayyatn (Dua membelanjakannya di jalan Allah; orang
stempel dari api). yang menimbun emas dan perak dan tidak
Imam Ahmad meriwayatkannya dari membelanjakannya di jalan Allah; dan
Ali bin Abi Thalib dan Ibn Mas’ud. Hal itu orang yang menimbun emas dan perak saja
karena keduanya adalah orang yang hidup meski ia membelanjakan sebagian
dari sedekah, sementara keduanya hartanya di jalan Allah. Semuanya terkena
memiliki emas. Sabda Rasul saw, kayyah ancaman ayat di atas. Al-Qurthubi
dan kayyatan, itu mengisyaratkan pada mengatakan di dalam tafsirnya, Siapa yang
larangan menimbun emas dan perak di tidak menimbun, sementara ia menahan
atas. Sabda Rasul itu juga mengisyaratkan pembelanjaanya di jalan Allah, ia mesti
bahwa keduanya telah menimbun emas. demikian juga (terkena ancaman ayat
Hal itu karena keduanya adalah Ahlush tersebut). Frasa di jalan Allah (fi
Shuffah yang kehidupannya telah dipenuhi sabilillah) di dalam al-Quran, jika
dari harta sedekah (zakat). Itu menandakan dikaitkan dengan infak, maksudnya adalah
bahwa keduanya menyimpan emas jihad fi sabilillah, bukan yang lain.
tersebut bukan dalam rangka menabung Keempat: Imam Bukhari
karena kehidupannya telah dijamin dari meriwayatkan dari Zaid bin Wahab
shadaqah. Jumlah satu dan dua dinar jelas tentang perbedaan pendapat Muawiyah bin
belum memenuhi nishab zakat. Ini Abi Sufyan dengan Abu Dzar tentang ayat

227
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

di atas. Muawiyah berkata, Ayat ini bukan lafal ini dalam ayat di atas harus dimaknai
untuk kita, melainkan ayat ini hanya untuk menurut makna bahasanya saja.
Ahlul Kitab. Abu Dzar membantah dengan Dengan demikian, kanzu adz-
mengatakan, Sungguh, ayat ini untuk kita dzahab wa al-fidhah (menimbun emas dan
dan mereka. Muawiyah lalu melaporkan perak) atau menimbun uang adalah
Abu Dazar kepada Khalifah Utsman. Lalu mengumpulkannya dan menyimpannya
Khalifah memanggil Abu Dazar ke baik di dalam tanah maupun di atas tanah.
Madinah, dan berlangsunglah peristiwa Hal itu dilakukan semata untuk
seperti yang diceritakan dalam riwayat mengumpulkan dan menyimpannya saja,
tersebut. Perbedaan pendapat yang terjadi bukan untuk menabung dalam rangka
antara Muawiyah dan Abu Dzar adalah membiayai suatu keperluan yang
untuk siapa ayat tersebut diturunkan. direncanakan. Semua bentuk penimbunan
Seandainya saat itu sudah masyhur riwayat emas dan perak atau penimbunan uang itu
dari Nabi saw. bahwa emas dan perak hukumnya haram dan pelakunya diancam
yang telah dikeluarkan zakatnya tidak dengan siksaan yang amat pedih di akhriat
termasuk al-kanzu, tentu Muawiyah akan kelak.
ber-hujjah dengannya dan Abu Dzar pun
akan diam karenanya. Namun, sampai III. SIMPULAN
ketika Abu Dzar menghadap Khalifah Konsep Gresham berdampak
Utsman sekalipun, tidak disampaikan signifikan terhadap “hilangnya” uang baik.
riwayat itu meski banyak dari Sahabat Selain itu adanya fungsi turunan uang
yang masih tinggal di Madinah. mengakibatkan uang menjadi objek
Kelima: Kanzu adz-dzahab wa al- komoditas dan penimbun kekayaan.
fidhah secara bahasa maknanya Sebagai salah satu efek dari fungsi turunan
mengumpulkan /menimbun emas dan tersebut yaitu adanya penimbunan emas.
perak dan menyimpannya baik di dalam Padahal aktivitas menimbun emas dan
tanah maupun di atas tanah. Lafal al-Quran perak merupakan aktivitas yang dilarang
dimaknai dengan makna bahasanya saja, dalam Islam karena hal ini akan merugikan
kecuali terdapat makna syariah yang banyak pihak. Salah satu ayat dalam Al
dinyatakan oleh nash; dalam kondisi Quran yaitu surat At-Taubah ayat 34
tersebut makna syariah dikedepankan atas secara jelas menegaskan bahwa bagi yang
makna bahasa. Lafal al-kanzu tidak menimbun emas maka balasannya siksa
terdapat makna syariahnya. Karena itu, yang sangat pedih. Dengan demikian,

228
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 1 No.2 (Juli, 2017), Hal 217-230
Online ISSN : 2540-8402 | Print ISSN : 2540-8399

menimbun emas dan perak hukumnya nilai, bukan sebagai komoditi dan
haram. Fungsi uang yang sebenarnya yang spekulatif. Uang sesungguhnya sebagai
telah dijalankan dalam konsep Islam, perantara untuk menjadikan suatu barang
yakni sebagai alat pertukaran dan satuan kepada barang yang lain.

Daftar Pustaka
Abdurahman Yahya. Hukum Menimbun Faiz Abbu (penerjeah), Menyongsong
Emas dalam Islam. Jurnal
Sistem Ekonomi Anti Krisis.
Ekonomi Ideologis
Pustaka Thaikul Izzah. Bogor, 2009.
Al-Ghazali, A. H. (n.d.). Ihya 'Ulum al- Hamidi, L. (2007). Gold Dinar Sistem
Din. Beirut: Dar Al-Nadwah.
Moneter Global Yang Stabil dan
Amalia, E. (2010). Sejarah Pemikiran Berkeadilan. Jakarta: Senayan
Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publising.
Publishing. Manullang. (1993). Ekonomi Moneter.
An-Nabhani, T. (1990). Nidzamul Jakarta: Ghalia Indonesia.
Iqtishadi Fil Islam. Daarul Mardiana, A. (2014). Uang Dalam
Ummah. Ekonomi Islam. Jurnal Al-Buhuts,
Al-Quran dan Al-Hadist Vol 10 No 1.

Al-‘Assal, A.M dan Fathi Ahmad Abdul Merza, Gamal, Perspektif Uang Islami.

Karim, 1999, Sistem, Prinsip dan www.ekonomisyariah.net

Tujuan Ekonomi Islam Nopirin, Ekonomi Moneter, Yogyakarta:

(Terjemahan), Penerbit CV. BPFE, 1992

Pustaka Setia. Pujiyono, A. (2004). Dinar Dan Sistem


Standar Tunggal Emas Ditinjau
Menurut Sistem Moneter Islam.
Al-Maliki, A., As-Siyasah Al-Iqtishadiyah Jurnal.
Al-Mutsla, Penerbit Hizb At-
Suparmono. (1990). Pengantar Ekonomi
Tahrir. Bairut. 1953. Makro. Yogyakarta: BPFE.
Chapra, Umar, Sistem Moneter Islam,
Yusanto, Ismail, Pengantar Sistem
Jakarta: Gema Insani Pres.
Ekonomi Islam, Bogor: Al Azhar
Dudik, Analisis Pengunaan Emas Sebagai
Pres, 2009,
Mata Uang Dinar Studi Kasus di
Indonesia, Jurnal IFSIED, 2002.

229
Received : 2017-05-30| Reviced : 2017-07-31 |Accepted: 2017-07-31
Indexed : DOAJ, Garuda, Crossref, Google Scholar | DOI : https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2583
Juliana, Uang Dalam Pandangan Islam

Zallum, Abdul Qadim, al-Amwal fi


Daulatil Khilafah. Dar al ilmi
lilmalayin. Beirut, 2004.

230
EISSN: 2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399

Anda mungkin juga menyukai