Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UANG DALAM EKONOMI MAKRO ISLAM


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah “EKONOMI MAKRO ISLAM”

Dosen Pengampu :

Suci Hayati, S. Ag., M. Si

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Neni Rahmawati (2103010048)


2. Nike Cum cum Kafera (2103011069)
3. Rahaf maryam Sugiarto
(2103012028) 4. Sheka Nidia
(2103011086)

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
METRO
2023
I
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
berjudul”UANG DALAM EKONOMI MAKRO ISLAM”. Makalah ini dibuat sedemikian rupa
sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah .

Harapan kami sebagai penyusun adalah semoga makalah ini dapat diterima dengan baik oleh
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro Islam kami serta bermanfaat bagi semua pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk ini kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Metro, 26 Februari 2023

Penyusun

II
Daftar Isi

JUDUL...................................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................II
Daftar Isi...............................................................................................................................................III
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................................1
Bab II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAAN.................................................................................................................................2
1.1 Hubungan Modal dan Uang.........................................................................................................2
1.2 Konsep Economic Value Of Time...............................................................................................4
Kesimpulan........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................7

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uang menjadi komoditas bisnis untuk mencari profit tanpa memperhatikan realitas
normative serta etika kemanusiaan. Konsep nilai waktu uang tetap menjadi bahan perdebatan
di kalangan cendekiawan Muslim karena dianggap memberikan pembenaran bagi riba.
Dalam praktik ekonomi konvensional dikenal konsep time value of money yang merupakan
kosep adopsi model biologi yang menghasilkan bahwa nilai uang di masa kini menjadi lebih
berharga dibandingkan dengan di masa mendatang.Pada pandangan pertama, tampak bahwa
Islam menetapkan standar ganda dengan melihat waktu secara berbeda dalam dua kasus ini:
di satu sisi, Islam menjadikannya bagian dari harga dalam kasus penjualan yang
ditangguhkan tetapi menghapuskan nilai apa pun dalam hal pinjaman. Kami percaya bahwa
masalah ini memerlukan pertimbangan yang lebih komprehensif untuk mengetahui, di luar
dualitas yang tampak ini, persepsi Islam yang sebenarnya tentang peran ekonomi waktu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hubungan Uang dan Modal ?


2. Seperti apa konsep Econimic Value of Time?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Hubungan Uang dan Modal serta
konsep Economic Value of Time.

1
Bab II
PEMBAHASAAN

1.1 Hubungan Modal dan Uang

Dari sudut pandang ekonom, uang (money) meruapakan stok aset-aset yang
digunakan untuk transaksi. Uang adalah sesuatu yang diterima/dipercaya masyarakat sebagai
alat pembayaran atau transaksi. Karena itu uang dapat berbentuk apa saja, tetapi tidak berarti
segala sesuatu itu adalah uang. Misalnya “uang kertas” digunakan sebagai alat transaksi,
tetapi tidak semua kertas adalah uang. Kita mengenal beberapa jenis uang antara lain: (1)
Uang Fiat (fiat money atau token money) adalah komoditas yang diterima sebagai uang,
namun nilai nominalnya atau nilai intrinsik (intrinsic value) jauh lebih besar dari nilai
komoditasnya itu sendiri. (2) Uang Komoditas (commodity money), adalah uang yang
nilainya sebesar nilai komoditas itu sendiri. Dan (3) Uang Hampir Likwid Sempurna (near
money), yaitu uang yang perlu ditukarkan atau dicairkan terlebih dahulu, misalnya dalam
bentuk cek (demand deposit). Uang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
sistem ekonomi. Dengan dimunculkannya uang, segala kendala akibat sistem barter dapat
diatasi, bahkan fungsi uang tidak hanya sebatas sebagai alat tukar saja, melainkan beralih ke
fungsi-fungsi lainnya yang jauh lebih luas. 1
Dalam Islam Uang bukan capital, uang tidak identik dengan modal, uang adalah
public goods. Modal adalah private goods, uang adalah flow concept, modal adalah stock
concept. Uang bukan suatu komoditi dan dalam konsep Islam tidak termasuk dalam fungsi
utility.2
Konsep Islam menyatakan uang merupakan sesuatu yang bersifat flow concept, dan
capital merupakan stock concept. Definisikan uang dikatakan flow concept merupakan uang,
uang itu mengalir pada khalayak ramai, sedangkan modal merupakan stock concept karena
modal itu merupakan persediaan. Maksudnya uang itu masih mengalir pada masyarakat, dan
digunakan oleh masyarakat sebagai alat tukar, dan bukan hanya sebagai investasi produksi,
jadi tidak bisa dikatan sebagai stock concept, sedangkan modal merupakan persediaan dan
diinvestasikan untuk kegiatan produksi, dan merupakan stock concept.3
Pada permulaannya, orientasi dari pengertian modal adalah “physical-oriented”.
Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya pengertian modal yang klasik, di mana
artian modal ialah sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk memprodusir lebih lanjut”.
Dalam perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat “non-physical
oriented”, di mana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau
kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal,
meskipun dalam hal ini sebenarnya juga belum ada persesuaian pendapat di antara para ahli
ekonomi sendiri. Modal adalah suatu faktor produksi penting untuk pengadaan faktor
produksi seperti tanah, bahan baku dan mesin, tanpa modal tidak akan dapat membeli tanah,

1
Ekawarna, M.Si dan Fachruddiansyah, S,Pd.,M.Pd., Pengantar Teori Ekonomi Makro,2008.
2
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami : Edisi 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008). hlm., 87
3
H. Amhar Maulana Harahap,Jurnal Teori uang dalam Ekonomi Makro islam.

2
menyewa tanah, mesin, tenaga kerja, teknologi dan lainnya. Schwiedland yang dikutip oleh
Beckmann (1956: 31) memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana
modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk
barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya.Menurut
pendapat Agustin (2006;2).4
Modal (capital) mengandung arti barang yang dihasilkan oleh alam atau buatan
manusia, yang di perlukan bukan untuk memenuhi secara langsung keinginan manusia tetapi
untuk membantu memproduksi barang lain yang pada gilirannya akan dapat memenuhi
kebutuhan manusia secara langsung dan menghasilkan keuntungan (loucks dalam Basri,
2002). Secara fisik terdapat dua jenis modal yaitu fixed capital (modal tetap) dan circulating
capital (modal yang bersirkulasi).
Fixed capital contohnya seperti gedung-gedung, mesin-mesin atau pabrik-pabrik,
mobil, dan lain-lain, yaitu benda-benda yang ketika manfaatnya dinikmati, eksistensi
subtansinya tidak berkurang. Adapun circulating capital itu seperti bahan baku, uang, dan
lain-lainnya yaitu benda-benda yang ketika manfaatnya dinikmati, subtansinya juga hilang.
Perbedaan keduanya dalam syariah dapat kita lihat sebagai berikut. Modal tetap
pada umumnya dapat di sewakan tetapi tidak dapat di pinjamkan (qaradh). Sedangkan modal
sirkulasi yang bersifat konsumtif bisa di pinjamkan (qaradh) tetapi tidak dapat di sewakan.
Hal itu disebabkan karena ijarah dalam islam hanya dapat di lakukan kepada benda-benda
yang memiliki karakteristik subtansinya dapat di nikmati secara terpisah atau sekaligus.
Ketika sebuah barang disewakan, maka manfaat barang tersebut di pisahkan dari
empunya. Ia kini di nikmati oleh penyewa namun status kepemilikannya tetap pada si
empunya. Ketika masa sewa sudah berakhir, barang tersebut di kembalikan kepada si
empunya dalam keadaan utuh seperti sedia kala.
Uang tidak memiliki sifat seperti ini, ketika seseorang menggunakan uang, maka
jumlah uang itu habis dan hilang. Kalau ia menggunakan uang tersebut dari pinjaman, maka
ia menanggung utang sebesar jumlah yang di gunakan dan harus mengembalikan dalam
jumlah yang sama (mitsl) bukan subtansinya (a’in).
Dari uraian di atas nyatalah bahwa barang dan modal yang masuk dalam
kategori tetap seperti kendaraan, mobil, bangunan, kapal dan lain-lain akan mendapatkan
return on capital dalam bentuk upah dari penyewaan jika transaksi yang di gunakan adalah
ijarah (sewa menyewa). Di samping itu, barang-barang modal ini dapat juga mendapatkan
return or capital dalam bentuk bagian dari laba (profit) jika transaksi yang di gunakan adalah
musyarakah atas dasar kaidah “suatu barang yang dapat di sewakan, maka barang tersebut
dapat di lakukan musyarakah atasnya.”
Ini telah di lakukan oleh kaum muslimin dari zaman dahulu misalnya dalam
transaksi muzara’ah. Dalam akad ini si empunya tanah menyediakan tanah untuk di garap
oleh penanam (petani penggarap). Keuntungan yang dihasilkan oleh usaha ini dibagi dua
sesuai dengan kesepakatan misalnya 50% - 50%.5

4
Lisa Hariani Harahap, Jurnal konsep uang dan modal dalam islam
5
https://www.islampesisir.org/2019/12/hubungan-uang-dengan-modal-dalam.html?m=1

3
1.2 Konsep Economic Value Of Time

Teori economic value of time dikembangkan pada abad ke-7 Masehi. Pada saat
digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam ini diterima sebagai alat tukar
disebabkan nilai intrinsiknya, bukan karena mekanisme untuk dikembangkan selama periode
itu, sehingga hubungan debitur / kreditur yang muncul bukan karena akibat transaksi dagang
langsung, namun jelas merupakan transaksi “permintaan uang”. Landasan atau keadaan yang
digunakan oleh ekonomi konvensional yang ditolak dalam ekonomi Islam, yaitu keadaan al-
ghunmu bi al-ghurni (mendapatkan hasil tanpa memperhatikan resiko) dan al kharaj bi la-
dhaman (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan suatu biaya).6
Dalam Islam tidak mengenal time volue of money, yang dikenal adalah economic
value of time. Contohnya dalam menghitung nisbah bagi hasil di Bank Syariah.Dalam proses
penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. Return on capital ini tidak sama
dengan return on money. Return on capital tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan
dengan sektor riil, sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate. Penentuan
nisbah bagi hasil harus ditentukan di awal, dan untuk itu digunakan projected return. Jika
kemudian hari ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama dengan angka
proyeksinya, maka yang digunakan angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini
menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value of money. Time mempunyai economic
value jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain,
sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh return.7

Perbedaan Konsep Time Value of Ekonomic dan Economic Value of Time

Di dalam ekonomi Islam, uang bukan komoditas. Uang itu sendiri tidak memberikan
kegunaan. Akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Berkenaan dengan uang,
bahwa dalam ekonomi konvensional timbul pemikiran nilai uang menurut waktu (time value
of money). Landasan atau keadaan yang digunakan oleh ekonomi konvensioal inilah yang
ditolak dalam ekonomi syariah. Dalam konsep ekonomi konvensional dikenal dengan nilai
waktu uang yang menyebutkan bahwa nilai uang sekarang mempunyai nilai lebih
dibandingkan dengan di masa yang akan datang. maka, uang haruslah bertambah dan
bertumbuh karena adanya pertambahan waktu agar tidak tergerus nilainya untuk
mengkorelasikan antara waktu dan nilai uang. Hal tersebut tidak terlepas dari implementasi
dari sistem bunga (inerest) atau riba.Islam memperbolehkan penetapan harga tangguh-bayar
lebih tinggi daripada harga tunai. Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib, cicit Rasulullah Saw. adalah orang yang pertama kali menjelaskan diperbolehkannya
penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of
money, namun karena semata-mata ditahannya hak penjual barang.

6
Adiwarman Karim. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ke-2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal
333
7
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro, hlm. 88

4
Tabel 1 Perbedaan time value of money dan economic value of time

Pembeda Time value of money Economic value of time

Konsep Uang memiliki nilai waktu Waktu memiliki nilai


ekonomi
Perhitungan Bunga Rasio

Tujuan penggunaan Maximum utilty Maximum maslahah

Kesesuaian syariah Tidak sesuai Sesuai

Dalam table diatas menjelaskan perbedaan antara time value of money dan economic value of
time. Perbedaan tersebut baik secara konsep, perhitungan serta tujuan penggunaannya. Secara
konsep time value of money mengartikan uang memiliki nilai waktu sedangkan economic
value of time mengartikan waktu memiliki nilai ekonomi. 8
Economics Value of Time adalah konsep dimana waktu memiliki nilai ekonomi,
tetapi uang tidak memiliki nilai waktu. Economics Value of Time dapat diartikan
memaksimalkan nilai ekonomis suatu dana pada waktu periodik. Dasar perhitungan prinsip
nilai uang berdasarkan waktu adalah bunga, sedangkan dasar perhitungan prinsip berdasarkan
nilai ekonomi waktu adalah rasio. (Muda & Hasibuan, 2018) Dalam islam sangat menghargai
adanya waktu. Nilai waktu antara satu orang dengan yang lainnya, akan berbeda dari sisi
kualitasnya.

8
Yuliono. (2017). Time Value of Money Dalam. El Jizya (Jurnal Ekonomi Islam), 5(1), 177–192. Judul jurnal JIEI

5
Kesimpulan
Modal tetap pada umumnya dapat di sewakan tetapi tidak dapat di pinjamkan
(qaradh). Sedangkan modal sirkulasi yang bersifat konsumtif bisa di pinjamkan (qaradh)
tetapi tidak dapat di sewakan. Hal itu disebabkan karena ijarah dalam islam hanya dapat di
lakukan kepada benda-benda yang memiliki karakteristik subtansinya dapat di nikmati secara
terpisah atau sekaligus.
Uang tidak memiliki sifat seperti ini, ketika seseorang menggunakan uang, maka
jumlah uang itu habis dan hilang. Kalau ia menggunakan uang tersebut dari pinjaman, maka
ia menanggung utang sebesar jumlah yang di gunakan dan harus mengembalikan dalam
jumlah yang sama (mitsl) bukan subtansinya (a’in).
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa time value of money atau
positive time preference adalah konsep yang menyatakan bahwa nilai uang di masa kini akan
lebih berharga dibandingkan dengan di masa mendatang. Konsekuensinya, uang harus selalu
bertambah dan bertambah karena berjalannya waktu untuk mengkorelasikan antara nilai uang
dan waktu. Hal ini merupakan implementasi dari sistem bunga (interest) atau riba. Dalam
pandangan ekonomi Islam tidak mengenal time value of money karena konsep ini menambah
nilai kepada uang sematamata dengan bertambahnya waktu dan bukan usaha yang itu justru
mengarah pada transaksi ribawi sebagaimana pendapat Imam Nawawi yang memberikan
definisi terkait penambahan nilai uang yang hanya didasarkan pada nilai waktu adalah
kategori riba. Islam justru mengenal economic value of time, yaitu waktu memiliki nilai
ekonomi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ekawarna, M.Si dan Fachruddiansyah, S,Pd.,M.Pd., Pengantar Teori Ekonomi


Makro,2008.

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami : Edisi 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008). hlm., 87

H. Amhar Maulana Harahap,Jurnal Teori uang dalam Ekonomi Makro islam.

Lisa Hariani Harahap, Jurnal konsep uang dan modal dalam islam

https://www.islampesisir.org/2019/12/hubungan-uang-dengan-modaldalam.html?m=1

Adiwarman Karim. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ke-2. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Hal 333

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 15, Cet. 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2012), h. 585.

Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, h. 331.

Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islami,Edisi Ketiga h. 88.

Anda mungkin juga menyukai