INTEGRATED FARMING
(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Cisaat Sukabumi)
Skripsi
Oleh: Mila
Meidawati
NIM: 11170540000025
Skripsi
Oleh: Mila
Meidawati
NIM: 11170540000025
Dibawah Bimbingan
Mila Meidawati
ABSTRAK
Mila Meidawati
Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren Melalui Integrated Farming
(Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al- Masthuriyah Cisaat
Sukabumi)
Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan mempunyai potensi
besar dalam upaya pengembangan ekonomi dan kesejahteraan pesantren serta
pengaruh yang kuat terhadap kehidupan masyarakat pesantren. Maka dari itu,
pondok pesantren Al-Masthuriyah mendirikan unit usaha integrated farming
sebagai sarana untuk mengembangkan ekonomi dan kesejahteraan pesantren.
Integrated farming merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan
pertanian, perikanan, dan peternakan dalam satu lahan.
Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis: (1) Proses pengembangan ekonomi pesantren melalui unit
usaha integrated farming (2) Hasil pengembangan ekonomi pesantren
melalui unit usaha integrated farming (3) Faktor pendukung dan penghambat
pengembangan ekonomi pesantren melalui unit usaha integrated farming.
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Data yang didapatkan merupakan hasil dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan ekonomi yang
dilakukan pondok pesantren Al-Masthuriyah melalui unit usaha integrated
farming berhasil meningkatkan pendapatan ekonomi pesantren, menciptakan
lapangan pekerjaan, juga berhasil meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman santri dan masyarakat sekitar mengenai budidaya perikanan
dan pertanian modern.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.
ii
Penghargaan dan ungkapan terima kasih juga penulis berikan kepada Ibu
Wati Nilamsari, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Serta ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., M.A., Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Siti Napsiyah,
S.Ag., BSW., MSW., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Sihabudin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Cecep
Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen-dosen pengajar selama masa perkuliahan yang tidak bisa
disebutkan satu per satu beserta seluruh Dosen Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
iii
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas ilmu yang sangat bermanfaat
yang sudah diberikan selama perkuliahan.
6. Kakak dan adik terkasih Rusli Padilah, Amd. Kep., Euis Nuraeni,
S.Pd., dan Mochammad Rapli Mardatillah yang telah memberikan
berbagai macam bentuk perhatian dan dukungan agar penulis dapat
segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Drs. KH. A. Aziz Masthuro selaku pimpinan pondok pesantren Al-
Masthuriyah yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Bapak Oman Zaenurrahman selaku Wakil Bidang Pimpinan
Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren Al- Masthuriyah, Bapak
Daden Abdullah selaku Sekretaris Pondok Pesantren Al-Masthuriyah
dan seluruh narasumber yang terlibat dan turut membantu untuk
melengkapi data dalam penelitian ini.
9. Amri Rusdiana yang selalu memberikan kalimat-kalimat penghibur
agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan-rekan penulis dari SMA yang sama, Dea Aprilia, Hasma
Windy, Mauly Nurkharimah, Sinta Bella, Wening Galih Pawistri, dan
Windi Utami Putri yang senantiasa memberikan doa, dukungan, serta
hiburan kepada penulis dikala penulis merasakan kejenuhan.
11. Kepada rekan-rekan Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan
Tahun 2017 terkhusus kelas A yang telah
iv
bersama melewati proses perkuliahan di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan
maupun motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Mila Meidawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................7
C. Batasan Masalah..................................................................8
D. Rumusan Masalah...............................................................8
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian..........................8
F. Kajian Pustaka...................................................................10
G. Metode Penelitian..............................................................14
H. Sistematika Penulisan........................................................27
BAB V PEMBAHASAN..........................................................100
A. Kesimpulan.....................................................................112
B. Saran................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA...............................................................116
LAMPIRAN..............................................................................121
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 4. 12 Laba Bersih Budidaya Lele Sistem Bioflok.............90
Tabel 4. 13 Perhitungan Kasar Hasil Panen Integrated Farming Selama Satu
Tahun...........................................................................................92
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah negara dikatakan sejahtera dan makmur ketika memiliki
sumber daya alam yang kaya dan sumber daya manusia yang produktif
dan berkualitas. Nyatanya Indonesia yang kaya akan sumber daya alam
belum mampu bersaing, terutama dari segi ekonomi. Pembangunan
ekonomi hingga kini masih menjadi salah satu masalah mendasar
sebagai tantangan terbesar bangsa Indonesia.
1
menumpahkan harapan ekonomi ke lembaga-lembaga ekonomi berbasis
rakyat yang telah terbukti eksistensinya dalam sejarah kehidupan
masyarakat.
2
Dengan begitu, setiap kegiatan pembangunan gedung atau kegiatan lain
tidak sibuk mengedarkan proposal ke sana- kemari (Rufaidah, 2002, h.
432).
3
banyak pondok pesantren yang menyadari peran, fungsi, dan potensinya
di bidang sosial dan ekonomi, serta dapat mensejajarkan langkahnya
dengan perkembangan ekonomi, di antaranya pondok pesantren Ar-
Risalah di Yogyakarta, pondok pesantren Fathiyyah Al-Idrisiyyah di
Kecamatan Cisayong, pondok pesantren Riyadhul Jannah di Pacet
Mojokerto dan lainnya.
4
pesantren dalam membaca, mendefinisikan, memanfaatkan, serta
mengorganisasikan sumberdaya, baik internal ataupun eksternal
(Amrullah, 2019, h. 258).
5
upaya untuk mendukung mewujudkan program pengembangan
kemandirian ekonomi. Hal ini tentunya akan sangat membantu pondok
pesantren dalam mengembangan program unit usaha integrated farming
(pertanian terpadu).
د َوان
وَت َعا َوُنوأ اا ْل ’ِّب ِّر َوالَت ّ ْق َو ى و َلت ا َوُنوأ عَلى ا ْ َِّلْث ِّم ْ ُلع
وا عَلى
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan.” (QS: Al- Maidah: 2)
6
dilakukan oleh pondok pesantren Al-Masthuriyah yang berupaya untuk
memberikan manfaat dan mashalat dengan cara melibatkan santri dan
masyarakat sekitar dalam kegiatan unit usaha integrated farming.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang sebelumnya, maka masalah
yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan pondok pesantren sebagai lembaga pengedar
proposal, maka pondok pesantren perlu melakukan suatu upaya
untuk membangun kemandirian ekonomi salah satunya melalui
unit usaha integrated farming.
2. Integrated farming dipilih sebagai alternatif solusi dari
ketersediaan lahan pondok pesantren yang terbatas serta lahan
pertanian yang semakin berkurang karena beralih fungsi menjadi
bangunan perumahan.
7
3. Unit usaha integrated farming berpotensi sebagai sarana
meningkatkan kesejahteraan pondok pesantren.
C. Batasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih spesifik, maka
peneliti memberi batasan pada penelitian ini untuk mengkaji proses
pengembangan ekonomi pondok pesantren Al-Masthuriyah melalui unit
usaha integrated farming. Hal ini bertujuan agar penelitian dapat
terfokus serta mendapatkan hasil yang mendalam.
D. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
berikut ini diajukan beberapa pertanyaan yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pengembangan ekonomi pondok pesantren Al-
Masthuriyah melalui unit usaha integrated farming?
2. Bagaimana hasil pengembangan ekonomi pondok pesantren Al-
Masthuriyah melalui unit usaha integrated farming?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan
ekonomi pondok pesantren Al- Masthuriyah melalui unit usaha
integrated farming?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdaarkan pada rumusan dan pertanyaan penelitian, maka
tujuan yang ingin dicapai diantaranya:
8
a. Untuk mengetahui proses pengembangan ekonomi pondok pesantren
Al-Masthuriyah melalui unit usaha integrated farming.
b. Untuk mengetahui hasil pengembangan ekonomi pondok pesantren
Al-Masthuriyah melalui unit usaha integrated farming.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pengembangan ekonomi pondok pesantren Al- Masthuriyah melalui
unit usaha integrated farming.
2. Manfaat
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan
manfaat baik dari segi teoritis maupun secara praktis yang diuraikan
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
memperkaya wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat
digunakan pula sebagai referensi dan rujukan dalam kajian
pengembangan atau pemberdayaan ekonomi pondok pesantren melalui
integrated farming.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi
siapapun pembacanya terutama bagi pihak pondok pesantren Al-
Masthuriyah dapat menjadi bahan acuan dan evaluai dalam
pengembangan ekonomi pondok pesantren yang melibatkan santri dan
masyarakat sekitar pondok pesantren Al-Masthuriyah.
9
F. Kajian Pustaka
Untuk mengetahui keaslian yang akan dilakukan penelitian ini,
maka perlu disajikan beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai
relevansi dengan tema penelitian ini. Diantaranya adalah:
10
kajian pada proses, hasil, serta faktor pendukung dan penghambat.
11
Abdurrahman (2015) pada penelitiannya tentang pemberdayaan
yang dilakukan oleh pondok pesantren Al- Idrus terhadap perkembangan
ekonomi masyarakat desa Repaking menemukan bahwa pondok
pesantren Al-Idrus telah membuktikan mampu memberdayakan
masyarakat disekitarnya dengan dua lembaga swadaya yang dimilikinya,
yaitu lumbung tani dan BMT Al-Idrus. Lahirnya dua lembaga swadaya
tersebut sebagai wujud kepedulian pondok pesantren Al-Idrus akan
kondisi perekonomian masyarakat desa Repaking yang masih termasuk
pada kelas menengan kebawah. Lumbung tani membantu masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan pertanian, sementara itu dalam hal
keuangan masyarakat desa Repaking dibantu oleh BMT Al- Idrus. Selain
merasakan manfaat akan keberadaan program- program yang dijalankan
pesantren Al-Idrus, masyarakat desa Repaking juga mengalami
perubahan dari segi pola perekonomian dan dari segi keagamaannya.
12
yang dilakukan di Pondok Pesantren Sunan Gunungjati Ba’alawi
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menjelaskan bahwa melalui
penyuluhan dan pelatihan penerapan integrated farming system (IFS) di
pondok pesantren dapat memberikan beberapa manfaat pada santri,
diantaranya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan , kreativitas,
jiwa sosial, rasa tanggungjawab, serta kedisiplinan santri. Lebih lanjut
lagi pembentukan kelompok Agrofarm sebagai pendekatan yang dipakai
dalam proses pemberdayaan menjadikan pengelolaan integrated farming
system (IFS) lebih baik, hal ini dibuktikan dengan hasil produksi yang
terdiri dari tanaman berupa sayur dan buah, ternak sapi dan kambing,
ikan lele, serta pupuk organik.
13
satunya dengan adanya program pengembangan ekonomi pesantren.
Program tersebut dapat dilakukan melalui penguatan kapasitas pengelola
unit usaha. Upaya penguatan kapasitas pengelola unit usaha ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan perkembangan unit usaha dan
ekonomi pesantren. Pengumpulan data pada penelitian Yuliani
menggunakan teknik wawancara apresiatif, FGD, angket monitoring dan
evaluasi dengan teknik MSC. Penelitian yang dilakukan di pondok
pesantren Darussalam Sindangsari Kertamanah Garut Jawa Barat
menunjukan bahwa hasil dari seluruh rangkaian kegiatan penguatan
kapasitas yang terdiri dari pelatihan menjahit, sharing knowledge
manajemen keuangan dan sharing knowledge segmentasi pasar
berdampak positif pada pengembangan kapasitas peserta pelatihan dan
ekonomi Pondok Pesantren Darussalam.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
14
h. 28) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan proses
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dalam
bentuk lisan maupun tulisan dari orang- orang serta perilaku yang dapat
diamati. Menurut Sukidin dalam (Sodik, 2015, h. 28) pendekatan
kualitatif berusaha mengungkap beragam keunikan secara menyeluruh,
rinci, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang terdapat
pada individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi dalam
kehidupan sehari-hari.
15
data berkenaan dengan sesuatu kasus. Kasus ini bisa berkenaan dengan
peprorangan, kelompok (kerja, kelas, sekolah, etnis, ras, agama, sosial,
budaya, dan lain-lain), keluarga, lembaga, organisasi, daerah/wilayah
dan lain-lain. Studi kasus diarahkan untuk mengkaji kondisi, kegiatan,
perkembangan, serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang
kondisi perkembangan tersebut. Jhon W. Best (1997) menyatakan bahwa
studi kasus bertujuan untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari
siklus kehidupan suatu unit individu (perorangan, keluarga, kelompok,
pranata sosial suatu masyarakat) (Hardani et al., 2020, h. 63-64).
16
penelitian dimulai dari bulan Juli 2021 sampai dengan selesai.
17
a. Latar
2. Oman Wakil belakang Observasi,
Zaenurroh bidang unit usaha wawancara
man pengembang- integrated dan
an ekonomi farming dokumentasi
sekaligus pondok
penanggung pesantren
jawab unit Al-
usaha Masthuri-
integrated yah
farming b. Proses,
hasil,
faktor
pendukung
dan
pengham-
bat
pengemba-
ngan
ekonomi
pondok
pesantren
melalui
unit usaha
integrated
farming
18
5. Dadang Karyawan Proses, hasil, Wawancara
faktor
pendukung dan
penghambat
pengembangan
ekonomi
pondok
pesantren
melalui unit
usaha
integrated
farming
19
8. Ahmad Santri Proses, hasil, Wawancara
Rifai faktor
pendukung dan
penghambat
pengembangan
ekonomi
pondok
pesantren
melalui unit
usaha
integrated
farming
Sumber: Diolah oleh peneliti
20
infrorman kunci ini selanjutnya diminta untuk merekomendasikan
informan-informan berikutnya, dengan catatan informan tersebut
merasakan dan yang paling mengetahui tentang kajian dalam penelitian
ini.
5. Sumber Data
b. Data Sekunder
Menurut Sodik (2015, h. 68) data sekunder adalah data
penunjang yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang sudah ada untuk melengkapi data primer. Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan,
dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini data sekunder diambil dari
data jurnal,
21
dokumen pondok pesantren dan berbagai literatur tertentu yang
berhubungan dan terkait dengan penelitian.
22
Terkait dengan permasalahan dalam penelitian, teknik observasi
digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas dan pengelolaan
unit usaha integrated farming yang ada di pondok pesantren Al-
Masthuriyah dalam mengembangkan ekonominya. Dengan demikian,
penelitian dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan melakukan
pencatatan secara sistematis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan
terhadap fenomena yang diteliti guna mendapatkan data yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti. Melalui observasi ini diharapkan data
yang didapatkan akan lebih lengkap, padat, dan mendalam.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengambilan data yang
dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan antara dua orang atau lebih
secara langung dengan maksud tertentu. Menurut Nazir dalam (Hardani,
2020, h. 138) wawancara adalah proses memperoleh data atau informasi
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara
dengan informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara).
23
responden. Teknik ini digunakan dengan tujuan agar pertanyaan dan
jawaban lebih terpusat dan teratur. Dalam proses waancara, peneliti
mencatat hasil wawancara dengan tulisan tangan serta menggunakan
bantuan recorder handphone.
c. Dokumentasi
Menurut Hardani (2020, h. 150) dokumentasi merupakan cara
mengumpulkan data dengan mencatat data- data yang sudah ada yang
bertujuan sebagai pelengkap data penelitian. Pada penelitian ini teknik
dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui
dokumen-dokumen yang ada, seperti catatan-catatan, gambar,
tabel/skema, struktur organisaasi, arsip kegiatan atau peristiwa tertentu
yang berhubungan dengan penelitian.
24
Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2019, h. 438)
menjelaskan bahwa kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan terjadi secara terus menerus sampai selesai, sehingga
datanya sudah jenuh. Kegiatan dalam analisi data terdiri dari reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan.
25
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal
atau interaktif, hipotesis atau teori.
26
Masthuriyah, santri, serta kepada wakil pimpinan bidang pengembangan
ekonomi pondok pesantren Al-Masthuriyah.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi alasan mengusung tema pengembangan
ekonomi pondok pesantren melalui unit usaha integrated
farming yang dimuat dalam beberapa bagian yang terdiri dari
latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan kajian
terdahulu dan sistematika penulisan.
27
farming (pertanian terpadu) di pondok pesantren Al
Masthuriyah.
BAB V : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi bahasan mengenai analisis temuan di
lapangan yang dihubungkan dengan teori-teori yang
digunakan.
28
BAB II TINJAUAN
TEORI
29
Istilah ekonomi berasal dari bahsa Yunani, yaitu oikonomia yang
terdiri dari dua suku kata oikos yang artinya segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengelolaan ladang dan nomos yang berarti
undang-undang atau peraturan. Dalam perkembangannya, istilah ini
memiliki arti upaya yang dilakukan manusia untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangganya. Terdapat tigas aspek utama dalam
pengertian ekonomi, yaitu produksi, konsumsi, serta distribusi barang
dan jasa. Ketiga aspek tersebut merupakan sarana untuk memenuhi
kebutuhan (Haryanto, 2011, h. 15).
30
dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan yang menghambat
perkembangan pesantren secara khusus maupun masyarakat secara
umumnya termasuk dalamhal ekonomi (Supeno, 2019, h. 10).
31
pesantren terus berupaya agar mampu berdiri tanpa bergantung pada
pihak manapun. Maka dari itu, dalam pengembangannya, pondok
pesantren harus mulai membangun badan-badan usaha yang dikelola
secara mandiri. Dengan begitu, pondok pesantren tidak akan kekurangan
sumber penghidupan perekonomian untuk menjalankan lembaganya
(Supeno, 2019, h.13).
32
unit usaha produktif. Dari keuntungan usaha-usaha produktif tersebut
pesantren mampu membiayai dirinya, sehingga seluruh biaya
operasional pesantren dapat disubsidi oleh usaha ekonomi ini.
33
terutama dari kemiskinan, keterbelakangan atau kesenjangan dan
ketidakberdayaan. Menurut Muslim (2005, h. 5) tujuan lain dari
pengembangan ekonomi adalah pemberdayaan (empowerment)
masyarakat dan peningkatan ekonomi masyarakat serta kualitas hidup
masyarakat atau peningkatan harkat dan martabat masyarakat.
Pemberdayaan menurut Eddy dalam (Zubaedi, 2013, h. 24) berarti upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dengan mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi
tindakan nyata.
34
Carey (1980), Marzuki dan Suharto (1996) dalam (Suharto, 2014, h. 75-
80) bahwa secara garis besar kegiatan pengembangan ekonomit dapat
dirumuskan menjadi lima tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah erat kaitannya dengan asesmen kebutuhan
(need assesment). Kebutuhan diibaratkan sebagai kekurangan yang
mendorong masyarakat agar dapat mengatasinya. Besar atau luasnya
suatu kondisi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam
kondisi yang ingin direalisasikan ditentukan dari asesmen kebutuhan.
Dalam kaitannya ini terdapat lima jenis kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan absolut (absolute need) adalah kebutuhan dasar atau
kebutuhan minimal yang harus dipenuhi manusia agar bisa
mempertahankan kehidupannya (survive).
b. Kebutuhan normatif (normative need) adalah kebutuhan yang
didefinisikan oleh ahli atau profesional. Kebutuhan ini biasanya
ditentukan berdasarkan pada standar tertentu.
c. Kebutuhan yang dirasakan (felt need) adalah sesuatu yang dirasakan
atau dianggap oleh orang sebagai suatu kebutuhannya. Kebutuhan
ini merupakan petunjuk tentang kebutuhan yang nyata (real need).
Namun, kebutuhan ini berbeda antara satu orang ke orang lainnya,
karena kebutuhan ini tergantung pada persepsi
35
orang yang bersangkutan mengenai sesuatu yang dinginkannya pada
waktu tertentu.
d. Kebutuhan yang dinyatakan (stated need) adalah kebutuhan yang
dirasakan yang diubah menjadi kebutuhan yang tergantung pada
banyaknya permintaan.
e. Kebutuhan komparatif (comparative need) adalah kesenjangan
antara tingkat pelayanan pada wilayah yang berbeda untuk
kelompok orang yang memiliki karakteristik yang sama.
2. Penentuan Tujuan
Tujuan didefinisikan sebagai kondisi yang ingin dicapai di masa
depan. Penentuan tujuan bermaksud untuk menuntun program menuju
pemecahan masalah serta dapat dijadikan sebagai target yang menjadi
dasar bagi keberhasilan program. Terdapat dua jenis atau tingkat tujuan,
yaitu tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objective). Tujuan umum
diuraikan secara luas sehingga pencapaiannya tidak dapat diukur.
Sebaliknya, tujuan khusus merupakan pernyataan yang spesifik dan
terukur jumlahnya yang menunjukkan perkembangan kearah pencapaian
tujuan umum.
36
tugas, dan prosedur yang ditunjukkan demi membantu pemecahan
masalah dan pemenuhan berbagai kebutuhan. Suatu rencana biasanya
dikembangkan dalan bentuk kegiatan yang dijadwalkan dengan jelas.
Penyusunan program kegiatan dalam proses pengembangan masyarakat
termasuk keputusan tentang apa yang akan dilakukan demi mencapai
tujuan tersebut.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
mengimplementasikan rencana yang telah dirancang. Inti dari tahap
pelaksanaan kegiatan menunjuk pada perubahan proses perencanaan ke
dalam suatu gambaran yang ringkas dan mudah dipahami sehingga dapat
direalisasikan. apabila pemberian pelayanan atau penerapan kebijakan
merupakan suatu tujuan, maka proses atau kegiatan untuk mencapainya
adalah alat pencapaian tujuan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengukur berhasil atau tidaknya program yang
dilaksanakan, apa penyebab berhasil atau tidaknya program tersebut,
serta bagaimana tindak lanjutnya. Pada tahap evaluasi, dilakukan analisis
kembali pada awal proses perencanaan untuk menentukan apakah tujuan
yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi baru dapat
dilaksanakan ketika rencana kegiatan sudah dilaksanakan terlebih
dahulu. Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, baik secara
formal, semi formal, maupun informal
37
pada akhir proses pengembangan masyarakat dalam setiap bulan,
mingguan, ataupun harian.
38
politik dan berusaha memberdayakan atau melatih rakyat untuk
mengatasi ketidakberdayaannya. Model ini bertujuan untuk memperkuat
posisi masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan penekanan di segala
bidang dan sektor kehidupan. Caranya adalah dengan melindungi dan
membela pihak yang lemah. Dalam aktivitas pengembangan ekonomi
masyarakat, para aktivis sosial perlu memperhatikan model kedua
sebagai jembatan menuju model ketiga. Masyarakat lapis bawah dan
pinggiran perlu diberdayakan karena mereka masih memiliki kelemahan
dan kekurangan dalam keterampilan, keswadayaan, sikap kritis, sistem
komunikasi personal, partisipasi, rendahnya mutu dan taraf hidup.
E. Integrated Farming
1. Pengertian Integrated Farming (Pertanian Terpadu)
Menurut laporan badan pangan sedunia (FAO) wilayah Asia dan
Pasifik yang dikutip oleh Matheus et.al., (2019, h. 6) yang dimaksud
dengan integrated farming adalah suatu usaha tani yang memadukan
berbagai praktik pertanian dengan tanaman maupun hewan dalam suatu
sistem sedemikian rupa, sehingga ada kesinambungan antara produksi
dan pemanfaatan sumber daya alam. Konsep dasar pertanian terpadu
adalah menggabungkan berbagai macam jenis tanaman dan hewan
(ternak, ikan) dan penerapan beraneka macam teknik untuk menciptakan
kondisi yang cocok sehingga dapat melindungi lingkungan serta
39
membantu petani untuk meningkatkan produktivitas lahan dan
pendapatan melalui keanekaragaman usaha tani.
40
tanaman atau hewan yang dibudidayakan, sehingga biaya produksi
pertanian menjadi lebih efisien, karena ada rantai makanan untuk
kehidupan didalam sistem pertanian yang saling mendukung.
41
memberikan lingkungan yang sehat bagi manusia, memberikan
keuntungan kepada manusia, dan hemat energi untuk memproduksi hasil
pertanian (Matheus et.al., 2019, h. 13).
42
keuntungan secara materi tetapi juga keuntungan pangan sebagai
kebutuhan primer.
b. Peternakan. Dalam hal ini peternakan berperan sebagai sumber
energi dan penggerak ekonomi dalam integrated farming. Sumber
energi ini berasal dari daging, susu, telur, bahkan kotoran hewan.
Disamping itu, sumber penggerak ekonomi beraal dari hasil
penjualan ternak, susu, telur, bahkan bulu dan kotoran ternak.
c. Tanaman. Syarat tanaman yang dapat diusahakan dalam pertanian
terpadu diantaranya harus bernilai ekonomi serta dapat menyediakan
pakan untuk peternakan.
d. Perikanan. Ikan yang digunakan pada kegiatan ini adalah ikan air
tawar yang bisa beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak
membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang
ada dan bernilai ekonomi.
4. Manfaat Pengembangan Integrated Farming
(Pertanian Terpadu)
Matheus et.al., (2019, h. 18-20) menjelaskan bahwa penerapan
sistem pertanian terpadu nantinya diharapkan dapat menghasilkan
manfaat berupa food, feed, duel, and fertilizer atau dikenal dengan 4F:
43
peternakan dapat menghasilkan daging, telur, dan susu. Sektor
perikanan dapat menghasilkan ikan tawar seperti ikan mas, lele, nila,
dan lain-lain.
b. F2 (Feed); pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak. limbah
pertanian seperti jerami, jagung, dan kedelai dapat dimanfaatkan
untuk pakan ternak ruminansia (sapi, kerbau, dan kambing).
Sedangkan limbah pengolahan pangan pertanian seperti bekatul
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pakan ternak unggas dan ikan
air tawar.
c. F3 (Fuel); bermanfaat sebagai sumber energi alternatif. Limbah
peternakan (kotoran) dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan
biogas yang akhirnya menjadi sumber energi panas yang dapat
digunakan untuk memasak dan juga untuk penerangan.
d. F4 (Fertilizer); bermanfaat sebagai penghasil pupuk organik yang
berasal dari limbah ternak seperti air kencing ternak, sisa pakan, dan
kotoran ternak ruminansia (sapi, kerau, dan kambing) bisa diolah
menjadi pupuk organik yang berkualitas baik dalam bentuk cair
maupun padat. Sedangkan limbah dari pembuatan biogas berupa
biosyur dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik padat yang siap
diaplikasikan ke lahan.
44
5. Kendala Pengembangan Pertanian Terpadu
Bagas, et.al., dalam (Matheus, 2019, h. 24) mengemukakan
beberapa kendala yang mungkin terjadi dalam pengembangan sistem
pertanian terpadu yaitu:
a. Sistem pertanian terpadu belum dapat dipahami secara benar oleh
berbagai petani dan fasilitator.
b. Tingkat produktivitas dan hasil dari pertanian terpadu belum dapat
meyakinkan petani pada umumnya.
c. Model yang dikembangkan pertanian terpadu belum sesuai dengan
ekosistemnya.
d. Keberadaan integrator dalam pertanian terpadu belum sepenuhnya
diperhatikan.
e. Pengembangan sistem pertanian terpadu belum di dukung secara
jelas dalam kebijakan pembangunan pertanian.
Sedangkan menurut Yusuf dalam (Arimbawa, 2016, h. 18) beberapa
kendala atau permasalahan yang terdapat dalam pengembangan
pertadian terpadu adalah:
a. Kualitas sumber daya manusia yang rendah. Hal ini dapat dilihat
dari presentasi tingkat pendidikan masyarakat petani sebesar 81,72%
berpendidikan SD atau bahkan tidak tamat SD. Tingkat pendidikan
yang rendah dapat berpengaruh terhadap pola pikir.
b. Luas lahan pertanian yang dimiliki relatif rendah. Hasil penelitian
Patanas pada tahun 2000 menyebutkan bahwa di pulau Jawa sekitar
88% rumah tangga petani
45
menguasai lahan kering untuk usaha tani kurang dari 0,5 Ha.
c. Pola usaha tani yang masih bersifat tradisional serta kebiasaan
petani dalam mengelola usahanya masih sering tergantung kepada
pestisida dan pupuk kimia. Keadaan seperti ini akan sulit
ditinggalkan, sehingga membutuhkan waktu untuk mengubahnya.
d. Belum ada harga khusus atau jaminan pasar terhadap produk
organik. Sehingga produk organik masih terasa sangat berat untuk di
konsumsi oleh konsumen karena konsumen tidak mengetahui harga
dari produk tersebut.
F. Kerangka Berpikir
Berangkat dari kesadaran bahwa selama ini pondok pesantren selalu
dilabeli sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan ekonomi dari hasil
iuran dan sumbangan santri serta bantuan dari institusi formal maupun
non formal, maka menjadi alasan bagi pondok pesantren Al-Masthuriyah
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mewujudkan
kemandirian dan kesejahteraan ekonomi melalui program unit usaha
integrated farming (pertanian terpadu).
46
terwujudnya kesejahteraan pesantren khususnya dan masyaakat
sekitar pesantren umumnya.
Masalah
1. Adanya anggapan pesantren sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan
ekonomi dari hasil iuran dan sumbangan santri serta bantuan dari institusi
formal maupun non formal.
2. Ketersediaan lahan pesantren yang terbatas karena beralih fungsi menjadi
bangunan.
Solusi
Pemberdayaan ekonomi pondok pesantren melalui integrated farming
(studi pada pondok pesantren Al-Masthuriyah Cisaat Sukabumi)
47
BAB III
48
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1967 KH. Masthuro
mendirikan Madrasah Tsanawiyah Sirojul Athfal dan Sirojul Banat,
dengan bobot pendidikan 75% agama dan 25% umum. Masuknya materi
pendidikan umum bukan suatu hal yang asing, karena sejak awal mula
berdirinya madrasah ini sudah diberikan pendidikan kemasayarakatan
dengan pendekatan keagamaan atau pengamalan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari dan pendidikan keterampian dalam bidang
pertanian. Pada tahun 1968 didirikan Madrasah Aliyah Sirojul Athfal
dan Sirojul Banat sebagai lanjutan dari Madrasah Tsanawiyah. Pada
tahun ini pula, bertepatan dengan tanggal 27 Rajab, KH. Masthuro wafat
dan meninggalkan lembaga rintisannya. Setelah kepergian KH.
Masthuro, estafet perjuangan kepemimpinannya kemudian diteruskan
oleh generasi berikutnya (putra-putri, menantu, serta para alumni)
(Sumber: Profil Pondok Pesantren Al- Masthuriyah 2020).
Pada tahun 1974 nama Madrasah Sirojul Athfal dan Sirojul Banat
resmi diubah menjadi Al-Masthuriyah. Hingga saat ini pesantren Al-
Masthuriyah atau pesantren Tipar julukan dari masyarakat sekitar telah
mengalami perkembangan yang pesat, dalam bidang pendidikan tidak
hanya mengembangkan pondok pesantren saja, namun juga
megembangkan RA, MI, MD, MTs, SMP, MA, SMA, SMK, dan STAI.
Adapun sistem pengajaran yang dipergunakan yaitu mengembangkan
jenjang pengajaran thalabah
49
khususiyah yang meliputi bidang kajian ilmu tafsir, hadits, dan fiqih
(http://almasthuriyah.id/, diakses pada 13 Juli 2021).
50
10. Website :
http://www.almasthuriyah.id/
2. Misi
Mempersiapkan peserta didik dengan memacu aspek intelektual,
kepribadian, dan jasmaniyah. Sehingga mampu menjungjung tinggi
nilai-nilai keilmuan dengan akhlakul kharimah.
51
1. Dewan Pengasuh ● Drs. KHA. Aziz Masthuro
● KH.M. Sholeh
● Drs. KH. Hamdun Ahmad,
M.Ag.
● Hj. E. Subaehah
● Hj. St. Shobihat
● Hj. St. Rofi’ah
● Hj. Lya Huliyati, S.Ag.
52
Wakil Pimpinan Bidang Dr. KH. Abubakar Sidik, M.Ag.
8.
Pendidikan dan
Pengajaran
Staf Wakil Pimpinan Dr. R. Dedi Supriatna, M.Ag.
Bidang Pendidikan dan
Pengajaran
Wakil Pimpinan Bidang Ayi Abd, Basith, S.Ag.
9.
Keamaman dan
Ketertiban
Staf Wakil Pimpinan Dede Rusman, S.Kom.I
Bidang Keamaman dan
Ketertiban
Wakil Pimpinan Bidang Unsul Fuadi, SE
10.
Santri Putra
Staf Wakil Pimpinan Zidni, S.Kom
Bidang Santri Putra
Wakil Pimpinan Bidang Nurul Fadilah, S.Pd.
11.
Santri Putri
Staf Wakil Pimpinan Lisda Lisdiantini, S.Ag.
Bidang Santri Putri
Wakil Pimpinan Bidang Farhan Zayyid, SE, MM
12.
Keuangan dan
Kesejahteraan
Staf wakil Pimpinan Bagian Keuangan
Bidang Keuangan dan
Kesejahteraan
53
13. Wakil Pimpinan Bidang Drs. H.A. Yusuf S. F., M.Ag.
Sarpras
Staf Wakil Pimpinan Jamaluddin Ibrahim, S.Ag.
Bidang Sarpras
14. Wakil Pimpinan Bidang H.M. Fauzi, S.Ag.
Kesehatan dan
Kebersihan
Staf Wakil Pimpinan M. Sulaeman Nur, M.Pd.
Bidang Kesehatan dan
Kebersihan
Wakil Pimpinan Bidang Oman Zaenuurohman
15.
Pengembangan Ekonomi
Staf Wakil Pimpinsn Nia Nugraha, SE
BidangPengembangan
Ekonomi
Wakil Pimpinan Bidang Endang Iskandar, S.IP
16.
Kealumnian
Staf Wakil Pimpinan Teti Herawati, S.Pd.I
Bidang Kealumnian
Kepala TU Dr. R. Dedi Supriatna, M.Ag.
17.
54
E. Fasilitas dan Sarana Penunjang
Berikut ini meurpakan fasilitas sarana dan prasarana penunjang
yang terdaat di Pondok Pesantren Al-Masthuriyah (Sumber: Profil
Pondok Pesantren Al-Masthuriyah 2020):
1. Mesjid, dengan kapasitas + 2000 orang
2. Asrama Putra 2 gedung, masing-masing berlantai 3.
3. Asrama Putri sebanyak 23 asrama
4. Gedung Serbaguna, dengan kapasitas + 2000 orang.
5. Gedung Belajar sebanyak 6 gedung
6. Gedung Perpustakaan Digital
7. Lab. Komputer, dengan kapasitas 80 unit.
8. Lab. Mengetik dengan kapasitas 35 unit.
9. Lab. Bahasa, dengan kapasitas 60 orang
10. Sarana Olah Raga (bola basket, bola volly, futsal, bulutangkis,
dan pencak silat).
11. Poliklinik
12. Koperasi Pondok Pesantren /LPE 13
13. Mini Market / Toserba
14. Wartel/Warnet
15. Sarana Budidaya Perikanan System Bioflok
16. Sarana Pertanian Terpadu / Integrated Farming
55
kegiatan pertanian yang memadukan berbagai tanaman dan hewan ternak
maupun ikan dengan menerapkan berbagai teknik demi menciptakan
kondisi yang cocok untuk melindungi lingkungan juga membantu
meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan melalui berbagai jenis
usaha tani. Integrated farming pondok pesantren Al- Masthuriyah
merupakan program pengembangan dari pengelolaan sarana dan
prasarana perikanan budidaya lele sistem bioflok yang di integrasikan
dengan sistem pertanian.
56
Dari penjelasan diatas, pondok pesantren Al-Masthuriyah
mendapatkan bantuan sarana instalasi pertanian unit usaha integrated
farming dari Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat pada 23 Juli 2020 lalu.
Unit usaha ini dibangun di lahan seluas ±2000 𝑚2 yang melibatkan
pengurus pondok pesantren, santri, dan masyarakat sekitar dalam
pengelolaannya. Lokasi dari unit usaha integrated farming berada di
belakang komplek pondok pesantren Al- Masthuriyah. Unit usaha ini
dikoordinatori oleh Bapak Oman Zainurrahman sebagai wakil bidang
pimpinan pengembangan ekonomi.
57
yang berkaitan dengan
kegiatan integrated
farming
Dadang Karyawan Melaksanakan pekerjaan
Yuyus tetap sesuai dengan tugasnya
Idrus seperti:
Ajid 1. bertanggung jawab
Cucu penyemaian
2. pengemasan dan
penataan polybag
3. bertanggung jawab
pada pemeliharaan dan
pengawasan
4. mengontrol waktu
pemberian pakan dan
nutrisi.
5. bertanggung jawab
pada panen dan
produksi
58
pertanian sayur organik yang terdapat pada unit usaha
integrated farming:
59
350/ekor atau ukuran konsumsi 6-8 ekor/kg dengan harga jual kisaran Rp
17.500/Kg.
a. Pembersihan
Sayuran yang dipanen biasanya dibersihkan dari sisa-sisa media
tanam yang menempel, seperti akar kangkung setelah dicabut dari netpot
harus dibersihkan dari lumpur-lumpur yang mengendap.
b. Penyortiran
Selain karyawan, santri terkadang dilibatkan untuk menyortir dan
memilah sayur yang telah dipanen. Misalnya pada kangkung, disortir
daun-daun dari bawah dengan jarak
60
10 cm dibuang dan dirapihkan kemudian dipilih untuk dikelompokkan
yang bagus dan yang kurang bagus.
c. Pengemasan
Setelah ditimbang masing-masing seberat 250 gram, sayuran
kemudian dibungkus kedalam plastik yang sudah diberi lubang fentilasi
sebelumnya. Pengemasan dilakukan untuk menjaga kualitas dan
keamanan produk serta untuk menambah daya tarik konsumen.
d. Pemasaran
Pemasaran dilakukan secara retail maupun grosiran dalam
lingkungan pondok pesantren dan juga pasar lokal maupun luar wilayah
Sukabumi.
61
menerus sehingga secara perlahan pada akar tanaman akan terbentuk
lapisan tipis (film) larutan nutrisi sebagai makanan.
b. Fertigasi Tetes
Sistem irigasi tetes merupakan metode hidroponik yang cara
pemberian air dan nutrisinya diberikan dalam bentuk tetesan. Sistem ini
sangat mengandalkan pengaturan waktu (timmer) untuk menyalakan
pompa air. Pada sistem ini tanaman ditumbuhkan didalam polybag yang
berisi media tanam berupa campuran sekam bakar, cocopeat, dan
kompos
62
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara air, nutrisi, dan
oksigen serta sebagai tempat menopang akar dan batang tanaman.
63
Gambar 3. 4 Sarana Pertanian Dutch Bucket System (DBS)
64
BAB IV
65
Agar proses pengembangan ekonomi yang dilakukan pondok
pesantren Al-Masthuriyah melalui unit usaha integrated farming dapat
berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya tahapan-tahapan yang
dilakukan melalui tahap identifikasi masalah, penentuan tujuan,
penyusunan dan pengembangan rencana kegiatan, tahap pelaksanaan
kegiatan, dan tahap evaluasi. Hasil temuan penelitian mengenai tahapan-
tahapan pengembangan ekonomi adalah sebagai berikut:
66
muncul pakan budidaya maggot. Limbah dari pesantren
dimanfaatkan untuk pakan maggot.” (wawancara dengan Bapak
Oman, 2021)
“Tapikan karena kita emang gak ada modal, jadi awalnya kita
ngajuin dulu bikin proposal, kan BI nanya mau bikin apa
misalkan. Misalnya mau bikin kangkung karena kangkung lagi
booming di Indonesia misalnya, kan emang bener kangkung
hidroponik lagi booming. Tempatnya udah ada? Oh udah ada.
Tenaganya untuk pekerja udah ada? Dibikin proposal lah gitu
terus ngajuin bahan apa yang dibutuhkan barang, misalkan kaya
pipa paralon, terus netpot, terus paranet itu ya.” (wawancara
dengan Bapak Dadang, 2021)
Pada tahap ini pula dilakukan sebuah diskusi antara penanggung
jawab unit usaha integrated farming dengan melibatkan karyawan dan
saling memberikan pendapat mengenai kegiatan yang akan dijalankan.
Dalam diskusi
67
tersebut menerangkan mengenai cara serta berbagai kebutuhan yang
diperlukan.
“Iya saya waktu itu ikut diskusi tentang apa itu kegiatan nanem.
Kebetulan kan di pondok ada tempatnya gitu. Dijelasin cara-
caranya....” (wawancara dengan Bapak Dadang, 2021)
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Yuyus pada wawancara
yang telah dilaksanakan sebagi berikut:
“Ya kan kita bisa membaca kan gitu ya kesadaran kita. Kita
awalnya diskusi apa yang kita butuhin gitu. Kurangnya apa emmhh
apa itu awalnya.” (wawancara dengan Bapak Yuyus, 2021)
2. Penentuan Tujuan
Sebagaimana hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti
sebelumnya, bahwa pada tahap ini tujuan yang ingin dicapai dari proses
pengembangan ekonomi pesantren melalui integrated farming
diformulasikan kedalam beberapa tujuan, serta menyusun cara untuk
mencapai berbagai tujuan tersebut. Berikut ini pernyataan dari beberapa
informan mengenai tujuan dari integrated farming:
68
“Kalo tujuannya ini sebetulnya ini buat lingkungan almas untuk
meningkatkan ekonomi.” (wawancara dengan Ahmad Rifai, 2021)
69
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Yusus pada wawancara
yang telah dilakukan sebagai berikut:
70
permasalahan yang ada. Berikut pernyataan dari bapak Oman mengenai
penyusunan rencana kegiatan:
71
ko gapake ini, ya itukan warga kan masih hal yang baru yah.”
(wawancara dengan Bapak Oman, 2021)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa metode
pertanian modern yang akan dilaksanakan terdiri dari NFT atau DFT.
Tidak hanya NFT atau DFT, terdapat instalasi pertanian modern lainnya
yaitu instalasi fertigasi tetes, Dutch Bucket System (DBS), serta sarana
budidaya maggot sebagai salah satu alternatif pengolahan sampah.
Adapun pola metode pertanian modern yang tidak umum ini menjadi
alasan dilakukannya sosialisasi dan diskusi mengenai sistem
budidayanya sehingga kedepannya masyarakat tidak kaget dengan pola
metode yang seperti ini.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan temuan lapangan, pada awal diadakannya integrated
farming ini mendapat bantuan modal untuk sarana dan prasarana dari
Bank Indonesia Jawa Barat. Seperti yang diutarakan oleh bapak Oman
sebagai berikut:
“Kan ini awalnya dari bantuan yah, dari bantuan ini kita
kembangin terus abis itu kita mulai membangun sarana
prasarananya kemudian di integrasikan. Untuk sarana kangkung ini
kan ada sembilan meja yah. Kalau di itung luasnya ada 7x20 meter
lah.” (wawancara dengan Bapak Oman, 2021)
Hal serupa juga disampaikan oleh Ahmad pada wawancara yang
telah dilakukan sebagai berikut:
72
menyumbangnya berapa juta ya pertamanya itu berapa jutanya gak
tau.” (wawancara dengan Ahmad, 2021)
Dari hasil wawancara diatas langkah awal yang dilakukan pada
tahap pelaksanaan kegiatan ini setelah mendapatkan bantuan modal yaitu
mengembangkan, membangun dan mempersiapkan sarana dan prasarana
untuk pertanian modern yang kemudian di integrasikan dengan
perikanan. Hal serupa juga diutarakan oleh bapak Yuyus sebagai berikut:
73
hanya dilakukan sebatas sharing pengalaman saja. Berikut pernyataan
lanjutan dari bapak Oman:
"Karena kita kan ini bantuan dari pemerintah dan pesantren ini
basicnya bukan perikanan dan pertanian ya tetep ada orang yang
di latih, ngelatih, di bina dulu supaya itu dia menularkan ke
orang-orang yang baru, ke pekerja, siapapun lah yang datang.
Secara teknik pelatihannya sih kita kadang lagi begini ya emmhh
ada pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah secara
langsung tapi ada juga yang kita briefing aja gitukan kita lakukan
pelatihan secara internal, sharing pengalaman gitu aja.”
(wawancara dengan Bapak Oman, 2021)
Pelaksanaan kegiatan sharing pengalaman tersebut dimaksudkan
untuk memotivasi dan menarik minat serta menambah pengetahuan
santri dan masyarakat sekitar dalam pengelolaan pertanian modern ini,
juga sebagai percontohan sehingga santri dan masyarakat sekitar
pesantren dapat tergerak dan ikut berpartisipasi memelihara tanaman.
Selain meningkatkan pengetahuan, kegiatan sharing ini dimaksudkan
untuk mengembangkan kegiatan dengan cara yang baru. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari bapak Dadang sebagai berikut:
“Saya juga awalnya gatau kangkung hidroponik, gak pernah nanem
kangkung. Cuman ada orang yang ahli pertanian dateng. Makanya
kita sharing sama yang sudah tau gitu, jadi saya liat-liat. Cuman
kalau teori, kaya penyemaian, pemupukan saya gak tau ribet.
Cuman saya mah nanem, dicoba gitu. Tapi alhamdulillah hasilnya
mah memuaskan tidak mengecewakan.” (wawancara dengan Bapak
Dadang, 2021)
74
5. Evaluasi
“Kadang suka ada, ini misalkan kurang apa nih ini seperti
perkebunan. Kalo lele ini bagusnya bagaimana. Ada ini juga
evaluasi untuk misalkan dari pemberian pakan untuk lele bagusnya
bagaimana, kalo seperti waktu datang penyakit ini bagusnya
kolamnya bagaiamana dulu. Kalo evaluasi biasanya kadang-
kadang kalo pak oman udah ada waktu kadang kesini ngontrol ke
tiap lokasi katanya ini kurang ini, ini, ini ya memang ada
pengarahan dari pak Oman karena yang emmmhh itunya memang
pak Oman.” (wawancara dengan bapak Ajid, 2021)
Pengawasan ini perlu diadakan karena pola budidaya yang
digunakan membutuhkan perawatan secara ketat. Berikut pernyataan
dari bapak Oman:
“Ya kalo bicara pengawasan tetep karena ini kan harus diawasi
secara ketat. Kapan kita harus nanem, kapan kita harus emmhh
pindah tanam, kita harus panen. Sebab kalau gak di begitukan
nanti kalau kita nanem terus kalo pasar nya belum ada terus
overload bingung kita ngelemparinnya kemana. Nah jadi tetep
harus di
75
kontrol. Jadi nanem ini harus kita schedule kan.” (wawancara
dengan Bapak Oman, 2021)
Dari hasil wawancara diatas dapat diletahui bahwa kegiatan
pengawasan ini biasa dilakukan guna menghindari hasil panen berlebih
ketika tidak ada permintaan dari pasar. Maka dari awal proses tanam,
pindah tanam, sampai panen semua harus dijadwalkan. Selain
melakukan pengawasan, evaluasi juga perlu dilakukan demi
meminimalisir hambatan yang ada. Berikut pernyataan dari bapak
Dadang:
“Iya ada evaluasi apa yang kurang, dari apa kebanyakan itu dari
ekonomi. Kadang sebulan sekali, seminggu sekali, dua minggu
sekali, dua bulan sekali gimana ada waktunya dan berkumpulnya
gitu. Kalo berkumpul biasanya evaluasi, kalo ada yang janggal gitu
apa-apa yang belum di selesaikan evaluasi dulu.” (wawancara
dengan Ahmad, 2021)
76
Dari pernyataan diatas dapat diperoleh informasi bahwa evaluasi ini
dilaksanakan dengan persoalan yang dibahas mengenai kondisi tanaman,
air yang digunakan serta hasil yang didapatkan. Kegiatan ini biasa
dilakukan untuk mengetahui keluhan, kebutuhan, kelebihan dan
kekurangan, serta kondisi di lapangan. Evaluasi ini penting dilakukan
demi peningkatan dan perkembangan kegiatan integrated farming.
Namun, dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
pelaksanaan evaluasi ini masih belum memiliki jadwal yang pasti,
sehingga evaluasi dilaksanakan ketika semua yang terlibat memiliki
waktu untuk berkumpul.
77
mampu berkontribusi terhadap operasional pondok pesantren. ”
(wawancara dengan Bapak Oman, 2021)
Hal serupa juga diutarakan oleh Bapak Dadang:
“Kalo bicara meningkat ya pasti meningkatkan ekonomi pesantren.
” (wawancara dengan Bapak Dadang, 2021)
Berdasarkan penjelasan tersebut, pondok pesantren Al- Masthuriyah
mendapatkan tambahan pemasukan dari unit usaha integrated farming
yang digunakan untuk membantu biaya operasional pesantren. Walaupun
unit usaha integrated farming bukan sumber utama pemasukan untuk
pondok pesantren, namun setidaknya dengan adanya unit usaha
integrated farming dapat ikut menambah pemasukan pondok pesantren
untuk biaya operasional. Lebih lanjut lagi Bapak Oman menjelaskan
rincian pendapatan dari unit usaha integrated farming:
78
Berikut ini hasil perhitungan modal dan keuntungan unit usaha integrated farming
yang didapatkan dalam sekali panen:
B. Penyediaan Benih
Kangkung Bangkok 10 Kg Rp 75.000 Rp 75.000
Bayam Hijau/Merah 5 Pack Rp 20.000 Rp 100.000
Pakcoy 10 Pack Rp 35.000 Rp 350.000
Selada 5 Pack Rp 50.000 Rp 250.000
Melon 5 Pack Rp 75.000 Rp 375.000
Rp 1.825.000
79
C. Pemeliharaan Rutin
Obat-obatan Organik 1 Paket Rp 500.000 Rp 500.000
(Disesuaikan Keadaan)
Listrik 0 Paket Rp 150.000 Rp 150.000
Perawatan dan pemeliharaan Rp 1.671.425
insfrastruktur 3% Musim
Rp. 2.321.425
D. Biaya Tenaga Kerja
80
Tabel 4. 2 Perhitungan Hasil Panen Budidaya Holtikultura Aquaponik Sistem
NFT dan DBS
81
Tabel 4. 3 Hasil Selisih Margin Budidaya Holtikultura Aquaponik Sistem
NFT dan DBS
Zakat/Infaq/Shodaqoh 5% Rp 1.524.154
Laba Bersih Hasil Usaha Rp 22.862.306
84
Tabel 4. 6 Estimasi Hasil Panen dan Penjualan Budidaya Holtikultura Aquaponik
Sistem Fertigasi Tetes
85
Tabel 4. 7 Hasil Selisih Margin Budidaya Holtikultura
Aquaponik Sistem Fertigasi Tetes
88
Tabel 4. 10 Perhitungan Hasil Panen Budidaya Lele Sistem
Bioflok
HASIL PENJUALAN
Produk Item Masa Panen Harga Total
Penjualan Ekor 1 Periode/ Rp 350
Benih 237.500 Bulan Rp 83.125.000
Penjualan Kg 2 Periode/ Rp 17.500 Rp 105.000.000
Konsumsi 3.000 Bulan
Rp 188.125.000
Sumber: Dokumen Laporan Rincian Pengelolaan Lele Bioflok
89
Tabel 4. 12 Laba Bersih Budidaya Lele Sistem Bioflok
90
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil panen unit
usaha integrated farming dari sarana pertanian hidroponik NFT (Nutrient
Film Technique) dan DBS (Dutch Bucket System) sebesar Rp 30.483.075
dengan pembagian hasil sebanyak 15% untuk biaya pembangunan usaha
pesantren, 5% untuk pemilik lahan, dan 5% untuk ZIS, maka keuntungan
bersih yang didapat sebanyak Rp 22.862.306 per musim panen dalam
kurun waktu ± 2 bulan.
91
Tabel 4. 13 Perhitungan Kasar Hasil Panen Integrated Farming
Selama Satu Tahun
TOTAL Rp 427.018.184
Sumber: Dokumen Analisa Usaha Integrated Farming (Diolah
oleh peneliti)
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa total pendapatan hasil panen
unit usaha integrated farming pondok pesantren Al-Masthuriyah selama
kurun waktu satu tahun sebesar Rp 427.018.18. Hasil pendapatan tersebut
digunakan sebagai sumber pemasukan keuangan dalam upaya menunjang
biaya operasional pondok pesantren yang terdiri dari biaya pemeliharaan
bangunan, listrik, pembelian ATK, gaji guru dan pegawai, dan biaya
lainnya.
92
“...untuk biaya operasional perbulan pesantren ini keseluruhannya
dari unit pendidikan yang ada di pondok kurang lebih 275 juta.”
(wawancara dengan Bapak Oman, 2021)
Jika dalam kurun waktu satu bulan biaya operasional yang
dikeluarkan sebanyak 275 juta, maka dalam satu tahun biaya operasional
yang dikeluarkan oleh pesantren kurang lebih sebanyak 3,3 miliar. Dari
total biaya operasional pesantren dalam setahun tersebut, sebanyak Rp
427.018.184 atau setara dengan 13% disubsidi oleh unit usaha integrated
farming.
93
beban ekonomi, media yang digunakan juga gampang. Kita kerja
dapat uang dan sebagian ada apa hobi juga. Jadi kaya menjalankan
hobi gitu terus mendapatkan penghasilan juga. Jadi gak susah.”
(wawancara dengan Bapak Dadang, 2021)
“Kalo untuk sehari-hari yah saya bersyukur gitu neng yah ada dari
mulai emmhh waktu di bangunan dengan sekarang, sekarang kan
ada lebih dikasih lebih yah buat tambah-tambah.” (wawancara
dengan Bapak Dadang, 2021)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa peningkatan
ekonomi juga dapat dirasakan oleh masyarakat yang ikut terlibat sebagai
karyawan. Adanya unit usaha integrated farming ini juga secara tidak
langsung dapat membantu dari segi kesehatan yang dalam hal ini yaitu
sebagai alternatif pengobatan stress. Aspek lainnya yaitu dari segi
kemanusiaan yang dalam hal ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
94
“Iya secara tidak langsung itu mah otomatis. Contohnya begini aja
ya neng yah, neng disini misalkan belum tau, itu secara otomastis
neng pasti dapet ilmunya. Kalo nengnya mau di bimbing misalnya,
pasti dapet. Jangan kan elmunya, hasilnya itu yang namanya usaha
kan kita mau hasil, yang namanya hasil itu kita bisa dapet makan,
bisa dapet uangnya, double neng. Itu pasti otomatis.” (wawancara
dengan Bapak Dadang, 2021)
Begitu juga yang disampaikan oleh bapak Ajid sebagai berikut:
95
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Ekonomi
Pondon Pesantren Al-Masthuriyah Melalui Unit Usaha Integrated
Farming
Dalam pelaksanaan suatu program pengembangan ekonomi biasanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari internal maupun
eksternal. Hal ini juga terjadi dalam pengembangan ekonomi pondok
pesantren Al- Masthuriya melalui unit usaha integrated farming, dimana
terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi
jalannya kegiatan tersebut.
1. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan beberapa narasumber,
yang menjadi faktor pendukung pada proses pengembangan ekonomi
melalui unit usaha integrated farming di pondok pesantren Al-
Masthuriyah yaitu:
“Ya pendukungnya mah karena ini sarana sudah ada ya kan ya kita
gak modal kan, nah itu ya kita tinggal ngelanjutin tinggal kemauan
aja.” (wawancara dengan Bapak Yuyus, 2021)
96
Hal yang berbeda di sampaikan oleh bapak Ajid pada wawancara
yang telah dilakukan sebagai berikut:
2. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan suatu program, tentu tidak akan selalu berjalan
mulus tanpa adanya suatu hambatan. Dalam kegiatan integrated farming,
pemasaran hasil kegiatan menjadi salah satu faktor penghambat pada
kegiatan tersebut.
97
Hal ini dikarenakan tidak semua orang mengetahui tentang bagaimana
cara memasarkan suatu produk. Hal ini seperti yang dikatakan oleh bapak
Yuyus sebagai berikut:
“Sebetulnya tidak ada kendala, yang ada kendala ini di mareket yah.
Satu di market karena tidak semua orang bisa memasarkan. Karena
misal ini kangkung mahal kan, kalau yang biasa kangsung emmhh
dipasar diwarung harga dua rebu perak ini bisa empat rebu perak
seiketnya. Nah itu yang jadi kendala karena ini kangkung harus
dipasarkan menengah keatas ya kalo menengah kebawah kita sulit
memasarkan dan saya pun sampai saat ini belum bisa memasarkan
ke super market karena harus ya ada beberapa yang ditempuh yah.
Kudu kandel kulit bengeut.” (wawancara dengan Pak Yuyus, 2021)
Hal ini juga diperjelas oleh pernyataan bapak Oman pada
wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut:
98
kuning warnanya itu, ulet juga ada. Cuman gampang tinggal beli
bawang bodas satu suing sama sunlight di blender. Ya kendala
lainnya ya gak ada sih kalau, kalau panen nya aja sama ngebersihin
bekas panen itu yang ribet gitu, ekstra tenaga lah gitu sampe sakit
pinggang gimana lah gitu. (wawancara dengan Pak Dadang, 2021)
Dari hasil wawancara diatas, dapat diperoleh informasi bahwa
kendala yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan integrtaed
farming sebagai upaya pengembangan ekonomi pesantren menurut setiap
informan berbeda-beda. Beberapa kendala tersebut diantaranya yaitu
hama dan cuaca. Dalam hal ini, faktor penghambat tesebut dapat
mempengaruhi kondisi tanaman menjadi kurang baik. Secara tidak
langsung dengan kondisi tanaman yang tidak baik ini dapat menurunkan
kualitas dan harga jual nantinya. Kendala lainnya yaitu kekurangan
sumber daya manusia, hal ini akan sangat terasa ketika musim panen tiba.
Namun, satu yang paling menghambat yaitu pemasaran, hal ini terjadi
karena pengetahuan dan SDM yang terbatas.
99
BAB V PEMBAHASAN
100
Dalam proses pengembangan ekonomi pondok pesantren Al-
Masthuriyah melalui unit usaha integrated farming memiliki beberapa
tahapan sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Carey (1980),
Marzuki dan Suharto (1996) dalam (Suharto, 2014, h. 75-85) yaitu
identifikasi masalah, penentuan tujuan, penyusunan dan pengembangan
rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dn evaluasi yang akan dijelaskan
melalui uraian dan pemaparan sebagai berikut:
Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Oman pada bab IV bahwa pihak
pondok pesantren memiliki ide untuk mengembangkan sarana perikanan
budidaya lele bioflok agar menjadi sesuatu yang lebih bernilai guna
dengan cara membuat strategi mengintegrasikan budidaya lele dengan
pertanian. Kebutuhan yang dirasakan dalam hal ini yaitu mengenai
pembangunan sarana dan prasarana pertanian yang terkendala pada
biaya, namun hal tersebut dapat diantisipasi
101
melalui bantuan dana dari Bank Indonesia yang sebelumnya diajukan
oleh pihak pondok pesantren.
102
Dari pembahasan diatas apabila mengacu pada pendapat Suharto
(2014, h. 77) bahwa terdapat dua jenis atau tingkat tujuan, yaitu tujuan
umum (goal) dan tujuan khusus (objective). Maka, tujuan umum yang
diperoleh dari data dan temuan pada penelitian ini yaitu sebagai sarana
pelatihan dan pengembangan keterampilan santri dan masyarakat sekitar
dalam bidang perikanan dan pertanian. Sedangkan tujuan khususnya
yaitu sebagai sumber pemasukan keuangan dalam upaya menunjang
biaya operasional pesantren.
103
maka tujuan dari suatu kegiatan tidak akan tercapai dan kegiatan tersebut
tidak akan pernah maju.
104
budidaya maggot sebagai salah satu alternatif pengolahan sampah
organik.
105
5. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini pihak pondok pesantren Al-Masthuriyah melakukan
pengawasan dan evaluasi kegiatan integrated farming yang dalam hal ini
diwakilkan oleh penanggung jawab unit usaha integrated farming yaitu
bapak Oman. Berdasarkan data dan temuan pada bab sebelumnya dapat
diketahui bahwa pengawasan pada program kegiatan integrated farming
biasanya dilakukan bapak Oman secara langsung datang ke lokasi sarana
integrated farming dan memberikan pengarahan kepada santri ataupun
masayrakat yang terlibat dalam integrated farming.
106
dilaksanakan, apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta
bagaimana tindak lanjutnya.
107
pemasukan keuangan untuk menunjang biaya operasional pondok
pesantren. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Mursyid (2011) pada
jurnalnya bahwa salah satu model usaha ekonomi yang berjalan di
lingkungan pesantren yaitu usaha ekonomi pesantren untuk mendukung
biaya operasional pesantren. Dalam kurun waktu satu tahun, kurang
lebih sebanyak 13% dari total pengeluaran pondok pesantren Al-
Masthuriyah untuk biaya operasional pesantren di bantu dari hasil
penjualan produk unit usaha integrated farming. Oleh karena itu, dari
hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa penghasilan yang
didapatkan dari unit usaha integrated farming dapat meningkatkan
pendapatan pesantren untuk membantu kemandirian ekonomi pesantren.
108
farming mereka bisa memiliki pengalaman dibidang perikanan dan
pertanian.
Apa yang dirasakan para santri dan masyarakat yang ikut terlibat
pada kegiatan integrated farming sebelumnya sama seperti apa yang
dikemukakan oleh Suharto (2014, h. 60) bahwa tujuan dari
pengembangan ekonomi adalah untuk mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial.
109
C. Faktor Pengembangan Ekonomi Pondon Pesantren Al-
Masthuriyah melalui Unit Usaha Integrated Farming
Dalam pelaksanaannya, setiap kegiatan biasanya dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Begitu juga
yang terjadi pada pelaksanaan proses pengembangan ekonomi pondok
pesantren Al- Masthuriyah melalui intregrated farming, dimana terdapat
faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi jalannya
kegiatan tersebut yang meliputi:
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang pertama yaitu sumber daya, sumber daya ini
meliputi lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana
yang memadai dibantu dengan pengurus yang dalam hal ini adalah
fasilitator yang memang ahli dibidangnya. Kedua yaitu motivasi,
motivasi dari dalam diri sendiri yang dipengaruhi oleh niat dan kemauan
untuk berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Motivasi ini
dapat menjadi modal utama dalam menjalankan kegiatan integrated
farming terlebih jika disertai dengan kejujuran dan keinginan untuk
bekerja keras.
2. Faktor Penghambat
Menurut Yasma yang dikutip oleh (Arimbawa, 2016, h.18) bahwa
yang menjadi salah satu kendala dalam intergated farming yaitu kualitas
sumber daya manusia yang rendah. Sama halnya dengan data dan
temuan penelitian
110
bahwa yang menajdi faktor penghambat yaitu rendahnya kualitas sumber
daya manusia yang dalam hal ini dapat menghambat pemasaran, karena
tidak semua orang mengetahui bagaimana cara memasarkan produk
terlebih produk pertanian organik. Kurangnya sumber daya manusia yang
terlibat juga menjadi kendala lainnya. Baik santri dan masyarakat yang
ikut bergabung dengan kegiatan ini tidak terlalu banyak sehingga ketika
proses panen tiba terasa lebih berat.
111
BAB VI SIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan
diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
112
c. Tahap penyusunan dan pengembangan rencana kegiatan, pada
tahap ini kegiatan yang disusun dan direncanakan yaitu berusaha
melibatkan masyarakat sebagai kemitraan atau kerjasama
pengelolaan dalam memanfaatkan sarana prasarana yang dimiliki
oleh pondok pesantren yang terdiri dari budidaya lele bioflok,
pertanian NFT atau DFT, fertigasi tetes, dutch bucket system
(DBS), serta sarana budidaya maggot untuk dikelola sehingga
dapat bernilai secara ekonomis.
d. Tahap pelaksanaan kegiatan, dalam pelaksanaan kegiatan
integrated farming terdapat pelatihan secara internal, briefing dan
sharing pengalaman yang bertujuan untuk memotivasi dan
menarik minat santri dan masyarakat sekitar yang terlibat sehingga
menambah pengetahuan mereka mengenai pengelolaan pertanian
modern.
e. Tahap evaluasi, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
di lapangan, meminimalisir hambatan, serta mengetahui penyebab
hasil panen yang bagus dan yang kurang bagus.
2. Hasil dari pengembangan ekonomi ekonomi yang dilakukan pondok
pesantren Al-Masthuriyah melalui unit uaha integrated farming
menunjukkan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi pesantren
sebagai sumber pemasukan keuangan untuk menunjang biaya
operasional pondok pesantren serta meningkatkan
113
ekonomi masyarakat sekitar karena dapat menciptakan lapangan
pekerjaan. Selain itu, hasil lainnya yaitu dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, pengalaman santri dan masyarakat
sekitar mengenai budidaya perikanan dan pertanian modern.
3. Faktor pendukung dalam proses pengembangan ekonomi pondok
Pesantren Al-Masthuriyah melalui integrated farming yaitu adanya
sarana dan prasarana yang memadai serta motivasi dari dalam diri
sendiri yang dipengaruhi oleh niat dan kemauan untuk berkembang
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dibalik faktor pendukung
terdapat kendala yang menjadi faktor penghambat, diantaranya yaitu
rendahnya kualitas sumber daya manusia, kurangnya sumber daya
manusia yang terlibat, serta faktor penghambat lainnya yaitu hama
dan cuaca.
114
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang
diberikan pada penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Keterbatasan sumber daya manusia mengakibatkan jalannya kegiatan
integrated farming terhambat. Maka dari itu, demi keberlangsungan
kegiatan integrated farming penulis berharap agar pondok pesantren
Al- Masthuriyah dapat menambah sumber daya manusia sehingga
program ini bisa berjalan maksimal dan mendatangkan manfaat bagi
semua pihak yang terlibat didalamnya.
2. Pada pelaksanaan kegiatan, kegiatan pelatihan atau sharing
pengalaman perlu ditambah terutama pelatihan mengenai pemasaran
oleh orang yang memang ahli dibidang pemasaran. Hal ini dilakukan
agar santri maupun masyarakat yang terlibat dapat semakin
menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan tidak terkendala
lagi dalam proses pemasaran sehingga mendapatkan hasil yang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mampu memberikan inovasi
baru dengan cakupan kajian yang diteliti bisa lebih luas dan
mendalam agar diperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian yang
sekarang.
115
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Hardani, Andriani, H., Ustiawatyi, J., Utami, E. F., Sukmana, D. J., &
Istiqomah, R. R. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu.
116
Suyitno. (2018). Metode Penelitian Kualitatif: Konsep, Prinsip dan
Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka.
117
Kabupaten Pinrang Sebagai Poros Utama Pemenuhan Pangan Nasional.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 1, No. 2 , 99-104.
118
Nurcholis, M., & Supangkat, G. (2011). Pengembangan Integrated Farming
System Untuk Pengendaliah Alih Fugsi Lahan Pertanian. Prosiding
Seminar Nasional Budidaya Pertanian , 71-84.
Sumber Dokumen
Dokumen Laporan Rincian Hidroponik Fertigasi Tetes Dokumen
Laporan Rincian Hidroponik NFT dan DBS
119
Dokumen Laporan Rincian Pengelolaan Lele Bioflok Dokumen Profil
Pondok Pesantren Al-Masthuriyah 2020
Sumber Website
120
LAMPIRAN
121
Lampiran 1 : Surat-surat
122
123
124
Lampiran 2 : Dokumentasi penelitian
125
Proses semai Paska panen daun bawang
126
Lampiran 4 : Catatan Observasi
127
peneliti dapat
memperoleh data
mengenai sejarah dan
profil dari pondok
pesantren Al-
Masthuriyah melalui
dokumen pondok
pesantren yang
diberikan oleh Pak
Daden.
2. 2 Juli 2021 Keadaan Setelah mendapat
lokasi sarana arahan dari Pak Daden,
dan selanjutnya peneliti
prasarana menguhubungi Pak
integrated Oman untuk meminta
farming izin melalukan
Hasil penelitian dan
pengembang melakukan wawancara.
an ekonomi Beliau menyarankan
pondok untuk diadakannya
pesantren pertemuan dan pada
Al- saat itu diputuskan
Masthuriyah untuk sementara
melalui unit dilakukan via google
usaha meet. Pada pertemuan
integrated ini peneliti meminta
farming untuk dibantu selama
proses penelitian serta
menyampaikan bahwa
sebelumnya peneliti
telah mendapat
persetujuan Pak Daden
dan semuanya
diserahkan kepada Pak
Oman untuk tahap
pengambilan data.
Pada tanggal 2 Juli
2021, dengan
128
membawa surat izin
penelitian, peneliti
bertemu dengan Pak
Oman sesuai dengan
tanggal yang sudah
dijadwalkan di
kediaman beliau di
komplek pondok
pesantren Al-
Masthuriah pagi hari
sekitar jam 09.00 WIB.
Pada observasi kali ini,
peneliti melakukan
pengataman terhadap
lokasi sarana dan
prasara integrated
farming dan melakukan
wawancara kepada Pak
Oman sebagai
penanggung jawab dari
unit usaha integrated
farming. Dari hasil
wawancara tersebut,
peneliti mendapatkan
data mengenai awal
mula ide dasar
terbentuknya
integrated farming,
tentang produk yang
dihasilkan, dan juga
mengenai proses
pengembangan
ekonomi yang
dilakukan. Pada
pertemuan ini, peneliti
meninggalkan tempat
bada dzuhur karena
kebetulan saat itu akan
ada kegiatan haol di
pondok pesantren.
129
3. 20 Agustus Proses Pada tanggal 20
2021 pengembangan Agustus 2021, peneliti
ekonomi kembali mengunjungi
pondok pondok pesantren Al-
pesantren Al- Masthuriyah untuk
Masthuriyah melakukan wawancara
melalui unit kepada para karyawan
usaha integrated yang bekerja di unit
farming l usaha integrated
farming. Sebelumnya,
peneliti mendapat
masukan dari Pak
Oman jika ingin datang
ke ponpes dan ingin
wawancara dengan
karyawan sebaiknya
datang selain hari
Jumat. Pada kunjungan
kali ini, selain
melakukan wawancara,
peneliti juga
berkesempatan melihat
proses pencucian akar
dari tanaman kangsung
ketika musim panen
tiba juga proses
penyiraman pada
instalasi fertigasi tetes
yang menggunakan
alarm penyiraman dan
proses pemberian
pakan untuk lele.
4. 12 September Proses Pada hari Minggu, 12
2021 pengembangan September 2021,
ekonomi peneliti kembali
pondok mengunjungi pondok
pesantren Al- pesantren Al-
Masthuriyah Masthuriyah. Pada
melalui unit kunjungan kali ini,
usaha integrated peneliti mengamati dan
130
farming mewawacarai santri
yang ikut terlibat dan
berpartisipasi pada
kegiatan integrated
farming. Sebelumnya,
peneliti membuat janji
akan datang pada hari
tersebut melalui Pak
Oman yang selanjutnya
diteruskan kepada
santri yang memang
pernah ikut terlibat.
Pada kunjungan ini
pula, peneliti
berkesempatan untuk
melihat proses
penyemaian benih pada
netpot yang dilakukan
oleh para karyawan.
131
Lampiran 5 : Transkrip wawancara
132
masyarakat. Kan kalo pesantren fungsinyta 3, pendidikan, kegiatan
dakwah, dan yang ketiganya pemberdayaan masyarakat. Nah salah satu
bentuk pengabdian masyarakatnya itu langsung tidak langsung ya seperti
ini. Kita dalam segi eemmhh dalam segi pengelolaannya gabisa sendiri,
harus melibatkan semua pihak termasuk masyarakat.
2. Sebelum mempersiapkan kegiatan, apakah terdapat proses
identifikasi masalah terlebih dahulu?
Jawaban : Kita mungkin sebetulnya tidak melakukan identifikasi, kadang-
kadang ada apa namanya program pemerintah yang memberikan bantuan
kepada pesantren. Kenapa pesantren? karena di pesantren itu ya ada
santrinya gitu ya, terus ada alumninya, ada jaringan dan segala macem
semua kekeluargaan itu dia terus punya otoritas sendiri baik dari segi
pembinaan ataupun kekompakannya disetiap tempat gitukan. Jadi
pesantren ini bisa dijadikan sebagai stakeholder ujung tombaknya untuk
pengembangan ekonomi. Nah BI melalui program pengembangan
ketahanan pangan, sarana prasarana pertanian dia melakukan
pendampingan tapi kalau disini konsep integrated farming nya ya disini.
Kebetulan kita mengambil itu karena apa? Karena kita punya tadi,
awalnya kita punya budidaya lele. Budidaya lele ini kenapa kita
integrasikan karena limbah dari lele ini bisa dimanfaatkan untuk tanaman.
Jadi air buangannya lele itu ke pertanian sebagai pupuk. Memang
kebetulan integrated farming ini saya menginisiasinya untuk disini, saya
penanggung jawabnya pengembangan ekonomi. Jadi siapa yg
mengelola
133
ini, tetep kita mengelola dengan masyarakat dulu. Warga sekitar yang
dipekerjakan disini. Santri kan gamungkin kita libatkan secara full disini
karena dia memang tugasnya sekolah belajar, tapi ketika dia ada minat
untuk pengembangan ini kita welcome kita ajak.
3. Bagaimana tahap perencanaan dalam kegiatan integrated farming?
Jawaban : Rencananya itu awalnya kita memang memanfaatkan sarana
prasarana yang dimiliki oleh pondok pesantren untuk dimanfaatkan dan
dikelola sehingga dapat bernilai secara ekonomis, berkesinambungan dan
berkelanjutan. Warga kan awalnya kita ajakin sebagai kemitraan atau itu
emhh apa kerjasama pengelolaan. Program yang dilaksanakan itu kan
pertanian. Ada pertaniannya emmhh NFT atau DFT, NFT itu nutrient film
technique yah. NFT tuh biasanya mengalir air tipis, jadi si air tuh bisa
mengalir cuman kalo ini rata jadi DFT (Deep Film Technique) jadi si
airnya menggenang. Jadi air ini berasal dari kolam budidaya lele. Nah
memang karena ini pertanian modern, kita sendiri juga harus sosialisasi
terus diskusi terkait dengan sistem budidayanya ya dengan masyarakat ke
warga, bahwa ko gak pake media tanah, ko gak pake ini, ya itu kan warga
kan masih hal yang baru yah. Kalau di kampung kan kalo gak pake tanah
yah gak idup. Jadi gak melulu harus mengandalkan tanah. Jadi mereka
juga kaget, ko ini nanem kangkung bisa di pot gitukan. Nah Ini kan pola
metode seperti ini tidak umum, tapi faktanya itu memang sekarang ini
sudah
134
di lakuin kesana. Ini perubahan-perubahan emmhh pola budidaya ini juga
menjadi satu tantangan besar untuk kita terutana secara internal dulu kita
memberikan pemahaman bagaimana metode dan sebagainya itukan tidak
mudah, hal yang kita inikan juga ke warga.
4. Apa yang menjadi tujuan dalam kegiatan unit usaha
integrated farming ini?
Jawaban : Tujuan kegiatan integrated farming ini sebagai sumber
pemasukan keuangan dalam upaya menunjang biaya operasional pondok
pesantren. Tujuan lainnya juga bisa digunakan sebagai sarana pelatihan
dan pengembangan keterampilan santri dan masyarakat sekitar dalam
bidang pertanian. Jadi selain bekerja disini, dengan adanya konsep ini ya
minimal warga-warga yang deket bisa nanem cabe kaya gini bias loh
dirumah. Sekecil itulah, oh dia gak perlu lagi harus ke pasar gitu atau
nyari cabe yang di pasar ada pestisidanya, ada yang kurang sehatnya. Itu
dirumah dia bisa praktekin. Itu sampah sampah dirumah juga bisa
digunakan jadi pupuk cair.
5. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan integrated farming
dalam mengembangkan ekonomi pesantren? Jawaban : Kan ini
awalnya dari bantuan yah, dari bantuan ini kita kembangin terus abis itu
kita mulai membangun sarana prasarananya kemudian di integrasikan.
Untuk sarana kangkung ini kan ada sembilan meja yah, kalau di itung
luasnya ada 7x20 meter lah. Kalau tanaman ini ya kita sebetulnya
swadaya dari awal terus kita lakukan riset terus
135
kita dapat bantuan dari BI. Sebetulnya emmhh kita sudah lakukan
konsepnya ini sudah berjalan, inikan cabe sudah bisa kita kelola mungkin
nanti tinggal bagaimana meningkatkan kualitasnya. Kalau misalnya dari
segi teknik pertaniannya ini kan kita juga otodidak ya bukan orang ahli
pertanian, tetapi artinya dengan cara begini karena bagian daripada hobi
juga. Rata-rata di kita kan malah enggak ada jurusan pertanian di SMK
nya, artinya yaa santri kumaha lah gitu gimana cara belajarnya apapun
digali, siapapun yang datang kita sharing, kita pikirkan bagaimana
mengelola dengan cara seperti ini. Ini ada apa namanya ya masih olahan
produksinya masih belum maksimal disini karena kan dari segi
kapasitasnya pun juga masih terbats yah karena kita masih tahap seperti
ini dengan situasi pandemi ini ya sesuai dengan permintaan dulu aja. Tapi
kalo dari segi sarananya ini bisa produksi tiap hari sebetulnya jadi bisa
panen setiap hari. Karena kita kan ini bantuan dari pemerintah dan
pesantren ini basic nya bukan perikanan dan pertanian ya tetep ada orang
yang di latih, ngelatih, di bina dulu supaya itu dia menularkan ke orang-
orang yang baru, ke pekerja, siapapun lah yang datang. Secara teknik
pelatihannya sih kita kadang lagi begini ya emmhh ada pelatihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara langsung tapi ada juga yang kita
briefing aja gitukan kita lakukan pelatihan secara internal, sharing
pengalaman gitu aja
6. Bagaimana cara melakukan pengawasan di lapangan dalam kegiatan
integrated farming?
136
Jawaban : Ya kalo bicara pengawasan tetep karena ini kan harus diawasi
secara ketat. Kapan kita harus nanem, kapan kita harus emmhh pindah
tanam, kita harus panen. Sebab kalau gak di begitukan nanti kalau kita
nanem terus kalau pasarnya belum ada terus overload bingung kita
ngelemparinnya kemana. Nah jadi tetep harus di kontrol. Jadi nanem ini
harus kita schedule kan.
7. Apakah dengan adanya unit usaha integrated farming ini dapat
meningkatkan ekonomi pesantren?
Jawaban : Kalau bicara hasil emmhh sebetulnya sarana prasarana yang
tersedia secara ekonomis ini dapat meningkatkan pendapatan dan
penghasilan sehingga mampu berkontribusi terhadap operasional pondok
pesantren. Inikan cabe sudah bisa kita kelola mungkin nanti tinggal
bagaimanya meningkatkan kualitasnya.
Ini ada apa namanya ya masih olahan produksinya masih belum maksimal
disini karena kan dari segi kapasitasnya pun juga masih terbats yah emmh
kalo maksimal nya yaa masih bisa digenjot dari segi teknologinya, artinya
saat ini kemampuan produksinya masih seperti ini alhamdulillah kalo
masalah kangkung sudah bisa berjalan ini sudah beberapa kali panen
bahkan bisa masuk ke pasar Cianjur , kadang- kadang ya yang bawa itu
sudah sampai ke Depok, ini untuk rumah makan ke super market sudah
masuk melalui pengepul karena saat ini kita belum bisa mengikat itunya
belum kontrak produksinya belum. Karena kita masih tahap seperti ini
dengan situasi pandemi ini ya sesuai dengan permintaan
137
aja. Tapi kalo dari segi sarananya ini bisa produksi tiap hari sebetulnya
jadi bisa panen setiap hari.
Sekali panen dalam satu meja ini ada sembilan meja, satu meja ini bisa
panen 30-50 kg. Harga kangkung seperti ini lumayan harganya kalo
ngecer bisa 20rb/kg gitu. Terus kalo tengkulak kadang-kadang kalo lagi
bagus bisa 16 rb kalo lagi jelek bisa 10rb. Tapi kalo 10rb sekilo kan udah
lumayan dibanding harga kangkung yang dipasar. Apalagi kita hanya
mengandalkan pupuk dari limbah lele dan kira-kira kan gak perlu
mengeluarkan cost lagi, kecuali cost nya benih, perawatan sama para
pegawai. Untuk lebih jelasnya nanti saya kasih rincian laporannya yah.
8. Apakah dengan adanya unit usaha integrated farming ini dapat
dikatakan sebagai lapangan pekerjaan?
Jawaban : Iya secara tidak langsung ya membuka usaha mandiri dan
menciptakan lapangan pekerjaan. Masyarakat bisa meningkakan usaha
perikanan dengan system bioflok tanpa harus memiliki lahan yang luas.
Masyarakat juga melalui Usaha budidaya maggot dapat menjadikan salah
satu alternative pengolahan sampah organik dan memanfaatkan hasilnya
untuk pakan ikan dan media tanaman. Terus dengan sistem pertanian
hidorponik atau aquaponik masyarakat dapat memanfaatkan lahan
pekarangan atau lahan sempit disekitarnya untuk budidaya pertanian
sayuran untuk ketahanan pangan.
138
9. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
kegiatan unit usaha integrated farming?
Jawaban : Kalo pendukungnya ini kan sarana nya sudah ada dengan
kelebihan teknologi pertanian seperti ini kan kita gak perlu nyangkul yah,
tinggal nyabut di semai, menyemainya bisa dimana, nanemnya bisa
dimana. Jadi tempat semai dengan tempat nanem beda gitu nah itu bisa
dikatakan jadi pendukung yah dalam kegiatan ini. Jadi peluangnya itu
harus di manfaatkan.
Kalo penghambatnya kita punya kendala di pemasaran, jadi sarana
prasarana ini belum bisa maksimal karena tadi, nah ekspansi kita ke pasar
kan masih perlu team lagi gitu perlu team lagi yang untuk bergerak. untuk
pemasaran kan kita emmhh selama ini kan orang ngambil disini dia pake
merk sendiri gitu kan kadang gitu doang. Sayang kan, sebenernya kita
punya misi mengembangkan ekonomi.
10. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasional
pesantren?
Jawaban: Kalo itu saya juga kurang paham. Tapi kalo perkiraan aja untuk
biaya operasional perbulan pesantren ini keseluruhannya dari unit
pendidikan yang ada di pondok kurang lebih 275 juta. Biaya
operasionalnya apa saja? Banyak ya, ada biaya untuk pemeliharaan
bangunan, listrik juga, pembelian ATK, gaji guru dan pegawai.
139
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
140
Jawaban : Tujuannya ya jelas biar pengetahuan kita tentang cara nanem
kangkung dari pembibitannya, penyemaiannya yang bener kaya gimana.
Air yang dipake seperti apa. Awalnya saya juga belajar hidroponik ini
otodidak. Kan kita tau kangkung hidup di air hidup d tanah kenapa disini
tidak bisa hidup. Ya satu kalau kata bapak juga kan kualitas tanam yang
bagus dan pemasaran akan tercapai ditunjang oleh pimpinan kita yang
loyalitas. Kalau ketiga itu tidak ada atau pincang salah satu, gak bakal
maju sampai kapan pun tapi kalau yang tiga itu terpenuhi insyaalah maju.
5. Bagaimana proses pelaksanaan pada kegiatan ini? Jawaban :
Persiapannya awal kita beli instrumen buat dibangun kita emmhh
membersihkan instrumen yang ada, ini harus bersih kan? Kalo
sarananya udah bersih, terus setelah itu lakuin penyemaian bibit, setelah
di semai ditanam di paralon.
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Ya pendukungnya mah karena ini sarana sudah ada ya kan ya
kita gak modal kan, nah itu ya kita tinggal ngelanjutin tinggal kemauan
aja.
7. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan integrated
farming?
Jawaban : Sebetulnya tidak ada kendala, yang ada kendala ini di
mareket yah. Satu di market karena tidak semua orang bisa memasarkan.
Karena misal ini kangkung mahal kan, kalau yang biasa kangsung
emmhh dipasar diwarung harga
141
dua rebu perak ini bisa empat rebu perak seiketnya. Nah itu yang jadi
kendala karena ini kangkung harus dipasarkan menengah keatas ya kalo
menengah kebawah kita sulit memasarkan dan saya pun sampai saat ini
belum bisa memasarkan ke super market karena harus ya ada beberapa
yang ditempuh yah. Kudu kandel kulit bengeut.
8. Apakah ada pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan integrated farming?
Jawaban : Ya ada evaluasinya ya begini ya emmhhh istilahnya ini udah
baik secara tanam udah baik terus yang kerja juga baik yang susah tuh
pemasarannya. Karena segala sesuatu yang namanya rumah produksi itu
kuncinya di pemasaran, kalo pemasaran gak berjalan berarti gak berjalan
ya walaupun tani bagus, hasil bagus tapi kalo market nya gak bagus? Tapi
kadang-kadang ya emmhh barang jelek kalo marketnya bagus bisa laku
kan?
9. Apakah dengan ikut terlibat pada kegiatan integrated farming dapat
meningkatkan perekonomian anda? Jawaban : Jujur lah ya kalo
secara pribadi tidak. Jadi saya punya komunitas lain diluar untuk tadikan
meningkatkan taraf hidup gitukan ya makanya bapak dengan temen-
temen membentuk suatu wadah perkumpulan.
10. Apakah dengan ikut terlibat pada kegiatan integrated farming dapat
meningkatkan pengetahuan anda?
Jawaban : Itu mah udah pasti yah. Kami ya sebetulnya boleh dikatakan
tidak mempunyai pendidikan yang khusus tentang ini, jadi ya otodidak
lah termasuk saya juga gak
142
paham masalah hidroponik. Tapi ya setelah dicoba ya alhamdulillah.
11. Apakah dengan adanya kegiatan integrated farming ini dapat
dikatakan sebagai lapangan pekerjaan?
Jelas, kalo maju. Tapi kalo tidak maju mah pasti justru kan disini yang
bisa membuka lapangan pekerjaan itu, satu pengelolaan yang baik, dua
pemasaran yang baik, tiga punya bos yang baik.
143
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Nama : Dadang
Jabatan : Karyawan
Tanggal : 20 Agustus 2021
Tempat : Pondok pesantren Al-Masthuriyah
144
bahan apa yang dibutuhkan barang, misalkan kaya pipa paralon, terus
netpot, terus paranet itu ya. Paralon kan dari parlaon batangan yang
panjang sampe yang kecil terus karetnya gitu ya saya kan tau bikinnya itu
perlu biaya gede.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari unit usaha
integrated farming?
Jawaban : Tujuannya ya biar bisa menambah pengetahuan terus lebih dari
itu aja apa lebih dari ini, bisa lebih banyak membantu orang banyak, kan
kalo orang yang tadinya nganggur ditarik kesini seneng kitu yang ditarik.
Apalagi yang sudah suami istri gak punya kerjaan, seneng gitu sodakoh.
Insyaallah.
5. Bagaimana proses pelaksanaan pada kegiatan ini? Jawaban :
Inikan program bantuandari BI, jadi ceritanya BI menyalurkan dana ke
setiap pesantren emmhh tapi ini cuman buat sarana fasilitas cuman kan
itu ada namanya Bank Indonesia. Semuanya dari BI pokoknya kita mah
ngelola aja, punya tempat, tenaga yagitu. Saya juga awalnya gatau
kangkung hidroponik, gak pernah nanem kangkung. Cuman ada orang
yang ahli pertanian dateng. Makanya kita sharing sama yang sudah tau
gitu, jadi saya liat-liat. Cuman kalau teori, kaya penyemaian,
pemupukan saya gak tau ribet. Cuman saya mah nanem, dicoba gitu.
Tapi alhamdulillah hasilnya mah memuaskan tidak mengecewakan di
tes sama ahli pertanianlah gitu udah bagus cuman gagalnya di kekuatan.
Dikasih tau “pak kalo mau kuat ini kangkung pake abemik” ya saya
gamau pake abemik. Alhamdulillah neng
145
walaupun saya bukan petani kangkung, kemarin “pak aduh ini bagus
kangkungnya” ceunah “aduh pak jangan begitu pak” kata saya teh.
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Lahannya sudah ada terus ya media yang digunakannya ini
gampang. Sisanya harus ada kemauan dari diri kita sendiri. Keinginan kita
buat berkembang, ini kan udah ada segala macemnya biar menghasilkan
ya intinya kita tinggal bekerja keras. Harus jujur dan ulet.
7. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Kita belum sanggup masarin ke swalayan. Kalau kendalanya
emmhh untuk kangkung kalau sering kena air ujan aja terus sama
binatang yang itu apa kuning-kuning warnanya itu, ulet juga ada. Cuman
gampang tinggal beli bawang bodas satu suing sama sunlight di blender.
Ya kendala lainnya ya gak ada sih kalau, kalau panen nya aja sama
ngebersihin bekas panen itu yang ribet gitu, ekstra tenaga lah gitu sampe
sakit pinggang gimana lah gitu.
8. Apakah ada pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan integrated farming?
Jawaban : Oh iya ada, ada biasanya perminggu. Ada evaluasi apa
keluhannya, apa kebutuhannya. Kan kalau di lapangan kekurangan apa.
Misalkan kan kita eksperimen, eksperimen dibikin, kita nanem. Oh
kenapa ini bagus, ini enggak, apa yang kurang? Nah itu biasanya di
evaluasi. Itu
146
mah pasti. Kenapa harus? Ya kan biar tau tumbuh gak tumbuhnya, baik
gak baiknya, hasil gak hasilnya. Ini apa kelebihannya, ini apa
kekurangannya. Dari segi air juga misalkan, oh ini ternyata kalau air gini
gimana? Itu pasti neng dalam bidang apapun juga itu anjuran dari Rasul
juga gitu harus evaluasi diri.
9. Apakah dengan ikut terlibat pada kegiatan integrated farming dapat
meningkatkan pengetahuan anda?
Jawaban : Iya secara tidak langsung itu mah otomastis. Contohnya begini
aja ya neng yah, neng disini misalkan belum tau, itu secara otomastis
neng pasti dapet ilmunya. Kalo nengnya mau di bimbing misalnya, pasti
dapet. Jangan kan elmunya, hasilnya itu yang namanya usaha kan kita
mau hasil, yang namanya hasil itu kita bisa dapet makan, bisa dapet
uangnya , double neng. Itu pasti otomatis
10. Adakah manfaat lain yang anda rasakan dengan adanya kegiatan
integrated farming ini?
Jawaban : Manfaatnya banyak, secara tidak langsung ikut menyehatkan
masyarakat, menambah pemasukan ekonomi kita, menghasilkan uangnya.
Kita kerja disini tapi kita juga bisa praktek juga dirumah. Jadi nambah
pemasukan juga. Bisa merekrut orang yang tidak kerja, ngebantu
perekonomian, bisa ngebantu masyarakat dari segi ekonomi dan dari segi
kesehatan. Jadi keuntungannya ini relatif tergantung dari segi apa nya.
Kalo dari segi kesehatan ya bisa ngobatin stress, kalau dari segi
kemanusiaannya ya bisa merekrut orang. Tujuannya ya biar masyarakat
yang nganggur bisa dapet
147
kerja, dengan catatan orangnya itu mau. Jadi manfaatnya ya sangat besar.
Selain dapat membantu beban ekonomi, media yang digunakan juga
gampang. Kita kerja dapat uang dan sebagian ada apa hobi juga. Jadi kaya
menjalankan hobi gitu terus mendapatkan penghasilan juga. Jadi gak
susah.
11. Apakah dengan adanya unit usaha integrated farming dapat
membantu meningkatkan perekonomian pondok pesantren?
Jawab: Kalo bicara meningkat ya pasti meningkatkan ekonomi pesantren.
Cuman ya namanya usaha ya pasang surut, kalo lagi ada ya ada. Lele satu
bulan panen dari 2 cm ke 5 cm, modal 50 jutaan, menghasilkan sebulan
bisa 80 jutaan itu masih kotor belum potong pekerja, pakan, sama yang
lainnya.
148
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Nama : Ajid
Jabatan : Karyawan
Tanggal : 12 September 2021
Tempat : Pondok pesantren Al-Masthuriyah
149
Jawaban : Ya tadinya untuk perkembangan ekonomi pesantren yah jadi
untuk mengelola life skill anak-anak pesantren tadinya. Cuman mungkin
kurang pada minat kali yah. Dulu ada waktu mulai proses tanam disini
pada kesini anak-anak santri ada yang mau tapi biasa-biasa lagi gak ada
yang mau lagi ya mungkin gak pada minat mungkin yah. Ya akhirnya
dikembangkan lagi sama yang kerja aja dulu dikerjain daripada kosong .
5. Bagaimana proses pelaksanaan pada kegiatan ini? Jawaban :
Kalo emmhh tahap awalnya memang ini biasanya
kadang-kadang di pembibitan aja itu prosesnya itu yang paling agak
lumayan lama, jadi kadang-kadang mulai tanam yang udah agak besar
segede rokok. Kalo pembenihan disini juga dulu kadang-kadang
pakannya susah itu kalo kadang-kadang pesen paas waktunya gak ada.
Kadang- kadang kalo untuk pembesaaran ya Alhamdulillah Klo
pembesaran aja tidak pembenihan disini ya kita ambil yang pembesaran
kita bagi-bagi hasil sedikit ya dari penyuplay benih ini dibesarkan dua
bulan. Kalo memang lagi ada pembenihan, pembenihan disini itukan
ada yang udah pada mateng kadang indukan masih pada muda ya
enggak, memang seperti untuk air itu juga apa sistem di injeksi yah itu
juga bisa. Tapi kadangklala kalo kena penyakit itu banyak yang mati,
rentan kalo beda dengan hasil pijahan, enaknya kena penyakit juga
tidak tertular banyak. Kalo untuk pembesaran itu waktunya
sampe 4 bulan dari awal mula proses pembenihan.
150
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Ya itu faktor utamanya ya kita betul-betul merawatnya neng
yah gitu yah kita itu ada niat cuman kadang-kadang anak-anak yang jaga
kadang gak betah katanya keluar lagi.
7. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Kalo lagi ada penyakit misalnya kadang-kadang malu. Beda
kan kalo ngurus yang punya sendiri bukan punya orang lain ketika punya
masalah, ada kendala kadangkala suka ada rasa malu jadi kadang-kadang
banyak yang gak betah.
8. Apakah ada pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan integrated farming?
Jawaban : Kadang suka ada, ini misalkan kurang apa nih ini seperti
perkebunan. Kalo lele ini bagusnya bagaimana. Ada ini juga evaluasi
untuk misalkan dari pemberian pakan untuk lele bagusnya bagaimana ,
kalo seperti waktu datang penyakit ini bagusnya kolamnya bagaiamana
dulu. Kalo evaluasi biasanya kadang-kadang kalo pak oman udah ada
waktu kadang kesini ngontrol ke tiap lokasi katanya ini kurang ini, ini, ini
ya memang ada pengarahan dari pak oman karena yang emmmhh itunya
memang pak oman.
9. Apakah dengan ikut terlibat pada unit usaha integrated farming
dapat meningkatkan perekonomian anda?
151
Jawaban : Kalo untuk sehari-hari yah saya bersyukur gitu neng yah ada
dari mulai emmhh waktu di bangunan dengan sekarang, sekarang kan ada
lebih dikasih lebih yah buat tambah-tambah. Buat beli rokok rokok mah
ada seolah-olah ada tambahan. Ini kemarin panen udah 3x panen ada
lebihnya, kalo yg kerja-kerja disini dikasih uang rokok bagi- bagi
hasilnya. Kalo upah itu memang udah ada harian.
10. Adakah manfaat lain yang anda rasakan dengan adanya kegiatan
integrated farming ini?
Jawaban : Ya alhamdulillah kalo untuk saya ya seperti mengurus ini ada
emmhh dirasanya pengetahuan sedikit- sedikit tambahan walaupun dari
pengalamankan yah, kalo gak terbiasa gak tau teori begini tapi ketika
pengalaman nya oh begini kan ada itu keuntungannya yang mudah-
mudahan suatu saat ketika saya terjun itu ada tambhana pengetahuan baik
dari pertaniannya. Ini juga kadang-kadang lele kadang- kadang suka ada
sharing sama semua, soal cabe gimana yang bagusnya.
152
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Nama : Alfitra
Jabatan : Santri
Tanggal : 12 September 2021
Tempat : Pondok pesantren Al-Masthuriyah
153
bekerja sama sama BI terkait ekonomi. BI langsung survei kesini,
butuhnya apa.
4. Apakah anda mengetahui tujuan dari unit usaha
integrated farming?
Jawaban : Kalo tujuannya ya yang tadi ya untuk menumbuhkan ekonomi
sekalian juga untuk mengembangkan potensi murid-murid juga agar
punya pengalaman dari sarana ini. Kalo dari kang Oman sendiri itu
inginnya santri-santri ikut terlibat gitu, tapi belum berjalan sepenuhnya
baru sebagian, kan ini udah libur lama yah karena covid gitu jadi pada gak
ada.
5. Bagaimana proses pelaksanaan pada kegiatan ini? Jawaban :
Saya juga waktu itu awalnya menyaksikan bagaimana mulai merawat
gitu. Cara ngurus lele, dari mulai pembibitan, nyiapin kolam, airnya
harus yang kaya gimana. Kalo mau ngurus lele sembarangan itu yaa
bisa, tapikan ada setiap proses ada tahap tahapan nya gitu. Jadi biar
tau gak hanya nganclomin lele ke kulah aja gitu, jadi harus ada
prosesnya dulu bagaimana merawat lele dengan baik gitu.
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Yang mendukungnya kalo misalkan yang
ngerawatnya yang emang ahli, kan beda yah gitu.
7. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Yang menghambatnya ini jadi tidak ada yang berfokus
dibidangnya, gak ada yg ahlinya gitu. Ada yang ahli
154
kalakah kabur. Jadi kalo yang disini itu terpaksa oleh keadaan. Tapi ga
bisa bisa amat, tapi bisa sedikit-sedikit lah bagaimana cara merawat.
8. Apakah ada pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan integrated farming?
Jawaban : Biasanya ada evaluasi adan briefing gitu tentang kemajuan, apa
yang kurang apa yang harus ditonjolkan, bagaimana cara mentata gitu.
Tapi sekarang mh masih ngelanjutin yang sedang berjalan belum mulai
ada yang baru lagi. Mudah-mudahan kedepannya ada yang baru lagi.
9. Apakah dengan ikut terlibat pada unit usaha integrated farming
dapat meningkatkan perekonomian anda? Jawaban : Emmhh disini
kan saya cuman bantu-bantu doang ngisi waktu luang, paling dikasih
buat jajan gitu.
10. Adakah manfaat lain yang anda rasakan dengan adanya kegiatan
integrated farming ini?
Jawaban : Manfaatnya ya banyak, jadi kaya ada pengalaman tersendiri
gitu, pengetahuan juga kan bertambah. Dari lele misalnya jadi tau cara
merawat lele yang baik itu kaya gimana mulai dari pembibitan sampe lele
siap panen.
155
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
156
memakan lele ada jadwaknya hari rabu serentak semuanya santri pada
makan lele. Ada apa anjuran untuk meningkatkan gizi sama protein, jadi
santri itu wajib mengkonsumsi lele setiap ahri rabu satu minggu sekali.
Selebihnya itu untuk ekonomi masyarakat melalui pengembangan lele,
keluar juga sudah banyak menjual keluar.
5. Bagaimana proses pelaksanaan pada kegiatan ini? Jawaban :
Awalnya kan ada bantuan, bantuan dari Gubernur Jabar untuk ekonomi
pesantren awalnya itu menyumbangnya berapa juta ya pertamanya itu
berapa jutanya gak tau. Terus berjalan didirikan berapa bulan
pendiriannya, saya juga kurang tau soalnya pas saya kesini itu sudah
ada yah. Tapi waktu itu pengurusnya itu sangat dikatakanlah
pengurusnya berhasil gitu dalam pengelolaannya, jadi setiap hari ada
tamu tuh datang kesini banyak. Tamu dari luar ingin mengetahui
bagaimana ko bisa sukses gitu mengelola lele ini dari awal pembibitan
sampe panen gitu bisa begitu hasilnya
memuaskan sampe ada penghargaan dari langsung dari BPPAT.
Kegiatannya ya seiring berjalannya waktu kadang suka ada yg PPL
dari IPB dari SMK juga ada, kegiatannya dari mulai penanaman
kangkung, pembenihan lele. Terus pernah itu ada seminar sama anak-
anak disini. Bagaimana cara menyiapkan kolamnya untuk diisi lele,
lelenya harus bagaimana cara membedakan lele yg bagus dan tidak,
dijelaskan, terus ngatur ph teruk pakan, harus berapa minimalnya
maksimalnya
157
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Faktornya ya cuaca juga bisa mendukung sama yang
pengurusnya ya mendukung. Yang mengurus perairan sama makanan
pakan juga mendukung. Kalau kalau taun taun kebelakangnya itu ya
sesuai gitu, yang ngurusnya berpengetahuan sama pakannya juga ada.
7. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan
integrated farming?
Jawaban : Kesini kesininya itu dari pakan kacaunya. Dari pakan air juga
air sama pakan yang saya tau itu aja. Maggot juga sekarang mah lagi gak
berjalan, berjalannya cuma berapa bulan tapi udah panen itu lama lagi gak
di isi. Itukan dari sampah-sampah organik maggot itu. Maggot juga sering
dipake buat makan lele. Tapi gara-gara santri pada gak ada kan pada libur
covid jadi sampahnya juga gk ada, akhirnya maggot juga belum berjalan
lagi.
8. Apakah ada pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam
kegiatan integrated farming?
Jawaban : Iya ada evaluasi apa yang kurang, dari apa kebanyakan itu dari
ekonomi. Kadang sebulan sekali, seminggu sekali, dua minggu sekali, dua
bulan sekali gimana ada waktunya dan berkumpulnya gitu. Kalo
berkumpul biasanya evaluasi, kalo ada yang janggal gitu apa-apa yang
belum di selesaikan evaluasi dulu.
9. Apakah dengan ikut terlibat pada unit usaha integrated farming
dapat meningkatkan perekonomian anda?
158
Jawaban : Kalo disini belum, karena saya nya kan baru bantu-bantu
kadang ala kadarnya aja yah. Soalnya kan belum sepenuhnya sayakan
cuman bantu-bantu paling dapet seikhlasnya aja buat jajan-jajan gitu.
Disini itu hasilnyabisa dibilang udah memuaskan, hasil panen dari
tanaman kangkung, cabe udah udah panen udah keluar gitu udah dijual
keluar gitu. Terutama ini lele udah sering dijual keluar. Kan pannnya tiap
3 bulan, dari satu kolam itu bisa ngehasilin berapa yah 3 kintal mungkin
gatau pkoknya kintalan aja lah. Sekali panen itu bisa 3 sampe 4 kolam
gitu.
10. Adakah manfaat lain yang anda rasakan dengan adanya kegiatan
integrated farming ini?
Jawaban : Intinya pengetahuan dan pengalaman untuk bisa diamalkan di
kampung sendiri khususnya, umumnya untuk masyarakat sekitar. Dari
mulai penanaman juga ini, penanaman tumbuhan saya tau dari bibitnya
yang mana gitu yang harus di itu dari penyiapan polybag nya itu dari
tanah campurin apa. Manfaatnya banyak.
159