Oleh:
Kelompok I
…………………….. (NPM)
Dosen:
.................................................
………………. (NPM)
....................................................
ii
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, akan tetapi
dengan kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat memperkaya ilmu
pengetahuan bagi dunia pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................ 4
iv
V. HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
5.1 Menetapkan Tolak Ukur Dari Unsur Keluaran ............................. ...31
5.2 Membandingkan Pencapaian Keluaran Program dengan Tolak Ukur
Keluaran ...................................................................................... ... 32
5.3 Menetapkan Prioritas Masalah ..................................................... ... 33
5.4 Identifikasi Penyebab Masalah .................................................... ... 33
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan indeks (PB/U)/
(TB/U ............................................................................................. 8
Tabel 2. Data Ketenagaan UPT Puskesmas Merbau Mataram tahun
2020..................................................................................................... 29
Tabel 3. Target pencapaian kinerja program gizi di UPT Puskesmas Merbau
Mataram tahun 2019 ........................................................................ . 31
Tabel 4. Daftar pencapaian kinerja program gizi di UPT Puskesmas
Merbau Mataram periode Januari-Desember 2019.......................... . 32
Tabel 5.Penentuan prioritas masalah gizi menggunakan praktek USG ... 34
Table 6. Matriks Penentuan priorotas penyebab masalah ........................ 35
Table 7. Alternatif pemecahan masalah (jalan keluar)............................. 39
Table 8. Memilih prioritas pemecahan masalah (jalan keluar) ................ 40
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.Peta wilayah administrasi kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung
Selatan ..................................................................................................... 27
2. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Merbau Mataram.......................... 30
3. Diagram Fishbone .................................................................................... 3
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Di dunia ditahun 2000-2015 masih tercatat sekitr 156 juta anak (23% dari
keseluruhan anak) menderita stunting, sedang dengan prevalensi tertinggi
adalah di wilayah Afrika (38%) dan diikuti dengan wilayah Asia Selatan dan
Asia Timur (33%) (SDGs, 2017). Di dunia, Indonesia tercatat sebagai
peringkat ke-4 dengan prevalensi stunting sebesar 36,4% setelah Timur Leste
(50,2%), India (38,7%), Nepal (37,4%) (WHO, 2016).
Upaya yang diberikan dengan intervensi gizi spesifik untuk balita pendek
difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu
Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita
pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK
meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi
yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang
menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang
menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia
(2006) menyebutnya sebagai "window of opportunity".
Lampung berada pada urutan ke-10 sebagai provinsi dengan kategori stunting
sangat tinggi (>40%). Berdasarkan Riskesdas 2018, angka balita sangat
pendek dan pendek di Lampung memiliki angka 26,5%. Kabupaten Lampung
Selatan masih termasuk dalam 10 besar dengan angka baduta sangat pendek
13,42%, tertinggi pada Kabupaten Mesuji 17,44%. Angka baduta pendek
pada Lampung Selatan mencapai 15,35%. Puskesmas Merbau Mataram
adalah salah satu Puskesmas pada Kabupaten Lampung Selatan. Prevalensi
cakupan stunting pada Puskesmas ini hanya mencapai 0,5%, sehingga masih
kurangnya dari target pencapaian program. Oleh karena itu, dilihat dari
tingginya angka stunting di Lampung Selatan dan tidak tercapainya cakupan
4
2.1. Stunting
2.1.1. Definisi
2.1.2. Etiologi
6
7
air yang tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang,
alokasi dalam rumah tangga yang tidak sesuai dan edukasi
pengasuh yang rendah. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Wanita Usia Subur dengan LILA <23,5 cm
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil
dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).Wanita hamil
berisiko mengalami KEK jika memiliki Lingkar Lengan Atas
(LILA) <23,5cm. Ibu hamil KEK berisiko melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR) yang jika tidak tertangani dengan baik
akan berisiko mengalami Stunting (Kemenkes,RI 2016).
2. Kecukupan Energi Ibu Hamil
Kecukupan energi ibu hamil di Indonesia berdasarkan Angka
Kecukupan Energi (AKE) hasil Studi Diet Total (SDT) tahun
2014 adalah lebih dari 50% ibu hamil baik di perkotaan
maupun di pedesaan, asupan energinya ≤ 70% AKE (sangat
kurang) (Kemenkes RI, 2016).
3. Anemia pada Ibu Hamil
Kondisi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia,
terutama anemia defisiensi besi.Hal ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat kehamilan
maupun setelah dilahirkan. Diperkirakan 41,8% ibu hamil di
seluruh dunia mengalami anemia. Paling tidak setengahnya
disebabkan kekurangan zat besi.Ibu hamil dinyatakan anemia
jika hemoglobin kurang dari 11 mg/dl (Kemenkes RI, 2015).
Riskesdas (2013) mendapatkan anemia terjadi pada 37,1% ibu
hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil di perkotaan dan 37,8%
ibu hamil di pedesaan (Kemenkes RI, 2016)
4. Tinggi Badan Ibu
Status gizi orang tua , khususnya status gizi ibu sangat
berkaitan dengan kejadian Stunting pada balita. Terlihat dari
ibu yang pendek sekalipun ayah normal, prevalensi balita
Stunting pasti tinggi, tetapi sekalipun ayah pendek ibu normal,
10
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari kebijakan ini adalah untuk mengatasi Masalah
stunting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan
berkontribusi pada 30% penurunan sehingga mewujudkan
percepatan 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting)
2. Tujuan Khusus
a. Mengintervensi program Kerangka Intervensi Gizi Spesifik
b. Mengintervensi program Kerangka Intervensi Gizi Sensitif.
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK.Kegiatan terkait
Intervensi Gizi Sensitif dapat dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas
Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat
berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi
Spesifik sebagai berikut:
a. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
b. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
c. Melakukan fortifikasi bahan pangan.
d. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga
Berencana (KB).
e. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
f. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
g. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
h. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
i. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
j. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta
gizi pada remaja.
k. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga
miskin.
l. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
A. Penetapan Indikator
1) Evaluasi dilakukan pada program gizi prevalensi stunting di Puskesmas
Merbau Mataram Lampung Selatan Tahun 2019. Adapun sumber rujukan
tolak ukur penilaian yang digunakan adalah Peraturan Bupati Lampung
Selatan tentang standar Pelayanan minimal tahun 2019
24
25
BAB IV
GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS ………………….
Kepala Puskesmas
Jamaluddin, SKM, MM
Kasubag TU.
Tika Pramudya, Amd, KL
Kepegawaian Bendahara
Zainuri, SKM Nurhamid, SKM
SIP RT
Maryani, SKM Wahyu
PJ UKM Esensial & PJ UKM Pengembangan PJ UKP Farmasi & PJ Jaringan YAN PKM dan
Perkesmas Laboratorium Jejaring Fayankes
Sri Endang Sayekti,
Wahyu Triretnaning, SST Amd.Kep dr. Dewi Sinta Redisnce Sitorus, SST
BAB V
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
Dalam makalah ini, tolak ukur dari program gizi di UPT Puskesmas Merbau
Tabel 3. Target Pencapaian Kinerja Program Gizi di UPT Puskesmas Merbau Mataram
Tahun 2019
Keluaran
I Jumlah
Daftar Masalah T R
No. IxTxR
P
RI
DU
SB
PB
PC
1. Man
Kurangnya
kepedulian dan
kesadaran ibu
balita membawa si
anak balita ke 2 2 2 2 2 1 1 3 2 78
posyandu untuk
pemeriksaan dan
pemantauan status
gizi secara rutin
Ketidak pahaman 2 2 3 2 2 2 3 3 2 96
ibu balita
mengenai dampak
jangka Panjang
dari stunting
Kurang aktifnya 3 2 2 1 1 2 1 2 2 48
bidan desa
memotivasi ibu
balita untuk ke
posyandu
Kurangnya jumlah
nakes, sehingga
2 2 3 2 2 1 2 3 2 84
satu nakes
memegang lebih
dari satu program
2. Method
Kurang
optimalisasinya
promosi
kesehatan, cara 3 3 2 3 2 2 2 3 3 153
penyampaian
penyuluhan
yang kurang
menarik, petugas
promkes bukan
promkes,
dan petugas
kurang pelatihan
dalam
penyampaian
penyuluhan
3. Material
4. Money
Sosial ekonomi 2 1 1 2 2 2 2 3 2 72
yang rendah pasien
lebih
mementingkan
pergi bekerja
daripada
keposyandu
mengantarkan anak
balitanya
Tidak semua 2 2 2 1 1 1 1 3 2 60
anak balita
terdaftar di BPJS
kesehatan
Ada anggaran
promosi
kesehatan, tetapi
tidak focus ke
stunting
5. Machine
Wilayah 2 1 2 1 2 2 2 3 2 72
perbukitan dengan
sinyal internet
dalam
mengirimkan
laporan
Lingkungan 3 2 2 2 2 2 3 3 2 96
kumuh, serta
dominan dataran
tinggi dan
perbukitan
Keterangan :
Keterangan:
M :Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan
I :Importance (pentingnya jalan keluar)
V :Vulnerability (sensitivitas jalan keluar)
C : Cost (efisiensi jalan keluar)
Dari analisis prioritas alternatif pemecahan masalah diatas, didapatkan bahwa
prioritas pemecahan masalah adalah Penyuluhan terintegrasi oleh tenaga
kesehatan melalui diskusi atau seminar dengan menyiapkan doorprize yang
dilakukan setiap 3 bulan sekali.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang evaluasi program gizi di UPT Puskesmas
Merbau Mataram, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Angka capaian Prevalensi balita stunting tahun 2019 di UPT
Puskesmas Merbau Mataram adalah sebesar 0,54%. Angka ini masih
dibawah target yang telah ditentukan yaitu sebesar 37,7%.
2. Faktor penyebab masalah utama yang telah diidentifikasi adalah
kurangnya optimalisasi promosi kesehatan, Kendala timbul karena
penanggung jawab promkes bukan fungsional penyuluh, kurang
pelatihan dalam penyampaian penyuluhan, dan cara penyampaian
penyuluhan menjadi kurang menarik, sehingga kasus stunting tidak
terdata dengan baik
3. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dipertimbangkan meliputi
Penyuluhan terintegrasi oleh tenaga kesehatan melalui diskusi atau seminar
dengan menyiapkan doorprize yang dilakukan setiap 3 bulan sekali.
7.2. Saran
Saran evaluasi program gizi di UPT Puskesmas Merbau Mataram tahun
2019 adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan tugas dan fungsi tenaga kesehatan yang ada di
puskesmas untuk melakukan penyuluhan secara terintegrasi, sehingga
diskusi atau penyuluhan tidak monoton dan membosankan.
2. Perlunya keaktifan, kerja keras, tanggung jawab dari Pengelola
Program Gizi maupun Pengelola Program Promkes untuk
mengoptimalkan penyuluhan tentang balita stunting di wilayah kerja
UPT Puskesmas Merbau Mataram
3. Perlunya kreatifitas dari Puskesmas atau bekerjasama dengan pihak
swasta dalam bentuk bantuan CSR untuk membuat media agar dapat
meningkatkan kesadaran ibu balita untuk rajin posyandu
memeriksakan dan pemantauan balitanya sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah T. 2011. Perkawinan dini dan dampak status gizi. Gizi Indonesia.
Alwi Hasan, dkk, . 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Balai Pustaka,
Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). 2013. Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). 2018. Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
BAPPENAS, 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Profil kesehatan provinsi lampung
tahun 2015. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Ettyang, Grace A. dan Caroline J. Sawe. 2016. Factors Associated with Stunting
in Children Under Age 2 in the Cambodia and Kenya 2014 Demographic
and Health Surveys. USA: DHS Working Papers
Irwansyah, Irwansyah, Djauhar Ismail, and Mohammad Hakimi. 2017.
“Kehamilan Remaja Dan Kejadian Stunting Anak Usia 6 – 23 Bulan Di
Lombok Barat.” Temanggung, Kabupaten. “Journal of Nutrition College,.”
6.
Kemendikbud. 2019. Modul Pendidikan Keluarga pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Situasi balita pendek. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Buku saku pemantauan status
gizi tahun 2017. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
Prakash R, dkk. Early marriage, poor reprodukttive health status of mother and
child well-being in India. J fam Plann Reprod Health Care. 2011:10
Sekarningrum, Lestari,. 2001. Perilaku Masyarakat Terhadap Perkawinan Usia
Muda di Kelurahan Teladan Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan
Tahun. Skripsi. FKM-USU.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. 100
Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Wakil
presiden republik indonesia. Jakarta.
Unicef, 2013. Improving Child Nutrition The achievable imperative for global
progress. New York : United Nations Children’s Fund
UNICEF, WHO, dan World Bank Group. 2018. Levels and trends in child
malnutrition: key findings of the 2018 edition of the joint child malnutririon
estimates. Geneva: World Health Organization
World Health Organization. 2013. Childhood stunting: contex, causes, and
consequences-WHO conceptual framework for stunting.
44