Y
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN :
DIABETES MELLITUS
DISUSUN OLEH
IRA SAFIRA ,S.KEP
PEMBIMBING
NS. NGATWADI, S.KEP, M.KEP
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Laporan ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang informasi yang ideal dan fakta tentang “Laporan
Asuhan Keperawatan Lansia Pada TN. Y”. Laporan ini telah dibuat dengan berbagai
observasi dan praktik dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFRAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Tujuan ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
A. Konsep Gastritis....................................................................................
1. Defenisi............................................................................................
2. Etiologi.............................................................................................
3. Patofisiologi.....................................................................................
4. Komplikasi.......................................................................................
5. Manifestasi Klinis............................................................................
6. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................
7.Penatalaksanaan Medis.....................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................
A. Pengkajian.........................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan.......................................................................................
C. Intervensi keperawatan......................................................................................
D. Implementasi keperawatan................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LANSIA
1. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, menua
bukanlah suatu penyakit tetepi merupakan proses yang berangsur – angsur
mengakibat perubahan kumulatif merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi ransangan dari dalam dan luar tubuh. Seperti di dalam undang
– undang No. 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan rasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasaekan pancasila dan undang – undang dasar 1945. Telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usi harapan hidup makin
meningkat sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah, banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai – nilai keagamaan dan
budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia proses menua merupakan proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu. Tatapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga thap
kehidupanyaiyu anak,dewasa dan tua ( nugroho,2006 ) dalam buku keperawatan
gerontik 2016.
2. klasifikasi
Menurut WHO, lansia dapat diklasifikasi menjadi (Nugroho,2009)
a. Usia pertengahan : 45 – 59 tahun (middle age)
b. Lansia : 60 – 74 tahun (elderly)
c. Lansia tua : 75 – 90 tahun (old)
d. Lansia sangat tua : >90 tahun (very old)
B. DIABETES MILLITUS
1. Pengertian
Menurut American Diabetes Association(2017)di kutip dari Ridwan(2020)
Diabetes militus merupakan penyakit metabolik yang di tandai dengan kenaikan gula
darah karena terganggunya hormon insulin yang berfungsi sebagai hormon untuk
menjaga hemeostatis tubuh dengan cara penurunan kadar gula darah.
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
a. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh :
1.) Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I.
2.) Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3.) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
a. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe
II antara lain :
1.) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,
tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada
umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak
menghasilkan insulin.
2.) Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat
hormon insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam
menghantar glukosa yang ada dalam darah. Pengurangan berat badan
sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan
pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan
lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Menurut Adriani (2012)
obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok
a) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
b) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
3. Jenis-Jenis Diabetes Mellitus
Menurut Pudiastuti (2013), jenis-jenis diabetes mellitus terdapat empat tipe
yaitu :
a.Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe I merupakan 5-10 persen dari semua kasus diabetes,
biasanya ditemukan pada anak atau orang dewasa muda. Pada diabetes jenis
ini, pankreas mengalami kerusakan dan tidak ada pembentukan insulin
sehingga penderita memerlukan suntikan insulin setiap hari. Gangguan
produksi insulin pada tipe I umumnya terjadi kerusakan karena kekurangan
sel-sel beta pulau lengerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Namun
ada pula yang disebabkan oleh beberapa virus diantranya adalah virus
cocksakie, rubella, CMVirus, Herpes dan lain-lain.
b. Diabetes Tipe II
Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum dengan
jumlah penderita yang lebih banyak dibading tipe I. penderita tipe II mencapai 90-
95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Tipe ini biasanya ditemukan
pada orang-orang yang berusia 35-39 tahun, dengan berat badan berlebihan.
Obesitas memang bisa menyebabkan tidak bekerjanya insulin secara baik sehingga
pemecah gula terganggu dan menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Sumber : WHO
4. Komplikasi
Berikut ini uraian berbagai jenis komplikasi pada penderita diabetes menurut
Nabyl R.A (2015), yaitu :
a. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang
serius dan harus segera diatasi
b. Komplikasi Makrovaskuler
Tiga jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah
otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
c. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita diabetes tipe I.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi semakin
lemah dan rapuh serta terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil.
d. Komplikasi Kaki Diabetik
Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang dapat menyebabkan
gangren dan mengarah pada tindakan amputasi. Gangren adalah proses atau
keadaan yang ditandai jaringan mati dan nekrosis.
e. Retinopati Diabetik
Salah satu komplikasi yang kerap dialami adalah munculnya diabetic
retinopathy (komplikasi diabetes pada retina), glaucoma dan gangguan pada
retina pusat (macula) yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga
kebutaan.
5. Pencegahan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
a. Poliuria
Hal ini berkaitan dengan kadar gula yang tinggi diatas 160-180 mg/dl,
maka glukosa akan sampai ke urine tetapi jika tambah tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang.
b. Polidipsia
Diawali dengan banyaknya urine yang keluar maka tubuh mengadakan
mekanisme lain untuk menyeimbangkannya yakni dengan banyak minum.
Diabetes akan selalu menginginkan minuman yang segar serta dingin untuk
menghindari dehidrasi.
c. oliphagia
Karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh
kurang akhirnya energy yang dibentuk pun kurang, inilah yang menyebabkan
penderita diabetes merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetes melakukan
kompensasi yakni dengan banyak mengkonsumsi makanan.
7. Penatalaksanaan
a.Terapi Farmakologi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:
1.) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfoniluria
Golongan biguanid
Alfa glukosidase inhibitor
Insulin sensitizing agent
2.) Insulin ada 3 jenis menurut cara kerjanya, antara lain :
Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4
jam. Contoh obatnya: Actrapid
Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam
Cara kerjanya lambat: PZI (Protamne Zinc Insulin) dengan masa
kerjanya 18-24 jam
b. Terapi non farmakologi
1.) Jenis makanan
2.) Protein
3.) Lemak
4.) Jadwal makan
5. ) Jumlah kalori
6. ) Olahraga
8. Manifestasi klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia pada
lansia umumnya tida ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebakan
ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan
tidur atau bahkan inkontinensia urin.
Menurut supartondo, gejala – gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan :
a. Katarak i. Neuropati perifer
b. Glaukoma j. Neuropati viseral
c. Retinopati k. Amiotropi
d. Gatal seluruh badan l. Ulkus neurotropik
e. Pruritus vulvae m. Penyakit ginjal
f. Infeksi bakteri kulit n. Penyakit pembuluh darah perifer
g. Infeksi jamur di kulit o. Penyakit koroner
h. Dermatopati p. Penyakit pembuluh darah otak
i. Hipertensi
9. Pathway
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
TEORITIS
A. Pengkajian
1. Definisi
Pengakjian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan
situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan siatuasi
penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi
kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data
obyektif meliputi data bio, psiko,sosial dan spiritual, data yang berhubungan
dengan masalah lansia serta data tetang faktor – faktor yang mempengaruhi atau
yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga
dan lingkungan yang ada.
b. Pengumpulan data
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1. Pengkajian sistem persyarafan : kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan – perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya
ingatan menurun atau melemah .
2. Mata : pergerakan mata, kejelasan menglihat,dan tidak adanya katarak,
pupil : kesamaan, dilatasi,ketajaman penglihatan menurun karenan proses
pemenuaan
3. Ketajaman pendengaran : apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jengan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri di telinga.
4. Sistem kardiovaskuler : sirkulasi perifer ( warna, kehangatan ), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada
keluhan pusing, edema.
5. Sistem gastrointestinal : status gizi ( pemasukan diet, anoreksia, mual,
muntah, kesulitan menguyah dan menelan ), keadaan gigi, rahang dan rongga
mulut, auskultasi bising usus, palpapsi apakah perut kembung ada pelebaran
kolon, apakah konstipasi ( sembelit ), diare, dan inkontinensia alvi.
6. Sistem genitourinarius : warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia ( tidak dapat menahan buang air kecil ), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untu melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang
mengarah keaktivitas seksual.
7. Sistem kuli/ integumen : kulit ( temperatur, tingkat kelembapan ), keutuhan
luka,luka terbuka,robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut, keadaan
kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan - gangguan umum.
8. Sistem muskuloskeletal : kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa bantuan
peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah atau
berjalan, kelumuhan dan bungkuk.
c. Perubahan psikologis data yang perlu di kaji
1. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4. Bagaimana mengatasi stress yang di alami
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
4. Pengkajian khusus pada lansia, pengakjian status fungsional, pengkajian
status kognitif
a. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan index KATZ
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali suatu
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi,
berpakaian,ke kamr kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali
berpakaian, ke kamar kecil
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
Tabel index KATZ di atas untuk mencocok kondisi lansia dengan skor yang
diperoleh ( Nugroho, 2006 ) dalam buku keperawatan gerontik ( 2016 )
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang munsul dan rencana keperawatan pada klien lansia
dengan Diabetes Mellitus :
a. Resiko infeksi b/d glukosa darah yang tinggi
b. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakitnya di tandai
dengan pasien bertanya mengenai penyakit yang di derita
c. Defisit nutrisi b/d penurunan masukan oral ditandai dengan penurunan berat badan
C. Intervensi keperawatan
A. Latar Belakang
Menjadi tua (menua) adalah suatu proses kemunduran fungsi organ-organ tubuh
yang progresif. Proses ini yang sering disebut sebagai homeostenosis, mulai terlihat pada
umur sekitar 30 tahun berjalan secara bertahap dan progresif. "Penurunan fungsi ini
berjalan secara independen dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, nutrisi,
kebiasaan hidup, selain oleh faktor genetik, (Prof. Dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer,
2006)
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu dan seni keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosio dan spiritual yang
komprehensif yang ditujukan pada klien lansia yang sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Dalam keperawatan gerontik perawat
berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidikan klien, motivator, advokasi
klien dan konselor.
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan .
Belum dapat ditetapkan karena pengkajian belum dilakukan.
2. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data umum dan informasi mengenai kondisi klien.
3. Tujuan Khusus
Selama 1 x 45 menit kunjungan, perawat dapat mengumpulkan data melalui
pengkajian yang meliputi :
Data biografis lansia
Riwayat keluarga
Riwayat pekerjaan
Lingkungan hidup
Rekreasi dan hiburan
Sumber/ sistem pendukung yang digunakan
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penggunaan obat-obatan
Pola kebiasaan lansia
Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan
sistem persarafan, pemeriksaan sistem kardiovaskuler, pemeriksaan sistem
gastrointestinal, pemeriksaan sistem genitourinaria, pemeriksaan sistem
integumen, pemeriksaan sistem muskuloskeletal, pemeriksaan sistem
penginderaan
Pengkajian faktor resiko jatuh,
Pengakajian spiritual
Pengkajian psikososial
Pengkajian keseimbangan dan pengkajian fungsional klien menggunakan
KATZ Indeks / Barthel Indeks
Pengkajian status mental gerontik menggunakan short Portable Mental Status
Quesioner (SPSMQ) atau Mini Mental Status Exam (MMSE)
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pengkajian perawatan gerontik
2. Metode : Wawancara
3. Media : Format pengkajian
4. Waktu : 45 menit
D. Strategi Pelaksanaan