Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

Y
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN :
DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH
IRA SAFIRA ,S.KEP

PEMBIMBING
NS. NGATWADI, S.KEP, M.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS SAINS CUT NYAK DHIEN LANGSA
TAHUN AJARAN
2021 – 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Laporan ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang informasi yang ideal dan fakta tentang “Laporan
Asuhan Keperawatan Lansia Pada TN. Y”. Laporan ini telah dibuat dengan berbagai
observasi dan praktik dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Langsa, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFRAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Tujuan ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
A. Konsep Gastritis....................................................................................
1. Defenisi............................................................................................
2. Etiologi.............................................................................................
3. Patofisiologi.....................................................................................
4. Komplikasi.......................................................................................
5. Manifestasi Klinis............................................................................
6. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................
7.Penatalaksanaan Medis.....................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................
A. Pengkajian.........................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan.......................................................................................
C. Intervensi keperawatan......................................................................................
D. Implementasi keperawatan................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LANSIA
1. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, menua
bukanlah suatu penyakit tetepi merupakan proses yang berangsur – angsur
mengakibat perubahan kumulatif merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi ransangan dari dalam dan luar tubuh. Seperti di dalam undang
– undang No. 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan rasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasaekan pancasila dan undang – undang dasar 1945. Telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usi harapan hidup makin
meningkat sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah, banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai – nilai keagamaan dan
budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia proses menua merupakan proses sepanjang hidup,tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu. Tatapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga thap
kehidupanyaiyu anak,dewasa dan tua ( nugroho,2006 ) dalam buku keperawatan
gerontik 2016.

2. klasifikasi
Menurut WHO, lansia dapat diklasifikasi menjadi (Nugroho,2009)
a. Usia pertengahan : 45 – 59 tahun (middle age)
b. Lansia : 60 – 74 tahun (elderly)
c. Lansia tua : 75 – 90 tahun (old)
d. Lansia sangat tua : >90 tahun (very old)

3. Ciri – ciri lansia


Ciri – ciri lansia adalah sebagai berikut ;
a. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya, lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan. Maka akan mempercepat proses akan mempercepat
proses kemunduran fisik. Akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduean fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi inisebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan di perkuat oleh pendapat yang kurang baik. Mislanya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapanya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif. Tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang
rasa pada orang lain sehingga sikap sosial masayarakat menjadi positif .
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal, perubahan peran pada lansia sebaik di lakukan
atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Misalnya lansia menduduki jabatan sosisal dimsyarakt sebagai ketu RW
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena
usianya.
d. Penyesuain yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia
yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah. ( Nur Kholifah,
2016 )

B. DIABETES MILLITUS
1. Pengertian
Menurut American Diabetes Association(2017)di kutip dari Ridwan(2020)
Diabetes militus merupakan penyakit metabolik yang di tandai dengan kenaikan gula
darah karena terganggunya hormon insulin yang berfungsi sebagai hormon untuk
menjaga hemeostatis tubuh dengan cara penurunan kadar gula darah.

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
a. Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pankreas yang disebabkan oleh :
1.) Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I.
2.) Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah padaaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
3.) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autonium yang
menimbulkan ekstruksi sel beta.
a. Diabetes Mellitus tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe
II antara lain :
1.) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,
tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada
umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak
menghasilkan insulin.
2.) Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan membuat
hormon insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam
menghantar glukosa yang ada dalam darah. Pengurangan berat badan
sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan
pemulihan toleransi glukosa. Obesitas terjadi karena tubuh kelebihan
lemak minimal 20% dari berat badan ideal. Menurut Adriani (2012)
obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok
a) Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b) Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
b) Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
3. Jenis-Jenis Diabetes Mellitus
Menurut Pudiastuti (2013), jenis-jenis diabetes mellitus terdapat empat tipe
yaitu :
a.Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe I merupakan 5-10 persen dari semua kasus diabetes,
biasanya ditemukan pada anak atau orang dewasa muda. Pada diabetes jenis
ini, pankreas mengalami kerusakan dan tidak ada pembentukan insulin
sehingga penderita memerlukan suntikan insulin setiap hari. Gangguan
produksi insulin pada tipe I umumnya terjadi kerusakan karena kekurangan
sel-sel beta pulau lengerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Namun
ada pula yang disebabkan oleh beberapa virus diantranya adalah virus
cocksakie, rubella, CMVirus, Herpes dan lain-lain.

b. Diabetes Tipe II
Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum dengan
jumlah penderita yang lebih banyak dibading tipe I. penderita tipe II mencapai 90-
95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Tipe ini biasanya ditemukan
pada orang-orang yang berusia 35-39 tahun, dengan berat badan berlebihan.
Obesitas memang bisa menyebabkan tidak bekerjanya insulin secara baik sehingga
pemecah gula terganggu dan menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Hasil Kadar sewaktu

Normal 180 mg/dl


Tinggi >200 mg/dl
Rendah <70mg/dl

Sumber : WHO

4. Komplikasi
Berikut ini uraian berbagai jenis komplikasi pada penderita diabetes menurut
Nabyl R.A (2015), yaitu :
a. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang
serius dan harus segera diatasi
b. Komplikasi Makrovaskuler
Tiga jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah
otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
c. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita diabetes tipe I.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi semakin
lemah dan rapuh serta terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil.
d. Komplikasi Kaki Diabetik
Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang dapat menyebabkan
gangren dan mengarah pada tindakan amputasi. Gangren adalah proses atau
keadaan yang ditandai jaringan mati dan nekrosis.
e. Retinopati Diabetik
Salah satu komplikasi yang kerap dialami adalah munculnya diabetic
retinopathy (komplikasi diabetes pada retina), glaucoma dan gangguan pada
retina pusat (macula) yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga
kebutaan.

5. Pencegahan
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier

6. Tanda dan Gejala


Menurut Sari RN (2015), tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dari gejala klasik
diabetes mellitus adalah :

a. Poliuria
Hal ini berkaitan dengan kadar gula yang tinggi diatas 160-180 mg/dl,
maka glukosa akan sampai ke urine tetapi jika tambah tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang.
b. Polidipsia
Diawali dengan banyaknya urine yang keluar maka tubuh mengadakan
mekanisme lain untuk menyeimbangkannya yakni dengan banyak minum.
Diabetes akan selalu menginginkan minuman yang segar serta dingin untuk
menghindari dehidrasi.
c. oliphagia
Karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula kedalam sel-sel tubuh
kurang akhirnya energy yang dibentuk pun kurang, inilah yang menyebabkan
penderita diabetes merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetes melakukan
kompensasi yakni dengan banyak mengkonsumsi makanan.
7. Penatalaksanaan
a.Terapi Farmakologi
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), antara lain:
1.) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
 Golongan sulfoniluria
 Golongan biguanid
 Alfa glukosidase inhibitor
 Insulin sensitizing agent
2.) Insulin ada 3 jenis menurut cara kerjanya, antara lain :
 Cara kerjanya cepat : RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4
jam. Contoh obatnya: Actrapid
 Cara kerjanya sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam
 Cara kerjanya lambat: PZI (Protamne Zinc Insulin) dengan masa
kerjanya 18-24 jam
b. Terapi non farmakologi
1.) Jenis makanan
2.) Protein
3.) Lemak
4.) Jadwal makan
5. ) Jumlah kalori
6. ) Olahraga

8. Manifestasi klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia pada
lansia umumnya tida ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebakan
ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan
tidur atau bahkan inkontinensia urin.
Menurut supartondo, gejala – gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan :
a. Katarak i. Neuropati perifer
b. Glaukoma j. Neuropati viseral
c. Retinopati k. Amiotropi
d. Gatal seluruh badan l. Ulkus neurotropik
e. Pruritus vulvae m. Penyakit ginjal
f. Infeksi bakteri kulit n. Penyakit pembuluh darah perifer
g. Infeksi jamur di kulit o. Penyakit koroner
h. Dermatopati p. Penyakit pembuluh darah otak
i. Hipertensi
9. Pathway
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
TEORITIS

A. Pengkajian
1. Definisi
Pengakjian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan
situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan siatuasi
penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi
kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data
obyektif meliputi data bio, psiko,sosial dan spiritual, data yang berhubungan
dengan masalah lansia serta data tetang faktor – faktor yang mempengaruhi atau
yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga
dan lingkungan yang ada.

2. Faktor yang mempengaruhi pengakjian lansia


a. Interelasi ( saling keterkaitan ) antara aspek fisik dan psikososial: terjadi
penurunan kemampuan mekanisme terhadap stress, masalah psikis meningkat
dan terjadi perubahan pada fisik lansia.
b. Adanya penyakit dan ketidakmampuan status fungsional.
c. Hal – hal yang perlu diperhatiakan saat pengkajian yaitu : ruang yang adekuat,
kebisingan minimal, suhu cukup hangat, hindari cahaya langsung, posisi
duduk yang nyaman, dekat dengan kamar mandi, privasi yang mutlak,
bersikap sabar, relaks, tidak tergesa – gesa, beri kesempatan pada lansia untuk
berpikir, waspada tanda – tanda keletihan.

3. Data perubahan fisik, psikologis dan spikososial


a. Perubahan fisik
1.) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan
2.) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
3.) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
4.) kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi,prnglihatan,dan pendengaran
5.) kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB dan BAK
6.) kebiasaan gerak badan,olahraga, senam lansia

b. Pengumpulan data
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi,palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1. Pengkajian sistem persyarafan : kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan – perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya
ingatan menurun atau melemah .
2. Mata : pergerakan mata, kejelasan menglihat,dan tidak adanya katarak,
pupil : kesamaan, dilatasi,ketajaman penglihatan menurun karenan proses
pemenuaan
3. Ketajaman pendengaran : apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jengan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri di telinga.
4. Sistem kardiovaskuler : sirkulasi perifer ( warna, kehangatan ), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada
keluhan pusing, edema.
5. Sistem gastrointestinal : status gizi ( pemasukan diet, anoreksia, mual,
muntah, kesulitan menguyah dan menelan ), keadaan gigi, rahang dan rongga
mulut, auskultasi bising usus, palpapsi apakah perut kembung ada pelebaran
kolon, apakah konstipasi ( sembelit ), diare, dan inkontinensia alvi.
6. Sistem genitourinarius : warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia ( tidak dapat menahan buang air kecil ), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untu melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang
mengarah keaktivitas seksual.
7. Sistem kuli/ integumen : kulit ( temperatur, tingkat kelembapan ), keutuhan
luka,luka terbuka,robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut, keadaan
kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan - gangguan umum.
8. Sistem muskuloskeletal : kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa bantuan
peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah atau
berjalan, kelumuhan dan bungkuk.
c. Perubahan psikologis data yang perlu di kaji
1. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4. Bagaimana mengatasi stress yang di alami
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
4. Pengkajian khusus pada lansia, pengakjian status fungsional, pengkajian
status kognitif
a. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan index KATZ

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari, kecuali suatu
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi,
berpakaian,ke kamr kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali
berpakaian, ke kamar kecil
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari – hari kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan

Tabel index KATZ di atas untuk mencocok kondisi lansia dengan skor yang
diperoleh ( Nugroho, 2006 ) dalam buku keperawatan gerontik ( 2016 )

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang munsul dan rencana keperawatan pada klien lansia
dengan Diabetes Mellitus :
a. Resiko infeksi b/d glukosa darah yang tinggi
b. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakitnya di tandai
dengan pasien bertanya mengenai penyakit yang di derita
c. Defisit nutrisi b/d penurunan masukan oral ditandai dengan penurunan berat badan

C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Resiko infeksi Setelah diberikan Pencegahan infeksi
b/d glukosa asuhan keperawatan  Monitor tanda dan gejala
darah yang selama ......x 60 menit di infeksi lokal dan sitemik
tinggi harapkan  Berikan perawatan kulit
pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi
2 Defisit Setelah diberikan Edukasi kesehatan
pengetahuan asuhan keperawatan  Identifikasi ksesiapan dan
b/d kurangnya selama ......x 60 menit di kemampuan menerima
informasi harapkan informasi
mengenai  Identifikasi faktor – faktor
penyakitnya di yang dapat meningkatkan
tandai dengan dan menurunkan motivasi
pasien prilaku hidup bersih dan
bertanya sehat
mengenai  Sediakan materi dan media
penyakit yang pendidikan kesehatan
di derita  Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk
bertanya
 Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan prilaku hidup sehat
dan bersih
 Ajrkan strtegi yang dapat
digunakan untuk
mengingatkan prilaku hidup
bersih dan sehat

3 Defisit nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi


b/d penurunan asuhan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
masukan oral selama ......x 24 jam di  Identifikasi makanan yang
ditandai harapkan status nutrisi disukai
dengan membaik dengan  Identifikasi kebutuhan kalori
penurunan kriteria hasil : dan jenis nutrien
berat badan  Berat badan  Monitor asupan makanan
membaik  Monitor berat badan
 Indeks masa  Lakukan oral hygiene
tubuh ( IMT ) sebelum makan, jika perlu
membaik  Sajikan makanan secara
 Frekuensi menarik dan suhu yang
makan membaik sesuai
 Nafsu makan  Berikan makanan tinggi
membaik serrat untuk mencegah
 Tebal lipatan konstipasi
kulit trisep  Berikan makanan tinggi
membaik kalori dan tinggi protein
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang di
programkan
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum maka
( mis. Pereda nyeri,
( antiemetik )
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GERONTIK
PERTEMUAN I : Senin, 29 November 2021

A. Latar Belakang
Menjadi tua (menua) adalah suatu proses kemunduran fungsi organ-organ tubuh
yang progresif. Proses ini yang sering disebut sebagai homeostenosis, mulai terlihat pada
umur sekitar 30 tahun berjalan secara bertahap dan progresif. "Penurunan fungsi ini
berjalan secara independen dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, nutrisi,
kebiasaan hidup, selain oleh faktor genetik, (Prof. Dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer,
2006)
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu dan seni keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosio dan spiritual yang
komprehensif yang ditujukan pada klien lansia yang sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Dalam keperawatan gerontik perawat
berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidikan klien, motivator, advokasi
klien dan konselor.

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita ( Constantinide,1994 ).

Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional


lansia, diagnosa, perencanaan, dan implementasi perawatan dan pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi, dan mengevaluasi keefektifan
perawatan tersebut (Potter & Perry, 2005). Adapun keperawatan gerontik dimulai dengan
pengkajian sebagai tahap pertama dimana seorang perawat memperoleh informasi secara
lengkap dan komprehensif, sehingga masalah kesehatan yang sedang di hadapi klien
dapat di atasi. Data yang dikumpulkan dalam pengkajian pada pertemuan pertama
dengan klien adalah pada fase orientasi harus diutamakan dalam hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien hingga tercipta hubungan teraupetik yang baik.
Pada pertemuan pertama, perawat ingin melakukan pengkajian keperawatan
pada lansia yang berada di Desa Timbang Langa, Kecamatan Langsa Baro untuk
mengumpulkan data yang berfungsi untuk merumuskan masalah-masalah yang akan
muncul pada lansia tersebut. Pengkajian yang akan perawat kaji meliputi data biografis
lansia, riwayat keluarga, riwayat pekerjaan, lingkungan hidup, rekreasi dan hiburan,
sumber/ sistem pendukung yang digunakan, status kesehatan saat ini, status kesehatan
masa lalu, riwayat penggunaan obat-obatan, pola kebiasaan lansia, dan pemeriksaan fisik
yang meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan sistem persarafan,
pemeriksaan sistem kardiovaskuler, pemeriksaan sistem gastrointestinal, pemeriksaan
sistem urinaria, pemeriksaan sistem integumen, pemeriksaan sistem muskuloskeletal,
pemeriksaan sistem penginderaan, pengkajian faktor resiko jatuh, pengakajian spiritual,
pengkajian psikososial, pengkajian keseimbangan dan pengkajian fungsional klien
menggunakan KATZ Indeks / Barthel Indeks serta pengkajian status mental gerontik
menggunakan short Portable Mental Status Quesioner (SPSMQ) atau Mini Mental
Status Exam (MMSE).

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan .
Belum dapat ditetapkan karena pengkajian belum dilakukan.
2. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data umum dan informasi mengenai kondisi klien.
3. Tujuan Khusus
Selama 1 x 45 menit kunjungan, perawat dapat mengumpulkan data melalui
pengkajian yang meliputi :
 Data biografis lansia
 Riwayat keluarga
 Riwayat pekerjaan
 Lingkungan hidup
 Rekreasi dan hiburan
 Sumber/ sistem pendukung yang digunakan
 Status kesehatan saat ini
 Status kesehatan masa lalu
 Riwayat penggunaan obat-obatan
 Pola kebiasaan lansia
 Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan
sistem persarafan, pemeriksaan sistem kardiovaskuler, pemeriksaan sistem
gastrointestinal, pemeriksaan sistem genitourinaria, pemeriksaan sistem
integumen, pemeriksaan sistem muskuloskeletal, pemeriksaan sistem
penginderaan
 Pengkajian faktor resiko jatuh,
 Pengakajian spiritual
 Pengkajian psikososial
 Pengkajian keseimbangan dan pengkajian fungsional klien menggunakan
KATZ Indeks / Barthel Indeks
 Pengkajian status mental gerontik menggunakan short Portable Mental Status
Quesioner (SPSMQ) atau Mini Mental Status Exam (MMSE)

C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pengkajian perawatan gerontik
2. Metode : Wawancara
3. Media : Format pengkajian
4. Waktu : 45 menit

D. Strategi Pelaksanaan

No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 11.00 – 11.10 WIB Fase orientasi


 Mengucapkan salam
 Membuat kontrak waktu
 Menjelaskan maksud dan bagian interaksi
2. 11.10 – 12.05 WIB Fase kerja
 Melakukan pengkajian keperawatan gerontik
pada lansia
3. 12.05 – 12.15 WIB Fase terminasi
 Membuat kesimpulan hasil pertemuan
 Membuat kontrak waktu pertemuan selanjutnya
 Mengucapkan salam
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
 Tersedia format pengkajian.
 Adanya kontrak waktu antara perawat dan lansia
2. Evaluasi proses
 Klien (lansia) mengikuti kegiatan dalam interaksi secara penuh selama 45
menit
 Klien (lansia) aktif memberikan jawaban/ data yang di tanyakan/ dikaji oleh
perawat
3. Evaluasi hasil
 Klien (lansia) dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pengkajian
keperawatan gerontik
 Klien (lansia) dapat menceritakan riwayat penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai