Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN OSTEOARTHRITIS

OLEH
IDA BAGUS GDE SURYA ERAWAN
C2220033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020
A. Konsep Penyakit

1. Pengertian/Definisi
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan
trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.

2. Klasifikasi :

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

a. Reumatik Sendi ( Artikuler )


Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur
sendi yang terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta
pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan
tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya
simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui
dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan sebagainya.
Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan
genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis
Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti
tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang
disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan
kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan menebal
sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis)
sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar
keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan
jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran
klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi
(kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar
persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam
pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah
raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.

3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan
efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi.
Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat.
Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya
reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder
disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi,
yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah
salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari
sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi
(soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota
gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya
adalah faktor kejiwaan.

2) Tendonitis dan tenosivitis


Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di
tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus
tendon.

3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul
akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.

4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke
tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.

5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif
diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau
sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk.
Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.

6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

7) Frozen shoulder syndrome


Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas
yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat,
terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat
pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

a. Usia lebih dari 40 tahun


Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.

b. Jenis kelamin wanita lebih sering


Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan
wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.

c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal
ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan,
tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),
diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan
tersebut.

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.

h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

4. Manifestasi Klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

b. Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

f. Perubahan gaya berjalan


Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).
5. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi yang dapat timbul akibat penyakiat Osteoarthritis :
a. Asam urat
Asam urat atau Gout adalah salah satu jenis penyakit yang terjadi pada persendian.
Penyakit ini dapat menyebabkan timbulnnya peradangan sendi karena tingginya
tingkat asam urat yang menyebabkan kristal natrium urat membentuk di dalam dan
sekitar sendi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan  akibat penyakit
osteoartritis dapat mendorong pemembentukan kristal dalam sendi. Jika Anda
memiliki osteoarthritis yang disertai penyakit asam urat, maka tingkat penyakit sendi
anda akan terus meningkat dan bahkan dpat menyebabkan kelumpuhan.

b. Kondrokalsinosis
Osteoarthritis juga dapat mendorong kristal kalsium pirofosfat terbentuk di tulang
rawan Anda. Ini disebut kalsifikasi atau kondrokalsinosis. Hal ini dapat terjadi di
setiap sendi, dengan atau tanpa osteoarthritis, tapi itu kemungkinan besar terjadi di
lutut sudah terkena osteoartritis, terutama pada orang tua. Kristal akan muncul di
sinar-x dan sampel cairan yang diambil dari sendi Anda.

Osteoarthritis cenderung menjadi lebih parah lebih cepat ketika kristal kalsium yang
hadir. Kadang-kadang kristal dapat mengguncang lepas dari tulang rawan,
menyebabkan serangan tiba-tiba bengkak sangat menyakitkan disebut arthritis
kalsium pirofosfat kristal akut (akut CPP kristal arthritis), sejenis penyakit kalsium
kristal .

6. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti


vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila


kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.

Pathway

Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan Perubahan
kondrosit Komponen sendi
Kolagen
Progteogtikasi Perubahan
Jaringan sub metabolisme sendi
Proses penyakit
degeneratif kondrial
yang panjang

MK: Pengeluaran
Kerusakan enzim lisosom
Penatalaksanaan
lingkungan
Kerusakan
Kurang
matrik kartilago
kemampuan
mengingat
Kesalahan Penebalan Perubahan
interpretasi tulang sendi fungsi sendi

Penyempitan Deformitas
MK: Kurang rongga sendi sendi
pengetahuan Kontraktur
Penurunan MK: Kerusakan
Kekuatan mobilytas fisik
nyeri

MK: Gangguan Hipertrofi


MK: Kurang Citra tubuh
perawatan diri

Distensi Cairan

MK: Nyeri akut


7. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Medis

1) Farmakologi / Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis

2) Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,


3) Pembedahan; artroplasti
Keperawatan :

 Istirahatkan sendi yang sakit dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
 Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
 Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
 Tindakan preventif
 Penurunan berat badan
 Pencegahan cedera
 Screening sendi paha
 Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
 Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat
ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
 Dukungan psikososial
 Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
 Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
 Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita
osteoartritis:

Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh


makanan diberikan diberikan

Karbohidrat Semua --

Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, usus, limpa, paru-paru, otak,
keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.

--
Kacang-kacangan kering 25 gr
Protein nabati atau tahu, tempe, oncom
Minyak dalam jumlah terbatas.

Lemak Semua sayuran sekehendak --


kecuali: asparagus, kacang
Asparagus, kacang polong,
polong, kacang buncis, kembang
kacang buncis, kembang kol,
Sayuran kol, bayam, jamur maksimum 50
bayam, jamur maksimum 50 gr
gr sehari
sehari
Semua macam buah

Teh, kopi, minuman yang


--
mengandung soda
Alkohol
Semua macam bumbu
Buah-buahan

Minuman Ragi

Bumbu, dll
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
 Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
b. Pemneriksaan fisik
 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes serologi
 Sedimentasi eritrosit meningkat
 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
 Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2) Pemerikasaan radiologi
 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3) Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
4. Evaluasi
C. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris
limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi
dan otot.

2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.

4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau
cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.

5. Hygiene
- Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi

7. Nyeri/kenyamanan
- Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa

9. Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.

10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.

11. Pemeriksaan Diagnostik


- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis
pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
D. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA
A. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan

1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan - Kaji keluhan nyeri, catat lokasi
asuhan keperawatan selama dan intensitas nyeri (skala 0 –
5 hari, klien akan: 10), catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda
- Menunjukkan nyeri
rasa nyeri.
hilang/terkontrol
- Beri matras dan kasur keras
- Klien terlihat rileks dapat
bantal kecil. Tinggikan linen
tidur/beristirahat dan
tempat tidur sesuai kebutuhan
berpartisipasi dalam
saat klien beristirahat/tidur.
aktivitas
- Bantu klien mengambil posisi
- Mengikuti program terapi
yang nyaman pada waktu tidur
- Menggabungkan
atau duduk diskusi, tinggikan
keterampilan relaksasi
istirahat di tempat tidur sesuai
dan aktivitas hiburan ke
indikasi.
dalam program kontrol
- Pantau penggunaan bantal
nyeri.
- Dorong klien untuk mengubah
posisi.
- Bantu klien untuk mengompres
hangat pada sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
- Pantau suhu kompres
- Dorong untuk menggunakan

Kurang Setelah dilakukan tindakan - Diskusikan tingkat fungsi


perawatan diri keperawatan selama 5 hari umum; sebelum timbul
klien akan: eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang
- Melaksanakan aktivitas
sekarang diantisipasi
perawatan diri pada
- Pertahankan mobilitas, kontrol
tingkat yang konsisten
terhadap nyeri dan program
pada kemampuan klien
latihan.
- Mendemonstrasikan
- Kaji hambatan terhadap
perubahan teknik/gaya
partisipasi dalam perawatan
hidup untuk memenuhi
diri, identifikasi rencana untuk
kebutuhan perawatan diri memodifikasi lingkungan.
- Mengidentifikasi - Kolaborasi untuk terapi
sumber-sumber pribadi okupasi
yang dapat memenuhi
kebutuhan.

Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat fungsi fisik


terhadap keperawatan selama 5 hari - Evaluasi lingkungan untuk
kerusakan klien dapat: mengkaji kemampuan dalam
penatalaksanaan perawatan untuk diri sendiri
- Mempertahankan
lingkungan - Tentukan sumber-sumber
keamanan, lingkungan
finansial untuk memenuhi
yang meningkatkan
kebutuhan situasi individu
perkembangan
- Identifikasi sistem pendukung
- Mendemonstrasikan
yang tersedia untuk klien
penggunaan sumber-
- Identifikasi untuk peralatan
sumber yang efektif dan
yang diperlukan misalnya alat-
tepat.
alat bantu mobilisasi.

Kurang Setelah dilakukan tindakan - Tinjau proses penyakit,


pengetahuan keperawatan selama 5 hari prognosis dan harapan masa
(kebutuhan klien akan: depan
belajar) - Diskusikan kebiasaan klien
- Menunjukkan
mengenai dalam melaksanakan proses
pemahaman tentang
penyakit, sakit melalui diet, obat-obatan
kondisi/prognosis dan
prognosis dan dan program diet seimbang,
perawatan
kebutuhan latihan dan istirahat.
- Mengembangkan rencana
perawatan dan - Bantu dalam merencanakan
untuk keperawatan diri
pengobatan jadwal aktivitas terintegrasi
termasuk modifikasi gaya
berhubungan yang realistis, istirahat,
hidup yang konsisten
dengan perawatan diri, pemberian
dengan mobilitas dan
kurangnya obat-obatan, terapi fisik dan
atau pembatasan aktivitas
kemampuan manajemen stres.
klien untuk - Tekankan pentingnya
mengingat melanjutkan manajemen
informasi yang farmakologi terapi.
diberikan - Identifikasi efek samping obat.
- Diskusikan teknik menghemat
energi
- Berikan informasi tentang alat
bantu misalnya tongkat, tempat
duduk dan palang keamanan.
Beri konseling sesuai prioritas
kebutuhan klien.

Teknik manajemen stres misalnya


relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik biofeedback,
visualisasi, pedoman imajinasi
hipnotis diri dan pengendalian
nafas.

- Libatkan dalam aktivitas


hiburan yang sesuai untuk
situasi individu.
- Beri obat sebelum aktivitas
latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk.
- Bantu klien dengan terapi fisik.

Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan - Dorong klien mengungkapkan


tubuh keperawatan selama 5 hari mengenai masa lalu tentang
klien akan: proses penyakit, harapan masa
depan.
- Mengungkapkan
- Diskusikan arti dari
peningkatan rasa percaya
kehilangan/ perubahan pada
diri dalam kemampuan
dirinya. Memastikan
untuk menghadapi
bagaimana pandangan pribadi
penyakit perubahan gaya
klien dalam memfungsikan
hidup dan kemungkinan
gaya hidup sehari-hari termsuk
keterbatasan.
aspek-aspek seksual.
- Menyusun tujuan rencana
- Akui dan terima perasaan
realistis untuk masa
berduka, bermusuhan, dan
mendatang.
ketergantungan.
- Perhatikan perilaku menarik
diri, penyangkalan atau terlalu
memperhatikan tubuh/
perubahannya.
- Susun batasan pada perilaku
maladaptif, bantu klien
mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat emmbantu
koping.
- Bantu kebutuhan perawatan
yang diperlukan klien.
- Beri bantuan positif bila perlu.
- Ikutseratkan dalam
perencanaan dan pembuatan
jadwal aktivitas.

Kerusakan Setelah dilakukan tindakan - Pantau tingkat inflamasi/rasa


mobilitas fisik keperawatan selama 5 hari sakit pada sendi.
berhubungan klien dapat: - Pertahankan tirah baring/
dengan duduk jika diperlukan.
- mempertahankan fungsi
- Jadwal aktivitas untuk
posisi dengan tidak
memberikan periode istirahat
hadirnya kontraktor.
yang terus-menerus dan tidur
- Mempertahankan atau
malam hari tidak terganggu.
meningkatkan kekuatan
- Bantu klien dengan rentang
dan fungsi komponen
gerak aktif/pasif dan latihan
bagian tubuh.
resistif dan isometrik jika
- Mendemonstrasikan
memungkinkan.
teknik/perilaku yang
- Dorong klien untuk
memungkinkan
mempertahankan posisi tegak
melakukan aktivitas.
dan duduk tinggi, berdiri dan
berjalan.
- Berikan lingkungan yang
aman.
- Kolaborasi ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis
vokasional.

DAFTAR PUSTAKA
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan
Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta,
EGC.

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih
Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit,
Jakarta, EGC.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai
Penerbit FK Universitas Indonesia.

B. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai