Anda di halaman 1dari 34

Case Based Discussion

MODUL 4

Gigi Tiruan Cekat


Dowel Crown
Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi
Kepaniteraan Klinik di Bagian Prosthodonti

oleh :
NADYA PRATIWI UTAMI
1110070110070

Pembimbing : drg. Resa Ferdina, MARS

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2017

1
MODUL 4 (KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI)
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Case Based Discussion yang berjudul Mahkota Tiruan


Pasak guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 4.

Padang, OKTOBER 2017

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Resa Ferdina, MARS)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Based Discussion (CBD)

Mahkota Tiruan Pasak ini sebagai salah satu syarat dalam melengkapi

Kepaniteraan Klinik pada Modul 4.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas serta

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu drg. Resa Ferdina, MARS selaku

pembimbing yang telah membantu dalam menyusun Case Based Discussion ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Case Based Discussion ini dapat

bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi

semua pihak yang memerlukan.

Padang, OKTOBER 2017

Nadya Pratiwi Utami

3
DAFTAR ISI
Halaman

Cover ................................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ........................................................................................................ iv
Prosedur kerja ................................................................................................. vi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 7


1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9


2.1. Pengertian Gigi Tiruan cekat .................................................................. 9
2.2. Macam-Macam Crown ........................................................................... 9
2.3. Indikasi Pembuatan Gigi Tiruan Cekat .................................................. 13
2.4. Kontraindikasi Pembuatan Gigi Tiruan Cekat ........................................ 13
2.5. Pengertian Dowel Crown ........................................................................ 17
2.6. Bagian-bagian Pasak ............................................................................... 18
2.7. Macam-macam Mahkota Pasak ........................................................... 18
2.8. Macam-macam Pasak ............................................................................ 19
2.9. Syarat Pembuatan Dowel Crown ........................................................... 19
2.10. Aspek pembuatan Dowel Crown ........................................................... 20

BAB III . LAPORAN KASUS ....................................................................... 23

BAB IV. DISKUSI.......................................................................................... 32

BAB V. KESIMPULAN ................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

4
GIGI TIRUAN CEKAT

Nama Pasien : Izzatul Iffa Firdaus

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jln.DPR Pasar Pagi Dadok Tunggul Hitam

Tanggal Pemeriksaan : 19 oktober 2017

Dosen Pembimbing : drg. Resa Ferdina, MARS

Formulasi Gigi & Klasifikasi : 11 (deattached dowel crown)

5
PROSEDUR KERJA
Dowel Crown
(Intra radikular retainer)

JENIS PEKERJAAN TGL PARAF KETERANGAN

1. Anamnesa & indikasi

2. Membuat studi model

3. Diskusi
4. Preparasi saluran akar +
Model Pasak
5. Preparasi gigi Abutment

6. Retraksi Gingiva

7. Membuat Work Model

8. Menentukan warna gigi


9. Pemasangan crown
sementara
10. Insersi (pemasangan) GTC

11. Kontrol

Pembayaran Dosen Pembimbing

( ) drg. Resa Ferdina, MARS

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya

oleh karena berbagai faktor, sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti lubang besar, traumatik, penyakit jaringan

pendukung gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan

menyebabkan perubahan susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering

menyangkut.Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang

untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi

tiruan.

Hilangnya satu atau beberapa gigi merupakan salah satu masalah yang

dapat mengganggu. Oleh karena itu, mereka yang kehilangan giginya ingin

mengganti dengan pemasangan gigi tiruan. Perbaikan keadaan ini perlu dilakukan

mengingat arti pentingnya kesehatan gigi dan mulut bagi seseorang. Gigi tiruan

berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara dan

memberikan dukungan untuk otot wajah. Meningkatkan penampilan wajah dan

senyum.

Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi

yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi

karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung

utama dari restorasi. Gigi yang hilang perlu diganti untuk mencegah terjadinya :

1. Tilting pada gigi sebelahnya

7
2. Hilangnya kontak gigi

3. Elongasi pada gigi antagonis

4. Traumatik oklusi

5. Gingiva poket

6. Sakit pada sendi temporo mandibular joint

7. Karies pada gigi sebelahnya.

Secara umum tujuan pembuatan gigi tiruan cekat adalah :

1. Memulihkan daya kunyah yang berkurang karena hilangnya satu atau lebih
gigi asli.
2. Untuk memperbaiki estetika
3. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan yang
kosong karena hilangnya gigi.
4. Untuk memelihara dan mempertahankan gusi
5. Untuk memulihkan fungsi fonetik

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gigi Tiruan Cekat

Gigi Tiruan (denture) adalah Suatu bentukan gigi yang menggantikan

sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan atau jaringan pendukungnya. Gigi

tiruan cekat adalah gigi tiruan untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang

hilang, tidak dapat dilepas oleh pasien sendiri maupun dokter gigi karena

dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung utama

dari restorasi. Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan

bridge.

Crown prosthetics adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang

penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan suatu crown pengganti.

Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi

yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasinya.

2.2 Macam-macam crown

1. Mahkota Tiruan Penuh tanpa pasak ( MTP), terdiri dari

a. Mahkota Tiruan Penuh Logam (full logam)

Indikasi

- Gigi vital/nonvital yang telah dirawat saluran akar

- Gigi posterior yang tidak berpengaruh terhadap estetis.

- Frekwensi karies tinggi

- Sebagai mahkota solitaire atau retainer bridge

- Memperbaiki anatomi gigi

9
Kontra Indikasi

- Kerusakan gigi yang masih dapat di tambal

- Gigi anterior atau gigi yang berpengaruh terhadap estetis

b. Mahkota Tiruan Penuh Akrilik (full acrilic)

Indikasi

- Memperbaiki fraktur atau kerusakan pada gigi anterior pada usia

muda.

- Untuk mahkota sementara

Kontra Indkasi

- Untuk gigi posterior.

c. Mahkota Tiruan Penuh Porselen (full porselen)

Indikasi

- Untuk gigi anterior

tidak kurang dari setengah mahkota

proksimal karies yang luas

perubahan warna pada gigi

kelainan bentuk atau posisi

- Penderita Dewasa

- Gigitan anterior normal

Kontra Indikasi

- Padi pasien dengan usia muda karena ruang pulpa masih lebar

- Gigitan dalam atau mahkota klinis pendek

- Abrasi hebat pada bagan servikal

10
- Gigi posterior

d. Mahkota Tiruan Penuh Logam Kombinasi Akrilik (Acrilic fused to

mental/AFM)

Indikasi :

- Retainer bridge pada usia dewasa muda

- Gigi yang berpengaruh untuk estetis

- Edge to edge atau deep bite

e. Mahkota Tiruan Penuh Logam Kombinasi Porselen (Porselen fused to

mental/ PFM)

Indikasi

- Gigi posterior untuk estetis

- Gigi anterior, untuk gigi deep bite atau edge to edge

- Kelainan bentuk gigi

- Retainer Jembatan

Kontra Indikasi

- Usia muda karena ruang pulpa masih lebar

2. Mahkota Tiruan Sebagian (MTS)

Indikasi :

- Restorasi tunggal

- Retainer bridge pada karies proksimal dan palatal tapi tidak sampai bukal

- Gigi vital

- Mahkota klinis panjang, bentuk anatomi normal dan jarak labiopalatal

cukup tebal

11
- Frekuensi karies rendah

Mahkota sebagian terdiri dari :

a. Mahkota sebagian anterior

b. Mahkota sebagian posterior

c. Mahkota sebagian modifikasi

3. Mahkota Tiruan Penuh dengan Pasak : pin crown, post crown, dowel crown

Indikasi:

- Restorasi tunggal / retainer bridge pada gigi anterior atau posterior

- Gigi nonvital yang telah dilakukan perawatan saluran akar (PSA)

- Memperbaiki gigi yang mengalami kelainan letak atau malposisi

Kontra Indikasi:

- Gigi vital

- Gigi dengan morfologi akar dan kelainan jaringan periodontal

- Kerusakan gigi masih dapat ditambal

Macam-macam mahkota pasak

d. Deattached dowel crown : core dengan mahkota terpisah, yang kemudian

dilekatkan dengan semen.

e. Attached dowel crown : core dengan mahkota merupakan suatu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan.

Untuk pembuatan GTC diperlukan rontgen foto yang berguna untuk mengetahui :

1. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi.

2. Akar yang tertinggal di alveolar

3. Perbandingan panjang dan tinggi mahkota

12
4. Ukuran, bentuk dan posisi akar

5. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal

6. Adanya kelainan apeks akar

2.3 Indikasi Pembuatan GTC menurut Ewing (1959) :

1. Pasien berusia 20 50 tahun

2. Karies yang besar khususnya apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior

3. Kavitas permukaan labial yang besar atau klas V, khususnya apabila

berhubungan dengan karies aproksimal atau restorasi klas II

4. Pit yang hipoplastik

5. Perubahan pada warna (staining tetrasiklin)

6. Gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang conus)

7. Diperlukan perubahan pada posisi aksial kurang dari 1 mm

8. Atrisi yang berat, abrasi atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi atau

kemungkinan seluruh rahang)

9. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik

10. Oklusi dan jaringan periodonsium baik

11. Hygiene mulut baik

2.4 Kontra Indikasinya adalah :

1. Pasien dengan kebersihan mulut dan motivasi yang buruk

2. Gigi dengan tambalan yang sangat besar, gigi mungkin telah ditambal

berulang kali dan memperlihatkan vitalitas yang kecil apabila

dibandingkan dengan gigi antagonis serta gigi sebelahnya.

13
3. Gambaran radiografi pada gigi memperlihatkan kalsifikasi saluran akar

serta pembentukan dentin sekunder.

4. Pasien terlalu muda atau tua

5. Oklusi abnormal

6. Kesehatan umum jelek

7. Tidak terjalin kooperasi dari pasien dan operator

8. Mempunyai bad habbit

9. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi

Bahan Mahkota Tiruan

Bahan mahkota tiruan yang digunakan biasanya adalah resin akrilik atau

porselen. Kedua bahan ini masing-masing mempunyai keuntungan dan

kelemahan.

- Resin akrilik

Keuntungan :

- Bahan ini memiliki sifat estetis yang sama bagusnya dengan porselen

- Jarang sekali mengalami pecah

- Dapat diperbaiki dengan baik dan mudah

- Memiliki kontak marginal yang lebih baik

- Tidak menimbulkan keausan dari antagonis

Kerugian :

- Dengan adanya koefisien ekspansi termik yang tinggi dan sifat plastis

resin akrilik di bawah pembebanan, hilangnya kontak marginal, semennya

14
akan larut dan mahkota menjadi bocor. Akibatnya adalah gingivitis,

pewarnaan gigi dan karies sekunder.

- Ketahanannya rendah terhadap keausan, mengakibatkan mahkotanya

kehilangan bentuk aslinya, yang dapat terjadi oleh karena atrisi ataupun

oleh penyikatan gigi.

- Warna yang mula-mula bagus dari resin akrilik akan berubah karena

keausan yang tersebut diatas dan kebocoran pinggir.

- Karena adanya radang tepi gusi dan strukturnya yang poreus, dapat timbul

fetor ex ore.

- Porselen

Keuntungan :

- Bahan ini memiliki sifat-sifat estetis yang baik dan awet

- Endapan sukar melekat pada permukaan porselen yang dipolis dengan baik

- Bahan ini merupakan pengantar suhu yang kurang baik

- Memiliki koefesien ekspansi yang kurang lebih sama dengan jaringan gigi

Kerugian :

- Memiliki daya resiliensi yang rendah

- Dalam hubungan dengan dukungan yang sangat diperlukan, preparasinya

harus memenuhi persyaratan yang tinggi, sehingga banyak jaringan gigi

yang harus diambil

- Kontak marginal lebih buruk dari pada mahkota cor sehingga terdapat

kemungkinan yang lebih besar terhadap iritasi gingiva pada daerah sub

gingiva

15
- Porselen dapat bertindak agresif terhadap antagonis, sehingga dapat

bertahan dalam beberapa bulan saja.

- Logam

Keuntungan :

- Kuat

- Pengambilan jaringan mahkota sedikit

- Frekuensi karies tinggi dan OH rendah

- Dapat dibuatkan pada gigi posterior dimana jarak service oklusal relative

pendek

Kerugian :

- Sekunder karies pada tepi servikal sulit dideteksi

- Penggunaannya terbatas hanya pada gigi molar

- Logam kombinasi akrilik

Keuntungan :

- Murah

- Mudah, tidak setebal lapisan poeselen

- Jika pecah masih dapat doperbaiki

Kerugian :

- Mudah berubah warna

- Retensi kurang karena ikatan akrilik dan logam adalah ikatan mekanis.

- Preparasi bagian labial dan bukal yang banyak dapat membahayakan pulpa

16
- Logam kombinasi porselen

Keuntungan :

- Estetis baik

- Kuat menahan tekanan kunyah

- Retainer bridge

Kerugian :

- Jika porselen rapuh bias pecah

- Pengambilan jaringan bagian labial/bukal yang banyak dapat

membahayakan pulpa

- Jika pengambilan jaringan kurang bisa menyebabkan over counter

mahkota tiruan bagian labial/bukal.

2.5 Pengertian Dowel Crown

Dowel crown adalah suatu restorasi yang menggantikan semua jaringan

permukaan mahkota gigi asli sehingga menjadi satu kesatuan dengan akar gigi

melalui pasak yang ditanam dalam saluran akar.

Indikasi dowel crown :

1. Gigi yang telah mengalami perawatan endodonti.

2. Gigi post perawatan endododnti untuk retainer bridge

3. Saluran akar yang lurus dan panjang

4. Perubahan posisi aksial lebih dari 1 mm

5. Gigi fraktur yang tidak dapat direstorasi dengan crown lain

Kontra Indikasi dowel crown :

1. Motivasi dan kebersihan mulut yang buruk

17
2. Kurangnya dukungan gigi posterior

3. Pengisian saluran akar yang kurang sempurna.

4. Kelainan periapikal yang menetap karena pengisian saluran akar tidak baik

5. Gigi vital, mahkota asli cukup baik dan estetis serta mahkota translusen

yang sangat tipis.

2.6 Bagian-Bagian Suatu Mahkota Pasak

a) Pasak (post)

Bagian yang tertanam di dalam saluran akar gigi, merupakan suatu

kesatuan dengan inti

b) Inti (core)

Bagian yang membangun atau menggantikan jaringan mahkota gigi yang

hilang atau ruska disebut dengan partial atau full core

c) Mahkota tiruan

Bagian yang menutupi seluruh permukaan inti atau sisa jaringan mahkota

gigi dengan intinya.

2.7 Macam-macam Mahkota Pasak

a. Attached dowel crown

Core dengan mahkota merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipusahkan. Dowel crown tipe ini jarang digunakan, kecuali pada gigi

anterior atas deep bite terhadap gigi bawah.

b. Deattached dowel crown

18
Core dengan mahkota terpisah, yang kemudian dilekatkan dengan semen,

jenis ini paling sering digunankan. Keuntungannya bila diperlukan

mahkota dapat diganti tanpa mengganggu pasak dan core. Jika digunakan

untuk merubah posisi mahkota atau untuk retainer jembatan, maka

preparasi saluran akar tidak tergantung pada arah pasang mahkota atau

jembatan.

2.8 Macam-Macam Pasak

1. Prefabricated dowel dengan bentuk silindris atau konus. Kedua bentuk ini

mempunyai permukaan yang rata, berulir dan bergurat

2. Custom dowel, dengan cara dicor dengan menggunakan bahan logam

mulia seperti emas 18-22 K, logam tidak mulia seperti cavex

2.9 Syarat Pembuatan Dowel Crown:

Syarat retensi :

1. Panjang pasak

a. Idealnya dua pertiga panjang akar

b. Minimum panjang panjang pasak sama dengan panjang

mahkota gigi

c. Panjang pasak dari alveolar crest sampai ujung apek minimum

setengan panjang akar yang tertanam di dalam tulang alveolar.

d. Panjang guttap yang tertinggal di dalam saluran akar adalah 4

mm

2. Derajat kekonusan dinding pasak

a. Pasak dengan dinding parallel retensinya paling baik

19
b. Makin konus pasak maka retensinya berkurang

3. Diameter pasak

a. Ideal sepertiga diameter akar dengan bentuk oval arah

labiopalatal. Bentuk pasak akan mempengaruhi kekuatan dan

ketahanan pasak terhadap distorsi

b. Makin kecil diamater pasak maka makin mudah lepas dan

distorsi sehingga pasak fraktur.

c. Makin besar diameter pasak maka dinding saluran akar makin

tipis sehingga akar fraktur.

Macam-macam step :

1. Bevel (lereng)

2. Chamfer (batu liku)

3. Chisal edge (pahat)

4. Shoulder bevel (pundak dengan lereng)

5. Shoulderes

2. 10 Pembuatan Crown / Bridge

Aspek yang harus diperhatikan pada saat pembuatan crown/ bridge adalah :

1. Penentuan warna dan bentuk

Penentuan warna dan bentuk harus sesuai dengan warna dan bentuk gigi

asli atau gigi tetangganya. Penentuan warna dapat dilakukan dengan

bantuan alat pedoman warna (shade guide). Sumber cahaya sangat penting

sewaktu melakukan penentuan warna. Bentuk gigi diambil dari gigi asli

20
pada study model atau ditentukan dengan bantuan gigi yang sama dalam

lengkung gigi sisi lainnya

2. Preparasi

Syarat-syarat preparasi adalah :

a. Harus mengikuti bentuk gigi asli yang telah direstorasi dalam bentuk

lebih kecil harus menyediakan cukup ruangan dan merata untuk bahan

crown / bridge pada bagian servikal bervariasi antara 0,5-2,0 mm.

b. Bahan harus mempunyai dukungan yang baik pada setiap bagian

c. Pundaknya sedapat mungkin berada pada bidang horizontal

d. Daya yang bekerja pada palatal disalurkan dengan membuat bidang

palatal konkaf dalam dua jurusan

e. Preparasi incisal harus memberi dukungan sebanyak mungkin.

Preparasi yang terlalu pendek akan mudah patah. Bidang incisal sejajar

dengan dataran incisal dan tegak lurus pada daya yang dikenakan oleh

antagonisnya

f. Sudut luar harus dibulatkan untuk mengurangi terjadinya ketegangan

bahan

Penyelesaian preparasi dilakukan pencetakan work model.

Gigi tiruan telah dipreparasi harus dilindungi dengan crown/

bridgesementara (martanto, 1981) yang berfungsi untuk :

a. Melindungi gigi dari rangsangan mekanis, khemis dan termis

b. Mencegah terjadinya elongasi dan migrasi

c. Melindungi gingival daerah servikal dan marginal

21
d. Memelihara estetik

3. Prosedur laboratorium

Informasi yang selengkap-lengkapnya sangat penting diberikan kepada

teknisi untuk hasil yang lebih baik. Informasi yang diberikan adalah :

a. Study model yang menggambarkan bentuk dan hubungan oklusi gigi

b. Cetakan preparasi, minimal seluruh gigi anterior

c. Registrasi hubungan dalam oklusi maksimal, bila perlu dilengkapi

dengan gigitan artikulasi

d. Warna gigi

4. Pengepasan dan penyemenan

Crown/bridge dipaskan dari mulut dengan hati-hati untuk mencegah

patahnya restorasi. Pengepasan dilakukan tanpa tekanan. Kontak marginal

dinilai dengan menggunakan sonde. Penyemenan crown/bridge dilakukan

dengan zinc phospatcement atau polykarbonat cement

22
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama Pasien : Izzatul Iffa Firdaus

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jln. DPR Pasar Pagi Dadok Tunggul Hitam

Tanggal Pemeriksaan :

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Pasien datang dengan keluhan gigi depan patah sejak 6 tahun yang lalu

dan telah berubah warna sejak 2 tahun terakhir. Pasien merasa tidak percaya diri

dengan penampilannya, dan ingin dibuatkan gigi palsu depan atas. Pasien telah

melakukan perawatan saluran akar gigi dan ingin dibuatkan gigi palsu agar

penampilan lebih baik.

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

General Jasmani : sehat

Rohani : komunikatif dan kooperatif

Lokal :

EO : Muka : Simetris IO : Palatum : Normal

Pipi : Simetris Mukosa : Normal

Bibir : Simetris Gingiva : Normal

23
Formula gigi

KM
PSA
18 17 16 15 14 13 21 11 21 22 23 24 25 26 2728

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 3738

Rencana Perawatan Awal

21 : PSA pro endo


RA/RB : 1/0 calculus/stein pro perio

Rencana Perawatan Akhir

1. Pada gigi 11 akan dibuatkan deattached dowel crown dengan bahan cavex
dibuatkan secara direct custom dowel dengan tipe Partial core dan bahan
Porcelain fused to metal.

D. PEMERIKSAAN RONTGEN FOTO

Pengisian saluran akar hermetis, tidak ada kelainan pada saluran akar, apeks,

tulang alveolar, tulang kortikal dan jaringan periodontal di sekitar gigi 11

24
II. DESAIN DEATTACHED DOWEL CROWN

C
A

Keterangan :

A. Desain pasak
B. Pasak yang telah dipasangkan ke gigi
1. Pasak (post)
2. Inti (Core)
3. Mahkota Tiruan
C. Gigi dengan mahkota pasak

IV. RENCANA PERAWATAN

Tahap I/

1. Evaluasi rontgen foto untuk mengetahui kondisi gigi dan jaringan

periodontium dan perawatan endodontic.

2. Membuat cetakan study model :

Sendok cetak : Perforated stock tray No. 1

Bahan cetak : Hidrokoloid ireversible alginate

Metode mencetak : Mucostatis

25
Tahap II

Preparasi gigi 11

Pada gigi 11 pemotongan giginya partial core.

Tahap-tahap :

Bahan pengisian saluran akar dibuang kira-kira 2/3 dengan

menggunakan gates glidden drill.

1. Gunakan jarum reamer yang memperbesar saluran akar

2. Gunakan k-file untuk menghaluskan saluran akar

3. Pembuatan key way di di bagian mesial distal 2 4 mm

4. Proof untuk melihat preparasi saluran akar baik/belum

5. Modeling dowel dengan menggunakan wax biru

6. Pembuatan post dengan memasukkan modeling dowel kedalam saluran

akar kemudian dibuatkan core dengan cara menambah lagi wax biru yang

tingginya lebih kurang 2/3 panjang crown dengan penampang melintang

berbentuk trapesium.

7. Proses lab:

- Aduk investment gips

- Masukkan dalam mofel

- Masukkan pasak yang telah dimodelir

- Investment dikerok sampai batas sprue (setengah nukleus)

- Tunggu keras untuk proses slinger

26
- Siapkan apibunsen, lelehkan wax dengan api bunsen, setelah wax

meleleh mofel dibalik sampai wax keluar semua sehingga terbentuk

cetakan untuk logam

- Masukkan mofel kedalam tempatslinger

- Masukan logam, lelehkan cavex

- Setelah logam keras, keluarkan pasak semen

Tahap III

1. Pemasangan dan penyemenan dowel dengan Semen tipe I

2. Preparasi gigi untuk dowel crown (intra radikular retainer/core)

Tahap-tahap preparasi

a. Pengurangan incisal dengan batu intan berbentuk fisur yang berujung datar

diameter 1,2 2,0 mm yang dimulai dari permukaan incisal 1- 2 mm

menuju arah gingival sampai batas cemento enamel junction untuk

mendapatkan retensi yang cukup

b. Pengurangan bagian labial dengan bur silindris dengan kedalaman bagian

servikal 1 mm,bagian labial 1,5 mm, bagian insisal 2 mm.

c. Pengurangan bagian proksimal dengan batu fisur yang lebih kecil (0,8

1,0 mm) dan batu fisur lebih panjang supaya dapat mencapai servikal

interdental dengan kekonusan 5-6 o

d. Pengurangan permukaan palatal menggunakan bur yang sesuai bentuk

anatomi, permukaan cembung menggunakan bur fissure/silindris,

permukaan cekung menggunakan bur ellips.

e. Cervical line : dibuat berbentuk shoulder yang terletak 1 mm pada

27
sub gingival (cement enamel junction) dengan bur fissure berujung datar.

f. Finishing line : pembuangan bagian undercut dan penghalusan tepi-tepi

preparasi pada cervikal line yang berbentuk shoulder yang terletak 1 mm

pada sub gingival (cemento enamel junction)

Retraksi Gingiva

Retraksi gingival dengan menggunakan benang retraksi selama 5

10 menit

Cara retraksi gingiva :

Benang yang sudah tersedia yaitu benang yang telah direndam

dalam adrenalin 10% dimasukkan ke dalam sulkus gingiva di sekeliling

gigi yang akan dicetak, benang dipertahankan dalam sulkus gingival

selama 10 menit kemudian diperiksa apakah retraksi sudah cukup, jika

belum cukup ulangi retraksi selama 5 menit. Keberhasilan retraksi gingival

terdapat tanda-tanda memucat pada gingival selama waktu 15 menit dan

daerah step akan terlihat.

Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk

mendapatkan model kerja, yaitu dengan bahan cetak double impression

dengan teknik one phase (direct)

Caranya :

Putty diaduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : I sendok katalise

(kuning) homogeny menjadi warna hijau.

Masukkan ke dalam sendok cetak

Buat cekungan di daerah yang akan dicetak.

28
Bahan light body diaduk dengan menggunakan semen spatel diatas

glass plate

Masukkan ke dalam injeksi

Injeksikan light body gigi yang telah dipreparasi

Kelebihan light bodymasukkan ke dalam cetakan putty

Cetak ke dalam mulut pasien.

Tunggu hingga mengeras lebih kurang 6 menit

Cor cetakan dengan hard stone.

Untuk rahang bawah dilakukan pencetakan dengan menggunakan

alginate, kemudian dicor dengan gips biru. Tujuannya untuk

mendapatkan antagonisnya.

Bahan cetak double impression teknik two phase(indirect)

Pasang crown sementara

Putty di aduk

Buat gulungan pada sendok cetak dan cetakkan ke dalam mulut pasien

dengan tekanan Buka cetakan

Buka crown sementara

Siapkan pasta light body sepanjang 10 cm Aduk sampai homogen.

Sepertiga bahan cetak dimasukkan ke dalam alat suntik lalu injeksikan ke gigi

dan sisa bahan cetak dimasukkan ke dalam cetakan putty Lalu cetakkan ke

mulut pasien Tahan 6 menit

Pemilihan warna gigi

Menentukan warna gigi tiruan sesuai dengan warna gigi tetangga

29
dengan bantuan pedoman warna (shade guide) untuk menentukan value,

chroma dan hue dengan cara shade guide dalam keadaan basah dan dalam

ruangan yang cukup cahaya. Value yaitu tingkat warna gelap ke terang,

chroma yaitu kepekatan warna, sedangkan hue yaitu merah atau kuning

Pembuatan dan Pemasangan Crown Sementara

Tahap IV PEMASANGAN / INSERSI

1. Try in dowel crown yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna

dan bentuk),retensi, stabilisasi, kontak proksimal antara tepi mahkota jacket

dengan gigi sebelahnya dan tidak boleh menekan ginggiva serta pemeriksaan

kontak oklusal dan kontak marginal.

2. Penyemenan dowel crown.

a. Mahkota dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan gigi yang akan

dipasangi mahkota juga dikeringkan.

b. Semen tipe I diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan pada gigi yang

dipreparasi dan bagian dalam mahkota bridge.

c. Mahkota dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan

diatas mahkota jacket dan pasien disuruh menggigit beberapa menit.

d. Pemeriksaan oklusi dan estetis.

Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan menggunakan articulating paper,

jika terjadi trauma oklusi maka dilakukan pengasahan pada gigi

antagonisnya. Sedangkan untuk pemeriksaan estetis dilakukan dengan cara

membandingkan warna gigi tiruan dengan gigi tetangga. Pada pemeriksaan

ini operator juga memerlukan penilaian langsung dan kepuasan pasien.

30
e. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta

untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada

keluhan rasa sakit segera kontrol.

Tahap V

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi

tindakan yang perlu dilakukan.

1. Pemeriksaan subjektif

Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya

2. Pemeriksaan objektif

Memeriksa keadaan jaringan mulut serta keadaan oklusi, retensi dan

stabilisasi dowel crown.

31
BAB IV

DISKUSI

Pada gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar biasanya

diindikasikan untuk dibuatkan suatu dowel crown, dimana pengisian saluran akar

dari gigi yang dirawat hermetis dan gigi tersebut tidak dapat ditambal secara

konservasi sehingga diindikasikan untuk pembuatan dowel crown.

Pasien ingin dibuatkan gigi palsu untuk memperbaiki penampilan pada

gigi depan atas. Pada gigi 21 dibuatkan dowel crown dengan bentuk partial core

menggunakan teknik direct custom dowel dari bahan logam mulia seperti cavex.

Telah dilakukan PSA pada gigi 21.

Porcelain fused to metal dipilih sebagai bahan GTC karena dinilai lebih

baik estetisnya dan mempertimbangkan ekonomi pasien serta diharapkan

mempunyai prognosa yang baik.

PROGNOSA

Prognosa baik karena pengisian saluran akar hermetis , tidak ada kelainan

sistemik dan penyakit alergi lainnya, tidak adanya kelainan periapikal, kelainan

periodontal, kesehatan mulut yang baik serta pasien masih muda, komunikatif dan

kooperatif.

32
BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada kasus ini pasien akan dibuatkan gigi tiruan cekat dengan tipe

deattached dowel crown. Pada gigi 11 telah dilakukan Perawatan Saluran Akar

dengan pengisian yang hermetic. Metode yang digunakan direct custom dowel

dengan tipe partial core, bahan pasak yang digunakan berupa logam mulia. Bahan

yang digunakan adalah porcelain fused to metal karena lebih memenuhi fungsi

estetis.

Keberhasilan perawatan dapat dicapai dengan diagnosa rencana perawatan

yang tepat, keterampilan dan pengalaman operator serta komunikasi dan

kooperasi yang baik antara pasien dan dokter gigi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan, Hipokrates,
Jakarta, 1994, 36 48

Fadriyanti, O., 2012, Buku Panduan Praktikum Gigi Tiruan Cekat, Padang.

Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic, WB.
Saunders, Philadelphia

Martanto, P., 1981, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Bridge, Alumni,
Bandung

Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, 1991.

34

Anda mungkin juga menyukai