D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
PUSKESMAN SICANANG
MEDAN
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan izin Allah SWT penulis dapat
meyelesaikan penulisan makalah berjudul “Pembuatan Mahkota Porselen Dengan
Gigi Fraktur”.
Penulisan makalah ini diajukan sebagai syarat untuk usul kenaikan pangkat.
Penulisan menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu
penulis mohon maaf apabila masih ada kekurangan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua . Amin Ya Rabbal Alamin.
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 5
1.1 Contoh Kasus ............................................................................................. 8
BAB 2 ........................................................................................................................ 9
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 9
2.1 Definisi ............................................................................................................. 9
2.2 Ciri-Ciri Gigi Premolar ................................................................................. 9
2.3 Klasifikasi Fraktur ......................................................................................... 9
2.4 Klasifikasi Fraktur Akar ............................................................................... 9
2.5 Etiologi ........................................................................................................... 10
2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi ................................................................... 10
2.6.1 Fraktur Email ........................................................................................ 10
2.6.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa ...................................... 11
2.6.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa .................................... 11
2.6.4 Fraktur Mahkota-Akar ......................................................................... 11
2.6.5 Fraktur Akar .......................................................................................... 11
2.6.6 Gambaran Radiografi ........................................................................... 12
2.7 Manajemen Fraktur Gigi........................................................................ 13
2.7.1 Fraktur Email ................................................................................... 13
2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa ................................ 14
2.7.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa .............................. 14
2.7.4 Fraktur Mahkota-Akar ................................................................... 14
2.7.5 Fraktur Akar Gigi Horizontal ........................................................ 15
2.7.6 Fraktur Akar Vertikal ..................................................................... 16
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar ........................................................ 17
2.9 Teknik Pengambilan Fragmen Fraktur Akar ...................................... 18
2.9.1 Teknik Tertutup ............................................................................... 18
2.9.2 Teknik Terbuka................................................................................ 21
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar ................... 23
2.11 Kerangka Teori ........................................................................................ 24
2.12 Kerangka Konsep .................................................................................... 25
2.13 Pertimbangan estetik .............................................................................. 25
iii
2.14 Mahkota tiruan metal porselen .............................................................. 25
2.15 Preparasi servikal .................................................................................... 27
2.16 Tepi porselen ............................................................................................ 27
2.17 Preparasi servikal .................................................................................... 28
2.18 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti .................... 29
2.19 Laporan Kasus ......................................................................................... 30
2.20 Tahap perawatan ..................................................................................... 31
BAB III .................................................................................................................... 34
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 34
4.1 SIMPULAN ................................................................................................... 36
4.2 SARAN .......................................................................................................... 36
iv
PEMBUATAN MAHKOTA PORSELEN
DENGAN GIGI FRAKTUR
BAB 1
PENDAHULUAN
Gigi merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam proses pencernaan,
pengunyahan dan juga sebagai fungsi estetis dalam pembentukan profil wajah. Fraktur sering
terjadi pada manusia dan dapat terjadi pada golongan anak-anak, orang dewasa dan golongan
orang tua. Fraktur gigi dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti trauma dari olahraga,
kecelakaan lalu lintas, pencabutan gigi yang kurang sempurna dan lain-lain. Terdapat tiga jenis
fraktur gigi yaitu fraktur mahkota, fraktur mahkota-akar dan fraktur akar.
penelitian yang dilakukan Kapil Loomba dkk, prevalensi terjadinya fraktur mahkota paling
tinggi 26-76% dibandingkan dengan fraktur yang lain, sedangkan prevalensi fraktur akar terjadi
kira-kira 0,5% - 7%, tergantung gigi sulung atau gigi permanen. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Majorana dkk, prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada gigi permanen 7,7% dan
prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada gigi sulung 3,8%. Prevalensi terjadinya fraktur akar
gigi lebih didominasi oleh laki-laki dalam gigi permanen (41 lelaki dan 19 perempuan, 68.3%
dan 31.7%) dan juga gigi sulung (12 lelaki dan 4 perempuan, 75% dan 25%). Fraktur akar gigi
paling sering terjadi pada kelompok umur 15-26 untuk gigi permanen dan umur 3-4 untuk gigi
sulung. 4, 5, 6 Fraktur gigi merupakan salah satu komplikasi pencabutan gigi. Kejadian fraktur
gigi tergantung pada banyak faktor seperti anatomi gigi dan juga keterampilan operator.
Penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian gigi yang lebih sulit dicabut dari gigi yang lain.
Keterampilan operator sewaktu pencabutan gigi juga merupakan salah satu faktor terjadinya
5
fraktur gigi karena tidak semua dokter gigi mempunyai keterampilan dan pengalaman yang
Kasus fraktur tidak seharusnya dianggap remeh karena kerusakan yang ditimbulkan
dari fraktur tersebut dapat menyebabkan perubahan patologis di dalam jaringan periodonsium,
jaringan pulpa dan tulang alveolar. 3, 8 Sebelum dilakukan pencabutan gigi, dokter gigi harus
mendiagnosa fraktur gigi dengan tepat karena rencana perawatan akan dipengaruhi oleh hasil
diagnosa. Untuk mendiagnosa fraktur gigi dengan tepat, harus dilakukan pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan radiografi. 3 Setiap fraktur gigi walaupun kecil harus dilakukan perawatan
Perawatan trauma gigi merupakan hal yang tidak mudah bagi klinisi karena
kompleksnya diagnosis dan perawatannya. Hal pertama dan langkah penting dalam merawat
trauma gigi adalah menentukan etiologinya. Trauma gigi adalah salah satu penyebab umum
fraktur gigi yang dapat mengakibatkan kerusakan pulpa gigi anterior maupun posterior. Fraktur
mahkota dengan pulpa terbuka terjadi sebanyak 2-13% dari seluruh trauma kecelakaan yang
melibatkan gigi.2 Dalam hal ini pertimbangan endodontik mempunyai peran penting dalam
evaluasi dan perawatannya. Tujuan penanganan trauma gigi adalah mengembalikan fungsi gigi.
Perawatan saluran akar satu kali kunjungan yaitu perawatan yang meliputi pembersihan
saluran akar, sterilisasi dan obturasi dilakukan dalam satu kunjungan. Pada perawatan satu kali
kunjungan yang berhasil akan menghemat waktu, mengurangi resiko infeksi antar kunjungan
dan jarang terjadi flare up. Pada laporan kasus ini perawatan endodontik dilakukan dengan satu
kali kunjungan dan diteruskan dengan pemasangan pasak fiber dan restorasi porcelain fused to
metal.
Pasak dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan cara pembuatannya
pasak dapat dibedakan menjadi dua yaitu pasak prefabricated dan fabricated, sedangkan
berdasarkan bahan pembuatannya yaitu pasak logam dan non logam. Penggunaan pasak pada
6
gigi pasca perawatan saluran akar berdasarkan struktur gigi yang tersisa dan sebagai pendukung
restorasi akhir.
Restorasi porcelain fused to metal menjadi salah satu pilihan restorasi untuk
merekonstruksi estetik dan integritas struktural dari gigi yang mengalami diskolorasi, fraktur
maupun keausan akibat usia. Sifat estetik yang sangat baik dari bahan porselen membuat
porcelain fused to metal menggantikan mahkota kombinasi logam emas akrilik pada
penggunaan beberapa tahun terakhir ini. Dengan kombinasi logam sebagai copingnya yang
Mahkota metal porselen sangat populer digunakan dalam bidang kedokteran gigi karena
sifat-sifatnya yang menguntungkan, seperti kekuatan yang baik, daya tahan yang lama, mudah
dan sederhana dalam pembuatannya. Akan tetapi mahkota tiruan metal porselen anterior yang
membutuhkan estetik optimal seringkali tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena
acapkali terlihat adanya grey area di gingiva sekitar tepi mahkota, demikian pula sering terlihat
pada mahkota metal porselen yang telah dipakai dalam jangka waktu lama.
Meskipun feldsphatic atau aluminous all porcelain crown dapat digunakan untuk
mengatasi masalah estetik, tetapi mahkota tiruan all porcelain tidak mempunyai kekuatan
seperti mahkota tiruan metal porselen. Pada kasus-kasus tertentu seperti pada pasien dengan
gigitan dalam anterior atau pada gigitiruan jembatan anterior yang panjang kekuatan dari
Faktor estetik adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam menghasilkan restorasi
di regio anterior. Untuk mengatasi grey area dan meningkatkan nilai estetik mahkota tiruan
metal porselen dapat dilakukan modifikasi dengan mengurangi metal pada bagian tepi labial,
diganti dengan porcelain margin. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Brecker pada
tahun 1956. Sejak saat itu teknik ini menjadi populer dan terbukti meningkatkan nilai estetik
pada mahkota tiruan metal porselen. Dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai
7
penatalaksanaan mahkota tiruan pasak metal porselen pada gigi anterior dengan porcelain
margin.
Seorang pasien perempuan umur 23 tahun datang ke klinik spsesialis Konservasi Gigi
RSGM FKG Unpad dengan keluhan gigi depan rahang atas patah karena kecelakaan kendaraan
bermotor 1 minggu yang lalu, dan pasien ingin dirawat serta ditambal giginya. Pemeriksaan
subjektif terlihat gigi 11,12,21 mengalami fraktur sampai meliputi dua pertiga mahkota disertai
pulpa yang terbuka. Pemeriksaan objektif gigi 11,12,21 dengan tes dingin dan Electric Pulp
Test positif, palpasi, perkusi, tekan dan mobilitas negatif. Pemeriksaan radiografis
menunjukkan gigi 11,12,21 mengalami fraktur hamper mengenai 2/3 mahkota tanpa disertai
lesi periapikal. Diagnosis gigi depan rahang atas adalah pulpitis irreversibel dengan fraktur
klasifikasi Ellis kelas III . Prognosis baik, dan rencana perawatannya adalah perawatan saluran
akar satu kali kunjungan, dengan restorasi akhir yaitu pemasangan pasak fiber, pembuatan inti
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Berdasarkan Mosby’s Dental Dictionary, fraktur secara umum
didefinisikan sebagai pecahnya sebagian dari gigi atau tulang. Fraktur akar
merupakan terjadinya celah mikroskopis atau makroskopis pada bagian akar
gigi yang dapat terjadi dari arah manapun.
9
2. Posisi relatif fraktur terhadap puncak tulang
alveolar.( intraosseous atau supraosseous)
2.5 Etiologi
Etiologi terjadinya fraktur gigi antara lain:
1. Trauma fisikal seperti kecelakaan dari olahraga, kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, terjatuh dan objek yang terbentur pada gigi. 4, 12, 13
2. Trauma indirek seperti benturan kuat pada daerah maksilla atau mandibula. 12
3. Kebiasaan parafungsional seperti kebiasaan menggigit pensil, clenching,
grinding dan bruxism. 3, 14
4. Oklusi traumatik karena pemakaian gigi tiruan yang tidak sesuai. 3, 15
5. Faktor-faktor iatrogenik seperti posisi pemasangan pin dan pasak yang
tidak benar, perawatan saluran akar yang mengurangkan ketebalan dentin
16
sehingga menyebabkan struktur gigi menjadi lemah. Daya kompresi yang
berlebihan sewaktu obturasi. 3, 12, 13
6. Resorpsi yang diinduksi oleh fraktur akar yang patologis. 13
7. Agen kimia seperti natrium hipoklorida yang digunakan sewaktu irigasi saluran
akar dapat menyebabkan erosi dentin. 16
8. Fraktur akar sewaktu pencabutan gigi, dapat disebabkan oleh : 17, 18
a) Teknik pencabutan yang kurang sempurna.
b) Keadaan akar itu sendiri yang panjang, bengkok, divergen.
c) Keadaan gigi yang rapuh karena karies yang besar.
d) Gigi yang mengalami kalsifikasi, sehingga gigi kurang kuat dan mudah
pecah.
e) Akar yang hipersementosis dan ankilosis.
f) Keadaan tulang alveolar yang sangat tebal dan tidak elastis.
10
pada daerah email dan tidak melewati batasan email-dentin. Retakan pada fraktur
ini dapat terlihatdari cahaya tidak langsung atau trans-illumination. 2, 19
gigi sehingga mempengaruhi bagian dentin dan sementum gigi, serta memisahkan
gigi menjadi satu segmen apikal dan satu segmen koronal. Segmen apikal biasanya
tidak menunjukkan tanda mobilitas sedangkan bagian segmen koronal sering
menunjukkan tanda-tanda mobilitas. 10
11
Untuk gambaran klinis pada fraktur akar gigi vertikal sangat bervariasi.
Tanda dan gejala klinis berbeda sesuai dengan posisi fraktur, jenis gigi, jangka
waktu selepas terjadinya fraktur, kondisi periodontal gigi tersebut dan bentuk tulang
setelahfraktur tersebut. 20
12
a. b. c. d.
Gambar 2a. Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa;c.
Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar 21
dimana fraktur terkena daerah dentin, harus dilakukan perawatan kalsium hidroksida.
3, 17
13
2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa
Pada fraktur mahkota yang hanya melibatkan email atau dentin yang
minimal tanpa terbukanya pulpa hanya dilakukan perawatan untuk menghaluskan
daerah fraktur yang kasar. Sedangkan untuk fraktur mahkota yang melibatkan
dentin yang banyak, perawatan yang diindikasikan adalah dengan mengaplikasikan
kalsium hidroksida pada daerah dentin yang terkena fraktur sebelum dilakukan
restorasi yang sesuai. Kalsium hidroksida diaplikasikan untuk menginduksi
pembentukkan dentin reparatif. 17, 19
14
2.7.5 Fraktur Akar Gigi Horizontal
Perawatan untuk fraktur akar gigi horizontal dapat dibagi berdasarkan lokasi
frakturdi bagian apikal, bagian tengah, bagian servikal: 4, 10
1. Fraktur di bagian sepertiga apikal.
Biasanya jika terjadi kasus fraktur akar horizontal, segmen bagian apikal tidak
terjadi pergeseran atau mobiliti. Dalam kebanyakan kasus, didapati kemungkinan
terjadinya nekrosis pulpa pada segmen fraktur di bagian apikal sangat rendah. Maka
dari itu, gigi tersebut diobservasi dan hanya dilakukan perawatan lanjutan jika
diperlukan. Jika terjadi nekrosis pulpa pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen
menjadi indikasi.
2. Fraktur di bagian sepertiga tengah.
Perawatan yang dianjurkan untuk fraktur bagian sepertiga tengah adalah
reposisi fragmen koronal dan fiksasi pada gigi tetangga dengan split rigid atau split
semi- rigid. Jika nekrosis pulpa hanya terjadi pada bagian koronal , dilakukan
perawatan saluran akar pada segmen koronal dan prosedur apeksifikasi harus
dilakukan sebelumobturasi saluran akar. Pada kasus nekrosis pulpa seluruh gigi,
dilakukan perawatan saluran akar pada kedua bagian koronal dan apikal.
Pengeluaran fragmen fraktur secara bedah juga merupakan salah satu pilihan
perawatan.
3. Fraktur di bagian sepertiga servikal.
Prognosis pada fraktur ini dianggap paling buruk dibandingkan dengan fraktur
di bagian sepertiga apikal dan tengah. Rencana perawatan pada fraktur ini dipilih
berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen akar yang tersisa dan kehadiran
segmen koronal. Perawatan yang dilakukan pada fraktur bagian sepertiga servikal
termasuk pemanjangan mahkota melalui bedah periodontal, ekstrusi secara bedah,
ekstrusi secara ortodonti dan ekstraksi. Perawatan yang lebih konservatif seperti
splinting juga boleh dilakukan.
15
2.7.6 Fraktur Akar Vertikal
Perawatan pada fraktur akar gigi vertikal sulit dan tergantung pada jenis dan
10
panjang gigi yang fraktur, durasi dan lokasi terjadinya fraktur tersebut. Pada
kasus fraktur akar vertikal gigi anterior, hanya terdapat satu perawatan yang dapat
dilakukan, yaitu dengan perawatan ekstraksi. Sebaliknya untuk kasus fraktur akar
vertikal gigi posterior terdapat empat kategori dasar perawatan yaitu: 4, 10
1. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa yang vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan mahkota sementara dan dievaluasi
selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, jika didapati pasien asimptomatik, restorasi
mahkota permanen disementasi dengan semen polikarboksilat atau semen ionomer
kaca (GIC).Jika terdapat degenerasi pulpa, dilakukan perawatan saluran akar dan
dipasangkan mahkota permanen setelah perawatan saluran akar.
2. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa non-vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan Stainless Steel Crown (SSC)
dan melakukan perawatan kalsium hidroksida. Pasien dirawat dengan interval 3
bulan. Setelah 9-12 bulan dilakukan perawatan kalsium hidroksida, jika masih tidak
terdapat perubahan tulang yang positif, dilakukan perawatan saluran akar dan
mahkota permanen diletakkan pada gigi tersebut. Apabila terdapat poket
periodontal sepanjanggaris fraktur harus dilakukan perawatan periodontal.
3. Perawatan untuk fraktur inkomplit intraosseous dengan pulpa non-vital,
kehilangan tulang dan poket periodontal sepanjang garis fraktur:
Bedah eksploratori diindikasikan untuk mendapatkan visual garis fraktur dan
tingkat kerusakan tulang. Jika garis fraktur terhenti sebelum kerusakan tulang,
harus dilakukan bedah periodontal untuk memulihkan kerusakan tulang tersebut.
4. Perawatan untuk fraktur komplit intraosseous dengan pulpa non-vital,
kehilangantulang dan poket periodontal:
Jika terjadi fraktur pada gigi yang berakar tunggal, perawatan ekstraksi
diindikasikan. Pada fraktur berakar ganda, diindikasi perawatan amputasi akar,
hemiseksi atau ekstraksi.
16
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar
Pencabutan gigi premolar atas dicabut dengan tang #150, tang dipegang
dengan telapak ke atas dan dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut dengan
tekanan lateral ke arah bukal yang merupakan arah pengeluaran gigi. Karena
premolar pertama atas ini sering mempunyai dua akar maka gerakan rotasional
dihindarkan supaya tidak terjadi komplikasi fraktur akar. Aplikasi tekanan yang
hati- hati pada gigi ini, dan diperlukan perhatian khusus pada waktu mengeluarkan
gigi untuk mengurangi insidens fraktur akar. Gigi premolar kedua atas biasanya
mempunyai akar tunggal, digunakan kembali tang #150 dengan tekanan lateral,
yaitu bukal serta lingual. Pada waktu mengeluarkan gigi ke arah bukal, digunakan
kombinasi tekanan rotasional dan oklusal.
Gambar 3. Teknik pencabutan gigi premolar atas dengan menggunakan tang #150. 17
17
Gambar 4. Teknik pencabutan gigi premolar mandibular dengan menggunakan tang # 151. 17
18
1. Teknik irigasi.
Setelah terjadi fraktur akar, soket gigi diirigasi dan dilakukan suction karena
fragmen fraktur akar yang longgar kadang-kala dapat diirigasi keluar dari soket
gigi. Setelah selesai irigasi dan suction, dokter gigi harus inspeksi soket gigi secara
teliti untuk melihat apakah serpihan akar tersebut telah dikeluarkan atau tidak. 17
2. Teknik menggunakan Root Tip Pick.
Jika teknik irigasi tidak berhasil mengeluarkan fragmen fraktur akar dari
soketgigi, instrumen Root Tip Pick dimasukkan ke dalam ruang ligamen periodontal
dan digunakan untuk meluksasi fragmen fraktur akar dari soket dengan hati-hati.
Dokter gigi harus hati-hati dengan daya yang diaplikasikan pada Root Tip Pick
karena daya apikal yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya pergeseran
fraktur akar kedaerah anatomis yang lain dan daya lateral yang berlebihan akan
menyebabkan kerusakkan pada instrumen Root Tip Pick tersebut. 17
Gambar 5. (A) Apeks akar (2-4mm) yang telah fraktur dari gigi
Gambar 5. (B) Pengunaan Root Tip Pick ke dalam ruang ligamen
periodontaluntuk mengeluarkan fragmen akar 17
dengan teknik Root Tip Pick diatas. Elevator elevator lurus kecil dimasukkan ke
19
dalam ruang ligamen periodontal, di mana elevator tersebut akan bertindak
sepertibaji untuk menggerakkan fragmen tersebut ke arah bidang oklusal. Daya ke
arah apikal yang berlebihan harus dihindari karena dapat menekan fragmen akar
tersebut ke dalam jaringan di bawahnya. 17
20
Gambar 7. Teknik menggunakan file
endodonti untuk mengeluarkan fragmen
akar 23
21
Gambar 8. Teknik open-window. 17
22
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar
Ujung akar dan frakmen akar adalah sisa-sisa dari struktur yang normalnya
berada di dalam prosesus alveolaris. Karena itu benda tersebut kadang-kala bisa
ditolerir dan jarang mengakibatkan adanya reaksi benda asing atau infeksi.
Keputusan untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar harus didasarkan pada
perkiraan bahawa tidak akan terjadi kecedaraan akibat pengeluarkan fragmen
fraktur akar tersebut , oleh itu kasus harus dalam keadaan dengan rasio resiko
manfaat yang menguntungkan. Merusakkan sebagian besar linggir alveolar dalam
upaya untuk membebaskan fragmen akar tersebut merupakan tindakan yang patut
dipertanyakan. Apabila ada resiko terdorongnya gigi ke dalam sinus maxillaris,
ke fossa infratemporalis, canalis alveolaris inferior atau ke ruang submandibular
maka pengeluarkan fragmen fraktur akar sering memberikan rasio resiko terhadap
manfaat yang merugikan. Apabilapengeluaran fragmen fraktur akar pada situasi
yang memang diperlukan, maka seorang dokter gigi harus informed consent pada
pasien tersebut bahawa meninggalkan fragmen fraktur akar tersebut akan
mendatangkan kerugian yang lebih besar dari keuntungan. Apabila fragmen
fraktur akar dibiarkan tetap pada tempatnya, maka sebaiknya dilakukan foto
roentgen untuk kontrol di masa mendatang untuk menghindari terjadinya
komplikasi.
23
2.11 Kerangka Teori
Definisi
Klasifikasi fraktur
Klasifikasi Fraktur
akar
Etiologi
Gambaran Klinis
Managemen Fraktur
Gigi
Teknik Pencabutan
Gigi Premolar
Teknik Pengambilan
Fragmen Fraktur Akar
Justifikasi Untuk
Meninggalkan
Fragmen Fraktur Akar
24
2.12 Kerangka Konsep
Definisi
Fraktur
Klasifikasi
Fraktur Akar
Umur
Fraktur Gigi
Epidemiologi
Premolar
Jenis Kelamin
Etiologi
Klinis
Gambara
n
Radiologi
Managemen
FrakturGigi
25
2.13 Pertimbangan estetik
Dalam pembuatan mahkota tiruan, nilai estetik yang dihasilkan sangat erat
kaitannya dengan pilihan perawatan dan jenis bahan yang digunakan. Oleh karena
itu perlu mempertimbangkan dengan baik jenis bahan yang digunakan sesuai
dengan kasus yang dihadapi. Seorang dokter gigi perlu mengetahui indikasi dan
dan harapan pasien dari mahkota tiruan yang akan dibuat. Mengevaluasi kasus dan
mengetahui keadaan mulut tempat mahkota tiruan akan dipasang, misalnya oklusi,
artikulasi, kebiasaan buruk pasien, dan posisi gigi antagonisnya. Disamping itu,
secara klinis harus diketahui teknik preparasi sesuai dengan jenis bahan mahkota
digunakan karena berbagai keunggulannya. Tetapi dari segi estetik mahkota metal
poselen tidak seunggul mahkota tiruan all porcelain. Hal ini disebabkan karena
translusensi cahaya mahkota metal porselen seringkali terganggu oleh coping metal
mahkota, sedangkan pada mahkota all porcelain transmisi cahayanya jauh lebih
baik.2 Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat
sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh,
ketebalan porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan
25
preparasi minimal setebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang
estetis. Akan tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi setebal
1,5 mm. Kadang-kadang pada saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi
trauma pada pulpa. Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota
tiruan metal porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya
disebabkan gingiva yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama,
sehingga bagian metal pada tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva
Gigi 21
26
2.15 Preparasi servikal
porselen di regio anterior yang diteliti pada suatu penelitian yang melibatkan 51
fakultas kedokteran gigi di AS. Untuk mahkota metal porselen, preparasi servikal
berbentuk flat shoulder digunakan 38%, 45º beveled shoulder 24%, 135º shoulder
15%, chamfer 10%, dan deep chamfer dengan bevel 6%.2 Menurut Chiche dan
Pinault, chamfer merupakan tepi pilihan untuk hampir semua restorasi metal
Kemungkinan terjadinya undercut juga lebih kecil dan menyebabkan stres paling
kecil terhadap semen dibandingkan bentuk tepi yang lain, sehingga potensi
lebih baik dan gingiva tidak terganggu oleh warna dari coping metal (gambar 2).
Dengan preparasi yang adekuat tepi porselen diindikasikan untuk mahkota tunggal
sendiri mempunyai masalah, yaitu adaptasi tepi dari mahkota dengan tepi porselen
tidaklah sebagus tepi metal. Hal ini disebabkan pengerutan poselen saat dibakar.
27
Akan tetapi, menurut Lomanto dan Weiner4 sampai saat ini berbagai teknik
dikembangkan dan adaptasi tepi dari porselen saat ini dapat diterima secara klinis.
porselen cukup baik. Adaptasi tepi yang dihasilkan oleh tepi porselen mempunyai
hasil yang konsisten dengan celah tepi rata-rata antara 8-11 μm.
tensile stress maka preparasi servikal yang ideal untuk tepi porselen adalah dengan
permukaan akar dengan ketebalan 1-1,5 mm (gambar 3). Finish line berupa chamfer
porselen akan terlalu tipis pada bagian tepinya sehingga mudah pecah.
28
2.18 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti
Salah satu solusi untuk meningkatkan nilai estetik pada pembuatan mahkota
tiruan pasak adalah dengan menggunakan pasak non-metal Saat ini sudah banyak
jenis pasak non-metal beredar di pasaran. Biasanya bahan pasak ini terbuat dari
fiber karbon atau zircon. Keuntungan paling baik dari pasak fiber karbon ini adalah
fraktur akar lebih kecil dibandingkan dengan pasak tuang. Selain itu warnanya lebih
tidak sebaik pasak tuang dan terlihat radiolusen dalam foto ronsen.6 Ada beberapa
jenis bahan inti yang dapat digunakan dengan pasak siap pakai, yaitu amalgam, GIC
konvensional, silver reinforced GIC, resin modified GIC, dan resin komposit.
Bahan inti yang mempunyai nilai estetik paling baik adalah GIC konvensional,
resin modified GIC, dan resin komposit. Meskipun demikian resin komposit adalah
29
2.19 Laporan Kasus
gigi insisivus sentralis kanan atas (11) yang sudah berubah warna (gambar 4A). Pasien
ingin dibuatkan mahkota tiruan untuk memperbaiki estetik giginya. Pasien dalam
keadaan sehat, gigi 11 telah dirawat saluran akar dengan restorasi berupa tumpatan
komposit.
Dari hasil anamnesis, pasien menginginkan suatu restorasi yang lebih estetis
dan tahan lama untuk gigi depannya, status umum pasien dalam keadaan sehat
dengan sikap mental exaciting. Secara ekstra oral pasien memiliki bentuk wajah
lonjong dan simetris, profil wajah lurus, hidung simetris dan pernapasan lancar,
rima oris normal, bibir atas dan bawah tipis dan tonus normal, serta sendi rahang
normal. Secara intra oral kebersihan mulut sedang, kalkulus dan stain ada, refleks
muntah rendah, gigitan ada dan stabil, overbite anterior 4 mm dan posterior 1 mm,
overjet anterior 4 mm dan posterior 2 mm. Gigitan terbuka tidak ada, gigitan silang
tidak ada, hubungan rahang ortognati, artikulasi group function, kontak prematur
30
dan bloking tidak ada. Dari pemeriksaan radiografis nampak gigi 11 telah dilakukan
perawatan saluran akar yang hermetis, tidak ada kelainan periapikal, ada tumpatan
yang besar, keadaan tulang alveolar baik, perbandingan mahkota : akar 1 : 1,5, dan
panjang akar 15 mm (gambar 4B). Bentuk kasus adalah gigi 11 pasca perawatan
fiber dan inti komposit dengan mahkota metal porselen yang dimodifikasi dengan
untuk membuat model studi. Selanjutnya dilakukan pembuatan foto periapikal serta
telah berubah warna (gambar 6A), dilanjutkan dengan pembersihan jaringan karies.
Disamping itu juga dilakukan pembuangan sedikit jaringan gingiva di daerah distal
31
Gambar 7. A. Membangun inti. B. Tepi bentuk bahu 90o dengan bagian
dalam membulat.
dengan gates glidden drill sampai no.3 dan membentuk saluran akar dengan reamer
peeso sampai no.3 untuk tempat pasak sepanjang 2/3 saluran akar, yaitu sepanjang
10 mm. Pasak fiber dicobakan ke dalam saluran akar (gambar 6C) dan disementasi
dengan semen resin (gambar 6D). Prosedur selanjutnya adalah melakukan etsa dan
bonding yang diaplikasikan pada struktur mahkota gigi yang tersisa, dilanjutkan
gingiva pada preparasi tepi gingiva maka dilakukan retraksi gingiva dengan benang
daerah tepi menggunakan bur flat-end tapered untuk membentuk akhiran bahu.
32
Bur round-end tapered untuk membulatkan sudut bagian dalam (gambar
6B). Preparasi untuk tepi porselen berbentuk bahu 90° dengan sudut bagian dalam
kerja dengan bahan rubber base, penentuan warna gigi, pembuatan dan pemasangan
(gambar 7A) pada pasien, pemeriksaan oklusi, artikulasi dan warna gigi.
ada peradangan pada gingiva, dilakukan lagi pemeriksaan oklusi, artikulasi. Pasien
(gambar 8B).
pemeriksaan oklusi dan artikulasi. Tidak ditemukan adanya kelainan, estetik baik,
dan tidak ada keluhan pada kontrol 1 minggu dan 1 tahun setelah insersi.
33
BAB III
PEMBAHASAN
pasien, bentuk kasus dan kondisi dalam mulut pasien. Meskipun pilihan terbaik
untuk estetik dalam pembuatan mahkota tiruan di regio anterior adalah mahkota all
porcelain, tetapi indikasi mahkota all porcelain hanya terbatas pada regio anterior
dengan tekanan oklusi yang normal dan tidak ada kebiasaan parafungsi dari pasien.
Pada kasus di atas, alasan pemilihan mahkota metal porselen karena pasien
mempunyai gigitan dalam dan daya kunyah pasien besar, sehingga dibutuhkan
restorasi yang cukup kuat untuk menahan tekanan. Bahan pasak fiber yang sewarna
gigi dipilih agar didapatkan estetik yang optimal, sebab apabila digunakan pasak
tuang atau pasak sediaan yang berwarna metal maka kemungkinan warna metal
akan berbayang kehitaman pada daerah tepi porselen. Penggunaan pasak inti tuang
dapat menyebabkan perubahan warna pada dinding saluran akar dan pada akhirnya
Bahan untuk inti menggunakan komposit resin, karena selain estetik baik,
dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Keuntungan paling utama dari inti
komposit resin adalah kemampuannya untuk melekat pada sisa struktur gigi yang
ada.
34
Crown lengthening dengan electrosurgical dilakukan pada bagian distal gigi
agar didapatkan ferrule effect yang maksimal. Ferrule effect diperoleh dari sisa
struktur gigi di atas tepi preparasi yang berguna untuk memberikan efek wedging
dari mahkota tiruan terhadap struktur mahkota gigi yang tersisa agar tidak terjadi
fraktur akar gigi saat ada tekanan dari lateral. Ferrule effect yang baik
membutuhkan lebih dari 2 mm struktur gigi tersisa di atas tepi. Menurut Wall dan
sensitif. Semakin banyak bagian metal yang dikurangi dari daerah tepi, maka akan
makin sulit mendapatkan kerapatan tepi yang akurat. Oleh karena itu pemakaian
dalam membuat tepi porselen. Alternatif lain untuk kasus di atas selain
menggunakan tepi porselen, bisa juga digunakan restorasi metal porselen dengan
35
BAB IV
4.1 SIMPULAN
harapan pasien, evaluasi kasus dan keadaan dalam mulut pasien. Pemilihan
mahkota metal porselen dengan tepi porselen, merupakan salah satu alternatif
4.2 SARAN
Preparasi servikal disarankan berbentuk bahu dengan internal round angle, dengan
sudut antara
36
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Gardner FM, Tillman-McCombs KW, Gaston ML, Runyan DA. In vitro failure load
of metal- collar margins compared with porcelain facial margins of metal
ceramic crowns. J Prosthet Dent 1997; 78: 1-4
Orbis dental, LLC. Porcelain Fused to Metal restoration [dikutip 2008 November
21]; Available from URL: http://www. orbisdentalllc.com/pfm.html.
Robbins JW. Restoration of the endodontically treated tooth. Dent Clin North Am
2002; 46: 367-84.
Wall JG, Cipra DL. Alternative crown systems. Dent Clin North Am 1992; 36: 765
82.
37