Anda di halaman 1dari 38

PEMBUATAN MAHKOTA PORSELEN

DENGAN GIGI FRAKTUR

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Drg. Indah Heriyanti


NIP.1976112700604013

PUSKESMAN SICANANG
MEDAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan izin Allah SWT penulis dapat
meyelesaikan penulisan makalah berjudul “Pembuatan Mahkota Porselen Dengan
Gigi Fraktur”.
Penulisan makalah ini diajukan sebagai syarat untuk usul kenaikan pangkat.
Penulisan menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu
penulis mohon maaf apabila masih ada kekurangan.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua . Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, 23 Juni 2021


Penulis

(drg. Indah Heriyanti)

ii
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 5
1.1 Contoh Kasus ............................................................................................. 8
BAB 2 ........................................................................................................................ 9
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 9
2.1 Definisi ............................................................................................................. 9
2.2 Ciri-Ciri Gigi Premolar ................................................................................. 9
2.3 Klasifikasi Fraktur ......................................................................................... 9
2.4 Klasifikasi Fraktur Akar ............................................................................... 9
2.5 Etiologi ........................................................................................................... 10
2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi ................................................................... 10
2.6.1 Fraktur Email ........................................................................................ 10
2.6.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa ...................................... 11
2.6.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa .................................... 11
2.6.4 Fraktur Mahkota-Akar ......................................................................... 11
2.6.5 Fraktur Akar .......................................................................................... 11
2.6.6 Gambaran Radiografi ........................................................................... 12
2.7 Manajemen Fraktur Gigi........................................................................ 13
2.7.1 Fraktur Email ................................................................................... 13
2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa ................................ 14
2.7.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa .............................. 14
2.7.4 Fraktur Mahkota-Akar ................................................................... 14
2.7.5 Fraktur Akar Gigi Horizontal ........................................................ 15
2.7.6 Fraktur Akar Vertikal ..................................................................... 16
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar ........................................................ 17
2.9 Teknik Pengambilan Fragmen Fraktur Akar ...................................... 18
2.9.1 Teknik Tertutup ............................................................................... 18
2.9.2 Teknik Terbuka................................................................................ 21
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar ................... 23
2.11 Kerangka Teori ........................................................................................ 24
2.12 Kerangka Konsep .................................................................................... 25
2.13 Pertimbangan estetik .............................................................................. 25

iii
2.14 Mahkota tiruan metal porselen .............................................................. 25
2.15 Preparasi servikal .................................................................................... 27
2.16 Tepi porselen ............................................................................................ 27
2.17 Preparasi servikal .................................................................................... 28
2.18 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti .................... 29
2.19 Laporan Kasus ......................................................................................... 30
2.20 Tahap perawatan ..................................................................................... 31
BAB III .................................................................................................................... 34
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 34
4.1 SIMPULAN ................................................................................................... 36
4.2 SARAN .......................................................................................................... 36

iv
PEMBUATAN MAHKOTA PORSELEN
DENGAN GIGI FRAKTUR

BAB 1

PENDAHULUAN

Gigi merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam proses pencernaan,

pengunyahan dan juga sebagai fungsi estetis dalam pembentukan profil wajah. Fraktur sering

terjadi pada manusia dan dapat terjadi pada golongan anak-anak, orang dewasa dan golongan

orang tua. Fraktur gigi dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti trauma dari olahraga,

kecelakaan lalu lintas, pencabutan gigi yang kurang sempurna dan lain-lain. Terdapat tiga jenis

fraktur gigi yaitu fraktur mahkota, fraktur mahkota-akar dan fraktur akar.

Fraktur didefinisikan sebagai pecahnya sebagian gigi atau tulang. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Kapil Loomba dkk, prevalensi terjadinya fraktur mahkota paling

tinggi 26-76% dibandingkan dengan fraktur yang lain, sedangkan prevalensi fraktur akar terjadi

kira-kira 0,5% - 7%, tergantung gigi sulung atau gigi permanen. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Majorana dkk, prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada gigi permanen 7,7% dan

prevalensi fraktur akar gigi terjadi pada gigi sulung 3,8%. Prevalensi terjadinya fraktur akar

gigi lebih didominasi oleh laki-laki dalam gigi permanen (41 lelaki dan 19 perempuan, 68.3%

dan 31.7%) dan juga gigi sulung (12 lelaki dan 4 perempuan, 75% dan 25%). Fraktur akar gigi

paling sering terjadi pada kelompok umur 15-26 untuk gigi permanen dan umur 3-4 untuk gigi

sulung. 4, 5, 6 Fraktur gigi merupakan salah satu komplikasi pencabutan gigi. Kejadian fraktur

gigi tergantung pada banyak faktor seperti anatomi gigi dan juga keterampilan operator.

Penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian gigi yang lebih sulit dicabut dari gigi yang lain.

Keterampilan operator sewaktu pencabutan gigi juga merupakan salah satu faktor terjadinya

5
fraktur gigi karena tidak semua dokter gigi mempunyai keterampilan dan pengalaman yang

secukupnya untuk melakukan pencabutan yang sempurna.

Kasus fraktur tidak seharusnya dianggap remeh karena kerusakan yang ditimbulkan

dari fraktur tersebut dapat menyebabkan perubahan patologis di dalam jaringan periodonsium,

jaringan pulpa dan tulang alveolar. 3, 8 Sebelum dilakukan pencabutan gigi, dokter gigi harus

mendiagnosa fraktur gigi dengan tepat karena rencana perawatan akan dipengaruhi oleh hasil

diagnosa. Untuk mendiagnosa fraktur gigi dengan tepat, harus dilakukan pemeriksaan klinis

dan pemeriksaan radiografi. 3 Setiap fraktur gigi walaupun kecil harus dilakukan perawatan

sehingga dapat mengurangkan kemungkinan komplikasi

Perawatan trauma gigi merupakan hal yang tidak mudah bagi klinisi karena

kompleksnya diagnosis dan perawatannya. Hal pertama dan langkah penting dalam merawat

trauma gigi adalah menentukan etiologinya. Trauma gigi adalah salah satu penyebab umum

fraktur gigi yang dapat mengakibatkan kerusakan pulpa gigi anterior maupun posterior. Fraktur

mahkota dengan pulpa terbuka terjadi sebanyak 2-13% dari seluruh trauma kecelakaan yang

melibatkan gigi.2 Dalam hal ini pertimbangan endodontik mempunyai peran penting dalam

evaluasi dan perawatannya. Tujuan penanganan trauma gigi adalah mengembalikan fungsi gigi.

Perawatan saluran akar satu kali kunjungan yaitu perawatan yang meliputi pembersihan

saluran akar, sterilisasi dan obturasi dilakukan dalam satu kunjungan. Pada perawatan satu kali

kunjungan yang berhasil akan menghemat waktu, mengurangi resiko infeksi antar kunjungan

dan jarang terjadi flare up. Pada laporan kasus ini perawatan endodontik dilakukan dengan satu

kali kunjungan dan diteruskan dengan pemasangan pasak fiber dan restorasi porcelain fused to

metal.

Pasak dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan cara pembuatannya

pasak dapat dibedakan menjadi dua yaitu pasak prefabricated dan fabricated, sedangkan

berdasarkan bahan pembuatannya yaitu pasak logam dan non logam. Penggunaan pasak pada
6
gigi pasca perawatan saluran akar berdasarkan struktur gigi yang tersisa dan sebagai pendukung

restorasi akhir.

Restorasi porcelain fused to metal menjadi salah satu pilihan restorasi untuk

merekonstruksi estetik dan integritas struktural dari gigi yang mengalami diskolorasi, fraktur

maupun keausan akibat usia. Sifat estetik yang sangat baik dari bahan porselen membuat

porcelain fused to metal menggantikan mahkota kombinasi logam emas akrilik pada

penggunaan beberapa tahun terakhir ini. Dengan kombinasi logam sebagai copingnya yang

memberi kekuatan lebih baik dari pada mahkota full porcelain.

Mahkota metal porselen sangat populer digunakan dalam bidang kedokteran gigi karena

sifat-sifatnya yang menguntungkan, seperti kekuatan yang baik, daya tahan yang lama, mudah

dan sederhana dalam pembuatannya. Akan tetapi mahkota tiruan metal porselen anterior yang

membutuhkan estetik optimal seringkali tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena

acapkali terlihat adanya grey area di gingiva sekitar tepi mahkota, demikian pula sering terlihat

pada mahkota metal porselen yang telah dipakai dalam jangka waktu lama.

Meskipun feldsphatic atau aluminous all porcelain crown dapat digunakan untuk

mengatasi masalah estetik, tetapi mahkota tiruan all porcelain tidak mempunyai kekuatan

seperti mahkota tiruan metal porselen. Pada kasus-kasus tertentu seperti pada pasien dengan

gigitan dalam anterior atau pada gigitiruan jembatan anterior yang panjang kekuatan dari

restorasi metal porselen sangat dibutuhkan.

Faktor estetik adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam menghasilkan restorasi

di regio anterior. Untuk mengatasi grey area dan meningkatkan nilai estetik mahkota tiruan

metal porselen dapat dilakukan modifikasi dengan mengurangi metal pada bagian tepi labial,

diganti dengan porcelain margin. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Brecker pada

tahun 1956. Sejak saat itu teknik ini menjadi populer dan terbukti meningkatkan nilai estetik

pada mahkota tiruan metal porselen. Dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai

7
penatalaksanaan mahkota tiruan pasak metal porselen pada gigi anterior dengan porcelain

margin.

1.1 Contoh Kasus

Seorang pasien perempuan umur 23 tahun datang ke klinik spsesialis Konservasi Gigi

RSGM FKG Unpad dengan keluhan gigi depan rahang atas patah karena kecelakaan kendaraan

bermotor 1 minggu yang lalu, dan pasien ingin dirawat serta ditambal giginya. Pemeriksaan

subjektif terlihat gigi 11,12,21 mengalami fraktur sampai meliputi dua pertiga mahkota disertai

pulpa yang terbuka. Pemeriksaan objektif gigi 11,12,21 dengan tes dingin dan Electric Pulp

Test positif, palpasi, perkusi, tekan dan mobilitas negatif. Pemeriksaan radiografis

menunjukkan gigi 11,12,21 mengalami fraktur hamper mengenai 2/3 mahkota tanpa disertai

lesi periapikal. Diagnosis gigi depan rahang atas adalah pulpitis irreversibel dengan fraktur

klasifikasi Ellis kelas III . Prognosis baik, dan rencana perawatannya adalah perawatan saluran

akar satu kali kunjungan, dengan restorasi akhir yaitu pemasangan pasak fiber, pembuatan inti

dan pembuatan porcelain fused to metal.

Gambar 1. Foto Klinis Gigi 11,12,21

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Berdasarkan Mosby’s Dental Dictionary, fraktur secara umum
didefinisikan sebagai pecahnya sebagian dari gigi atau tulang. Fraktur akar
merupakan terjadinya celah mikroskopis atau makroskopis pada bagian akar
gigi yang dapat terjadi dari arah manapun.

2.2 Ciri-Ciri Gigi Premolar


Gigi premolar merupakan gigi permanen yang terletak di antara
gigi molardan gigi kaninus. Gigi ini memiliki dua cusp yang tajam, yaitu
buccal cusp dan palatal cusp. Terdapat 4 premolar pada satu lengkung gigi,
pada rahang atas dan rahang bawah. 1

2.3 Klasifikasi Fraktur


Klasifikasi fraktur gigi yang paling umum digunakan adalah seperti
klasifikasiEllis dan Davey, klasifikasi Andreasen, klasifikasi World Health
Organization yang memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai
dengan Klasifikasi Penyakit International. 2

2.4 Klasifikasi Fraktur Akar


Terdapat dua jenis klasifikasi fraktur akar, yaitu fraktur akar horizontal
dan fraktur akar vertikal. Fraktur akar horizontal diklasifikasikan dengan lebih
spesifik lagi dengan memperhatikan:, 4, 10, 11
1. Jumlah garis fraktur (simpel atau multipel)
2. Lokasi terjadinya garis fraktur (bagian servikal, tengah, apikal)
3. Posisi segmen koronal gigi (bergeser atau tidak bergeser)
4. Luas fraktur (parsial atau total)

Fraktur akar vertikal diklasifikasikan dengan memperhatikan: 4, 10


1. Derajat seperasi fragmen akar (secara menyeluruh atau tidak menyeluruh)

9
2. Posisi relatif fraktur terhadap puncak tulang
alveolar.( intraosseous atau supraosseous)

2.5 Etiologi
Etiologi terjadinya fraktur gigi antara lain:
1. Trauma fisikal seperti kecelakaan dari olahraga, kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, terjatuh dan objek yang terbentur pada gigi. 4, 12, 13
2. Trauma indirek seperti benturan kuat pada daerah maksilla atau mandibula. 12
3. Kebiasaan parafungsional seperti kebiasaan menggigit pensil, clenching,
grinding dan bruxism. 3, 14
4. Oklusi traumatik karena pemakaian gigi tiruan yang tidak sesuai. 3, 15
5. Faktor-faktor iatrogenik seperti posisi pemasangan pin dan pasak yang
tidak benar, perawatan saluran akar yang mengurangkan ketebalan dentin
16
sehingga menyebabkan struktur gigi menjadi lemah. Daya kompresi yang
berlebihan sewaktu obturasi. 3, 12, 13
6. Resorpsi yang diinduksi oleh fraktur akar yang patologis. 13
7. Agen kimia seperti natrium hipoklorida yang digunakan sewaktu irigasi saluran
akar dapat menyebabkan erosi dentin. 16
8. Fraktur akar sewaktu pencabutan gigi, dapat disebabkan oleh : 17, 18
a) Teknik pencabutan yang kurang sempurna.
b) Keadaan akar itu sendiri yang panjang, bengkok, divergen.
c) Keadaan gigi yang rapuh karena karies yang besar.
d) Gigi yang mengalami kalsifikasi, sehingga gigi kurang kuat dan mudah
pecah.
e) Akar yang hipersementosis dan ankilosis.
f) Keadaan tulang alveolar yang sangat tebal dan tidak elastis.

2.6 Gambaran Klinis Fraktur Gigi


2.6.1 Fraktur Email
Biasanya fraktur email terdiri dari enamel infraction, fraktur email dan
fraktur email-dentin. Fraktur ini merupakan fraktur mahkota sederhana, tanpa
mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai dentin, fraktur email hanya terbatas

10
pada daerah email dan tidak melewati batasan email-dentin. Retakan pada fraktur
ini dapat terlihatdari cahaya tidak langsung atau trans-illumination. 2, 19

2.6.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa


Fraktur mahkota adalah fraktur yang paling sering terjadi pada gigi
permanen.Gambaran klinis frakur ini ditandai dengan adanya kehilangan substansi
gigi dengan melibatkan email dan dentin namun tidak melibatkan pulpa. Fraktur
mahkota yang terkena daerah dentin berpotensi tinggi untuk terjadi kontaminasi dan
inflamasi pulpa.
2, 19

2.6.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa


Fraktur jenis ini merupakan fraktur mahkota yang melibatkan email, dentin
dan pulpa. Fraktur ini mempunyai prognosis yang tergantung kepada jangka waktu
setelah terjadinya fraktur, ukuran pulpa, kondisi pulpa (vital atau non-vital) dan
tahappembentukkan akar. 2, 19

2.6.4 Fraktur Mahkota-Akar


Fraktur ini merupakan fraktur yang mengenai email, dentin dan sementum
akar. Fraktur ini dapat disertai dengan terbukanya pulpa atau tidak. Gambaran klinis
fraktur mahkota-akar dapat berupa fraktur longitudinal pada axis panjang gigi dan
fraktur pada bagian koronal meliputi 1/3 bagian koronal. 2, 19

2.6.5 Fraktur Akar


Terdapat dua jenis fraktur akar gigi, yaitu fraktur akar horizontal dan fraktur
akar vertikal. Fraktur akar horizontal ditandai dengan pecahnya jaringan keras
akar.

gigi sehingga mempengaruhi bagian dentin dan sementum gigi, serta memisahkan
gigi menjadi satu segmen apikal dan satu segmen koronal. Segmen apikal biasanya
tidak menunjukkan tanda mobilitas sedangkan bagian segmen koronal sering
menunjukkan tanda-tanda mobilitas. 10

11
Untuk gambaran klinis pada fraktur akar gigi vertikal sangat bervariasi.
Tanda dan gejala klinis berbeda sesuai dengan posisi fraktur, jenis gigi, jangka
waktu selepas terjadinya fraktur, kondisi periodontal gigi tersebut dan bentuk tulang
setelahfraktur tersebut. 20

Gambar 1a.Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa ;


c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar tidak rumit;
e. Fraktur akar rumit; f. Fraktur akar horizontal 2

2.6.6 Gambaran Radiografi


Hasil dari pemeriksaan radiografi merupakan komponen yang sangat vital
untuk konfirmasi diagnosis sesuatu fraktur gigi . Untuk mendeteksi fraktur akar
gigi, sinar rontgen harus melewati daerah garis fraktur. Jenis radiografi yang
biasanya digunakan untuk mendiagnosa fraktur gigi adalah jenis radiografi
periapikal, radiografi oklusal dan radiografi panaramik. 2, 4

12
a. b. c. d.
Gambar 2a. Fraktur email; b. Fraktur mahkota tanpa terbukanya pulpa;c.
Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar 21

2.7 Manajemen Fraktur Gigi


Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, dokter gigi harus
dapat menentukan diagnosis dan memastikan perawatan yang tepat untuk fraktur
gigi tersebut.
2.7.1 Fraktur Email
Fraktur email merupakan fraktur yang terjadi pada bagian email dan garis
fraktur terhenti sebelum melewati dentinoenamel junction tanpa terjadi kehilangan
19
struktur gigi. Biasanya tidak ada perawatan yang diindikasikan untuk fraktur
email,tetapi daya yang berlebihan pada daerah fraktur mungkin dapat menyebabkan
terjadinya nekrosis pulpa dan juga kelainan periodontal, maka pemeriksaan berkala
sangat penting untuk menghindari terjadi komplikasi nekrosis pulpa dan juga
kelainan periodontal. Perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan
menghaluskan daerah fraktur yang kasar dan gigi direstorasi dengan resin
komposit. Pada kasus

dimana fraktur terkena daerah dentin, harus dilakukan perawatan kalsium hidroksida.
3, 17

13
2.7.2 Fraktur Mahkota Tanpa Terbukanya Pulpa
Pada fraktur mahkota yang hanya melibatkan email atau dentin yang
minimal tanpa terbukanya pulpa hanya dilakukan perawatan untuk menghaluskan
daerah fraktur yang kasar. Sedangkan untuk fraktur mahkota yang melibatkan
dentin yang banyak, perawatan yang diindikasikan adalah dengan mengaplikasikan
kalsium hidroksida pada daerah dentin yang terkena fraktur sebelum dilakukan
restorasi yang sesuai. Kalsium hidroksida diaplikasikan untuk menginduksi
pembentukkan dentin reparatif. 17, 19

2.7.3 Fraktur Mahkota Dengan Terbukanya Pulpa


Pada fraktur mahkota yang melibatkan email, dentin dan pulpa, tujuan
utama perawatan adalah untuk mempertahankan vitalitas pulpa dan menjaga
kondisi pulpa yang sehat. Perawatan yang dapat dilakukan adalah pulp capping
direk, pulpotomi, pulpektomi, apeksogenesis dan apeksifikasi. Kasus fraktur
mahkota dengan terbukanya pulpa harus dilakukan perawatan secepat mungkin
untukmempertahankan vitalitas pulpa karena pulpa yang terbuka mempunyai risiko
infeksi lalu akan menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa. Setelah perawatan
endodontik,dilakukan restorasi akhir yang sesuai keadaan gigi tersebut. 3, 17, 19

2.7.4 Fraktur Mahkota-Akar


Perawatan fraktur mahkota-akar tergantung pada lokasi fraktur dan juga
anatomi daerah fraktur tersebut. Pada kasus fraktur mahkota-akar yang bagian
mahkota masih di tempat, maka bagian mahkota tersebut harus dikeluarkan agar
dokter gigi dapat menilai keadaan fraktur pada bagian akar. Jika fraktur pada bagian
apikal tidak parah, kondisi pulpa masih sehat dan tidak terbuka, maka dilakukan
perawatan konservatif untuk merestorasi fraktur tersebut. Pada kasus fraktur
mahkota-akar dengan terbukanya pulpa, dilakukan perawatan endodontik dan
gigi

direstorasi dengan mahkota permanen. Pada kasus mahkota-akar dengan


terbukanya pulpa, tetapi gigi tersebut tidak dapat dilakukan perawatan restorasi,
maka diindikasikan perawatan ekstraksi.

14
2.7.5 Fraktur Akar Gigi Horizontal
Perawatan untuk fraktur akar gigi horizontal dapat dibagi berdasarkan lokasi
frakturdi bagian apikal, bagian tengah, bagian servikal: 4, 10
1. Fraktur di bagian sepertiga apikal.
Biasanya jika terjadi kasus fraktur akar horizontal, segmen bagian apikal tidak
terjadi pergeseran atau mobiliti. Dalam kebanyakan kasus, didapati kemungkinan
terjadinya nekrosis pulpa pada segmen fraktur di bagian apikal sangat rendah. Maka
dari itu, gigi tersebut diobservasi dan hanya dilakukan perawatan lanjutan jika
diperlukan. Jika terjadi nekrosis pulpa pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen
menjadi indikasi.
2. Fraktur di bagian sepertiga tengah.
Perawatan yang dianjurkan untuk fraktur bagian sepertiga tengah adalah
reposisi fragmen koronal dan fiksasi pada gigi tetangga dengan split rigid atau split
semi- rigid. Jika nekrosis pulpa hanya terjadi pada bagian koronal , dilakukan
perawatan saluran akar pada segmen koronal dan prosedur apeksifikasi harus
dilakukan sebelumobturasi saluran akar. Pada kasus nekrosis pulpa seluruh gigi,
dilakukan perawatan saluran akar pada kedua bagian koronal dan apikal.
Pengeluaran fragmen fraktur secara bedah juga merupakan salah satu pilihan
perawatan.
3. Fraktur di bagian sepertiga servikal.
Prognosis pada fraktur ini dianggap paling buruk dibandingkan dengan fraktur
di bagian sepertiga apikal dan tengah. Rencana perawatan pada fraktur ini dipilih
berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen akar yang tersisa dan kehadiran
segmen koronal. Perawatan yang dilakukan pada fraktur bagian sepertiga servikal
termasuk pemanjangan mahkota melalui bedah periodontal, ekstrusi secara bedah,
ekstrusi secara ortodonti dan ekstraksi. Perawatan yang lebih konservatif seperti
splinting juga boleh dilakukan.

15
2.7.6 Fraktur Akar Vertikal
Perawatan pada fraktur akar gigi vertikal sulit dan tergantung pada jenis dan
10
panjang gigi yang fraktur, durasi dan lokasi terjadinya fraktur tersebut. Pada
kasus fraktur akar vertikal gigi anterior, hanya terdapat satu perawatan yang dapat
dilakukan, yaitu dengan perawatan ekstraksi. Sebaliknya untuk kasus fraktur akar
vertikal gigi posterior terdapat empat kategori dasar perawatan yaitu: 4, 10
1. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa yang vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan mahkota sementara dan dievaluasi
selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, jika didapati pasien asimptomatik, restorasi
mahkota permanen disementasi dengan semen polikarboksilat atau semen ionomer
kaca (GIC).Jika terdapat degenerasi pulpa, dilakukan perawatan saluran akar dan
dipasangkan mahkota permanen setelah perawatan saluran akar.
2. Perawatan untuk fraktur supraosseous inkomplit dengan pulpa non-vital dan
mempunyai gambaran radiografik serta jaringan periodontal yang normal:
Gigi direstorasi secara menyeluruh dengan Stainless Steel Crown (SSC)
dan melakukan perawatan kalsium hidroksida. Pasien dirawat dengan interval 3
bulan. Setelah 9-12 bulan dilakukan perawatan kalsium hidroksida, jika masih tidak
terdapat perubahan tulang yang positif, dilakukan perawatan saluran akar dan
mahkota permanen diletakkan pada gigi tersebut. Apabila terdapat poket
periodontal sepanjanggaris fraktur harus dilakukan perawatan periodontal.
3. Perawatan untuk fraktur inkomplit intraosseous dengan pulpa non-vital,
kehilangan tulang dan poket periodontal sepanjang garis fraktur:
Bedah eksploratori diindikasikan untuk mendapatkan visual garis fraktur dan
tingkat kerusakan tulang. Jika garis fraktur terhenti sebelum kerusakan tulang,
harus dilakukan bedah periodontal untuk memulihkan kerusakan tulang tersebut.
4. Perawatan untuk fraktur komplit intraosseous dengan pulpa non-vital,
kehilangantulang dan poket periodontal:

Jika terjadi fraktur pada gigi yang berakar tunggal, perawatan ekstraksi
diindikasikan. Pada fraktur berakar ganda, diindikasi perawatan amputasi akar,
hemiseksi atau ekstraksi.
16
2.8 Teknik Pencabutan Gigi Premolar
Pencabutan gigi premolar atas dicabut dengan tang #150, tang dipegang
dengan telapak ke atas dan dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut dengan
tekanan lateral ke arah bukal yang merupakan arah pengeluaran gigi. Karena
premolar pertama atas ini sering mempunyai dua akar maka gerakan rotasional
dihindarkan supaya tidak terjadi komplikasi fraktur akar. Aplikasi tekanan yang
hati- hati pada gigi ini, dan diperlukan perhatian khusus pada waktu mengeluarkan
gigi untuk mengurangi insidens fraktur akar. Gigi premolar kedua atas biasanya
mempunyai akar tunggal, digunakan kembali tang #150 dengan tekanan lateral,
yaitu bukal serta lingual. Pada waktu mengeluarkan gigi ke arah bukal, digunakan
kombinasi tekanan rotasional dan oklusal.

Untuk pencabutan gigi premolar bawah, digunakan tang #151 dipegang


dengan telapak tangan ke bawah dan sling grasp. Tekanan yang terutama
diperlukan adalah tekanan lateral atau bukal, dan dapat dikombinasikan dengan
tekanan rotasi. Pengeluaran gigi premolar bawah adalah ke arah bukal. 17

Gambar 3. Teknik pencabutan gigi premolar atas dengan menggunakan tang #150. 17

17
Gambar 4. Teknik pencabutan gigi premolar mandibular dengan menggunakan tang # 151. 17

2.9 Teknik Pengambilan Fragmen Fraktur Akar


Terdapat dua jenis teknik yang digunakan untuk pengambilan fragmen
frakturakar, yaitu teknik terbuka dan teknik tertutup. Secara inisial, fragmen fraktur
akar tersebut harus diusahakan terlebih dahulu dengan pendekatan yang
konservatif dengan teknik tertutup, tetapi menghabiskan waktu dan usaha yang
banyak untuk mengeluarkan patahan akar atau fragmen serta sering meningkatkan
morbiditas fraktur akar tersebut. Jika pengambilan fragmen fraktur akar dengan
teknik tertutup tidak segera berhasil, dokter gigi harus segera melakukan teknik
bedah. Apapunteknik yang dipilih, dua syarat yang paling penting adalah cahaya
yang mencukupi dan suction yang baik. 17, 22

2.9.1 Teknik Tertutup


Pengambilan fragmen fraktur akar dengan teknik tertutup didefinisikan
sebagai teknik yang tidak memerlukan pembukaan flap pada jaringan lunak dan
pembuangan tulang. Teknik tertutup paling efisien pada gigi yang sebelumnya
terjadi fraktur akar telah mengalami luksasi dan mobiliti. Pada kasus fraktur akar
gigi yang tidak mobilitas, akar hipersementosis dan akar yang dilaserasi,
kemungkinan besar teknik ini tidak akan berhasil. Pada teknik tertutup, pasien
diposisikan dengan
visualisasi yang adekuat (pencahayaan yang cukup), irigasi dan suction yang cukup.
Terdapat empat jenis metode pada teknik tertutup 17

18
1. Teknik irigasi.
Setelah terjadi fraktur akar, soket gigi diirigasi dan dilakukan suction karena
fragmen fraktur akar yang longgar kadang-kala dapat diirigasi keluar dari soket
gigi. Setelah selesai irigasi dan suction, dokter gigi harus inspeksi soket gigi secara
teliti untuk melihat apakah serpihan akar tersebut telah dikeluarkan atau tidak. 17
2. Teknik menggunakan Root Tip Pick.
Jika teknik irigasi tidak berhasil mengeluarkan fragmen fraktur akar dari
soketgigi, instrumen Root Tip Pick dimasukkan ke dalam ruang ligamen periodontal
dan digunakan untuk meluksasi fragmen fraktur akar dari soket dengan hati-hati.
Dokter gigi harus hati-hati dengan daya yang diaplikasikan pada Root Tip Pick
karena daya apikal yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya pergeseran
fraktur akar kedaerah anatomis yang lain dan daya lateral yang berlebihan akan
menyebabkan kerusakkan pada instrumen Root Tip Pick tersebut. 17

Gambar 5. (A) Apeks akar (2-4mm) yang telah fraktur dari gigi
Gambar 5. (B) Pengunaan Root Tip Pick ke dalam ruang ligamen
periodontaluntuk mengeluarkan fragmen akar 17

3. Teknik menggunakan elevator lurus kecil.


Teknik untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar menggunakan elevator lurus
kecil lebih diindikasikan untuk fragmen akar yang lebih besar. Teknik
menggunakan elevator lurus kecil untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar
lebih kurang sama

dengan teknik Root Tip Pick diatas. Elevator elevator lurus kecil dimasukkan ke

19
dalam ruang ligamen periodontal, di mana elevator tersebut akan bertindak
sepertibaji untuk menggerakkan fragmen tersebut ke arah bidang oklusal. Daya ke
arah apikal yang berlebihan harus dihindari karena dapat menekan fragmen akar
tersebut ke dalam jaringan di bawahnya. 17

Gambar 6. Teknik menggunakan


elevator lurus kecil untuk
mengeluarkan fragmen fraktur akar
yang lebih besar 17

4. Teknik menggunakan file endodonti.


Daerah bekas pencabutan dibersihkan dari darah dan saliva supaya saluran akar
fragmen fraktur akar kelihatan. File endodonti yang sesuai dimasukkan ke dalam
saluran akar fragmen fraktur akar dan disekrup sehingga file endodonti memegang
dengan kuat saluran akar fragmen akar tersebut. Handle pada file endodonti dijepit
menggunakan needle holder dan fragmen akar dikeluarkan dari soket gigi dengan
menggunakan prinsip first class lever atau second class lever. 23

20
Gambar 7. Teknik menggunakan file
endodonti untuk mengeluarkan fragmen
akar 23

2.9.2 Teknik Terbuka


Jika pengambilan fragmen fraktur akar dengan teknik tertutup tidak
berhasil, maka dokter gigi harus segera beralih kepada teknik terbuka karena
menghabiskan terlalu banyak waktu dan usaha untuk mengeluarkan fragmen fraktur
akar dengan teknik tertutup sering meningkatkan trauma yang dialami pasien, jika
dibandingkan dengan perawatan dengan teknik terbuka yang lancar, efisien dan
pembukaan flep yang tepat. 17
Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengeluarkan
fragmen fraktur akar: 17, 22
1. Kelanjutan teknik pengeluaran gigi dengan satu akar melalui teknik bedah.
Flep jaringan lunak diinsisi dan diretraksi dengan elevator periosteal. Tulang
dibuang dengan menggunakan bur untuk menampakkan bagian bukal akar gigi
tersebut. Fragmen fraktur akar diambil dari sisi bukal menggunakan elevator lurus
yang kecil. Luka dari pembedahan diirigasi, flep direposisi kembali ke normal dan
dilakukan prosedur suturing.
2. Teknik open window yang dimodifikasi.
Teknik ini dapat mengeluarkan fragmen fraktur akar dengan pembuangan tulang
yang minimal pada daerah bukal gigi. Flep jaringan lunak diinsisi dan diretraksi
dengan elevator periosteal dan daerah apeks dilokasi. Bur dental digunakan
untuk

membuang tulang di atas apeks akar untuk menampakkan fragmen akar


tersebut. Root tip pick atau elevator kecil dimasukkan ke dalam daerah window
tersebut dan fragmen akar digeser keluar dari soket.

21
Gambar 8. Teknik open-window. 17

Gambar 9. Bur dental


digunakan untuk membuang
tulang di atas apeks akar untuk
menampakkan fragmen akar. 17

Gambar 10. Elevator lurus


kecil digunakan untuk
mengeluarkan fragmen
akar dari soket. 17

22
2.10 Justifikasi Untuk Meninggalkan Fragmen Fraktur Akar
Ujung akar dan frakmen akar adalah sisa-sisa dari struktur yang normalnya
berada di dalam prosesus alveolaris. Karena itu benda tersebut kadang-kala bisa
ditolerir dan jarang mengakibatkan adanya reaksi benda asing atau infeksi.
Keputusan untuk mengeluarkan fragmen fraktur akar harus didasarkan pada
perkiraan bahawa tidak akan terjadi kecedaraan akibat pengeluarkan fragmen
fraktur akar tersebut , oleh itu kasus harus dalam keadaan dengan rasio resiko
manfaat yang menguntungkan. Merusakkan sebagian besar linggir alveolar dalam
upaya untuk membebaskan fragmen akar tersebut merupakan tindakan yang patut
dipertanyakan. Apabila ada resiko terdorongnya gigi ke dalam sinus maxillaris,
ke fossa infratemporalis, canalis alveolaris inferior atau ke ruang submandibular
maka pengeluarkan fragmen fraktur akar sering memberikan rasio resiko terhadap
manfaat yang merugikan. Apabilapengeluaran fragmen fraktur akar pada situasi
yang memang diperlukan, maka seorang dokter gigi harus informed consent pada
pasien tersebut bahawa meninggalkan fragmen fraktur akar tersebut akan
mendatangkan kerugian yang lebih besar dari keuntungan. Apabila fragmen
fraktur akar dibiarkan tetap pada tempatnya, maka sebaiknya dilakukan foto
roentgen untuk kontrol di masa mendatang untuk menghindari terjadinya
komplikasi.

23
2.11 Kerangka Teori

Definisi

Klasifikasi fraktur

Klasifikasi Fraktur
akar

Etiologi

Gambaran Klinis

Fraktur Gigi Premolar


Gambaran Radiografis

Managemen Fraktur
Gigi

Teknik Pencabutan
Gigi Premolar

Teknik Pengambilan
Fragmen Fraktur Akar

Justifikasi Untuk
Meninggalkan
Fragmen Fraktur Akar

24
2.12 Kerangka Konsep

Definisi

Fraktur

Klasifikasi

Fraktur Akar

Umur

Fraktur Gigi
Epidemiologi
Premolar
Jenis Kelamin

Etiologi

Klinis

Gambara
n
Radiologi

Managemen
FrakturGigi

25
2.13 Pertimbangan estetik

Dalam pembuatan mahkota tiruan, nilai estetik yang dihasilkan sangat erat

kaitannya dengan pilihan perawatan dan jenis bahan yang digunakan. Oleh karena

itu perlu mempertimbangkan dengan baik jenis bahan yang digunakan sesuai

dengan kasus yang dihadapi. Seorang dokter gigi perlu mengetahui indikasi dan

kontraindikasi dari masing-masing pilihan perawatan, selain mengetahui keinginan

dan harapan pasien dari mahkota tiruan yang akan dibuat. Mengevaluasi kasus dan

mengetahui keadaan mulut tempat mahkota tiruan akan dipasang, misalnya oklusi,

artikulasi, kebiasaan buruk pasien, dan posisi gigi antagonisnya. Disamping itu,

secara klinis harus diketahui teknik preparasi sesuai dengan jenis bahan mahkota

tiruan yang akan dibuat.

2.14 Mahkota tiruan metal porselen

Mahkota tiruan metal porselen adalah restorasi yang sangat sering

digunakan karena berbagai keunggulannya. Tetapi dari segi estetik mahkota metal

poselen tidak seunggul mahkota tiruan all porcelain. Hal ini disebabkan karena

translusensi cahaya mahkota metal porselen seringkali terganggu oleh coping metal

yang menghambat transmisi cahaya, sehingga meningkatkan pantulan cahaya pada

mahkota, sedangkan pada mahkota all porcelain transmisi cahayanya jauh lebih

baik.2 Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat

sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh,

sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena

ketebalan porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan

25
preparasi minimal setebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang

estetis. Akan tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi setebal

1,5 mm. Kadang-kadang pada saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi

trauma pada pulpa. Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota

tiruan metal porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya

disebabkan gingiva yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama,

sehingga bagian metal pada tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva

akibat korosi metal.

Gambar 2. Contoh Mahkota Metal Porselen Yang Kurang Estetik Pada

Gigi 21

26
2.15 Preparasi servikal

Ada beberapa macan desain preparasi servikal untuk mahkota metal

porselen di regio anterior yang diteliti pada suatu penelitian yang melibatkan 51

fakultas kedokteran gigi di AS. Untuk mahkota metal porselen, preparasi servikal

berbentuk flat shoulder digunakan 38%, 45º beveled shoulder 24%, 135º shoulder

15%, chamfer 10%, dan deep chamfer dengan bevel 6%.2 Menurut Chiche dan

Pinault, chamfer merupakan tepi pilihan untuk hampir semua restorasi metal

veneer, karena sifatnya lebih konservatif dibandingkan preparasi bahu.

Kemungkinan terjadinya undercut juga lebih kecil dan menyebabkan stres paling

kecil terhadap semen dibandingkan bentuk tepi yang lain, sehingga potensi

terjadinya kegagalan semen di bawah tepi lebih kecil.

2.16 Tepi porselen

Untuk meningkatkan estetik mahkota metal porselen dapat dilakukan

dengan membentuk tepi porselen, sehingga translusensi cahaya di daerah servikal

lebih baik dan gingiva tidak terganggu oleh warna dari coping metal (gambar 2).

Dengan preparasi yang adekuat tepi porselen diindikasikan untuk mahkota tunggal

maupun retainer gigitiruan jembatan di regio anterior.2 Penggunaan tepi porselen

sendiri mempunyai masalah, yaitu adaptasi tepi dari mahkota dengan tepi porselen

tidaklah sebagus tepi metal. Hal ini disebabkan pengerutan poselen saat dibakar.

27
Akan tetapi, menurut Lomanto dan Weiner4 sampai saat ini berbagai teknik

pembuatan dan bahan-bahan khusus untuk membuat tepi porselen telah

dikembangkan dan adaptasi tepi dari porselen saat ini dapat diterima secara klinis.

Berbagai penelitian menunjukkan akurasi dari berbagai teknik pembuatan tepi

porselen cukup baik. Adaptasi tepi yang dihasilkan oleh tepi porselen mempunyai

hasil yang konsisten dengan celah tepi rata-rata antara 8-11 μm.

Gambar 3. Ilustrasi Tepi Porselen

2.17 Preparasi servikal

Untuk tepi porselen agar mendapatkan kekuatan yang cukup terhadap

tensile stress maka preparasi servikal yang ideal untuk tepi porselen adalah dengan

bentuk internally rounded shoulder/radial shoulder dengan sudut 90-100 terhadap

permukaan akar dengan ketebalan 1-1,5 mm (gambar 3). Finish line berupa chamfer

atau sloping shoulder merupakan kontraindikasi untuk tepi porselen karena

porselen akan terlalu tipis pada bagian tepinya sehingga mudah pecah.

28
2.18 Pertimbangan Estetik Dalam Pemilihan Pasak Dan Inti

Salah satu solusi untuk meningkatkan nilai estetik pada pembuatan mahkota

tiruan pasak adalah dengan menggunakan pasak non-metal Saat ini sudah banyak

jenis pasak non-metal beredar di pasaran. Biasanya bahan pasak ini terbuat dari

fiber karbon atau zircon. Keuntungan paling baik dari pasak fiber karbon ini adalah

modulus elastisitasnya yang mendekati dentin sehingga kemungkinan terjadinya

fraktur akar lebih kecil dibandingkan dengan pasak tuang. Selain itu warnanya lebih

estetis dibandingkan pasak metal. Sedangkan kerugiannya adalah kekuatannya

tidak sebaik pasak tuang dan terlihat radiolusen dalam foto ronsen.6 Ada beberapa

jenis bahan inti yang dapat digunakan dengan pasak siap pakai, yaitu amalgam, GIC

konvensional, silver reinforced GIC, resin modified GIC, dan resin komposit.

Bahan inti yang mempunyai nilai estetik paling baik adalah GIC konvensional,

resin modified GIC, dan resin komposit. Meskipun demikian resin komposit adalah

pilihan terbaik karena fracture toughness-nya yang paling tinggi.

Gambar 4. Bentuk Preparasi Tepi

29
2.19 Laporan Kasus

Seorang pasien pria, umur 25 tahun datang ke Klinik Prostodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, dengan tujuan ingin memperbaiki tumpatan di

gigi insisivus sentralis kanan atas (11) yang sudah berubah warna (gambar 4A). Pasien

ingin dibuatkan mahkota tiruan untuk memperbaiki estetik giginya. Pasien dalam

keadaan sehat, gigi 11 telah dirawat saluran akar dengan restorasi berupa tumpatan

komposit.

Gambar 5. A.Keadaan Awal Gigi Pasien. B. Foto Periapikal Gigi 11 Pasca

Pengisian Saluran Akar.

Dari hasil anamnesis, pasien menginginkan suatu restorasi yang lebih estetis

dan tahan lama untuk gigi depannya, status umum pasien dalam keadaan sehat

dengan sikap mental exaciting. Secara ekstra oral pasien memiliki bentuk wajah

lonjong dan simetris, profil wajah lurus, hidung simetris dan pernapasan lancar,

rima oris normal, bibir atas dan bawah tipis dan tonus normal, serta sendi rahang

normal. Secara intra oral kebersihan mulut sedang, kalkulus dan stain ada, refleks

muntah rendah, gigitan ada dan stabil, overbite anterior 4 mm dan posterior 1 mm,

overjet anterior 4 mm dan posterior 2 mm. Gigitan terbuka tidak ada, gigitan silang

tidak ada, hubungan rahang ortognati, artikulasi group function, kontak prematur

30
dan bloking tidak ada. Dari pemeriksaan radiografis nampak gigi 11 telah dilakukan

perawatan saluran akar yang hermetis, tidak ada kelainan periapikal, ada tumpatan

yang besar, keadaan tulang alveolar baik, perbandingan mahkota : akar 1 : 1,5, dan

panjang akar 15 mm (gambar 4B). Bentuk kasus adalah gigi 11 pasca perawatan

saluran akar yang membutuhkan rehabilitasi berupa mahkota pasak menggunakan

fiber dan inti komposit dengan mahkota metal porselen yang dimodifikasi dengan

menggunakan tepi porselen.

2.20 Tahap perawatan


Pada kunjungan pertama dilakukan pencetakan pendahuluan dengan alginat

untuk membuat model studi. Selanjutnya dilakukan pembuatan foto periapikal serta

pengisian kartu status. Berikutnya dilakukan pembuangan tumpatan komposit yang

telah berubah warna (gambar 6A), dilanjutkan dengan pembersihan jaringan karies.

Disamping itu juga dilakukan pembuangan sedikit jaringan gingiva di daerah distal

yang menutupi sisa mahkota secara electrosurgery (gambar 6B).

Gambar 6. Perawatan awal pada gigi 11. A. Pembuangan tumpatan

komposit dan pembersihan karies. B. Crown lengthening di distal gigi. C.

Mencoba pasak fiber. D. Sementasi pasak

31
Gambar 7. A. Membangun inti. B. Tepi bentuk bahu 90o dengan bagian

dalam membulat.

Selanjutnya dilakukan preparasi saluran akar, yaitu membuang gutta percha

dengan gates glidden drill sampai no.3 dan membentuk saluran akar dengan reamer

peeso sampai no.3 untuk tempat pasak sepanjang 2/3 saluran akar, yaitu sepanjang

10 mm. Pasak fiber dicobakan ke dalam saluran akar (gambar 6C) dan disementasi

dengan semen resin (gambar 6D). Prosedur selanjutnya adalah melakukan etsa dan

bonding yang diaplikasikan pada struktur mahkota gigi yang tersisa, dilanjutkan

dengan pembuatan inti menggunakan komposit resin (gambar 7A). Selanjutnya

dilakukan preparasi mahkota dengan tepi subgingiva. Untuk menghindari trauma

gingiva pada preparasi tepi gingiva maka dilakukan retraksi gingiva dengan benang

retraksi yang mengandung aluminium klorida terlebih dahulu. Preparasi untuk

daerah tepi menggunakan bur flat-end tapered untuk membentuk akhiran bahu.

32
Bur round-end tapered untuk membulatkan sudut bagian dalam (gambar

6B). Preparasi untuk tepi porselen berbentuk bahu 90° dengan sudut bagian dalam

membulat, kemudian dilanjutkan dengan retraksi gingiva dan pencetakan model

kerja dengan bahan rubber base, penentuan warna gigi, pembuatan dan pemasangan

mahkota sementara. Pada kunjungan berikutnya dilakukan percobaan mahkota

(gambar 7A) pada pasien, pemeriksaan oklusi, artikulasi dan warna gigi.

Selanjutanya dilakukan pemasangan mahkota tetap dengan semen sementara zinc

oxide freegenol. Seminggu kemudian pada kunjungan berikutnya, ditemukan tidak

ada peradangan pada gingiva, dilakukan lagi pemeriksaan oklusi, artikulasi. Pasien

puas dengan estetiknya. Dilakukan sementasi permanen dengan semen resin

(gambar 8B).

Gambar 8. A.Mahkota dengan tepi porselen. B. Mahkota disementasi. C.

Kontrol setelah 1 tahun.

Seminggu setelah sementasi permanen dilakukan kontrol (gambar 7C),

pemeriksaan oklusi dan artikulasi. Tidak ditemukan adanya kelainan, estetik baik,

dan tidak ada keluhan pada kontrol 1 minggu dan 1 tahun setelah insersi.

33
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis pada kasus ini, harapan dan keinginan pasien

menekankan bahwa pasien membutuhkan mahkota tiruan yang mempunyai estetik

baik. Pilihan perawatan harus diputuskan dengan mempertimbangkan keinginan

pasien, bentuk kasus dan kondisi dalam mulut pasien. Meskipun pilihan terbaik

untuk estetik dalam pembuatan mahkota tiruan di regio anterior adalah mahkota all

porcelain, tetapi indikasi mahkota all porcelain hanya terbatas pada regio anterior

dengan tekanan oklusi yang normal dan tidak ada kebiasaan parafungsi dari pasien.

Pada kasus di atas, alasan pemilihan mahkota metal porselen karena pasien

mempunyai gigitan dalam dan daya kunyah pasien besar, sehingga dibutuhkan

restorasi yang cukup kuat untuk menahan tekanan. Bahan pasak fiber yang sewarna

gigi dipilih agar didapatkan estetik yang optimal, sebab apabila digunakan pasak

tuang atau pasak sediaan yang berwarna metal maka kemungkinan warna metal

akan berbayang kehitaman pada daerah tepi porselen. Penggunaan pasak inti tuang

dapat menyebabkan perubahan warna pada dinding saluran akar dan pada akhirnya

juga akan menyebabkan diskolorisasi pada daerah tepi gingival.

Bahan untuk inti menggunakan komposit resin, karena selain estetik baik,

pengerjaannya mudah, dan mempunyai fracture toughness yang lebih baik

dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Keuntungan paling utama dari inti

komposit resin adalah kemampuannya untuk melekat pada sisa struktur gigi yang

ada.

34
Crown lengthening dengan electrosurgical dilakukan pada bagian distal gigi

agar didapatkan ferrule effect yang maksimal. Ferrule effect diperoleh dari sisa

struktur gigi di atas tepi preparasi yang berguna untuk memberikan efek wedging

dari mahkota tiruan terhadap struktur mahkota gigi yang tersisa agar tidak terjadi

fraktur akar gigi saat ada tekanan dari lateral. Ferrule effect yang baik

membutuhkan lebih dari 2 mm struktur gigi tersisa di atas tepi. Menurut Wall dan

Cipra, proses laboratorium pembuatan tepi porselen merupakan teknik yang

sensitif. Semakin banyak bagian metal yang dikurangi dari daerah tepi, maka akan

makin sulit mendapatkan kerapatan tepi yang akurat. Oleh karena itu pemakaian

tepi porselen merupakan kontra indikasi apabila laboratorium tidak berpengalaman

dalam membuat tepi porselen. Alternatif lain untuk kasus di atas selain

menggunakan tepi porselen, bisa juga digunakan restorasi metal porselen dengan

precious metal, namun precious metal ini harganya sangat mahal.

Gambar 8. Mahkota Dengan Precious Metal

35
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 SIMPULAN

Untuk keberhasilan perawatan dan estetik yang optimal pada pembuatan

mahkota tiruan, dibutuhkan anamnesis yang adekuat mengenai keinginan dan

harapan pasien, evaluasi kasus dan keadaan dalam mulut pasien. Pemilihan

mahkota metal porselen dengan tepi porselen, merupakan salah satu alternatif

perawatan untuk mendapatkan estetik yang baik di regio anterior.

4.2 SARAN
Preparasi servikal disarankan berbentuk bahu dengan internal round angle, dengan

sudut antara

36
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Chiche G, Pinault A. Metal ceramic crowns dalam esthetichs of anterior fixed


prosthodontics. Chicago: Quintessence Publishing & Co; 1994. p.75-96.

Gardner FM, Tillman-McCombs KW, Gaston ML, Runyan DA. In vitro failure load
of metal- collar margins compared with porcelain facial margins of metal
ceramic crowns. J Prosthet Dent 1997; 78: 1-4

Kakehashi Y, Lüthy H, Naef R, Wohlwend A, Schärer P. A new all-ceramic post


and core system: clinical, technical, and in vitro results. Int J Perio Rest Dent
1998; 18: 587-93.

Lomanto A, Weiner S. A comparative study of ceramic crown margins constructed


using different techniques. J Prosthet Dent 1992; 67: 773-7.

Orbis dental, LLC. Porcelain Fused to Metal restoration [dikutip 2008 November
21]; Available from URL: http://www. orbisdentalllc.com/pfm.html.

Robbins JW. Restoration of the endodontically treated tooth. Dent Clin North Am
2002; 46: 367-84.

Shillinburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Brackett SE. Fundamentals of fixed


prosthodontics. 3 rd Ed. Chicago: Quintessence; 1997. p. 139- 54.

Wall JG, Cipra DL. Alternative crown systems. Dent Clin North Am 1992; 36: 765
82.

37

Anda mungkin juga menyukai