Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH JURNAL READING

“PENILAIAN KUANTITATIF KEEFEKTIFAN PERAWATAN

ORTODONTIK FASE 1 MENGGUNAKAN AMERICAN BOARD OF

ORTHODONTICS DISCREPANCY INDEX”

Ditulis Oleh:

Rizki Amalia 2231111320029

Jailudin Muhammad Akbar 2231111320055

Qurratul Aina 2131111320028

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS


KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI PROFESI
KEDOKTERAN GIGI BANJARMASIN

2023

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan ............................................................................................... ii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Periode Gigi Bercampur ............................................................................ 4

2.2 Maloklusi ................................................................................................... 5

2.3 Orthodonti .................................................................................................. 6

2.4 Perbedaan Fase 1 dan Fase 2 ..................................................................... 9

2.5 Piranti Orthodonti Fase 1 ......................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Penanganan Maloklusi pada Gigi Campuran .......................................... 10

2.7 Pencegahan Maloklusi Sejak Usia dini.... Error! Bookmark not defined.

BAB 3 PENUTUP ................................................. Error! Bookmark not defined.

3.1 Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.

3.2 Saran .................................................... 13Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan

Pertumbuhann merupakan perubahan fisik dan pertambahan ukuran yang dapat


diukur secara kuantitatif, seperti tinggi badan, berat badan, ukuran dan berat tulang,
serta pertumbuhan gigi. Setiap orang memiliki pola pertumbuhan fisiologis yang
sama, tetapi kecepatan pertumbuhannya berbeda. Perkembangan adalah
peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang dimiliki
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Perkembangan adalah aspek
pertumbuhan perilaku, seperti individu mengembangkan kemampuan untuk
berjalan, berlari, dan berbicara, dimana individu melakukan aktivitas yang semakin
komplek. Perkembangan dan pertumbuhan gigi sulung pada anak perlu
mendapatkan perhatian sejak dini, karena gigi sulung mempunyai peran penting
dalam perkembangan kemampuan berbicara, pengunyahan, dan untuk
menyediakan tempat untuk gigi permanen yang akan erupsi, sehingga gigi
permanen erupsi dengan bentuk dan posisi yang sempurna. Keberhasilan erupsi
gigi, dipengaruhi banyak resorpsi di ruang bawah tulang di atasnya, benih gigi dan
wajah tumbuh ke depan dan ke samping (Herawati et al, 2022).
Maloklusi merupakan kondisi dari ketidakharmonisan dentofasial yang
mengganggu fungsi berbicara, menelan, pengunyahan, dan keselarasan wajah.
Maloklusi dapat menjadi penghalang bagi kesehatan fisik atau emosional pasien.
Maloklusi juga dapat mengakibatkan resiko terjadinya karies dan penyakit
periodontal. Maloklusi diakibatkan oleh tidak adanya hubungan yang seimbang
antara gigi, tulang rahang terhadap tulang tengkorak dan otot sekitarnya tidak
memberikan keseimbangan fungsional. Terjadinya maloklusi sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, biasanya karena faktor herediter atau keturunan dan
perkembangan kerusakan dari sumber yang tidak diketahui, misalnya dari trauma.
Trauma bisa saja diakibatkan karena trauma prenatal, cedera saat lahir, dan trauma
postnatal. Kebiasaan buruk dan penyakit juga bisa menyebabkan maloklusi.

1
Pengaruh faktor tersebut dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung yang
menyebabkan maloklusi. Maloklusi gigi dapat menyebabkan timbulnya masalah
kepercayaan diri. Maloklusi yang sudah tampak pada gigi bercampur jika tidak
dilakukan perawatan sejak dini akan berakibat semakin parah pada periode gigi
tetapnya. Untuk mencegah dan menanggulangi hal ini sangat diperlukan perawatan
ortodontik sejak dini pada anak. Merawat maloklusi membutuhkan informasi
tentang etiologi untuk mencegah dan mengobati masalah oklusi. Pengetahuan
tentang faktor lingkungan juga bisa untuk mencegah pengaruh lanjutan dari faktor
lingkungan pada oklusi gigi. Maloklusi akibat faktor lingkungan seperti menyedot
ibu jari dapat dicegah jika kebiasaan dihentikan sebelum usia 5 tahun atau pada
anak yang mengalami perkembangan cranio facial dan oklusal normal. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang penyebab maloklusi pasien penting untuk diagnosis dan
perawatan yang tepat bagi pasien tersebut. (Herawati et al,2022 ; Farani W et al,
2021).
Perawatan fase preventif bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah, untuk
mencegah masalah semakin parah, karena menghilangkan faktor penyebab dan
mengembalikan perkembangan normal, mengurangi tingkat keparahan masalah
tulang, memungkinkan penempatan gigi yang lebih mudah dan lebih tepat.
Perawatan ortodontik preventif meliputi perawatan gigi natal, relasi oklusal,
masalah erupsi, perawatan ruang. Gigi Natal yang hadir saat lahir atau erupsi segera
setelah lahir. Paling sering di regio insisivus bawah. Hanya 10% yang
supernumerary oleh karena itu dibuang hanya bila mengganggu makan atau
menyebabkan ulserasi lidah. Periode gigi desidui adalah penting dalam
perkembangan anak, bila terjadi kerusakan pada gigi anak dan tidak dapat lagi
dirawat secara konservatif maka gigi desidui akan hilang sebelum waktunya atau
gigi penggantinya belum erupsi (premature loss), akibatnya perkembangan
lengkung gigi anak kurang berkembang. Gigi yang hilang sebelum waktunya
memiliki potensi terjadinya gigi berjejal. Gigi desidui yang terlalu cepat hilang
tetapi gigi penggantinya belum erupsi dapat menyebabkan terjadinya pergerakan
gigi dan menyebabkan ruang bagi gigi pengganti yang tidak mencukupi. Hilangnya
ruang untuk tempat tumbuhnya gigi permanen dapat diantisipasi dengan

2
menggunakan piranti space maintainer yang fungsinya mempertahankan ruang
yang ada. Space maintainer umumnya terdiri atas dua jenis yaitu space maintainer
cekat dan lepasan. Space maintainer adalah piranti untuk mempertahankan ruang
bekas gigi desidui yang mengalami kehilangan dini, agar tidak terjadi penyempitan
ruang akibat bergesernya gigi tetangga dan juga ekstrusi/elongasi dari gigi
antagonisnya (Xhemnica R et al, 2022 ; Erwansyah E et al, 2021).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periode gigi bercampur


Periode gigi sulung pada usia anak merupakan periode yang sangat penting
karena dapat memengaruhi kondisi gigi permanen yang selanjutnya akan tumbuh
menggantikan peran gigi sulung (Pada et al., 2021). Kondisi gigi sulung pada anak
tentunya dipengaruhi oleh perilaku anak dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulutnya. Anak yang kurang memiliki kemampuan dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulutnya berisiko mengalami kerusakan pada gigi-giginya, contohnya adalah
kondisi karies atau gigi berlubang yang sangat rentan terjadi (Listrianah et al.,
2019). Karies atau gigi berlubang yang dibiarkan tanpa mendapatkan perawatan
akan menyebabkan kerusakan gigi yang semakin parah dan berpengaruh terhadap
perilaku anak yang semakin malas untuk menjaga kesehatan giginya, sehingga gigi
yang mengalami karies berpotensi memicu terjadinya premature loss karena
kondisinya yang tidak dapat lagi dipertahankan di lengkung rahang (Pamungkas,
2020).
Kehilangan gigi sulung secara dini dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab seperti kecelakaan yang menyebabkan gigi perlu dilakukan pencabutan
dini, gigi yang rusak akibat karies yang besar dan dalam tanpa bisa dilakukan
perawatan sehingga berisiko menjadi sumber infeksi jika tidak segera diekstraksi,
kondisi sistemik, atau terjadinya resorbsi akar gigi sulung yang terlalu cepat
(Pamungkas, 2020). Selain disebabkan oleh karies gigi, sebagian besar kehilangan
gigi sulung posterior juga dapat disebabkan oleh trauma (benturan atau kecelakaan)
yang terjadi pada gigi (Anggraini et al., 2021).
Kehilangan gigi sulung terlalu dini dapat menimbulkan beberapa hal,
diantaranya adalah migrasi gigi baik secara mesial-distal, vertical (ekstrusi),
pergerakan gigi secara tipping, rotasi, atau bodily movement, defisit pada
perkembangan dan pertumbuhan dento-alveolar, gangguan pada pertumbuhan gigi
permanen yang bisa berakibat pada gangguan oklusi antara maksila dan mandibula,

4
gangguan fungsional pada sistem stomatognasi, dan kemungkinan gangguan
psikosomatik pada individu dalam berkomunikasi (Petcu et al., 2016).

2.2 Maloklusi
2.2.1 Pengertian maloklusi
Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi dari lengkung gigi di luar
rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi juga bisa merupakan variasi
biologi. Terdapat bukti bahwa prevalensi maloklusi meningkat, peningkatan
maloklusi tersebut dapat dipengaruhi oleh proses evolusi yang diduga akibat
meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang bercampur dalam kelompok ras
Ada beberapa faktor yang memperbarui antara lain yaitu
keturunan,lingkungan, perkembangan dan pertumbuhan fungsional, patologi atau
pun etnik. Faktor lingkungan yang sangat berperan menimbulkan maloklusi
diantaranya kebiasaan buruk, makanan, fungsi yang terganggu, postur jaringan
lunak, karies, penyakit periodontal, penyakit obstruksi hidung kronik, gangguan
perkembangan dan trauma (Rahardjo,2012)

2.2.2 klasifikasi Maloklusi


Gigi molar pertama permanen dan kaninus permanen adalah gigi yang
digunakan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi maloklusi dilihat dari sisi
sagital. Klasifikasi maloklusi menurut Angle yaitu
A. Maloklusi Kelas I maloklusi dengan molar pertama permanen bawah
setengah lebar tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen atas . Kaninus
rahang atas terletak di antara insisiv kedua dan caninus rahang bawah Relasi
lengkung gigi semacam ini biasa disebut juga dengan istilah neutroklusi. Kelainan
yang menyertai dapat berupa gigi berdesakan, proklinasi, gigitan terbuka anterior
dan lain-lain.
B. Maloklusi Kelas II lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih
posterior dari relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi
molar. Relasi seperti ini biasa juga disebut distoklusi. Maloklusi kelas II dibagi
menjadi 2 divisi menurut inklinasi insisiv atas -

5
• Divisi 1 : insisiv atas proklinasi atau meskipun insisiv atas inklinasi normal
tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah
• Divisi 2 : insisiv sentral atas retroklinasi. Kadang- kadang insisiv lateral
proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya
dalam batas normal tetapi kadang-kadang sedikit bertambah . Tumpang
gigit bertambah. Dapat juga keempat insisiv atas retroklinasi dan kan Unud
terletak di bukal
C. Maloklusi kelas III lengkung bawah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih
kemesial daripada lengkung geligi atas bila dilihat dari relasi molar pertama
permanen. Relasi anterior menunjukkan adanya gigitan terbalik
(Rahardjo,2012)

2.3 Orthodonti
2.3.1 Pengertian Orthodonti
Orthodonti adalah ilmu yang mempelajari perkembangan gigi dan mulut,
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan sehingga
dihasilkan hubungan fungsional dan mekanikal yang normal antara bagian- bagian
tersebut, serta mempertahankan keadaan yang telah dicapai. Dalam konsep yang

6
lebih luas harus diperhatikan juga fungsi dan hubungan anatomis yang normal
antara gigi, lengkung gigi dan rahang serta pemahaman berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Jadi, tidak sekedar segi estetik saja. Selain itu, perlu
diperhatikan faktor pisikologis, demi perkembangan kepribadian seseorang; karena
kepribadian merupakan faktor penting dalam kehidupanya. (Kusnoto dkk,2014)
Perawatan orthodonti merupakan salah satu perawatan di bidang kedokteran
gigi yang bertujuan untuk memperbaiki estetik wajah, susunan gigi geligi,
hubungan oklusi, fungsi penguyahan dan berbicara, kesehatan secara menyeluruh
serta kenyamanan dan kepercayaan diri. Perawatan orthodonti dibutuhkan karena
pada gigi yang mengalami protrusi, tidak rapi, atau maloklusi dapat menyebabkan
masalah pasien adanya masalah pada fungsional, termasuk kesulitan dalam
pergerakan rahang, TMD, dan masalah pada fungsi mastikasi, penelanan atau
bicara. ( Ratnaningtias,dkk, 2014 )

2.3.2 Fase Orthododonti


Piranti ortodontik lepasan mudah dibuat dan digunakan, tahan terhadap
kerusakan, dan mengurangi risiko perkembangan karies selama perawatan
ortodontik. Alat ini tidak mahal dan ideal untuk menyelesaikan banyak masalah
ortodontik pada perawatan awal dan interseptif, yaitu perawatan umum pada anak-
anak dan remaja. Kerugian terbesar terkait dengan penggunaan piranti lepasan
adalah kesulitan dalam memprediksi dan memantau kepatuhan pasien selama
perawatan, sementara itu jelas bahwa piranti ini harus dipakai seperti yang
direkomendasikan oleh ortodontis agar efektif. (Nahajowski, 2022)
Perawatan ortodontik dini mencakup perawatan pada masa geligi sulung
dan pergantian, bertujuan mengeliminasi atau meminimalisasi disharmoni
dentoalveolar dan skeletal yang dapat menghalangi pertumbuhan dan
perkembangan normal dari oklusi, fungsi, estetik, dan psikologi dari anak. Salah
satu fase perawatan ortodontik dini adalah perawatan ortodontik interseptif, yang
merupakan fase perawatan dengan cara mengenal dan menge- liminasi
kemungkinan kelainan dan malposisi dalam perkembangan kompleks dentofasial.
(Walianto, 2021)

7
Penerapan langkah-langkah interseptif sederhana yang ditargetkan adalah
penting dan hemat biaya dengan dokter mengidentifikasi dini dan kadang-kadang
memperbaiki masalah oklusal yang berkembang secara tepat waktu. Perawatan
ortodontik definitif paling sering dimulai pada periode akhir gigi bercampur atau
awal gigi permanen. Fase ini biasanya bertepatan dengan periode pertumbuhan
maksimal, yang memungkinkan koreksi efisien anomali oklusal terkait
pertumbuhan. (Fleming, 2017)
A. Fase 1
Mengidentifikasi dan mengobati lebih awal sebelum berkembang menjadi
masalah mulut yang lebih serius. Ini dimulai ketika anak memiliki sebagian besar
gigi sulung dan rahangnya masih tumbuh sekitar usia 7 tahun. Konsep ini digunakan
dalam masalah kecil selama perkembangan gigi. Ini dapat meningkatkan
kompleksitas jika tidak diobati. Fungsi utamanya adalah memberi arah pada
pertumbuhan tulang rahang yang menopang gigi. Ketika anak-anak tumbuh dan
berkembang, mereka memulai tanda-tanda awal masalah rahang. Rahang atas yang
tumbuh terlalu banyak atau terlalu sempit dapat terlihat pada usia muda.6Ketika
anak-anak di atas usia 7 tahun ditemukan memiliki kelainan rahang ini, mereka
harus menjalani koreksi ortodontik awal. Dan juga, ketika anak-anak di atas usia 8
tahun memiliki gigi depan yang tidak sejajar, koreksi awal dapat mencegah
kebutuhan untuk mencabut gigi permanen. Perawatan Fase-1 yang efektif akan
menciptakan ruang bagi gigi permanen ke jalur erupsi, atau gigi tersebut akan
terbentur atau bergeser. (Nanda, 2020)

B. fase 2
Perawatan ini akan diperlukan pada banyak pasien. Itu dimulai ketika anak
memiliki sebagian besar gigi permanen di posisi terakhirnya. Penjajaran gigi dan
rahang dilengkapi dengan kawat gigi atas dan bawah. Itu menggerakkan semua gigi
permanen dan memberikan posisi yang tepat pada gigi, rahang dan senyum yang
indah dengan sikap wajah dan profil. Jenis peralatan tertentu ditetapkan dalam
diagnosis dan skema perawatan digunakan untuk memodifikasi dan meluruskan
kembali gigi dan rahang, pada awal fase – 1 Perawatan. Fase – 2 Perawatan dimulai

8
setelah semua gigi permanen tumbuh dan biasanya termasuk pemasangan kawat
gigi selama rata-rata 2 tahun pada semua gigi. Retainer dipakai setelah koreksi pada
Fase – 2 Perawatan selesai untuk memastikan anak Anda mempertahankan
senyumnya yang indah dan sehat. (Nanda, 2020)

2.4 Perbedaan orthodonti Fase 1 dan Fase 2


Perawatan ortodontik tahap 1 dan tahap 2 adalah dua tahap perawatan
ortodontik yang biasanya digunakan untuk anak-anak dengan maloklusi, atau gigi
dan rahang yang tidak sejajar. Perawatan ortodontik tahap 1, juga dikenal sebagai
perawatan pencegah dini, biasanya dilakukan pada anak-anak berusia antara 7 dan
11 tahun. Selama fase ini, dokter gigi akan mengevaluasi perkembangan gigi dan
tulang anak untuk mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin menjadi lebih
parah dari waktu ke waktu. Tujuan dari perawatan Fase 1 adalah untuk mengatasi
masalah-masalah ini sejak dini untuk mencegahnya menjadi lebih serius dan
membutuhkan perawatan yang lebih ekstensif di kemudian hari. Perawatan Tahap
1 dapat melibatkan penggunaan peralatan seperti kawat gigi, ekspander, penutup
kepala, atau penahan untuk memperbaiki masalah gigitan, kepadatan gigi, atau
masalah jarak. Waktu perawatan biasanya berlangsung antara 6 dan 18 bulan,
tergantung pada tingkat keparahan masalahnya rahang (Hamid.2020;Graber 1994).
Perawatan ortodontik fase 2, juga dikenal sebagai perawatan komprehensif,
biasanya dilakukan pada anak-anak berusia antara 11 dan 15 tahun, setelah semua
gigi permanen tumbuh. Tujuan dari perawatan Tahap 2 adalah untuk mencapai
gigitan dan keselarasan yang ideal dari gigi dan rahang. Perawatan Tahap 2 dapat
melibatkan penggunaan kawat gigi atau peralatan lain untuk memperbaiki masalah
gigitan atau ketidaksejajaran yang tersisa. Waktu perawatan biasanya berlangsung
antara 18 dan 24 bulan, tergantung pada tingkat keparahan masalahnya. Singkatnya,
perawatan ortodontik Tahap 1 difokuskan pada identifikasi dan penanganan
masalah potensial sejak dini, sedangkan perawatan Tahap 2 difokuskan untuk
mencapai gigitan yang ideal dan keselarasan gigi dan rahang (Hamid.2020;Graber
1994)

9
2.5 Piranti Ortodonti fase 1
Fase 1 perawatan perangkat ortodontik, juga dikenal sebagai perawatan
pencegah dini, biasanya dilakukan pada anak-anak berusia antara 7 dan 11 tahun.
Tujuan dari perawatan Fase 1 adalah untuk mengatasi masalah ortodontik yang
berkembang sejak dini, untuk mencegahnya menjadi lebih parah dan membutuhkan
perawatan yang lebih ekstensif di kemudian hari. Selama Fase 1, dokter gigi akan
mengevaluasi perkembangan gigi dan tulang anak untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang mungkin menjadi lebih serius dari waktu ke waktu. Hal ini mungkin
melibatkan pengambilan sinar-X, foto, dan cetakan gigi
(Pawinru.2021;Graber1994).
Berdasarkan evaluasi ini, dokter gigi dapat merekomendasikan penggunaan
perangkat ortodontik seperti kawat gigi, ekspander, penutup kepala, atau retainer
untuk memperbaiki masalah gigitan, kepadatan gigi, atau masalah jarak. Perangkat
khusus yang digunakan akan tergantung pada sifat dan tingkat keparahan masalah
ortodontik. Lamanya perawatan Tahap 1 juga akan tergantung pada masalah
spesifik yang ditangani. Waktu perawatan biasanya berlangsung antara 6 dan 18
bulan, meskipun bisa lebih pendek atau lebih lama tergantung pada tingkat
keparahan masalahnya. Penting untuk dicatat bahwa perawatan Fase 1 tidak serta
merta menghilangkan kebutuhan untuk perawatan Fase 2, yang biasanya terjadi
setelah semua gigi permanen tumbuh. Namun, perawatan Tahap 1 dapat membantu
meminimalkan kompleksitas perawatan Tahap 2 dan meningkatkan hasil perawatan
ortodontik secara keseluruhan (Pawinru.2021;Graber1994).

2.6 Penanganan Maloklusi pada Gigi Campuran


Maloklusi mengacu pada ketidaksejajaran gigi dan cara gigi atas dan bawah
saling menyatu. Hal ini dapat terjadi pada gigi sulung (bayi) dan gigi permanen.
Maloklusi pada gigi campuran (ketika seorang anak memiliki gigi sulung dan gigi
tetap) dapat menjadi sulit untuk ditangani karena gigi-gigi tersebut masih
berkembang. Langkah pertama dalam merawat maloklusi pada gigi campuran
adalah mengidentifikasi jenis ketidaksejajaran yang spesifik. Ada beberapa jenis
maloklusi yang berbeda, termasuk gigitan berlebih, gigitan kurang, gigitan silang,

10
dan gigitan terbuka. Masing-masing kondisi ini membutuhkan pendekatan
perawatan yang berbeda, jadi penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat
dari dokter gigi yang berkualifikasi.
Secara umum, perawatan untuk maloklusi pada gigi bercampur dapat
melibatkan kombinasi peralatan ortodontik, seperti kawat gigi atau aligner, dan
intervensi lain untuk mengatasi masalah yang mendasarinya, seperti mengisap ibu
jari atau menjulurkan lidah. Dalam beberapa kasus, intervensi dini mungkin
diperlukan untuk memperbaiki masalah yang dapat menyebabkan masalah yang
lebih serius di kemudian hari. Penting juga untuk menjaga kebersihan mulut yang
baik selama perawatan untuk mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi. Anak-
anak dengan maloklusi mungkin perlu dipantau lebih dekat oleh dokter gigi atau
ahli ortodontik untuk memastikan gigi dan gusi mereka tetap sehat. Secara
keseluruhan, perawatan maloklusi pada gigi bercampur membutuhkan pendekatan
personal yang mempertimbangkan kebutuhan spesifik anak. Dengan intervensi dini
dan perawatan yang tepat, sebagian besar kasus maloklusi dapat berhasil dikoreksi,
memperbaiki fungsi dan penampilan gigi.
Fase preventif-interseptif dalam ortodonti dapat merupakan tindakan
pencegahan sebelum terjadinya maloklusi, biasanya dilakukan pada periode gigi
sulung, dapat seperti kontrol karies, space maintenance, perawatan terhadap
perlekatan frenulum abnormal, serial ekstraksi dan lain-lain. Salah satu perawatan
dalam prosedur interseptif adalah serial ekstraksi. Serial ekstraksi adalah sebuah
rencana untuk pencabutan satu atau lebih gigi sulung secara dini yang berurutan,
untuk meningkatkan kesejajaran benih gigi permanen, dan pada akhirnya
melakukan pencabutan gigi permanen untuk memelihara rasio yang tepat antara
ukuran gigi dan rahang yang tersedia. Serial ekstraksi dilakukan dengan cara
pencabutan dengan waktu yang sesuai dan direncanakan dari gigi sulung dan
permanen dalam tahap geligi campuran dengan disproporsi dentoalveolar (Darwis
2019;Profit 2019)
2.7 Pencegahan Maloklusi sejak usia dini
Maloklusi adalah suatu kondisi gigi di mana gigi tidak sejajar, yang dapat
menyebabkan masalah dalam menggigit, mengunyah, dan berbicara. Untungnya,

11
banyak kasus maloklusi yang dapat dicegah sejak dini. Berikut adalah beberapa tips
untuk mencegah maloklusi:
1. Memotivasi untuk berkunjung ke dokter gigi sejak dini: Anak-anak perlu
mengunjungi dokter gigi sejak dini dan secara teratur untuk memantau
perkembangan gigi mereka. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi masalah apa
pun sejak dini dan mencegahnya memburuk.
2. Promosikan kebiasaan sehat: Doronglah anak-anak untuk mempraktikkan
kebersihan mulut yang baik, termasuk menyikat gigi dan membersihkan gigi
dengan benang gigi secara teratur, serta menghindari makanan dan minuman manis
yang dapat menyebabkan kerusakan gigi.
3. Menghilangkan kebiasaan buruk seperti kebiasaan mengisap jempol dan
penggunaan emping(dot bayi). Kebiasaan ini dapat menyebabkan ketidaksejajaran
gigi dan harus diatasi sejak dini untuk mencegah maloklusi.
4. Pertimbangkan perawatan ortodontik: Jika maloklusi terdeteksi, perawatan
ortodontik seperti kawat gigi atau aligner mungkin diperlukan untuk memperbaiki
masalah ini. Sangat penting untuk mencari perawatan sejak dini untuk mencegah
masalah memburuk dan untuk memastikan hasil yang terbaik.
Mengetahui sejak dini klasifikasi maloklusi,sangat penting untuk
dilakukan.Deteksi awal ini akan memudahkan perawatan awal ortodontik dan
mencegah bertambah parahnya maloklusi yang dapat mengakibatkan kebutuhan
perawatan ortodontik yang lebih kompleks (Utari 2019)(Profit.2019)

12
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Periode gigi bercampur merupakan waktu di mana sebagian besar

perubahan lengkung dan gigi terjadi, dan ini dapat memberikan kesempatan untuk

intervensi ortodontik dan modifikasi perkembangan. Perawatan ortodontik fase 1

diperlukan karena Perawatan ortodonti faase 1 dinilai efektif dalam mengurangi

keparahan maloklusi serta pembentukan oklusi yang baik, pencegahan masalah

yang berpotensi merusak gigi geligi dan struktur pendukung, pengurangan risiko

trauma pada gigi anterior, dan pengelolaan ruang yang berlebih.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa profesi dokter gigi dalam

mempelajari tentang keefektifan perawatan ortodontik fase 1. Diperlukan sumber-

sumber lain yang dapat memperlengkap makalah ini

13
14
DAFTAR PUSTAKA

1. Herawati H, Sahaliya S. Temporary Malocclusion Treatment At Mix Dentition


Period (Perawatan Maloklusi Sementara Pada Periode Gigi Campuran). JHDS
Special Issues Smart Dentistry. 2022
2. Farani W, Abdillah MI. Prevalensi Maloklusi Anak Usia 9-11 Tahun di SD IT
Insan Utama Yogyakarta. Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi
Insisiva. 2021; 10(1).
3. Xhemnica R, Rroco M. Preventive and Interceptive Orthodontics Treatment.
European Journal of Medicine and Natural Sciences. 2022; 5(1).
4. Erwansyah E, Damayanti R, Horax S, Gadisha SB. Preventive orthodontics
treatment with space maintainer in the early loss of deciduous tooth. Makassar
Dental Journal 2021; 10(1).
5. Walianto S et al. Interceptive orthodontic treatment need index for children in
mixed dentition (study on 8-11 years old children at SDK Santo Yoseph 1
Denpasar). Makassar Dental Journal. 2021; 10(3): 268-270
6. Nanda D. Benefits of Early Orthodontics Intervention in Childrens: A Review.
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology. 2020; 14(4): 9138-9141.
7. Fleming PS. Timing of Orthodontic treatment: early or late. Austalian Dental
Journal. 2017; 62(1): 11-14.
8. Nahajowski M et al. The Use of Microsensors to Assess the Daily Wear Time
of Removable Orthodontic Appliances: A Prospective Cohort Study. 2022;
22(2435): 1-3.
9. Rahardjo P, 2012. Orthodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.
10. Hamid, T., Indarto, S. A., & Budipramana, M. (2020). Antibacterial effect of
Syzygium Cumini leaf extract against Streptococcus Mutans collected from
patient with fixed orthodontic appliance: In vitro study. Biochemical and
Cellular Archives, 20, 3151-3154.
11. Graber, T. M., & Vanarsdall, R. L. (1994). Orthodontics: current principles and
techniques. Mosby.
12. Pawinru, A. S. (2021). Biomechanics of tooth movement. Makassar Dental
Journal, 10(1), 82-87.
13. Proffit, W. R., Fields, H. W., Msd, D. M., Larson, B., & Sarver, D. M.
(2019). Contemporary Orthodontics, 6e: South Asia Edition-E-Book. Elsevier
India.
14. Darwis, R. S., & Vininingtyas, L. (2019). Serial Ekstraksi: Prosedur Interseptif
terhadap Penanganan Masalah Maloklusi Dental. Insisiva Dental Journal:
Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(1), 15-21.
15. Utari, T. R., & Putri, M. K. (2019). Orthodontic treatment needs in adolescents
aged 13-15 years using orthodontic treatment needs indicators. Journal of
Indonesian Dental Association, 2(2), 49-55.

Anda mungkin juga menyukai